Restorasi II
Restorasi II
OLEH:
KELOMPOK 2
2019
KELOMPOK 2
b) Tahap 2. Kurangi 1mm, gunakan jarum mulai dari jarum terakhir (no.25) sampai
jarum paling besar dengan tetap mengacu ke panjang kerja. Irigasi debridement
dengan NaOCl 2,5%
c) Tahap 3. Gunakan Gates Glidden-drill untuk membentuk preparasi dinding saluran
akar dibagian tengah hingga bagian orifice. Biasanya digunakan no.2,3,4.
d) Tahap 4. Haluskan kembali saluran akar dengan jarum File no.25 sesuai panjang
kerja. Irigasi debridement dengan NaOCl 2,5%
e) Hasil akhir – preparasi yang berkesinambungan membuat bentuk saluran akar melebar
dari persimpangan cementodentinoenamel ke mahkota.2,4
d. Irigasi mudah
Teknik ini dilakukan dengan menggunakan Flex-R file berurutan secara searah jarum
jam dan berlawanan yang dikembangkan untuk mengatasi masalah dengan teknik
konvensional. Gaya gerak yang seimbang adalah cara yang efektif untuk mengurangi dentin
di saluran akar. instrument searah jarum jam diputar dengan tekanan lembut sebesar ¼ untuk
menarik file ke dalam kanal dan menyentuh permukaan.
Instrument diputar berlawanan arah jarum jam (sepertiga sampai dua pertiga) dengan
tekanan apical untuk memotong dentin. Dengan searah jarum jam instrument kembali
dimasukkan ke dalam saluran akar untuk mengeluarkan jaringan dentin. Kemudian
instrument dengan debris dikeluarkan dari dalam saluran akar.
Teknik:
1. Keringkan saluran akar dengan paper point, masukan paper point (kertas penghisap) ke
saluran akar sesuai dengan ukuran MAF. Tukar paper point secara bergantian sehingga
saluran akar kering.
2. Pilih gutta percha point dengan ukuran nomor file sesuai dengan MAF, sebagai master
cone (gutta percha utama) potong sesuai dengan panjang kerja sebatas reference point,
kemudian dilakukan pembuatan foto rontgen untuk mengetahui apabila gutta percha
terlalu kecil pada kanal, maka guttap percha yang lebih besar dapat dipilih kembali agar
gutta percha pas/ fit pada kanal.
3. Sealer dicampur diatas wadah yang steril hingga konsistensi seperti krim, kemudian gutta
percha utama diolesi dengan pasta saluran akar atau sealer pada ujung apeks master cone
sedangkan pada saluran akar menggunakan lentulo yang diputar dengan putaran low
speed contra angle, dengan gerakan ditarik kearah koronal. Ratakan sealer ke dinding
saluran akar sepanjang kerja.
4. Gutta percha utama dimasukan ke dalam saluran akar, semaksimal mungkin ditekan
lateral menggunakan spreader, digunakan spreader yang 1-2 mm lebih pendek dari master
point yang dimasukan kedalam saluran akar. Sisa ruang saluran akar diisi lagi dengan
gutta percha tambahan, demikian seterusnya sehingga seluruh saluran akar terisi dengan
baik dan penguakan harus dilakukan dengan hati – hati supaya tidak terjadi fraktur
vertikal saluran akar.
5. Kelebihan gutta percha point dipotong sampai orifis menggunakan ekskavator yang
dipanaskan.
6. Kavitas ditumpat dengan menggunakan tumpatan sementara.
Teknik ini diperkenalkan dengan tujuan untuk mengisi saluran akar baik lateral
maupun saluran aksesori yang tentunya tidak ketinggalan saluran akar utama. Metode ini
digunakan pada teknik preparasi step-back, menggunakan pluger yang dipanaskan, dilakukan
penekanan pada gutta percha yang telah dilunakkan dengan panas ke arah vertikal sehingga
gutta percha mengalir dan mengisi seluruh lumen saluran akar1.
a. Bentuk saluran akar harus meruncing seperti corong secara kontinyu dari orifis hingga
apeks.
b. Hasil preparasi yang dicapai harus sesuai dengan bentuk asli saluran akar.
c. Bentuk foramen apikal tidak boleh diubah (mengalami transformasi).
d. Foramen apikal harus kecil agar kelebihan gutta percha tidak terdorong melalui
foramen saat kondensasi vertikal.
3. Metode Seksional
Keuntungan pengisian ini adalah dapat mengisi saluran kearah apikal dan lateral.
Kerugian teknik ini adalah memakan waktu, sukar untuk menarik kembali potongan guta-
perca bila saluran diisi berlebih, dan sukar untuk memampatkan bagian-bagian guta-perca
menjadi massa yang homogen, sehingga sering ditemui kekosongan di antara bagian-bagian
guta tersebut.3
Peralatan penekan terdiri dari barel alat semprit yang dipanaskan dengan listrik yang
disekat dan seleksi jarum berkisar dalam ukuran dari 18-25 gange derajat panas diatur untuk
menetapkan gutta percha yang tepat menurut ukuran jarum. Menurut Torabinejad dkk.
mengatakan bahwa injeksi gutta percha yang diplastiskan dari alat semprit tekanan
menghasilkan pengisian yang sama baiknya dengan kondensasi lateral atau vertikal.
Menurut Schilder dkk. mengatakan bahwa metode pengisian thermoplastis dengan
gutta percha di atas 450oC memberi kecenderungan bahan pengisi mengalami pengerutan bila
gutta percha menjadi dingin kecuali bila dimampatkan dengan instrumentasi ke arah apeks.
Metode termoplastik mempunyai satu cacat yang sama dengan semua teknik injeksi, yaitu
kurang dapat membawa gutta percha dengan tepat ke dekat foramen apikal dan tidak
melebihinya, sekalipun metode ini dapat mengisi saluran lateral pada semua celah-celahnya.
Teknik injeksi mengandalkan gutta percha yang dipanasi dan diplastiskan untuk mengalir ke
apikal dengan tekanan apikal yang minimal, bila dibandingkan dengan kekuatan dan tekanan
yang digunakan pada kondensasi lateral dan vertikal. Kecuali bila tekanan vertikal
dikombinasi dengan metode injeksi pengisian.
Dengan teknik ini, gutta percha yang diformulasikan secara khusus dihangatkan dan
kemudian diinjeksikan ke saluran yang disiapkan dengan perangkat yang bekerja seperti
pistol mendempul. Ketika digunakan bersama dengan sealer, injeksi termoplastik
menyediakan seal yang memadai. Teknik ini berguna dalam situasi khusus. Namun,
kurangnya kontrol panjang dan susut pada pendinginan adalah kerugiannya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Grossman LI, Oliet S, Carlon EDR. 1995. Ilmu Endodontik Dalam Praktek. Ed 11.
Alih Bahasa: Abyono R. Jakarta: EGC: 271-3.
3. Ingle, J.I. & Bakland, L.K. 1994. Endodontics. 4th ed. Philadelphia. Lea and Febiger.
228-51
4. Rasinta, Tarigan. 2002. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Cetakan ke.1. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGC
5. Walton, R.E. & Torabinejad, M. 1998. Prinsip dan Praktek Ilmu Endodonsi. Cetakan ke
1. Alih Bahasa: N. Sumawinata. Jakarta: EGC : 315 – 37
6. Yongki, Rehatta dkk. 2011. The Role of Apical Third Preparation in Succesful Root
Canal Treatment. Universitas Sam Ratulangi. Manado