Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KELOMPOK

TEKNIK PREPARASI DAN TEKNIK OBTURASI


SALURAN AKAR

OLEH:

KELOMPOK 2

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019
KELOMPOK 2

KETUA : Dinda Tryana Sembiring (170600129)

SEKRETARIS : David Jordan Pandidian Sidebang (170600130)

ANGGOTA : Suryani Hannum (170600011)

Grace Anastasia Tarigan (170600012)

Muhammad Rafli Arsyad Manurung (170600013)

Rafqi Karina Berutu (170600014)

Kurnia Isnaini Sinaga (170600015)

Ikhwanir Raisa Amini (170600016)

Muhriza Damayanti (170600017)

Auliya Rahmi (170600018)

Nurul Izzatunna Jhirah Harahap (170600019)

Iin Ventika Sari Sinuhaji (170600020)

Agnes Nikita Pangaribuan (170600121)

Prayuda Luthfi Huda (170600122)

Yohana Rebekka Uli Sinabang (170600123)

Martha Mangunsong (170600124)

Samuel Costya Sidabutar (170600125)

Chynthia Ayu Novitasari Purba (170600126)

Shalba Zora Desvana Lilipaly (170600127)

Shabrina Alifah Siregar (170600128)


PREPARASI SALURAN AKAR
Preparasi Saluran Akar merupakan pembukaan akses ke saluran akar dengan
membuang seluruh jaringan karies, membuka atap pulpa, dan membentuk akses garis lurus,
dengan prinsip Cleaning and Shaping.
Yang dimaksud dengan Cleaning, membersihkan saluran akar dengan melakukan
debridemen. Debridemen adalah mengeluarkan iritan (berupa bakteri, produk bakteri,
jaringan nektorik, debris organik, jaringan vital, produk dari saliva, darah, dll) yang ada
maupun yang mampu menjadi iritan dari seluruh sistem saluran akar.
Shaping yaitu membentuk saluran akar agar bisa diisi secara optimal dan saat pengisian
kedap dari zat apapun (hermetic).
Preparasi saluran akar dilakukan setelah dilakukan membuka atap pulpa dan mengambil
jaringan pulpa dan mendapatkan saluran akar di dasar pulpa (orifice) kemudian dilakukan
pengukuran panjang kerja.

TEKNIK PREPARASI SALURAN AKAR

1. Teknik Standar (Standardized technique)


Teknik ini teknik sederhana dengan tetap mengacu prinsip Cleaning dan Shaping,
dengan menggunakan jarum ekstirpasi diawal, dilanjutkan dengan jarum reamer, dan
kemudian dilakukan dengan jarum file.3
Prinsip kerja dari teknik ini ialah mengeluarkan jaringan di saluran akar, debridement,
melebarkan saluran akar, dan menghaluskan dinding, serta bentuk saluran yg didapat lebih
membulat.

2. Teknik Step back (Step back technique = serial technique)


Mulai di bagian apikal dengan instrumen yang halus dan bekerja dengan cara dibantu
dengan instrument semakin besar. Diperkenalkan oleh Mullaney. Dirancang untuk
menghindari penyempitan apikal dan saluran melengkung.
a) Tahap 1 . Preparasi di bagian apikal dengan jarum maksimal sampai no.25 dengan
jarum awal jarum terkecil (no.10 atau 15) dengan pengulangan sampai dirasa halus.

b) Tahap 2. Kurangi 1mm, gunakan jarum mulai dari jarum terakhir (no.25) sampai
jarum paling besar dengan tetap mengacu ke panjang kerja. Irigasi debridement
dengan NaOCl 2,5%
c) Tahap 3. Gunakan Gates Glidden-drill untuk membentuk preparasi dinding saluran
akar dibagian tengah hingga bagian orifice. Biasanya digunakan no.2,3,4.

d) Tahap 4. Haluskan kembali saluran akar dengan jarum File no.25 sesuai panjang
kerja. Irigasi debridement dengan NaOCl 2,5%

e) Hasil akhir – preparasi yang berkesinambungan membuat bentuk saluran akar melebar
dari persimpangan cementodentinoenamel ke mahkota.2,4

Kekurangan Teknik Step Back


a. Pada akar yang sempit, instrument tersendat dan mudah patah

b. Kebersihan daerah apical dengan irigasi sulit dicapai

c. Resiko terdorongnya debris kea rah periapikal

d. Prosedur perawatan membutuhkan waktu lama

e. Membutuhkan banyak peralatan

3. Teknik Preparasi Crown down (Crown Down = Step down technique)


Diperkenalkan oleh Marshall dan Pappin, yang disebut preparasi Crown-down
tanpa tekanan. Menggunakan Glidden-Gate dan file yang lebih besar di sepertiga koronal
dari saluran akar (dari orifice) dan file semakin kecil yang digunakan dari 'mahkota-
kebawah' sampai panjang yang diinginkan tercapai.
Tujuan utama: untuk meminimalkan atau menghilangkan sejumlah jaringan nekrotik
yang terekstrusi ke arah foramen apikal selama instrumentasi. Mencegah
ketidaknyamanan karena kurang bersihnya saat instrumentasi dan debridement karena
adanya debris di arah foramen apikal dan menyebabkan penyempitan secara
biokompatibel.2,4

Keuntungan Teknik Crown-Down


a. Membuang penyempitan servikal

b. Akses ke apikal lurus

c. Instrumentasi apikal efisien

d. Irigasi mudah

e. Pengeluaran debris mudah

f. Mencegah debris terdorong kearah apeks


g. Instrumentasi yang digunakan lebih sedikit

h. Waktu lebih cepat

i. Preparasi menghasilkan taper lebih besar

PERBEDAAN METODE STEP-BACK DENGAN CROWN DOWN

STEP-BACK CROWN DOWN


a. Sudah lama digunakan Popularitas sedang menanjak
b. Banyak diajarkan di Kedokteran gigi Asia Banyak diajarkan di Kedokteran gigi
c. Diawali dengan instrument terkecil Amerika
d. Preparasi dimulai pada 1/3 apikal Diawali dengan instrument terbesar
e. Menggunakan hand instrument Pada 1/3 koronal
Menggunakan rotary instrument

Keuntungan Teknik Crown-Down Dengan Alat Putar (Rotary Instruments)


1. Rotary Instrument
- Menggunakan sedikit peralatan/instrument
- Waktu perawatan lebih cepat
- Tidak menggunakan jari sehingga kelelahan berkurang
- Preparasi bentuk taper lebih lebar sehingga : bentuk saluran lebih baik, obturasi lebih
mudah, keberhasilan perawatan lebih mudah dicapai.
2. ProTaper File For Hand Use
4. Teknik Hybrid (Combination technique = step down–step back technique, modified
double-flared technique)
Teknik ini sebenarnya menggunakan teknik dasar step down-step back, dengan
dimodifikasi menggunakan beberapa tambahan instrumentasi antara lain; Ruddle technique,
profile GT taper technique, Quantec instrument technique.
Dengan banyaknya instrumentasi yang digunakan, maka setiap hasil bentuk shaping saluran
akar akan berbeda. Pembuangan dentin yang didapat juga sama dengan prinsip pada
penggunaan Gliden-Gates Drill.2,4

5. Teknik Balanced Force

Teknik ini dilakukan dengan menggunakan Flex-R file berurutan secara searah jarum
jam dan berlawanan yang dikembangkan untuk mengatasi masalah dengan teknik
konvensional. Gaya gerak yang seimbang adalah cara yang efektif untuk mengurangi dentin
di saluran akar. instrument searah jarum jam diputar dengan tekanan lembut sebesar ¼ untuk
menarik file ke dalam kanal dan menyentuh permukaan.

Instrument diputar berlawanan arah jarum jam (sepertiga sampai dua pertiga) dengan
tekanan apical untuk memotong dentin. Dengan searah jarum jam instrument kembali
dimasukkan ke dalam saluran akar untuk mengeluarkan jaringan dentin. Kemudian
instrument dengan debris dikeluarkan dari dalam saluran akar.

Keuntungan dari teknik ini :

- Preparasi terpusat disekitar anatomis saluran akar


- Memungkinkan cukup ruang di “apical third” atau 1/3 apikal
- Tidak perlu precurve file (File dibengkokkan)

OBTURASI SALURAN AKAR


Obturasi yang hermetis dalam saluran akar diperlukan untuk mencapai tujuan utama
perawatan saluran akar, disamping pembersihan dan pembentukan yang baik. Tujuan obturasi
saluran akar adalah untuk mendapatkan suatu kondisi yang disebut fluid tight seal pada
bagian sepertiga apikal. Fluid tight seal adalah kemampuan untuk mencegah merembesnya
cairan jaringan kedalam saluran akar. Kondisi fluid tight seal ini diperlukan untuk mencegah
adanya kebocoran penutupan saluran akar yang dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi
bakteri ke jaringan atau sebaliknya sehingga menyebabkan kegagalan perawatan saluran
akar1. Keberhasilan pengisian saluran akar tergantung pada kompleksitas saluran akar,
instrumentasi saluran, material dan teknik yang digunakan, serta keahlian dan pengalaman
operator. Selain obturasi saluran akar yang harus hermetis, kerapatan apikal merupakan hal
yang harus diperhatikan karena salah satu penyebab kegagalan perawatan saluran akar adalah
terjadinya kebocoran apikal2,4.

1. Teknik Obturasi Kondensasi Lateral (Gutta Percha Dingin)


Teknik Obturasi kondensasi lateral adalah salah satu metode yang paling umum
digunakan untuk pengisian saluran akar. Teknik ini melibatkan penempatan gutta-percha
cone dengan meruncing krucut atau membentuk tapered di saluran akar dan kemudian
pemadatan ditekanan ke dinding lateral dengan menggunakan spreader. Pada akar harus
digunakan gutta percha yang sama besar dengan instrument yang digunakan, gutta percha
yang dipilih kemudian diolesi dengan sealer. Kondensasi lateral ini mudah dilakukan pada
saluran akar yang dipreparasi dengan teknik step back1,4.

Teknik:

1. Keringkan saluran akar dengan paper point, masukan paper point (kertas penghisap) ke
saluran akar sesuai dengan ukuran MAF. Tukar paper point secara bergantian sehingga
saluran akar kering.
2. Pilih gutta percha point dengan ukuran nomor file sesuai dengan MAF, sebagai master
cone (gutta percha utama) potong sesuai dengan panjang kerja sebatas reference point,
kemudian dilakukan pembuatan foto rontgen untuk mengetahui apabila gutta percha
terlalu kecil pada kanal, maka guttap percha yang lebih besar dapat dipilih kembali agar
gutta percha pas/ fit pada kanal.
3. Sealer dicampur diatas wadah yang steril hingga konsistensi seperti krim, kemudian gutta
percha utama diolesi dengan pasta saluran akar atau sealer pada ujung apeks master cone
sedangkan pada saluran akar menggunakan lentulo yang diputar dengan putaran low
speed contra angle, dengan gerakan ditarik kearah koronal. Ratakan sealer ke dinding
saluran akar sepanjang kerja.
4. Gutta percha utama dimasukan ke dalam saluran akar, semaksimal mungkin ditekan
lateral menggunakan spreader, digunakan spreader yang 1-2 mm lebih pendek dari master
point yang dimasukan kedalam saluran akar. Sisa ruang saluran akar diisi lagi dengan
gutta percha tambahan, demikian seterusnya sehingga seluruh saluran akar terisi dengan
baik dan penguakan harus dilakukan dengan hati – hati supaya tidak terjadi fraktur
vertikal saluran akar.
5. Kelebihan gutta percha point dipotong sampai orifis menggunakan ekskavator yang
dipanaskan.
6. Kavitas ditumpat dengan menggunakan tumpatan sementara.

2. Teknik Kondensasi Vertikal (Gutta Perca Panas)

Teknik ini diperkenalkan dengan tujuan untuk mengisi saluran akar baik lateral
maupun saluran aksesori yang tentunya tidak ketinggalan saluran akar utama. Metode ini
digunakan pada teknik preparasi step-back, menggunakan pluger yang dipanaskan, dilakukan
penekanan pada gutta percha yang telah dilunakkan dengan panas ke arah vertikal sehingga
gutta percha mengalir dan mengisi seluruh lumen saluran akar1.

Dasar teknik kondensasi vertikal adalah:

a. Bentuk saluran akar harus meruncing seperti corong secara kontinyu dari orifis hingga
apeks.
b. Hasil preparasi yang dicapai harus sesuai dengan bentuk asli saluran akar.
c. Bentuk foramen apikal tidak boleh diubah (mengalami transformasi).
d. Foramen apikal harus kecil agar kelebihan gutta percha tidak terdorong melalui
foramen saat kondensasi vertikal.

Adapun langkah-langkah kondensasi vertikal sebagai berikut


1. Master cone dipaskan terlebih dahulu sesuai dengan instrumentasi terakhir
2. Dinding saluran akar dilapisi dengan sealer
3. Gutta percha diberi sealer
4. Ujung koronal master cone dipotong dengan instrument panas
5. Pluger dipanasi hingga merah dan segera didorong ke dalam sepertiga koronal
gutta percha. Sebagian gutta percha koronal terbakar oleh pluger bila diambil dari
saluran
6. Sebuah kondensasi vertikal dengan ukuran yang sesuai dimasukkan dan tekanan
vertikal dikenakan pada gutta-percha yang telah dipanasi untuk mendorongnya ke
arah apikal
7. Aplikasi panas berganti-ganti oleh pluger dan kondensasi diulangi sampai gutta
percha plastis menutup saluran aksesoris dan saluran akar besar hingga ke apek.
Menurut Goodman dkk., bahwa temperatur regional maksimum yang mengenai gutta
percha selama metode kondensasi vertikal adalah 800oC dan temperatur pada daerah apikal
40-420oC. Keuntungan teknik ini adalah penutupan saluran akar bagus sekali, ke arah apikal
dan lateral. Kerugian teknik ini adalah memerlukan waktu yang lama, ada resiko fraktur
vertikal akar akibat kekuatan yang tidak semestinya, dan kadang pengisian yang berlebih
dengan gutta percha dan sealer tidak dapat dikeluarkan kembali dari jaringan apikal1.

3. Metode Seksional

Metode seksional pengisian saluran akar mendapatkan namanya dari teknik


menggunakan suatu bagian kerucut guta-perca untuk mengisi suatu bagian saluran akar.
Dinding saluran dilapisi dengan semen. Suatu pluger saluran akar yang dapat dimasukkan ke
dalam saluran sampai 3 atau 4 mm dari apeks dipanaskan dalam sterilisator garam panas
selama 10 detik. Suatu kerucut guta-perca yang kira-kira sama ukurannya dengan saluran
yang telah dipreparasi dipotong menjadi beberapa bagian, masing-masing dengan panjang 3
atau 4 mm. Potongan apikal ditempelkan pada pluger yang telah dipanasi, dimasukkan ke
dalam saluran pada kedalaman yang sebelumnya telah diukur, dan ditekan ke arah vertikal.
Pluger dilepaskan dengan hati-hati, untuk mencegah ke luarnya bagian guta-perca yang
dimasukkan. Dibuat radiograf untuk memeriksa posisi dan kesesuaian bagian yang
dikondensasi. Bagian berikutnya dimasukkan ke dalam eukaliptol, dipanaskan tinggi di atas
nyala api, dan ditambahkan pada bagian sebelumnya dengan tekanan vertikal untuk
memampatkan pengisian. Seluruh saluran diisi dengan cara ini. Bila akan dibuatkan mahkota
pasak, hanya bagian pertama atau bagian apikal yang digunakan sebagai pengisi saluran1.

Keuntungan pengisian ini adalah dapat mengisi saluran kearah apikal dan lateral.
Kerugian teknik ini adalah memakan waktu, sukar untuk menarik kembali potongan guta-
perca bila saluran diisi berlebih, dan sukar untuk memampatkan bagian-bagian guta-perca
menjadi massa yang homogen, sehingga sering ditemui kekosongan di antara bagian-bagian
guta tersebut.3

4. Teknik Thermoplasticized Gutta Percha

Peralatan penekan terdiri dari barel alat semprit yang dipanaskan dengan listrik yang
disekat dan seleksi jarum berkisar dalam ukuran dari 18-25 gange derajat panas diatur untuk
menetapkan gutta percha yang tepat menurut ukuran jarum. Menurut Torabinejad dkk.
mengatakan bahwa injeksi gutta percha yang diplastiskan dari alat semprit tekanan
menghasilkan pengisian yang sama baiknya dengan kondensasi lateral atau vertikal.
Menurut Schilder dkk. mengatakan bahwa metode pengisian thermoplastis dengan
gutta percha di atas 450oC memberi kecenderungan bahan pengisi mengalami pengerutan bila
gutta percha menjadi dingin kecuali bila dimampatkan dengan instrumentasi ke arah apeks.
Metode termoplastik mempunyai satu cacat yang sama dengan semua teknik injeksi, yaitu
kurang dapat membawa gutta percha dengan tepat ke dekat foramen apikal dan tidak
melebihinya, sekalipun metode ini dapat mengisi saluran lateral pada semua celah-celahnya.
Teknik injeksi mengandalkan gutta percha yang dipanasi dan diplastiskan untuk mengalir ke
apikal dengan tekanan apikal yang minimal, bila dibandingkan dengan kekuatan dan tekanan
yang digunakan pada kondensasi lateral dan vertikal. Kecuali bila tekanan vertikal
dikombinasi dengan metode injeksi pengisian.

Dengan teknik ini, gutta percha yang diformulasikan secara khusus dihangatkan dan
kemudian diinjeksikan ke saluran yang disiapkan dengan perangkat yang bekerja seperti
pistol mendempul. Ketika digunakan bersama dengan sealer, injeksi termoplastik
menyediakan seal yang memadai. Teknik ini berguna dalam situasi khusus. Namun,
kurangnya kontrol panjang dan susut pada pendinginan adalah kerugiannya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Grossman LI, Oliet S, Carlon EDR. 1995. Ilmu Endodontik Dalam Praktek. Ed 11.
Alih Bahasa: Abyono R. Jakarta: EGC: 271-3.

2. Harty, F.J. 1995. Endodonti Klinis. Cetakan ke 3. Alih Bahasa : L. Yuwono.


Hipokrates: 184-94.

3. Ingle, J.I. & Bakland, L.K. 1994. Endodontics. 4th ed. Philadelphia. Lea and Febiger.
228-51

4. Rasinta, Tarigan. 2002. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Cetakan ke.1. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGC

5. Walton, R.E. & Torabinejad, M. 1998. Prinsip dan Praktek Ilmu Endodonsi. Cetakan ke
1. Alih Bahasa: N. Sumawinata. Jakarta: EGC : 315 – 37

6. Yongki, Rehatta dkk. 2011. The Role of Apical Third Preparation in Succesful Root
Canal Treatment. Universitas Sam Ratulangi. Manado

Anda mungkin juga menyukai