Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PARASITOLOGI

“MIKOLOGI”

Dosen Pembimbing
Desembra Lisa, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok III
1. Alifah Nur Fikriaty P21335118005
2. Anggun Fortunata Dewi P21335118009
3. Dheanita Syahri P21335118019
4. Rasyid Miftahul Falah P21335118053
5. Rogate Jenyfer Prisqilla S. P21335118055

1 D4 B KESEHATAN LINGKUNGAN

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II


Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa sebab atas segala rahmat, karunia, serta taufik dan
hidayah-Nya, makalah parasitologi dengan sub bahasan mengenai “ mikologi” ini dapat
diselesaikan tepat waktu. Meskipun kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan
didalamnya. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada ibu Desembra Lisa, S.pd, M.pd
. yang telah membimbing dan memberikan tugas ini.
Kami sangat berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat, serta memberikan
ilmu dan wawasan yang baru dan mendalam dalam bidang parasitologi khususnya mikologi

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
untuk kemudian makalah kami ini dapat kami perbaiki dan menjadi lebih baik lagi.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Kami juga yakin
bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna dan masih membutuhkan kritik serta saran dari
pembaca, untuk menjadikan makalah ini lebih baik ke depannya

Jakarta, 11 Febuari 2019

Penyusun

i
Daftar Isi
A. DEFINISI ................................................................................................................................................. 1
B. KLASIFIKASI............................................................................................................................................ 1
C. CIRI-CIRI................................................................................................................................................. 2
D. SIFAT UMUM MIKOLOGI ....................................................................................................................... 2
E. MORFOLOGI .......................................................................................................................................... 3
F. STRUKTUR JAMUR................................................................................................................................. 5
G. KLASIFIKASI JAMUR ............................................................................................................................... 6
H. SIKLUS HIDUP JAMUR ........................................................................................................................... 7
I. Cara diagnosa dan pemeriksaan laboratorium ..................................................................................... 9
J. Cara penularan penyakit yang disebabkan oleh jamur....................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 15

ii
A. DEFINISI
Jamur adalah mikroorganisme yang termasuk golongan eukariotik dan tidak termasuk
golongan tumbuhan
Mikologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang jamur (fungi) -
banyak orang juga menyebut cendawan. Mikologi berasal dari kata “mykes” yang berarti
Myceane yaitu salah satu kelompok mushroom (jamur mikro) dan dari kata “logos” yang
berarti ilmu. Jadi bisa dikatakan mikologi adalah ilmu yang mepelajari tentang jamur dan
pemanfaatnya dalam kehidupan sehari – hari oleh manusia.
Mikologi kedokteran adalah ilmu yang mempelajari tentang jamur serta penyakit yang
ditumbulkannya pada manusia.

B. KLASIFIKASI
Ada 3 pembagian utama mikosis jamur, yaitu:
1. Infeksi jamur superfisial (superfisial mycoses), jamur yang menyerang permukaan badan
seperti kulit, rambut dan kuku, Pityriasis versicolor, dermatophytosis, superficial
candidosis
2. Inteksi jamur subkutan (subcutaneus mycoses), jamur yang menyerang jaringan
subkutan dan struktur sekitarnya termasuk kulit dan tulang (mycetoma, chromomycosis,
sporotricosis).
3. Infeksi jamur systemik (sistemic mycoses), jamur yang menyerang jaringan organ di
dalam tubuh (deep viscera). Infeksi jamur sistemik adalah infeksi jamur yang menyerang
organ dalam misalnya paru, hati, limpa, traktus gastrointestinal dan menyebar lewat aliran
darah atau getah bening.
 Infeksi jamur sistemik. Dapat disebabkan oleh 2 kelompok jamur, yaitu:
1. Jamur Patogen Sistematik
Jamur ini dapat menginovasi dan berkembang pada jaringan host normal tanpa adanya
predisposisi. Jumlahnya lebih sedikit Infeksi jamur patogen sistemik pada paru yang
sering terjadi adalah: ¾ Histoplasmosis, disebabkan Histoplasma capsulatum. ¾
Koksidioidornikosis, disebabkan oleh Coccidioides immitis. ¾
Parakoksidioidornikosis, disebabkan oleh Paracoccidioides brasiliensis. 18,23 ¾
Blastomikosis, disebabkan oleh Blastomyces dermatitidis. ¾ Kriptokokosis,
disebabkan oleh Cryptococcus neoformans.

1
2. Jamur Oportunstik
Organisme Oportunistik artinya dalam keadaan normal sifatnya non patogen tetapi
dapat berubah menjadi patogen bila keadaan tubuh melemah, dimana mekanisme
pertahanan tubuh terganggu. lnfeksi jamur oportunistik temyata lebih sering terjadi
dibandingkan infeksi jamur patogen sistemik. lnfeksi ini umumnya terjadi pada
penderita defisiensi sistem pertahanan tubuh atau pasien-pasien dengan keadaan
umum yang lempah patient. lnfeksi jamur paru oportunistik yang sering terjadi adalah:
. Kandidiasis paru dan Aspergilosis paru.

C. CIRI-CIRI
Mikologi (jamur) itu tidak mempunyai atau tidak memiliki klorofil, jamur itu hidup dari
zat-zat yang sudah dibuat oleh organisme lain, dan dari hal ini jamur itu bias kita sebut
organisme heterotrof ( heterotropik ) . Adapun ciri umum jamur/fungi yaitu:
a. Memiliki inti sel
b. Memproduksi spora
c. Tidak memiliki klorofil
d. Berkembang biak secara seksual maupun aseksual
e. Beberapa memiliki bagian-bagian tubuh berbentuk filamen dengan dinding sel yang
mengandung silolosa atau khitin, atau dari keduanya. Tubuh jamur berupa sel-sel yang
lepas satu sama lain, dapat berupa beberapa sel yang bergandengan dan dapat juga
berupa benang.
f. Jamur bertumbuh dengan baik di tempat lembab

D. SIFAT UMUM MIKOLOGI


a. Saprofit, karena hidup dari benda-benda atau bahan-bahan organik yang sudah
mati. Saprofit menghancurkan sisa-sisa bahan tumbuhan dan hewan yang kompleks
menjadi bagan yang lebih sederhana.
b. Parasit, karena menyerap bahan organik dari organisme yang masih hidup (inung).
Fungsi dapat bersifat parasit obligat (parasit sebenarnya) dan parasit fakultatif
(mula-mula bersifat parasit, kemudian membunuh inangnya).
c. Simbion, karena dapat bersimbiosis dengan organisme lain.

2
E. MORFOLOGI
Organisme yang tergolong fungi adalah khamir dan kapang. Berikut penjelasannya:
a. Khamir, adalah jamur yang bersel satu dan sel- selnya berbentuk, bulat, lonjong
atau memanjang . Ukurannya mikroskopik (renik) dan hanya dapat dilihat melalui
mikroskop.Berkembang biak dengan membentuk tunas dan membemtuk koloni
yang basah atau belendir. Khamir tidak dilengkapi flagellum atau organ-organ
penggerak lainnya.
 Klasifikasi Khamir:
• Kingdom : Fungi
• Filum : Ascomycota
• Sub : Pezizomycotina
• Kelas : Saccharomycetes
• Order : Saccharomycetales
• Family : Saccharomycetaceae
• Genus : Saccharomyces
• Spesies : Saccharomyces cerevisiae

 Menurut morfologinya, khamir dibagi menjadi 2 yaitu:


(1) Khamir Sejati
Pada dasarnya, kelompok khamir sejati termasuk ke dalam kelas Ascomycetes.
Khamir sejati berciri-ciri memiliki spora. Yang termasuk dalam kelompok ini
adalah spesies Saccharomyces, Schizosaccharomyces, Zygosaccharomyces,
Pichia, Hansenula, Debaryomyces dan Hanseniaspora.
(2) Kamir Liar
Kelompok khamir liar ini merupakan kelompok khamir yang tidak memiliki spora.
Kelompok khamir liar ini pertumbuhannya ada yang diharapkan dan ada juga yang
tidak diharapkan. Yang termasuk ke dalam kelompok khamir liar ini adalah
Candida, Torulopsis, Brettanomyces, Rhodotorula, Trichosporon, dan Kloeckera.

b. Kapang, merupakan mikroorganisme anggota Kingdom Fungi yang membentuk


hifa. Kapang terdiri dari suatu thallus yang tersusun dari filamen yang bercabang

3
yang disebut hifa. Kumpulan dari hifa membentuk suatu jalinan yang disebut
miselium. Setiap hifa memiliki lebar 5-10 µm. Kapang tidak berflageta.
 Menurut sifatnya ada tiga macam hifa, yaitu hifa fertil hifa vegetatif. Dan hifa
reproduktif
(1) Hifa fertil dapat membentuk sel-sel reproduktif atau badan buah (spora).
Biasanya arah pertumbuhannya ke atas sebagai hifa udara.
(2) Hifa vegetatif berfungsi mencari makanan ke dalam substrat untuk
pertumbuhan.
(3) Hifa Reproduktif yaitu membentuk spora dan bersifat sebagai hifa udara yang
berfungsi mengambil oksigen
 Berdasarkan pembentukannya spora dibagi menjadi dua macam yaitu
spora seksual dan spora aseksual
1. Spora aseksual yang disebut talospora (thallospora ), yaitu spora yang langsung
dibentuk dari hifa produktif, yang termasuk thallospora yaitu :
a. Blastospora yaitu spora yang berbentuk tunas pada permukaan sel, ujung hifa
semu atau pada sekat ( septum ) hifa semu contoh : candida.
b. Klamidospora yaitu spora yang dibentuk pada hifa diujung, di tengsh atau
menonjol ke lateral dan disebut klamidospora terminal, interkelar dan lateral.
Diameternya lebih tebal dari hifa yang berdinding tebal, contoh : Candida
Albicans, dermatofita
c. Artspora yaitu spora yang dibentuk langsung dari hifa dengan banyak septum
yang kemudian mengadakan bayak fragmentasi sehingga hifa tersebut terbagi
menjadi banyak artrospora yang berdinding tebal,contoh :
Oididendron,Geotrichum
d. Aleuriospora yaitu spora yang dibentuk pada ujung atau sisi dari hifa khusus
yang disebut konidiofora. Uniseluler dan kecil disebut mikrokonidia ( mikro
aleuspora ) atau multiseluler ; besar atau panjang disebut makrokondria.
Contoh : Fusarium, Curvularia,dermatofita
e. Sporangiospora yaitu spora yang dibentuk di dalam ujung hifa yang
menggelembung disebut sporangium, contoh: Rhizopus, Mucor, Absidia.

4
f. Konidia yaitu spora yang dibentuk di ujung sterigma bentuk fialid. Sterigma
dinentuk diatas konidiofora. Konida membentuk susunan seperti rantai.
Contoh : Penicillium, Aspergillus
2. Spora Seksual, dibentuk dari fusi dua sel atau hifa. Yang termasuk golongan spora
seksual yaitu :
a. Zigospora, yaitu spora yang dibentuk dari fusi ( penggabungan) dua hifa yang
sejenis membentuk zigot dan didalam zigot terbentuk zigospora.
b. Oospora yaitu spora yang dibentuk dari fusi dua hifa yang tidak sejenis (
anteredium dan oogenium )
c. Askospora yaitu spora yang dibentuk di dalam askus sebagai hasil
penggabungan ( fusi ) dua sel atau dua jenis hifa
d. Basidiospora yaitu spora yang di bentuk pada basidium sebagai hasil
penggabungan dua jenis hifa

 Sedangkan menurut morfologinya, ada 3 macam hifa:


(1) Aseptat atau senosit, hifa seperti ini tidak mempunyai dinding sekat atau
septum;
(2) Septat dengan sel-sel uninukleat, sekat membagi hifa menjadi ruang-ruang atau
sel-sel berisi nucleus tunggal, pada setiap septum terdapat pori ditengah-tengah
yang memungkinkan perpindahan nucleus dan sitoplasma dari satu ruang keruang
yang lain, setiap ruang suatu hifa yang bersekat tidak terbatasi oleh suatu membrane
sebagaimana halnya pada sel yang khas, setiap ruang itu biasanya dinamakan sel;
(3) Septat dengan sel-sel multinukleat, septum membagi hifa menjadi sel-sel
dengan lebih dari satu nukleus dalam setiap ruang.

F. STRUKTUR JAMUR

5
G. KLASIFIKASI JAMUR
Jamur dibagi menjadi 6 divisi :
a. Oomycotina
 Reproduksi seksual dengan cara oogami yang menghasilkan oospore
 Reproduksi seksual terjadi dengan membentuk zoospora yang dihasilkan dalam
sporangium
 Hifa fungi ini adalah hifa non-septat (tidak bersepta)
 Contoh: Phytophthora infestans (menyebabkan penyakit pada tanaman kentang, coklat,
lada, kina, dll), Saprolegnia (sering ditemukan pada bangkai serangga), Phytium
(menyebabkan penyakit busuk pada kecambah, tembakau,kina, bayam, dan nanas)
b. Zygomycotina
 Reproduksi seksual dengan cara konjugasi yang menghasilkan zigospora
 Reproduksi aseksual dengan menghasilkan spora yang terkandung dalam konidium atau
sporangium
 Hifa dari fungi ini non-septat (tidak bersepta)
 Pada umunya hidup terestial
 Contoh: Rhyzopus oryzae (untuk membuat tempe), Mucor javanicus (terdapat dalam ragi
tape)

c. Ascomycotina

6
- Reproduksi seksual menghasilkan spora yang disebut askospora
- Askospora dihasilkan dalam suatu stuktur usus yang disebut askus
- Reproduksi aseksual dilakukan dengan menghasilkan konidia
- Hifanya bersepta
- Contoh: Penicillium (penghasil bahan antibiotik penisilin), Ppiedraia hortai (penyebab
infeksi rambut pada manusia), Candida albicans (menimbulkan penyakit pada selaput
lendir, mulut, vagina dan saluran pencernaan)
d. Basidiomycotina
- Reproduksi seksual menghasilkan basidiospora
- Reproduksi aseksual membentuk konidium
- Bersifat saprofit dan parasite
- Contoh: Volvariella volvaceae (jamur merang)
e. Deuterommycotina
- Reproduksi seksual belum diketahui sehingga dikenal sebagai jamur tidak sempurna
(fungi imperfect)
- Reproduksi aseksual dengan konidium seperti pada ascomytina
- Hifa bersekat
- Beberapa anggota dari kelompok jamur ini hidup parasit pada manusia dan hewan
- Contohnya adalah Histoplasma capsulatum, Epidermiphyton floocosum,
Epodermiphyton microsporum, dan Tricophyton.
f. Impefecti ( anomorphic fungi )
Jamur yang digolongkan kelompok ini adalah jamur yang belum dikenal stadium
seksualnya, dibagi dalam 3 kelas penting yaitu
1. Hypomycetes ( konidia diproduksi dari hifa ), contoh : Aspergillus, Cladophialopora,
Fusarium, Microsporum, Phialophora .
2. Coelomycetes ( konidia diproduksi dari hifa sferikal yang di bagian ujungnya terbuka
: pycinidia atau flat & cup shapped; acervuli ) contoh : Lasiodiplodia, Pyrenochaetada
3. Blastomycetes ( thalus terdiri atas blastopora atau hifa semu ) contoh : Candida

H. SIKLUS HIDUP JAMUR


Reproduksi jamur dapat melalui 2 cara, yaitu:

7
a. Vegetatif, reproduksi secara vegetatif pada jamur bersel satu dilakukan dengan cara
pembentukan tunas yang akan tumbuh menjadi individu baru. Sementara reproduksi secara
vegetatif pada jamur multiseluler dilakukan dengan cara sebagai berikut:
 Fragmentasi (pemutusan) hifa. Potongan hifa yang terpisah akan tumbuh menjadi jamur
baru.
 Pembentukan spora vegetatif. Spora vegetatif dapat berupa sporangiospora atau
konidiospora
b. Generatif, reproduksi pada jamur secara generatif (generatif) dilakukan dengan
pembentukan spora generatif melalui peleburan antara hifa yang berbeda jenis.

Mekanismenya dapat diuraikan sebagai berikut:


1) Hifa (+) dan hifa (-), masing-masing berkromosom haploid (n), berdekatan
membentuk gametangium. Gametangium merupakan perluasan hifa.
2) Gametangium mengalami plasmogami (peleburan sitoplasma) membentuk
zigosporangium dikariotik (heterokariotik) dengan pasangan nukleus haploid yang
belum bersatu. Zigosporangium memiliki lapisan dinding sel yang tebal dan kasar
untuk bertahan pada kondisi buruk atau kering.
3) Bila kondisi lingkungan membaik akan terjadi kariogami (peleburan inti) sehingga
zigosporangium memiliki inti yang diploid (2n).
4) Inti diploid zigosporangium segera mengalami pembelahan secara meiosis
menghasilkan zigospora haploid (n) di dalam zigosporangium.
5) Zigospora haploid (n) akan berkecambah membentuk sporangium bertangkai pendek
dengan kromosom haploid (n).

8
6) Sporangium haploid (n) akan menghasilkan spora spora yang haploid (n). Spora-spora
ini memiliki keanekaragaman genetik.
7) Bila spora-spora haploid (n) jatuh di tempat yang cocok, maka akan berkecambah
(germinasi) menjadi hifa jamur yang haploid (n). Hifa akan tumbuh membentuk
jaringan miselium yang semuanya haploid (n)

I. Cara diagnosa dan pemeriksaan laboratorium

 Pengambilan dan Penanganan Sampel


a. Pengambilan Sampel
1. Kuku
 Disiapkan pisau scalpel dan gunting kuku steril
 Dibersihkan kuku dengan kapas beralkohol, dibiarkan kering.
 Sementara kuku mengering, disiapkan media yang digunakan.
 Ditulis no.lab., nama pasien, dan tanggal pengambilan sampel.
 Digunakan cawan petri steril untuk menampung potongan dan kerokan kuku.
 Dipotong kuku dengan gunting kuku. Diusahakan potongan kuku agak besar, untuk
direndam dalam KOH Parker Blue 20%.
 Sisa potongan kuku dikerok dengan pisau scalpel untuk ditanam dalam media yang
sudah disiapkan.
2. Kulit
 Disiapkan pisau scalpel steril.
 Dibersihkan kulit yang akan dikerok dengan kapas beralkohol, dibiarkan mengering.
Sementara kulit mengering, disiapkan media yang akan digunakan
 Ditulis no.lab., nama pasien, dan tanggal pengambilan sampel.
 Dikerok bagian kulit yang terinfeksi.
 Kerokan yang sudah terkumpul sebagian ditabur (ditanam) dalam media yang sudah
disiapkan, sebagian dibuat preparat KOH.
3. Rambut
Cara pengambilan sampel dari kepala sama dengan pengambilan sampel dari kulit. Hanya
ditambah dengan akar rambut, karena biasanya terdapat spora pada akar rambut (endotriks
ataupun eksotriks).

b. Pengolahan Sampel
Dalam Pengolahan sampel pasien, hanya sampel kuku yang harus diolah. Cara pengolahan

9
 Sampel kuku dikerik.
 Sampel kuku yang agak besar direndam dalam larutan KOH Parker Blue 20% (2-3
tetes) dan disimpan selama 1 malam dalam suhu/temperatur ruangan.

c. Pemeriksaan Sampel
- Preparat KOH
1. Kuku
 Disiapkan object glass, diberi nomor lab. dipinggirnya.
 Diambil 1-2 Ose sampel kuku yang telah direndam dalam KOH Parker Blue 20% dan
oleskan di atas object glass. Diusahakan agar mendapatkan kuku yang berbentuk seperti
bubur
 Ditutup dengan cover glass. Ditekan sedikit agar didapat preparat yang cukup tipis.
 Diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran lensa okuler 10x dan lensa objektif
10x atau dengan lensa objektif 40x.
2. Kulit
 Disiapkan object glass, diberi nomor lab. Dipinggirnya
 Kerokan kulit dikumpulkan dibagian tengah object glass
 Diteteskan 1 tetes larutan KOH Parker Blue 20% dipinggirnya
 Dengan menggunakan cover glass, dicampurkan kerokan kulit dengan larutan tadi
dengan ditutup dengan cover glasstadi.
 Diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran lensa okuler 10x dan lensa objektif
10x atau dengan lensa objektif 40x.

3. Rambut
1) Disiapkan object glass, diberi nomor lab. Dipinggirnya
2) Rambut dan kerokan kulit kepala dikumpulkan dibagian tengah object glass.
3) Diteteskan 1 tetes larutan KOH Parker Blue 20% dipinggirnya.
4) Dengan menggunakan cover glass, dicampurkan rambut dan kerokan kulit dengan
larutan tadi dengan ditutup dengan cover glass tadi.
5) Diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran lensa okuler 10x dan lensa objektif
10x atau dengan lensa objektif 40x.

- Sputum, Pus, Urine, Liquor, Biopsi, dll.


1) Disiapkan object glass, diberi nomor lab. dipinggirnya.

10
2) Diteteskan 1 tetes larutan KOH Parker Blue 20% dipinggirnya.
3) Diambil 1 ose sampel, disuspensikan dengan larutan KOH Parker Blue 20% tadi.
4) Ditutup dengan cover glass. Ditekan sedikit agar didapat preparat yang cukup tipis.
5) Diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran lensa okuler 10x dan lensa objektif
10x atau dengan lensa objektif 40x
.
- Sekret, Sampel Swab
1) Disiapkan object glass, diberi nomor lab. dipinggirnya.
2) Dioleskan sampel sekret / sampel swab ke atas object glass, dicampurkan dengan 1-2
tetes larutan KOH Parker Blue 20%
3) Ditutup dengan cover glass. Ditekan sedikit agar didapat preparat yang cukup tipis.
4) Diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran lensa okuler 10x dan lensa objektif
10x atau dengan lensa objektif 40x.

4. Kuku
1) Sampel kuku yang telah dikerik masing-masing dimasukkan kedalam plate SBRC Agar
dan Dermatophyte Test Medium (DTM).
2) Dibungkus plate yang telah berisi isolat dari sampel kuku dengan menggunakan
kertas Non Woven Blue.
3) Disimpan pada suhu / temperatur ruangan (25 - 30oC) selama 1 bulan. Diamati
perkembangan tiap 1 minggu.

5. Kulit
1) Sampel kerokan kulit masing-masing dimasukkan kedalam plate SBRC Agar dan
Dermatophyte Test Medium (DTM).
2) Dibungkus plate yang telah berisi isolat dari sampel kuku dengan menggunakan
kertas Non Woven Blue.
3) Disimpan pada suhu / temperatur ruangan (25 - 30oC) selama 1 bulan. Diamati
perkembangan tiap 1 minggu.
6. Rambut
1) Sampel rambut dan kerokan kulit kepala masing-masing dimasukkan
kedalam plate SBRC Minyak Agar dan Dermatophyte Test Medium (DTM).
2) Dibungkus plate yang telah berisi isolat dari sampel kuku dengan menggunakan
kertas Non Woven Blue.
3) Disimpan pada suhu/temperatur ruangan (25-30oC) selama 1 bulan. Diamati
perkembangan tiap 1 minggu.

- Sekret/Sampel Swab
Langsung dihapuskan pada media yang sudah disiapkan. Dibuat preparat sisanya

11
- Sputum,Pus, Darah, dll.
1) Ditanam dengan cara digores menggunakan ose steril, sisanya dibuat preparat KOH
Parker Blue 20%.
2) Untuk sampel darah, diusahakan mendapat 2 bagian. 1 bagian ditambah Anti coagulant
untuk dibuat preparat dan 1 bagian darah segar untuk biakan (kultur)

- Preparat Lacto-Phenol Cotton Blue

1. Didalam safety cabinet, ditandai koloni tersangka yang tumbuh pada media.
2. Disiapkan object glass bersih dan steril, ditulis nomor pemeriksaan dipinggirnya.
3. Diteteskan 1 tetes larutan Lacto-Phenol Cotton Blue ke atas object glass.
4. Diambil koloni tersangka dengan ose lurus / jarum tusuk.
5. Disuspensikan dengan larutan Lacto-Phenol Cotton Blue.
6. Ditutup dengan cover glass. Ditekan sedikit agar didapat preparat yang cukup tipis.
7. Diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran lensa okuler 10x dan lensa objektif
10x atau dengan lensa objektif 40x.
- Subkultur
1. Disiapkan media SBRD Agar / Rice Medium (jamur tertentu), diberi no. Lab dan
tanggal.
2. Pada safety cabinet, diambil sedikit koloni tersangka dan tanam pada media SBRD Agar
/ Rice Medium yang tadi sudah disiapkan.
3. Diinkubasi pada suhu 35-37 C.

- Tes Fermentasi Gula-gula

12
 Disiapkan larutan glukosa, maltosa, sakarosa, dan urea slant
dan plate yang terdapat koloni tersangka golongan Candida / Yeast
 Diambil sedikit koloni dengan ose lurus / tusuk dan disuspensikan
kedalam larutan-larutan tadi.
 Dibakar kembali ose lurus / tusuk yang telah digunakan.
 Disimpan dalam inkubator dengan temperatur 35-37oC selama 24-
72 jam.
 Diamati perubahan warna menjadi rose dan pembentukan gas pada
tabung Durham (pembentukan gas baik pada hari ketiga), kemudian
disesuaikan dengan Tabel Identifikasi Spesies Candida.

- Germ Tube Test

1) Disiapkan cawan petri steril, batang Z/N, object glass dan cover glass bersih dan steril,
serta serum kelinci.
2) Disimpan batang Z/N kedalam cawan petri, ditaruh object glass diatasnya.
3) Diteteskan 1-2 tetes serum kelinci yang sehat pada object glass.
4) Diambil sedikit koloni dengan menggunakan ose mata/bulat steril.
5) Disuspensikan dengan serum kelinci tadi dan ditutup dengan cover glass
6) Diberi air atau aquadest steril didasar cawan tersebut agar tidak kering saat diinkubasi.
7) Disimpan dalam inkubator dengan temperatur 35-37oC selama 2-4 jam.
8) Diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran lensa okuler 10x dan lensa objektif
10x atau dengan lensa objektif 40x.

13
- Slide Culture
1) Disiapkan cawan petri steril, batang Z/N, object glass dan cover glass bersih dan steril,
1x1 cm media SBRD Agar, dan koloni jamur golongan Moulds.
2) Disimpan batang Z/N kedalam cawan petri, ditaruh object glass diatasnya.
3) Ditaruh media SBRD Agar ukuran 1x1 cm diatas object glass tersebut.\
4) Dengan jarum tusuk, diambil sedikit jamur (diambil sampai ke akarnya), lalu oles rata
dipinggir-pinggir media SBRD Agar tadi.
5) Media yang sudah diolesi tadi ditutup dengan cover glass.
6) Diberi air atau aquadest steril didasar cawan tersebut agar tidak kering saat diinkubasi
7) Disimpan di suhu ruangan selama 2-3 hari.
8) Diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran lensa okuler 10x dan lensa objektif
10x atau dengan lensa objektif 40x.

 Cara menegakkan diagnosis


 Selain dari gejala-gejala khas setiap jamur diagnosis suatu penyakit jamur harus
dibantu dengan pemeriksaan laboratorium, yaitu :
 Pemeriksaan preparat langsung
 Pembiakan
 Reaksi imonulogis
 Biopsi atau gambaran pemeriksaan histopatologi
 Pemeriksaan dengan sinar Wood

J. Cara penularan penyakit yang disebabkan oleh jamur


Masuknya jamur dalam tubuh dapat melalui :
• Melalui luka kecil atau aberasi pada kulit misalnya golongan dermatofitosis,
kromoblastomikosis.
• Melalui saluran napas, dengan mengisap elemen-elemen jamur seperti pada
histoplastosis.
• Melalui kontak tetapi tidak perlu ada luka atau aberasi kulit seperti golongan
dermatofitosis.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id
Brandi ME, Warnock DW, 2003, Labroratory aspect of medical mycology,
New York : Oxford University press
Rippon JW, 1988, Medical Mycology 3rd edition, Philadelpia: WB saunders.co
Staff Pengajar Departemen FK UI, 2016, Parasitologi Kedokteran edisi keempat,
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

15

Anda mungkin juga menyukai