Anda di halaman 1dari 15

Modul Hidung

Trauma

BUKU MODUL UTAMA

MODUL HIDUNG
TRAUMA DAN FRAKTUR

EDISI I

KOLEGIUM
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH
KEPALA DAN LEHER
2008
0
Modul Hidung
Trauma

MODUL NO. 2.2


HIDUNG :
TRAUMA DAN FRAKTUR

WAKTU

Mengembangkan Kompetensi Hari : ....


Sesi di dalam kelas 2 X 60 menit (classroom session)
Sesi dengan fasilitasi Pembimbing 3 X 120 menit (coaching session)
Sesi praktik dan pencapaian kompetensi 2 minggu (facilitation and assessment)

PERSIAPAN SESI

 Materi presentasi: Trauma Hidung


 LCD 1: Anatomi hidung
 LCD 2: Jenis fraktur hidung
 LCD 3: Diagnosis fraktur hidung
 LCD 4: Penatalaksanaan
 LCD 5: Algoritma

 Kasus : Trauma hidung

 Sarana dan alat bantu latih :


 Model anatomi, video, kasus
 Penuntun belajar (learning guide) terlampir
 Tempat belajar (training setting): bangsal THT, Poliklinik THT, kamar operasi,
instalasi rawat darurat, bangsal perawatan pasca bedah THT.

REFERENSI

1. Bailey, B, Tan LK, Nasal and Frontal Sinus Fracture in : Head and Neck Surgery-
Otolaryngology, Lippincot William-Wilkins, Philadelphia, USA, 2006
2. Lee, K.J, Essential Otolaryngology Head & Neck Surgery, International edition, Mc.
Graw-Hill, 2003
3. Behrbohm H., Tardy M.E Jr, Essentials of Septorhinoplasty, Philosophy-Approaches-
Techniques, Thieme Medical Publishers, Inc., New York, 2004

KOMPETENSI

Mampu membuat diagnosis trauma hidung berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-
pemeriksaan tambahan (misalnya pemeriksaan X-Ray, nasoendoskopi). Dapat memutuskan dan
mampu menangani masalah tersebut secara mandiri hingga tuntas.

Keterampilan
Peserta didik diharapkan terampil :
1. Menjelaskan anatomi dan fisiologi hidung anak serta orang dewasa
2. Menjelaskan patogenesis dan patofisiologi berbagai trauma pada hidung
3. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan klinis
4. Melakukan keputusan untuk pemeriksaan penunjang seperti foto rontgen
1
Modul Hidung
Trauma

5. Menegakkan diagnosis dan diagnosis banding


6. Menilai perlunya pemereiksaan tambahan dan khusus serta konsultasi ke disiplin lain
7. Melakukan tindakan reposisi dan rekonstruksi terhadap trauma hidung
8. Mengenali komplikasi yang dapat menyertai fraktur hidung
GAMBARAN UMUM

Hidung merupakan struktur yang paling prominen pada wajah dan fraktur tulang hidung
merupakan salah satu fraktur tulang tersering. Lebih dari 50% fraktur wajah terjadi pada hidung
dan merupakan insidensi ketiga tertinggi dari seluruh fraktur pada manusia setelah klavikula dan
pergelangan tangan. Banyak fraktur os nasal dan septum tidak terdiagnosis dan tertangani pada
awal trauma dan menyebabkan tingginya prosedur septorinoplasti dikemudian hari disebabkan
obstruksi atau deviasi.

CONTOH KASUS

Seorang laki-laki, 25 tahun datang dengan keluhan nyeri pada hidung dan perubahan bentuk
hidung setelah tersikut lengan temannya sewaktu bermain sepak bola. Penderita juga mengeluh
hidung kanan terasa tersumbat. Tidak ada perdarahan hidung dan tidak ada keluhan lain.

Jawaban :

TUJUAN PEMBELAJARAN

Proses, materi dan metoda pembelajaran yang telah disiapkan bertujuan untuk alih pengetahuan,
keterampilan dan perilaku yang terkait dengan pencapaian kompetensi dan keterampilan yang
diperlukan dalam mengenali dan menatalaksana trauma hidung seperti yang telah disebutkan
diatas, yaitu:

1. Menguasai anatomi dan fisiologi hidung


2. Mampu menjelaskan etiopatogenesis dan gambaran klinis dari fraktur hidung
3. Menentukan dan melakukan pemeriksaan penunjang untuk trauma hidung
4. Membuat diagnosis trauma dan fraktur hidung
5. Melaksanakan tindakan rekonstruksi terhadap fraktur hidung

Cara Pembelajaran

Waktu : 72 Jam
1. Kuliah
2. Small group discussion
3. Bed side teaching
4. Belajar mandiri
Metoda Pembelajaran :
5. Bimbingan tindakan trakeoskopi dan
esofagoskopi
6. Pelatihan dan kursus
7. Countinuing Professional Development
Media Pembelajaran : Slide, OHP, Video, Demo, LCD
Peserta didik sudah mempelajari
1. Bahan acuan
2. Ilmu dasar yang berkaitan dengan topik
Persiapan
: pembelajaran
Pembelajaran
3. Ilmu klinis dasar
4. Penuntun belajar
5. Tempat belajar : bangsal, kamar operasi

2
Modul Hidung
Trauma

1. Model anatomi
Alat Bantu 2. Binatang percobaan
:
Pembelajaran 3. Simulasi
4. Standardize patient
METODE PEMBELAJARAN

Tujuan 1. Menguasai anatomi, fisiologi hidung


Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran berikut ini:
 Interactive lecture
 Small group discussion.
 Peer assisted learning (PAL).
 Bedside teaching.
 Task based medical education.

Harus diketahui :
 Anatomi hidung
 Fisiologi dan patofisiologi trauma hidung
.
Tujuan 2. Mampu menjelaskan etiopatogenesis dan gambaran klinis dari fraktur hidung
Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran berikut ini:
 Interactive lecture
 Journal reading and review.
 Peer assisted learning (PAL).
 Bedside teaching.
 Task based medical education.

Harus diketahui :
 Patofisiologi fraktur hidung
 Gejala fraktur hidung
 Tanda fraktur hidung

Tujuan 3. Menentukan dan melakukan pemeriksaan penunjang fraktur hidung


Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran berikut ini:
 Interactive lecture
 Journal reading and review.
 Case simulation and investigation exercise.
 Equipment characteristics and operating instructions.

Harus diketahui :
 Pemeriksaan penunjang (foto polos, nasoendoskopi) yang mungkin diperlukan
untuk fraktur hidung

Tujuan 4. Membuat diagnosis trauma dan fraktur hidung


Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran berikut ini:
 Interactive lecture
 Journal reading and review.
 Case study
 Simulation and Real Examination Exercises (Physical and Device).
 Demonstration and Coaching
 Practice with Real Clients.

Harus diketahui :
 Metoda standar anamnesis
 Gejala dan Tanda pasti tentang adanya fraktur hidung
3
Modul Hidung
Trauma

 Pemeriksaan penunjang yang sensitif dan spesifik


 Memilah diagnosis banding dan menentukan diagnosis kerja
 Rencana pengobatan atau tatalaksana pasien

4
Modul Hidung
Trauma

Tujuan 5. Melaksanakan tindakan rekonstruksi terhadap fraktur hidung


Untuk mencapai tujuan ini maka dipilih metode pembelajaran berikut ini:
 Interactive lecture
 Journal reading and review.
 Morbidity and Mortality Case study
 Simulation and Real Examination Exercises (Physical and Device).
 Operative Procedure Demonstration and Coaching
 Practice with Real Clients.
 Continuing Professional Development

Harus diketahui :
 Prosedur operatif

EVALUASI

1. Pada awal pertemuan dilaksanakan pre test dalam bentuk essay dan
oral sesuai dengan tingkat masa pendidikan yang bertujuan untuk menilai kinerja awal yang
dimiliki peserta didik dan untuk mengidentifikasi kekurangan yang ada. Materi pre test terdiri
atas :
- Anatomi dan fisiologi trakea dan esofagus
- Penegakan diagnosa
- Penatalaksanaan
- Follow up
2. Selanjutnya dilakukan “small group discussion” bersama dengan
fasilitator untuk membahas kekurangan yang teridentifikasi, membahas isi dan hal-hal yang
berkenaan dengan penuntun belajar, kesempatan yang akan diperoleh pada saat bedside
teaching dan proses penilaian.
3. Setelah mempelajari penuntun belajar ini, mahasiswa diwajibkan
untuk mengaplikasikan langkah-langkah yang tertera dalam penuntun belajar dalam bentuk
“role play” dan teman-temannya (Peer Assisted Evaluation) atau kepada SP (Standardized
Patient). Pada saat tersebut, yang bersangkutan tidak diperkenankan membawa penuntun
belajar, penuntun belajar yang dipegang oleh teman-temannya untuk melakukan evaluasi
(Peer Assisted Evaluation) setelah dianggap memadai, melalui metode bedside teaching
dibawah pengawasan fasilitator, peserta dididik mengaplikasikan penuntun belajar kepada
model anatomik dan setelah kompetensi tercapai peserta didik akan diberikan kesempatan
untuk melakukannya pada pasien sesungguhnya. Pada saat pelaksanaan evaluator melakukan
pengawasan langsung (direct observation), dan mengisi formulir penilaian sebagai berikut :
- perlu perbaikan : pelaksanaan belum benar atau sebagian langkah tidak dilaksanakan.
- Cukup : pelaksanaan sudah benar tetapi tidak efisien, misal pemeriksaan terdahulu lama
atau kurang memberi kenyamanan kepada pasien.
- Baik : pelaksanaan benar dan baik (efisien)
4. Setelah selesai bedside teaching, dilakukan kembali diskusi untuk
mendapatkan penjelasan dari berbagai hal yang tidak memungkinkan dibicarakan di depan
pasien, dan memberi masukan untuk memperbaiki kekurangan yang ditemukan.
5. Self assesment dan Peer Assisted Evaluation dengan mempergunakan
penuntun belajar.
6. Pendidik/ fasilitas :
- pengamatan langsung dengan memakai evaluation checklist form
(terlampir)
- penjelasan lisan dari peserta didik/ diskusi
- kriteria penilaian keseluruhan : cakap/ tidak cakap/ lalai
7. Di akhir penilaian peserta didik diberi masukan dan bila diperlukan
diberi tugas yang dapat memperbaiki kinerja (task-based medical education)

5
Modul Hidung
Trauma

8. Pencapaian pembelajaran :
- Ujian skill (psikomotor), dilakukan selama stase di sub-bagian dengan observasi
menggunakan daftar tilik
- Ujian akhir stase, setiap divisi/ unit kerja oleh masing-masing sentra
Pendidikan dengan menggunakan format mini-CEX, shortcase/longcase
- Ujian akhir komprehensif dilakukan secara nasional (National Board) pada tahapan tertentu
dengan ujian MCQ dan LISAN/OSCE oleh kolegium THT-KL.

INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI KOGNITIF

Kuesioner Sebelum Pembelajaran


1. Lekukan terdalam pada sudut nasofronl disebut nasion B S
2. Open book fracture dapat terjadi bila trauma hidung berasal dari arah
frontal B S

3. Fraktur hidung paling sering terjadi pada anak-anak B S


4. Reposisi sederhana fraktur hidung harus dilakukan dalam 24 jam pertama setelah trauma
B S

Jawaban :

6
Modul Hidung
Trauma

INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI PSIKOMOTOR

PENUNTUN BELAJAR
REPOSISI FRAKTUR HIDUNG (CLOSED REDUCTION)

Lakukan penilaian kinerja pada setiap langkah atau tugas dengan menggunakan skala
penilaian di bawah ini :
1. Perlu Langkah atau tugas tidak dikerjakan secara benar atau dalam
Perbaikan urutan yang salah.

2. Cukup Langkah atau tugas dikerjakan secara benar dalam urutan yang
benar tetapi belum dikerjakan secara lancar.

3. Baik Langkah atau tugas dikerjakan secara efisien dan dikerjakan


dalam urutan yang benar.

PENUNTUN BELAJAR
Kegiatan / langkah klinik Kesempatan ke
NO
1 2 3 4 5
1. I. KAJI ULANG DIAGNOSIS & PROSEDUR OPERATIF
 Nama
 Diagnosis
2.  Informed Choice & Informed Consent
 Rencana Tindakan
 Persiapan Sebelum Tindakan
II. PERSIAPAN PROSEDUR REPOSISI HIDUNG
- Cuci tangan, memakai baju operasi dan lampu kepala
1.
- tindakan a dan antiseptik pada daerah wajah pasien dan
2. sekitarnya dengan menggunakan povidon iodine atau
antiseptik lainnya
- pasang kain penutup operasi steril pada pasien, kecuali di
3. area operasi

- Posisi pasien :
o Duduk atau setengah duduk bila tindakan
4.
dilakukan dalam anestesi lokal
o Berbaring bila tindakan dalam anestesi umum
Anestesi :
- Pasang tampon hidung atau spray yang berisi
dekongestan - anestetik topikal.
- Larutan lidocan 1% dengan 1 : 100.000 epinefrin
5.
disuntikkan intranasal diantara kartilago upper dan lower
lateral dan diteruskan subkutaneus sampai keatas tulang
dikedua sisi.

III. PROSEDUR REPOSISI


1. Umumnya fraktur dapat direduksi menggunakan tekanan ibu jari
7
Modul Hidung
Trauma

operator
Pada fraktur yang comminuted atau displaced kearah medial,
elevator Freer atau Ballenger dimasukkan secara hati-hati ke
dalam kavum nasi untuk mendorong fragmen ke posisi semula
2.
sementara jari telunjuk dan ibu jari dari tangan yang lain
bearada di dorsum nasi untuk merasakan apakan fraktur sudah
tereduksi dan berada pada posisinya semula
3. Meluruskan fraktur menggunakan Asch forsep, bila diperlukan
Memasang tampon intranasal bila setelah reduksi, fragmen yang
4.
comminuted cenderung untuk kembali jatuh ke kavum nasi
5. Memasang splint ekstranasal

Penilaian Kinerja Ketrampilan (ujian akhir)

DAFTAR TILIK
REPOSISI FRAKTUR NASAL

Berikan tanda √ dalam kotak yang tersedia bila ketrampilan/tugas telah dikerjakan
dengan memuaskan, dan berikan tanda x bila tidak dikerjakan dengan memuaskan serta
T/D bila tidak dilakukan pengamatan.
 Memuas Langkah atau tugas dikerjakan sesuai prosedur standar atau
kan penuntun.

Tidak mampu untuk mengerjakan langkah atau tugas sesuai


X Tidak dengan prosedur standar atau penuntun.
memuaskan
Langkah, tugas atau ketrampilan tidak dilakukan oleh peserta
T/D Tidak latih selama penilaian oleh pelatih.
diamati

DAFTAR TILIK
NO Kegiatan / langkah klinik Kesempatan ke
1 2 3 4 5
1 Persiapan
2 1. Kaji ulang diagnosis dan prosedur operatif
3 2. Menyiapkan peralatan operatif
4 3. Menyiapkan diri untuk tindakan operatif
5 4. Menyiapkan posisi pasien
6 5. Melakukan tindakan a & anti septik
7 6. Melakukan anestesi lokal
8 PROSEDUR OPERASI
9 1. Melakukan tindakan reposisi hidung
10 2. Memasang nasal packing bila diperlukan
11 3. Memasang nasal splint

8
Modul Hidung
Trauma

MATERI PRESENTASI

 LCD 1: Anatomi hidung

 LCD 2: Jenis fraktur hidung

Tipe 2.Fraktur multipel dari piramid hidung


Tipe 1. Unilateral
perpendikularis dengan fragmen
eksternal dislokasi ke lateral

Tipe 3 Fraktur bilateral dan Tipe 4. Kompresi dan fraktur septum


depresi atau dislokasi os nasal disebabkan trauma arah kaudalkranial
kranial

 LCD 3: Diagnosis fraktur hidung


DIAGNOSIS :

- DEFORMITAS
- KREPITASI
- GANGGUAN FUNGSI (SUMBATAN )
- KADANG-KADANG :
- EPISTAKSIS
- SEPTAL HEMATOM
- RÖ FOTO : LATERAL ( PROFIL
HIDUNG ), PA, WATERS

9
Modul Hidung
Trauma

10
Modul Hidung
Trauma

 LCD 4: Penatalaksanaan

TERAPI : REPOSISI SEBELUM 10 HARI

PERHATIKAN : - EPISTAKSIS
- SEPTAL HEMATOM
- DUKT. NASOLAKRIMAL
- FIKSASI / GIPS

 LCD 5: Algoritma

11
Modul Hidung
Trauma

MATERI BAKU

Trauma Hidung
Hidung merupakan bagian penting pembentuk wajah dan merupakan struktur yang prominen dari
wajah. Oleh karena struktur tersebut, hidung mudah terkena trauma. Trauma hidung dapat
disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, kecerobohan dalam melakukan pekerjaan rumah tangga
dan perkelahian serta kecelakaan olah raga. Trauma hidung dapat merupakan trauma sendiri
ataupun bagian trauma wajah lainnya dan dapat mengenai kulit, jaringan subkutis, kerangka
tulang, septum atau os maksila.

Anatomi hidung
Hidung terdiri atas kulit, jaringan subkutis, kerangka hidung dan mukosa yang melapisi kavum
nasi serta septum nasi yang membatasi rongga hidung kanan dan kiri. Kerangka hidung terdiri
atas kerangka tulang dan tulang rawan. Kerangka tulang terdiri atas os nasal, prosesus frontalis os
maksila, prosesus nasalis os frontalis dan tulang-tulang pembentuk septum yaitu os vomer dan os
ethmoid. Kerangka tulang rawan terdiri atas cartilago upper lateral, cartilago lower lateral dan
cartilago septum.

Patofisiologi
Kerusakan yang dapat terjadi pada trauma hidung bervariasi tergantung dari beberapa faktor :
1. Usia
2. Besar kekuatan trauma
3. Arah trauma
4. Objek / benda penyebab

Terdapat 4 tipe fraktur hidung berdasarkan arah trauma:


1. Tipe I : Depresi tulang hidung unilateral. Disebabkan trauma dari arah
lateral dengan kekuatan yang ringan dan sedang
2. Tipe II : Fraktur multipel dari piramid hidung akibat trauma tumpul arah
Frontolateral. Terjadi fraktur pada os nasal dan lamina
perpendikularis dengan fragmen eksternal dislokasi ke lateral
3. Tipe III : Fraktur bilateral dan depresi atau dislokasi os nasal karena
trauma langsung dari arah frontal. Fraktur lamina
perpendikularis dan kartilago dapat terjadi karena depresi yang
hebat.
4. Tipe IV : Kompresi dan fraktur septum disebabkan trauma arah kaudal-
kranial

Diagnosis fraktur hidung :


1. Riwayat trauma hidung dengan perdarahan
2. Pemeriksaan intranasal setelah pemberian dekongestan dapat mendiagnosis
dislokasi atau hematoma septum
3. Palpasi hidung luar terdapat nyeri, os nasal dapat digerakkan dan terdapat
krepitasi
4. Foto polos hidung dapat membantu diagnosis bila berkorelasi dengan
pemeriksaan fisik
5. Foto dokumentasi penting untuk pencatatan mediko-legal

12
Modul Hidung
Trauma

Penatalaksanaan
Luka terbuka di bersihkan, pinggir luka dan os nasal di periksa hati-hati. Fragmen fraktur di
posisikan kembali dan jaringan lunak di jahit atraumatik.

Reposisi fraktur sederhana sebaiknya dilakukan pada 24 jam pertama, atau paling lambat dalam
48 jam karena fraktur mudah untuk direduksi. Tetapi bila terdapat pembengkakan jaringan yang
hebat, reposisi dapat dilakukan dalam 10 hari.

Indikasi reduksi tertutup :


- Fraktur os nasal unilateral atau bilateral
- Nasal bridge yang melebar

Indikasi reduksi terbuka :


- Fraktur – dislokasi os nasal bone and septum
- Deviasi pyramid hidung lebih dari setengah lebar nasal bridge
- Fraktur – dislokasi septum bagian kaudal
- Fraktur septum terbuka
- Deformitas yang menetap setelah dilakukan reduksi tertutup

Komplikasi
Dini, temporer Lambat
Edema Obstruksi jalan nafas
Ekmosis Fibrosis, kontraktur
Epistaxis Deformitas
Hematoma Sinekia
Infeksi Saddle nose
Kebocoran cairan serebrospinal Perforasi septum

13
Modul Hidung
Trauma

ALGORITMA

KEPUSTAKAAN MATERI BAKU

1. Brendan C. Stack Jr. in Bailey Byron J, Head & Neck Surgery-Otolaryngology, fourth
edition, volume one, Maxillary and periorbital fractures, Lippincot William-Wilkins,
Philadelphia, USA, 2006: 70: 975-993.
2. Bailey Byron J, Head & Neck Surgery-Otolaryngology, third edition, volume two, Nasal
Fractures, Lippincot William-Wilkins, Philadelphia, USA, 2001: 71A: 995-1008.
3. Guideline Penyakit THT-KL di Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis THT-KL Indonesia,
2007

14

Anda mungkin juga menyukai