Anda di halaman 1dari 28

PERKIRAAN PERILAKU RESERVOIR COAL BED METHANE

MENGGUNAKAN PERSAMAAN MATERIAL BALANCE

KOMPREHENSIF

Oleh :

NIM:

JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI
BALIKPAPAN
2009
LEMBAR PENGESAHAN

PERKIRAAN PERILAKU RESERVOIR COAL BED METHANE PADA

MENGGUNAKAN PERSAMAAN MATERIAL BALANCE

KOMPREHENSIF

Oleh:
ACHMAD NUR INDRAWAN
NIM: 0401010

Disetujui oleh :

Dosen Pembimbing Ketua Jurusan


Teknik Perminyakan

Aries Soepryanto,ST. M.Eng Ir. M.Nur Mukmin


HALAMAN PERSEMBAHAN

Saya persembahkan Komprehensif ini untuk


Kedua Orang Tuaku
Kakak-kakakku
Murobbi-murobbi dan
Saudara-saudara seperjuangan
di jalan dakwah

*******
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT karena hanya
dengan rahmat dan ridha-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan laporan
komprehensif ini dengan judul “Perkiraan Perilaku Reservoir Coal Bed Methane
Menggunakan Persamaan Material Balance”.
Adapun maksud penulisan komprehensif adalah untuk memenuhi salah
satu syarat kurikulum pada jurusan teknik perminyakan Sekolah Tinggi Teknologi
Minyak dan Gas Bumi Balikpapan.
Dengan selesainya penulisan komprehensif ini, penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan laporan komprehensif ini, antara lain:
1. Aries Soepryanto ST. M.Eng selaku Ketua STT Migas Balikpapan dan Dosen
Pembimbing.
2. Ir. M. Nur selaku Ketua Jurusan S-1 Teknik Perminyakan.
3. Saudara seperjuangan di jalan dakwah yang telah membantu dengan doanya.
4. Seluruh staf pengajar dan rekan-rekan mahasiswa di lingkungan Jurusan
Teknik Perminyakan STT Migas Balikpapan.
Penyusun menyadari bahwa laporan komprehensif ini masih banyak
memiliki kekurangan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang.
Akhir kata, semoga laporan komprehensif ini bermanfaat bagi semua
rekan-rekan yang membacanya.
Balikpapan,

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Maksud dan Tujuan
1.3 Ruang Lingkup Masalah
1.4 Metodologi
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II KARAKTERISTIK RESERVOIR CBM
2.1 Pengertian Batubara
2.2 Reservoir Coal Bed Methane
BAB III TEORI DASAR
3.1 Reservoir Coal Bed Methane
3.1.1 Penyimpanan Gas dalam Reservoir CBM
3.1.2 Mekanisme Perpindahan Gas Dalam Reservoir CBM
3.1.3 Mekanisme Produksi Di Reservoir CBM
BAB IV PERKIRAAN PERILAKU RESERVOIR COAL BED METHANE
MENGGUNAKAN PERSAMAAN MATERIAL BALANCE
BAB V PEMBAHASAN
BAB VI KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

3.1. .......................................................................................................
3.2. .......................................................................................................
3.3. .......................................................................................................
3.4. .......................................................................................................
3.5. .......................................................................................................
3.6. .......................................................................................................
DAFTAR TABEL

Tabel Hal

4.1 .......................................................................................................
4.2 .......................................................................................................
4.3 .......................................................................................................
4.4 .......................................................................................................
5.1 .......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Coal Bed Methane (CBM) pada beberapa tahun terakhir ini menjadi salah satu
kandidat alternatif untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar fosil, dimana
reservoir-reservoir gas konvensional mulai mengalami penurunan produksi dan
belum di temukan atau belum dimulai eksploitasi lapangan gas baru.
Gas alam yang berasal dari batubara telah diketahui pada penambangan
batubara dan merupakan ancaman keselamatan bagi pekerja tambang dan karena
beracun dan mematikan. Pada proses pemboran sumur-sumur migas yang
melewati lapisan batubara sering terjadi kick yang mengindikasikan adanya intrusi
gas ke lubang sumur atau loss circulation yang mengindikasikan adanya rekahan.
Hal ini mengindikasikan bahwa lapisan batubara merupakan suatu reservoir.
Analisis perilaku reservoir adalah analisis tentang kelakuan reservoir yang
terdiri dari tekanan reservoir, laju alir fluida dan gas serta produksi kumulatif
hidrokarbon. Analisis ini merupakan studi yang berguna antara lain untuk
menentukan besarnya primary recovery, menentukan kapan reservoir mencapai
batas laju produksi ekonomisnya, umur dan besarnya cadangan sisa dari reservoir
apabila diproduksi menggunakan metode produksi alamiah.
Analisis perilaku reservoir ini didasarkan pada tingkah laku reservoir yang
telah lalu, yang dicirikan dengan data produksi di permukaan maupun data dari
karakteristik reservoir itu sendiri, dimana kualitas dan kuantitas data tersebut
sangat mempengaruhi ketepatan hasil analisis perilaku reservoir nantinya. Pada
umumnya data tersebut dinyatakan dalam fungsi dari waktu (Np, Wp, Gp) dan
fungsi dari tekanan (Bo, Bw, Rs, dan Bg) yang akan memberikan gambaran
tentang kalakuan reservoir tersebut.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari penulisan komprehensif ini adalah untuk memenuhi program
mata kuliah di jurusan Teknik Perminyakan Sekolah Tinggi Teknologi Minyak
dan Gas Bumi Balikpapan. Tujuan penulisan komprehensif ini adalah untuk
mengetahui karakteristik dan perilaku reservoir.

1.3 Ruang Lingkup Masalah


Pada komprehensif ini membahas tentang perilaku reservoir CBM dengan
menggunakan persamaan materail balance.

1.4 Metodologi
Metodelogi yang digunakan pada penyusunan komprehensif ini adalah dengan
studi literatur-literatur.

1.5 Sistematika Penulisan


 Bab I, pendahuluan yang mencakup latar belakang, maksud dan tujuan
penulisan, ruang lingkup kajian, metodologi penelitian dan sistematika
pembahasan.
 Bab II, mencakup Pengertian BatubaraReservoir Coal Bed Methane
 Bab III, teori dasar yang mencakup tentang Reservoir Coal Bed Methane
yaitu Penyimpanan Gas dalam Reservoir CBM, Mekanisme Perpindahan
Gas Dalam Reservoir CBM, Mekanisme Produksi Di Reservoir CBM
 Bab IV, mencakup persamaan material balance yang digunakan untuk
menentukan perilaku eservoir CBM.
 Bab V mencakup pembahasan.
 Bab VI mencakup kesimpulan.
BAB II
KARAKTERISTIK RESERVOIR CBM

2.1 Pengertian Batubara


Batubara merupakan batuan sedimen nonklastik yang terdiri dari lebih dari
50% berat dan 70% volume material organik yang terdiri dari karbon, hidrogen
dan oksigen. Batuan sedimen nonklastik merupakan batuan sedimen yang
terbentuk oleh proses kimia, biologi atau biokimia pada permukaan bumi tanpa
mengalami proses erosi dan pengendapan seperti batuan sedimen klastik dan
selanjutnya mengalami proses penguburan, pengompakan dan diteruskan dengan
coalifikasi.
Coalifikasi merupakan proses transformasi material organik menjadi bentuk
material organik yang lain yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya. Dari
tumpukan material organik kemudian mengalami transformasi menjadi peat,
lignite, sub-bituminious, bituminious, antrachite dan graphite, yang umumnya
disebut tingkatan/rank batubara. Coalifikasi juga menghasilkan produk samping
berupa air dan gas. Dari proses coalifikasi ini dapat diketahui bahwa semua
batubara mengandung gas seperti ditunjukkan pada Gambar 1 yang menyatakan
hubungan volume pembentukan gas sebagai fungsi dari rank batubara. Gambar 1
juga menunjukkan bahwa rank bituminious mempunyai volume pembentukan gas
yang paling tinggi. Rank peat tidak dimasukkan dalam hubungan ini karena
penguburan dan terbentuknya peat masih dekat dengan permukaan, sehingga gas
yang dihasilkan langsung terbebaskan.
Gambar 1. Hubungan volume gas yang terbentuk sebagai fungsi rank batubara

2.2 Reservoir Coal Bed Methane


Coal Bed Methane merupakan gas yang dihasilkan dan tersimpan pada
lapisan batubara, meskipun istilah metana sering digunakan oleh industri yang
pada kenyataannya merupakan campuran gas C1, C2, C3 dan gas pengotor seperti
1)
N2 dan CO2 . Bedanya dengan Coal Mine Methane, gas pada batubara ini
merupakan ancaman bahaya pada penambangan batubara. Oleh karena itu pada
penambangan batubara dibuat saluran ventilasi gas untuk membuang gas tersebut.
Meskipun merupakan produk samping pada coalifikasi namun dari sudut pandang
dunia perminyakan, gas inilah yang menjadi target utama diproduksikannya gas
dari reservoir CBM.
Lapisan batubara yang disebut reservoir CBM merupakan lapisan batubara
yang berada >500 m dibawah permukaan dan diproduksikan fluida reservoirnya
dengan membuat suatu sumur. Untuk lapisan batubara <500 m dibawah
permukaan, merupakan potensi untuk dikembangkan penambangan terbuka yang
diambil batubaranya langsung.
Petroleum System
Terbentuk dan terakumulasinya minyak dan gas dibawah permukaan harus
memenuhi beberapa syarat yang merupakan unsur-unsur petroleum system yaitu
adanya batuan sumber (source rock), migrasi hidrokarbon sebagai fungsi jarak
dan waktu, batuan reservoir, perangkap reservoir dan batuan penutup (seal).
Petroleum system pada reservoir CBM sama dengan reservoir migas konvensional
namun karena lapisan batubara merupakan batuan sumber sekaligus sebagai
reservoir, sehingga tidak memerlukan migrasi serta perangkap reservoir.

Komponen Reservoir
Komponen reservoir migas konvensional yaitu:
 Batuan reservoir sebagai wadah yang diisi oleh minyak dan atau gas bumi.
Batuan reservoir merupakan batuan berpori dan permeabel.
 Isi dari reservoir yang terdiri atas minyak, gas dan air konat.
 Perangkap (trap) reservoir, merupakan suatu komponen pembentuk
reservoir dimana minyak dan gas bumi terjebak.
 Batuan penutup (seal) reservoir yang impermeabel untuk mencegah
hidrokarbon lolos kepermukaan.
 Kondisi reservoir yang direpresentasikan sebagai tekanan dan suhu
reservoir yang bersangkutan.
Komponen reservoir CBM terdiri atas batuan reservoir, isi dari reservoir
yang terdiri atas komponen utama yaitu gas alam sedangkan air sebagai
komponen ikutan, batuan penutup (seal) reservoir dan kondisi reservoir. Reservoir
CBM mempunyai porositas ganda. Gas tersimpan dalam dua kondisi, yaitu
mayoritas tersimpan pada kondisi terserap di pori mikro dan kondisi bebas pada
pori makro yang merupakan rekahan dan disebut sebagai cleat. Cleat terdiri atas
face cleat yang merupakan jalur rekahan bersifat menerus sepanjang pelapisan
dan butt cleat yang merupakan jalur rekahan bersifat tidak menerus. Uniknya, face
cleat dan butt cleat saling tegak lurus.
BAB III
TEORI DASAR

3.1 Coal Bed Methane


Coal Bed Methane merupakan sumber gas unconventional yang mulai
berkembang sejak tahun 1983. Pada dasarnya, CBM yang mengandung methane
diproduksikan dari lapisan batubara. Batubara merupakan material yang kaya
akan karbon yang terbentuk karena perubahan sisa-sisa material organik akibat
reaks kimia dan panas. Material organik ini tertimbun dan terkompres serta
dewatered (pengurasan air). Peat merupakan hasil dekomposisi dan disintegrasi
tanaman yang tumbuh di rawa-rawa dan semak-semak (mashes). Selama dalam
proses peat, kandungan karbon meningkat sampai 45%-50%. Pada saat yang
bersamaan, peat mengalami tekanan dan temperatur karena terkubur dan tidak
adanya air serta pengapan yang terus menerus. Proses ini karena melibatkan
material organik maka makin berubah menjadi peat, lignite, sub-bituminous,
bituminous kemudian menjadi anthracite. Semua proses ini disebut coalifikasi.
Methane dan gas lainnya terproduksi akibat fermentasi anaerobik, bakteri serta
jamur dan akhirnya menjadi coalifikasi. Gambar 3.1 menggambarkan tahap utama
dan produk selama proses coalifikasi.
Umumnya, methane terdapat dalam jumlah yang besar dan terbentuk oleh
dua proses yaitu biogenic dan thermogenic. Secara biogenic, methane terbentuk
karena dekomposisi microbial material organik pada temperatur dibawah 50 0C
pada awal tahap. Sedangkan thermogenic terjadi pada temperatur diatas 50 0C.
temperatur meningkat seiring dengan kedalaman dan tingkatan batubara juga
meningkat seiring waktu. Hubungan waktu-temperatut (biasa disebut time-depth
burial) menentukan tingkatan batubara dan secara langsung mengontrol jumlah
metahne, karbondioksida dan nitrogen yang dihasilkan. Ethane propane dan
butane juga terbentuk, hanya jumlahnya sangat sedikit. Analisa as dari coalbed
menunjukkan bahwa gas mengandung hampir 95% ethane, dan sedikit ethane,
propane dst serta kurang dari 3% nitrogen dan karbondioksida.
Methane merupakan salah satu produk yang dihasilkan dari coalifikasi.
Selama proses ini jumla methane yang dihasilkan melebihi kapasitas batubara
ntuk menyimpan gas. Beberapa gas secara lami akan terlepas karena kedalaman
dan gas yang tersisa tersimpan dalam lapisan batubara. Batubara dapat
menampung dua sampai tiga kali lebih banya gas pada volume yang sama pada
reservoir sand conventional (Kuuskura, V and Brandenburg C, 1989).

Gambar 3.1 Proses coalifikasi


Coal rank (tngkatan batubara) berhubungan erat dengan reservoir CBM
karena terbentuknya gas-gas dibawah permukaan terjadi selama proses coalifikasi.
Methane, karbondioksida dan komponen batubara lainnya merupakan hasil proses
ini. Tingkatan batubara yaitu :
 Lignite, berwarna hitam kecoklatan yang merupakan perubahan material
tumbuhan yang kemudian akan menjadi peat, tapi tidak seperti batubara
coklat.
 Bituminous, soft coal yang mudah terbakar.
 Anthracite, hard black coal dengan lebih dari 92% karbon.

Biasanya, tingkatan batubara meningkat sebanding dengan kedalaman


karena batubara sangat sensitif terhadap temperatur, tekanan dan lamanya
terkubur (gambar 3.2). Namun ada faktor lain yang mempengaruhi tingkatan
batubara. Sehingga pada kedalaman yang sama bisa saja memiliki tingkatan yang
berbeda. Tingkatan batubara yang komersial berada diantara sub-bituminous
sampai semi-antrachite karena umumnya memberikan kandungan gas yang
optimum dan permeabilitas yang cukup untuk diproduksikan.
Maceral composition merupakan komponen organik mikroskopoik
batubara, analog dengan mineral pada batuan. Ada tiga jenis utama maceral :
 Jenis vitrinite, berasal dari pembusukan jaringan kayu.
 Jenis exinite, berasal dari lapisan spora dan serbuk sari, kulit ari, damar
dan jaringan lemak.
 Jenis inertinite, umumnya berasal dari karbonisasi parsial berbagai macam
jaringan tumbuhan di rawa-rawa.(Rightmire C., et al.,1984)

Gambar 3.3 Desorption Isoterm sebagai fungsi tingkatan batubara


(adopted from CBM in US)
Adsorption isoterm merupakan plot yang menggambarkan kemampuan
batubara untuk menyerap gas yang dipengaruhi oleh tekanan (gambar 3.4).
kapasitas penyerapan batubara tergantung berbagai parameter seperti luas
permukaan, tekanan gas, temperatur dan tingkat kelembaban. Meskipun begitu,
tekanan merupakan salah satu variabel yang berperan penting untuk memproduksi
gas. Gambar 3.3 juga menunjukkanbahwa peningkatan tekanan menyebabkan
penurunan kemampuan batubara untuk menyerap gas. Dengan kata lain,
penurunan tekanan akan meningkatkan volume gas yang terserap. Selain itu,
semakin tinggi tingkatan batubara dan luas permukaan akan semakin besar
kapasitas penyerapan.

Gambar 3.4 Langmuir Isoterm (adopted and modified from CBM in USA, 1984)

Porositas merupakan total bagian volume batubara yang dapat ditemapti


oleh air, helium atau molekul sejenisnya (GRI,1996). Pori-pori batubara dibagi ke
dalam macropores (>500Å), mesopores (20 sampai 500 Å) dan microspores (8
sampai 20 Å). Macroporosity antara lain crack, cleat, fissure dan void in fusinite
dsb. Macropore biasanya diisi oleh air dan gas bebas. Struktur micropore biasanya
memiliki kapasitas aliran yang sangat rendah dan permeabilitas yang kecil (dalam
range microdarcy), sebaliknya cleats memiliki kapasitas alir yang besar dan
permeabilitas yang tinggi (dalam range milidarcy). Oleh karena itu, batubara
dianggap material dengan sistem dual-porosity.
Permeabilitas merupakan kemampuan material untuk melewatkan fluida
melalui medium porinya. Permeabilitas merupakan salah satu sifat fisik yang
berperan penting untuk memroduksikan gas pada economical rate. Pada CBM,
terdapat dua fluida utama yang mengalir di jaringan cleat yang berhubungan yang
menghasilkan dua cara fasa mengalir. Permeabilitas efektif berkenaan dengan
setiap fluida.
Fluida di batubara yakni air dan gas mengalir melalui cleat dan rekahan.
Cleat merupakan rekahan vertikal yang terbentuk secara lami selama proses
coalifikasi. Arahnya dikontrol oleh gaya tektonik. Cleat terbentuk oleh dua atau
lebih set sub-paralel fracture yang arahnya tegak lurus lapisan (GRI,1996). Face
cleat berhubungan dengan fracture yang dominan. Orientasi face cleat merupakan
hasil gaya tektonik. Butt cleat biasanya tegak lurus face cleat.
Pada batubara, permeabilitas sangat jelas dan tergantung gaya. Gaya
horizontal yang tegak lurus dengan face cleat yang terbuka akan menyebabkan
pemeabilitas rendah. Ketika kondisi tegangan kecil, rekahan (fracture) alami akan
terbuka dan memberikan permeabilitas untuk mengali melalui lapisan batuan.
Lipatan dan patahan dapat menambah permeabilitas batubara melalui rekahan
alami.
Selain itu, mineral yang mengisi cleat dapat mempengaruhi permeabilitas
batubara. Mineral seperti calcite, pyrite, gypsum, kaolinite dan illite dapat mengisi
cleat dan menyebabkan berkurangnya permeabilitas. Jika sebagian besar cleat
terisi maka permeabilias absolut akan menjadi sangat rendah.
Oleh karena itu, sifat utama yang perlu diketahui pada reservoir CBM
merupakan prosedur yang penting untuk menjelaskan bagaimana methane
tersimpan di batubara, bagaimana methane bisa terlepas dan karakteristik
alirannya. Pada dasarnya terdapat dua konsep dalam memahami CBM yaitu
methane storage dan methane flow.

3.1.1 Penyimpanan Gas pada Reservoir CBM


Methane terdapat dalam batubara karena salah satu dari tiga tahap berikut
yaitu : (a) Sebagai molekul yang terserap pada permukaan organik, (b) Sebagai
gas bebas dalam pori atau rekahan, dan (c) Terlarut dilarutan dalam coalbed
(Rightmire, C T et al., 1984). Namun, methane dalam jumlah besar terdapat dalam
batubara sebagai monomolecular layer adsorbed pada internal surface dan hanya
ada sedikit gas bebas yang berada pada cleat. Karena batubara memiliki luas
permukaan yang besar dan molekul methane terkumpul pada lapisan
monomolekular, jumlah kesuluruhan gas yang dapat diserap. Proses penyerapan
ini dipengaruhi oleh tekanan, temperatur dan tingkatan batubara. Peningkatan
tekanan dan tingkatan batubara dan penurunan temperatur, maka kapasitas
metahne dalam batubara akan meningkat. Jadi umumnya lapisan batubara yang
lebih dalam memiliki jumlah metahane yang lebih besar pada rank yang sama
(gambar 3.3). selain itu, semakin tinggi rank maka kapasitas penyimpanan akan
meningkat pula.
Jumlah methane yang dihasilkan dari proses perubahan dari peat menjadi
anthracite lebih besar daripada kapasitas batubara untuk menyerapnya. Boyer dkk
berkata “… jumlah methane (dan gas-gas yang lainnya) yang dihasilkan selama
proses coalifikasi umumnya melebihi kapasitas penyimpanan batubara, dan
kelebihan methane ini seringkali bermigrasi ke sekeliling lapisan. Contohnya,
kandungan gas yan tertinggi untuk batubara anthracite di Amerika sebesar 21.6
m3/ton3, hanya sekitar 12% dari jumlah methane yang dihasilkan selama proses
coalifikasi secara teoritis”. Fakta ini dapat dijelaskan karena tekanan tekanannya
saat ini telah berkurang banyak dibandingkan tekannanya saat terbentuk dan
jumlah gas yang dihasilkan biasanya melebihi kapasitas penyerapan lapisan
batubara.
Hubungan antara tekanan dan kapasitas batubara dapat dijelaskan
menggunakan Langmuir’s Isoterm (gambar 3.4). Secara umum, kaspasitas
batubara untuk menyerap gas berupa fungsi non-linear tekanan. Desorption
isoterm menunjukkan kosentrasi gas yang terserap pada matriks abtubara berubah
sebagai fungsi tekanan gas bebas di sistem cleat batubara. Oleh karena itu, ini
menunjukkan hubungan antara aliran di sistem matriks dan aliran di sistem cleat.
Hubungan non-linear didefinisikan dengan persamaan Langmuir, yaitu :
𝑉𝐿 𝑃
𝐶𝑚 = (0.031𝜌𝐵 )
𝑃𝐿 + 𝑃
Hasil lain dari proses coalifikasi adalah air. Air memiliki tempat yang
penting dalam analisa CBM. Air dapat tersimpan dibatubara melalui dua cara,
yaitu : (a) sebagai air yang terikat di matriks batubara dan (b) sebagai air bebas
pada cleat. Matriks yang mengikat air tidak mobile dan menunjukkan pengaruh
yang signifikan dalam recovery methane dari batubara. Namu, air bebas pada
cleat merupakan salah satu parameter yang penting dalam produksi methane. Air
bebas bersifat mobile pada saturasi air yang tinggi (lebih besar dari 30%). Banyak
endapan batubara merupakan sistem aquifer yang aktif dan saturasi airnya 100%
pada cleat system.

3.1.2 Mekanisme Perpindahan Gas Dalam Reservoir CBM


Dalam memproduksikan gas dari reservoir CBM, aliran methane
mengalami tiga tahap yaitu : (a) gas mengalir dari rekahan alami (b) gas terlepas
dari permukaan cleat dan (c) gas terdifusi melalui matriks menuju cleat
(GRI,1996).
Sebagian besar methane tersimpan di dalam matriks. Tetapi, tekanan di
batubara sangat rendah, fluida yang mengalir di sistem cleat adalah air dan dalam
gas bebas jumlah yang kecil serta gas yang terlarut dalam air. Setelah proses
dewatering, methane terlepas (tahap desorption) dari permukaan batubara.
Desorption merupakan proses dimana molekul methane terlepas dari permukaan
micropore matriks batubara dan masuk ke system cleat dimana berupa gas bebas
(GRI,1996).
Setelah terlepas dari permukaan batubara, aliran methane di matriks mulai
berpindah ke sistem cleat karena perbedaan gradien konsentrasi gas di kedua zona
tersebut (difusi). Difusi merupakan proses dimana aliran terjadi melalui
pergerakan molekul secara acak dari daerah yang memiliki konsentrasi tinggi ke
daerah yang konsentarsinya lebih rendah (GRI,1996). Proses difusi pada system
micropore dapat dijelaskan dengan persamaan yang diturunkan dari hukum Fick.
Dengan menggunakan persamaan ini laju lair dari matriks ke cleat dapat dihitung.
Diasumsikan bahwa matriksnya berbentuk silinder. Persamaannya adalah :
8𝜋𝐷𝑉𝑚
𝑞𝑔𝑚 = (𝐶𝑚 − 𝐶(𝑝) )
𝑆𝑓2
Koefisien difusi (D) ditentukan dari terlepasnya methane dari core di
laboratorium dan mengukur laju pelepasannya sebagi fungsi waktu. Ini
berhubungan dengan waktu penyerapan/sorption time (τ,hari) dan cleat spacing
(Sf, ft). Waktu penyerapan merupakan waktu yang dibutuhkan molekul methane
untuk terserap semuanya ke permukaaan batubara dan selesai terdifusi ke cleat.
Pada batubara, waktu penyerapan dapat bervariasi mulai dari kurang sehari
sampai lebih dari 300 hari tergantung komposisi batubara, tingkatannya dan cleat
spacing (Boyer C.M et al., 1990). Waktu penyerapan dapat dihitung dengan
persamaan :
𝑆𝑓2
𝜏=
8𝜋𝐷
Methane mengalir mulai dengan tekanan yang rendah agar gas bebas dan air
terproduksi dari system natural dan methane terlepas dari permukaan cleat.
Variasi konsentrasi diimbangi dengan terlepasnya gas dari matriks melalui difusi.
Pelepasan ini dikontrol oleh gradient tekanan sementara difusi dikontrol oleh
gradient konsentrasi.

3.1.3 Mekanisme Produksi Di Reservoir CBM


Produksi CBM melalui 3 tahap selama life-timenya. Kelakuannya sangat
berbeda dari sumur gas konvensional. Profil produksi sumur CBM ditunjukkan
pada gambar 3.5. Selama tahap I, sumur CBM mengalami produksi air yang
konstan dengan peningkatan produksi gas serta penurunan tekanan alir dasar
sumur yang sangat rendah bahkan dapat diabaikan. Awalnya, sumur CBM
dipenuhi dengan air karena terbebaskan pada saat proses coalifikasi. Air mengisi
jaringan cleat yang utama. Untuk memproduksikan gas maka air yang mengisi
sebagian besar cleat harus dikeluarkan. Secara teori, produksi air akan
mengurangi tekanan hidrolik pada batubara karena pelepasan gas. Proses ini
dikenal sebagai dewatering. Waktu proses dewatering dan jumlah air yang
terproduksi sangat bervariasi. Akibatnya akan sangat sulit untuk memperkirakan
pengaruhnya dalam hal keekonomiannya. Oleh karena itu, lapisan batubara harus
dikontrol dengan sifat fisiknya. Sifat fisik utama yang mempengaruhi efisiensi
proses dewatering antara lain permeabilitas, kandungan gas yang diserap, kura
permeabilitas relatif dan kurva tekanan kapiler, koefiesien difusi dan desorption
isoterm. Diakhir tahap pertama, sumur akan memiliki tekanan alir dasar sumur
yang minimum.
Tahap kedua ditandai dengan menurunnya produksi air dan meningkatnya
laju produksi gas. Permeabilitas relatif air akan menurun dan permeabilitas relatif
gas akan naik. Batas terluar menjadi sangat signifikan dan laju pelepasan gas akan
berubah secara dinamis. Batas antara tahap II dan III ditandai dengan dicapainya
puncak laju alir gas. Selama tahap III proses dewatering tetap terjadi tapi
jumlahnya sangat sedikit bahkan dapat diabaikan.

Gambar 3.5 Profil Produksi CBM untuk laju alir gas dan air : tiga tahap produksi
(adopted From GRI,1996)
BAB IV
PERKIRAAN PERILAKU RESERVOIR COAL BED METHANE
MENGGUNAKAN PERSAMAAN MATERIAL BALANCE

4.1 PERSAMAAN MATERIAL BALANCE


Persamaan material balance merupakan salah satu cara untuk
memperkirakan perilaku resrvoir dan original gas in place (OGIP). Persamaan
umum material balance untuk CBM secara umum adalah sebagai berikut :
Gp = G + Gf – GA -GR ....................................................................... (1)
Dimana :
Gp = Gas yang diproduksi
G = Gas terserap mula-mula
Gf = Gas bebas mula-mula
GA = Gas terserap akhir
GR = Gas bebas yang tersisa
Masing-masing komponen diatas dapat dihitung sendiri-sendiri sebagai berikut :
1 Gas terserap mula-mula (G) didefinisikan sebagai gas yang tersimpan dalam
batuan. Secara matematis dapat dituliskan :
G = 1359.7 AhρBGc ............................................................ (2)
Dimana :
G = Gas awal, scf
ρB = densitas batubara, gr/cm3
Gc = kandungan gas, scf/ton
A = luas pengurasan, acres
h = rata-rata ketebalan, ft

2 Gas bebas mula-mula (Gf)


Gf = 7758AhΦ(1-Swi)Egi ..................................................... (3)
5.615𝑍𝑠𝑐 𝑇𝑠𝑐 𝑃𝑖 𝑃
Egi = = 198.6 𝑇𝑍𝑖 ............................................ (4)
𝑃𝑠𝑐𝑖 𝑇𝑍𝑖 𝑖

Dimana :
Gf = gas bebas mula-mula
Swi = saturasi air awal
Φ = porositas
Egi = faktor ekspansi gas pada Pi dalam scf/bbl

3 Gas terserap akhir (GA)


Gas yang tersimpan karena adsorption pada setiap tekanan P dinyatkan dengan
adsorption isoterm atau secara matematis dinyatakan dengan persamaan
Langmuir’s yaitu :
𝑏𝑝
𝑉 = 𝑉𝑚 ..................................................................................... (5)
1+𝑏𝑝

Dimana :
V = volume gas akhir pada tekanan p, scf/ton
Vm = konstanta isotem Langmuir’s, scf/ton
b = konstanta tekanan Langmuir’s, psi-1
volume gas yang teradsorbsi dinyatakan dalam scf/ton pada tekanan reservoir p
dapat dikonversi kedalam scf dengan persamaan berikut :
GA = 1357.9AhρbV ........................................................................... (6)
Dimana :
GA = gas yang terserap pada tekanan p, scf
ρb = densitas rata-rata batubara, gr/cm3
V = gas yang terserap pada tekanan p, scf/ton

4 Gas bebas yang tersisa (GR)


𝐵𝑤 𝑊𝑝
+(1−𝑆𝑤𝑖 )−(𝑃𝑖 −𝑃)(𝐶𝑓 +𝐶𝑤 𝑆𝑤𝑖 )
7758𝐴ℎ∅
𝐺𝑅 = 7758𝐴ℎ∅𝑥 [ ] 𝐸𝑔 ................... (7)
1−(𝑃𝑖 −𝑃)𝐶𝑓

Dimana :
GR = gas yang tersisa pada tekanan p, scf
Wp = kumulatif air, bbl
A = luas, acres
Dan faktor ekspansi gas :
𝑃
𝐸𝑔 = 198.6 𝑠𝑐𝑓/𝑏𝑏𝑙 .................................................................. (8)
𝑇𝑍
Kemudian substitusikan keempat turunan tersebut ke persamaan (1) dan hasilnya
sebagai berikut :
𝐵𝑤 𝑊𝑝 𝐸𝑔 7758∅[∆𝑃(𝐶𝑓 +𝑆𝑤𝑖 𝐶𝑤𝑖 )−(1−𝑆𝑤𝑖 )𝐸𝑔 ]
𝐺𝑝 + 1−(𝐶 = 𝐴ℎ [1359.7𝜌𝑏 (𝐺𝑐 − 𝑉) + ]+
𝑓 ∆𝑃) 1−(𝐶𝑓 ∆𝑃)

7758𝐴ℎ∅(1 − 𝑆𝑤𝑖 )𝐸𝑔𝑖 .................................................................... (9)


Persamaan umum material balance diatas merupakan persamaan garis lurus
yang dapat dituliskan sebagai berikut :
y = mx + a ......................................................................................... (10)
dengan
𝐵𝑤 𝑊𝑝 𝐸𝑔
y = 𝐺𝑝 + 1−(𝐶
𝑓 ∆𝑃)

7758∅[∆𝑃(𝐶𝑓 +𝑆𝑤𝑖 𝐶𝑤𝑖 )−(1−𝑆𝑤𝑖 )𝐸𝑔 ]


x = 1359.7𝜌𝑏 (𝐺𝑐 − 𝑉) + 1−(𝐶𝑓 ∆𝑃)

m = Ah
a = 7758𝐴ℎ∅(1 − 𝑆𝑤𝑖 )𝐸𝑔𝑖
Persamaan (9) dapat digunakan untuk memprediksi prilaku reservoir CBM
sebagai fungsi tekanan reservoir. Dengan mengabaikan koefisien kompresibilitas
air dan formasi, persamaan (9) dapat dituliskan sebagai berikut :
𝑃
𝐺𝑃 + 𝐵𝑤 𝑊𝑝 𝐸𝑔 = 𝐺 − (1359.7𝐴ℎ𝜌𝐵 𝑉𝑚 𝑏) 1+𝑏𝑝 − 7758𝐴ℎ(1 − 𝑆𝑤𝑖 )𝐸𝑔 +

7758𝐴ℎ∅(1 − 𝑆𝑤𝑖 )𝐸𝑔𝑖 ..................................................................... (11)


Dalam bentuk yang lebih sederhana, persamaan (11) dapat dituliskan sebagai
berikut :
1 𝑎 𝑃
𝐺𝑝 + 𝐵𝑤 𝑊𝑝 𝐸𝑔 = 𝐺 − 1+𝑏𝑝 + 𝑎2 (𝐸𝑔𝑖 − 𝐸𝑔 ) .................................... (12)

Dimana koefisien a1 dan a2 adalah


a1 = 1359.7AhVm
a2 = 7758AhΦ(1-Swi)
Persamaan (12) kemudian diturunkan terhadap tekanan
𝜕(𝐺𝑝 +𝐵𝑤 𝑊𝑝 𝐸𝑔 ) 1 𝑎 𝜕𝐸𝑔
= − (1+𝑏𝑝)2 − 𝑎2
................................................... (13)
𝜕𝑃 𝜕𝑃

𝑎1 (𝑝𝑛 −𝑝𝑛+1 )
𝐺𝑝𝑛+1 + 𝐵𝑤𝑛+1 𝑊𝑝𝑛+1 𝐸𝑝𝑛+1 = 𝐺𝑝𝑛 + 𝐵𝑤𝑛 𝑊𝑝𝑛 𝐸𝑝𝑛 + (1+𝑏𝑝𝑛+1 )
+ 𝑎2 (𝐸𝑔𝑛 − 𝐸𝑔𝑛+1 )

........................................................................................................... (14)
Dimana superscript n dan n+1 menunjukkan waktu sekarang dan waktu yang
akan datang.
Persamaan (14) memiliki dua parameter yang tidak di ketahui yaitu 𝐺𝑝𝑛+1 dan
𝑊𝑝𝑛+1 dan dibutuhkan dua hubungan tambahan.
1) Persamaan GWR
2) Persamaan saturasi gas
Hubungan GWR yaitu :
𝑄𝑔 𝐾𝑟𝑔 𝜇𝑤 𝐵𝑤
= 𝐺𝑊𝑅 = ...................................................................... (15)
𝑄𝑤 𝐾𝑟𝑤 𝜇𝑔 𝐵𝑔

Kumulatif gas yang diproduksikan dihubungkan dengan EWR, persamaannya :


𝑊𝑝
𝐺𝑝 = ∫0 (𝐺𝑊𝑅)𝑑𝑊𝑝 ..................................................................... (16)
Peningkatan produksi gas (ΔGp) antara 𝑊𝑝𝑛 dan 𝑊𝑝𝑛+1
𝑊 𝑛+1
𝐺𝑝𝑛+1 − 𝐺𝑝𝑛 = ∆𝐺𝑝 = ∫𝑊𝑛𝑝 (𝐺𝑊𝑅)𝑑𝑊𝑝 ....................................... (17)
𝑝

Persamaan matematika yng dibutuhkan untuk memprediksi recovery performance


reservoir CBM adalah saturasi gas. Dengan mengabaikan kompresibilitas air dan
formasi, saturasi gas :
𝐵𝑛+1 𝑛+1
𝑤 𝑊𝑝
(1−𝑆𝑤𝑖 )−(𝑃𝑖 −𝑃 𝑛+1 )(𝐶𝑓 +𝐶𝑤 𝑆𝑤𝑖 )+
𝑆𝑔𝑛+1 = 758𝐴ℎ∅
.................................. (18)
1−⌊(𝑃𝑖 −𝑃𝑛+1 )𝐶𝑓 ⌋

4.2 CONTOH PERHITUNGAN


BAB V

PEMBAHASAN
BAB VI
KESIMPULAN

1. Reservoir CBM merupakan reservoir gas yang menghasilkan dan menyimpan


gas alam pada lapisan batubara dengan kedalaman > 500 meter dibawah
permukaan.
2. Petroleum system dan komponen reservoir CBM sama dengan reservoir migas
konvensional, namun karena reservoir CBM bertindak sebagai source rock
maka tidak memerlukan migrasi dan perangkap reservoir.
3. Dengan menggunakan metode material balance yang telah dimodifikasi maka
dapat diperkirakan perilaku reservoir CBM.
DAFTAR PUSTAKA

1 Ahmed, Tarek; McKinley, Paul D. : “Advanced Reservoir Engineering”,


Elsevier Scientific Publishing Company, Oxford,2005.
2 Ahmed, Tarek : “Reservoir Engineering Handbook”, Gulf Profesional
Publishing, Texas,2000.
3 Amyx, James W.; Bass, Daniel M, Jr; Whiting, Robert L.: “Petroleum
Reservoir Engineering : Physical Properties”, McGraw-Hill Book
Company, New York,1960.
4 Dake, L.P., “Fundamental of Reservoir Engineering”, Elsevier Scientific
Publishing Company, Amsterdam-Oxfor-New York, 1978.
5 Sugiarto. Edo Sayib : “Jurnal Tentang Minyak dan Gas Bumi : Coal Bed
Methane : Definisi dan evaluasi cadangan dengan metode volumetris”,
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia, Jakarta, November 2007.

Anda mungkin juga menyukai