Anda di halaman 1dari 24

LABORATORIUM FARMASEUTKA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAPORAN PRAKTIKUM

BOBOT JENIS DAN KERAPATAN ZAT

OLEH :

NAMA : DINI RISTYANI ABAY

STAMBUK : 150 2010 422

KELAS / KELOMPOK : 2.3 / V (Lima)

ASISTEN : MUHAJIR

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2014
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam formulasi sediaan cair, dikenal adanya berbagai bentuk sediaan,

antara lain larutan, suspensi, emulsi, sirup dan lain-lain. Sediaan-sediaan

tersebut biasa terdiri atas satu atau lebih komponen zat cair yang dapat

berbeda secara fisis maupun kimianya. Untuk sediaan dengan satu komponen,

tidak terlalu dipermasalahkan. Lain halnya dengan sistem multikomponen,

dimana sistem tersebut harus disusun oleh komponen-komponen zat cair yang

praktis dapat bercampur antara satu dengan lainnya tanpa mengurangi efek

terapinya.

Diantara sifat fisika yang paling berpengaruh terhadap bioavailabilitas dari

sediaan farmasi adalah bobot jenis dan rapat jenisnya, dimana bobot jenis

suatu obat berbeda dengan obat lain, yang tergantung pada massa zat tersebut

yang dibandingkan terhadap volumenya pada suhu dan tekanan tertentu.

Cara penentuan bobot jenis sangat penting diketahui oleh seorang farmasis

karena tiap larutan mempunyai bobot jenis dan rapat jenis yang berlainan

sehingga dalam penggunaan setiap zat dapat diidentifikasikan secara

kualitatif yang sangat erat hubungannya dengan massa dan volumenya.

Disamping itu dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, maka akan

mempermudah dalam memformulasi obat. Karena dengan mengetahui bobot

jenisnya maka kita dapat menentukan apakah suatu zat dapat bercampur atau
tidak dengan zat lainnya. Dengan mengetahui banyaknya manfaat dari

penentuan bobot jenis maka percobaan ini dilakukan.

B. Maksud Percobaan

Mengetahui dan memahami cara penetapan bobot jenis dan kerapatan jenis

suatu sampel berupa gliserin, paraffin cair, minyak kelapa dan sirup DHT.

C. Tujuan Percobaan

1. Menentukan bobot jenis dari Pocari sweet, Sampel sirup ABC

cocopandan, sampel sirup DHT, sampel sirup Freiss Jeruk, sampel

sirup Marjan melon dengan menggunakan alat piknometer.

2. Menentukan kerapatan zat dari asam borat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Teori

Bobot jenis adalah konstanta/tetapan bahan yan bergantung pada suhu

unutuk padat, cair, dan bentuk gas yang homogen. Didefinisikan sebagai

hubungan dari massa (m) suatu bahan terhadap volumenya. Atau bobot jenis

adalah suatu karakteristik bahan yang penting yang digunakan untuk

pengujian identitas dan kemurnian dari bahan obat dan bahan pembantu,

terutama dari cairan dan zat-zat bersifat seperti malam. (Voigt, 1994)

Metode penentuan untuk cairan (Roth, dkk. 1988) :

1. Metode Piknometer. Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan

massa cairan dan penentuan ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk

ini dibutuhkan wadah untuk menimbang yang dinamakan piknometer.

Ketelitian metode piknometer akan bertambah hingga mencapai

keoptimuman tertentu dengan bertambahnya volume piknometer.

Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi ruang 30 ml.

2. Metode Neraca Hidrostatik. Metode ini berdasarkan hukum

Archimedes yaitu suatu benda yang dicelupkan ke dalam cairan akan

kehilangan massa sebesar berat volume cairan yang terdesak.

3. Metode Neraca Mohr-Westphal. Benda dari kaca dibenamkan

tergantung pada balok timbangan yang ditoreh menjadi 10 bagian

sama dan disitimbangkan dengan bobot lawan. Keuntungan penentuan

kerapatan dengan neraca Mohr-Westphal adalah penggunan waktu


yang singkat dan mudah dlaksanakan.

4. Metode areometer. Penentuan kerapatan dengan areometer berskala

(timbangan benam, sumbu) didasarkan pada pembacaan seberapa

dalamnya tabung gelas tercelup yang sepihak diberati dan pada kedua

ujung ditutup dengan pelelehan.

Kerapatan atau densitas adalah massa per satuan. Satuan umumnya

adalahkilogram per meter kubik, atau ungkapan yang umum, gram per

sentimeter kubik, atau gram per milliliter. Pernyataan awal mengenai

kerapatan adalah bobot jenis. Satuannya sudah kuno dan sebaiknya tidak

dipakai lagi. Penjelasan berikutdiberikan sebagai petunjuk. (Brescia, dkk.,

1975).

Kerapatan berubah dengan perubahan temperatur (dalam banyak

kasus,kerapatan menurun dengan kenaikan temperatur, karena hamper semua

substansimengembang ketika dipanaskan). Konsekuensinya, temperatur harus

dicatat dengan nilai kerapatannya. Sebagai tambahan, tekanan gas harus

spesifik (Stoker., 1991).

Ketika suatu bubuk dituangkan kedalam sebuah wadah, volume yang

menempati wadah tersebut tergantung dari faktor seperti uuran partikel,

bentuk partikel dan sifat parmukaan. Dalam keadaan normal biasanya akan

terdiri dari partikel padat dan ruang udara intrapartikel ( kosong atau pori-pori

). Partikel sendiri juga terdiri atas pori tertutup atau pori intrapartikel. Jika

serbuk partikel dibiarkan dan diberi getaran atau tekanan, partikel akan

bergerak relatif terhadap satu sama lain untuk meningkatkan kerapatannya.


Pada akhirnya kondisi kerapatan mampat dapat tercapai yang tidak mungkin

tanpa perubahan bentuk partikel. (Gibson.2004)

Kerapatan partikel, karena partikel bisa keras dan lembut dalam satu hal

dan kasar serta berpori dalam hal lainnya, seseorang harus menyatakan

kerapatan dengan hati-hati. Kerapatan partikel secara umum didefinisikan

sebagai berat per satuan volume, kesulitan timbul bila seseorang mencoba

untuk menentukan volume dan partikel yang mengandung retakan-retakan

mikroskopis pori-pori dalam ruang kapiler. (Martin., 1993)

Kerapatan dari suatu bubuk, tergantung pada kondisi penangan tersendiri,

dan ada beberapa definisi yang bisa diterapkan juga untuk serbuk sebagai

jumlah atau dari partikel tunggal. Standar british 2955 (1958) mendefinisikan

tiga bentuk yang bisa diterapkan untuk partikel-partikel. Kerapatan partikel

adalah jumlah massa partikel dibagi dengan volumenya. Istilah yang berbeda

berasal muncul dari cara dimana volume didefinisikan: (Gibson.2004)

1. Kerapatan partikel sejati adalah ketika volume diukur tidak mencakup

pori terbuka dan pori tertutup dan merupakan susunan mendasar dari

suatu sediaan.

2. Kerapatan bulk adalah ketika volume diukur pori intra partikel dan

pori antarpartikel.

3. Kerapatan mampat adaah volume yang dilihat ketika fluid bergerak

melewati partikel. Hal ini sangat penting dalam pembuatan

pengendapan atau larutan tetapi jarang digunakan dalam pembuatan

sediaan padat.
Kesulitan utama pada saat penentuan volume sebenarnya dari serbuk bulk,

dimana tiga tipe ruang-ruang udara atau rongga dapat dibedakan :

(Lachman.2007)

1. Rongga intrapartikel yang terbuka - rongga-rongga terdapat

didalam partikel tunggal,tetapi terbuka pada lingkungan luar.

2. Rongga intrapartikel yang tertutup – rongga-rongga terdapat

didalam partikel tunggal, tetapi tertutup pada lingkungan luar.

3. Rongga antarpartikel – ruang-ruang udara antara dua partikel

individu.

Porositas merupakan hasil bagi volume total ari ruang-ruang rongga (vv)

terhadap volume bulk dari bahan sering dipilih untuk mmantau kemajuan

kompresi. Porositas juga bisa didefinisikan sebagai bagian dasar dri suatu

serbuk yang ditempati oleh pori-pori dan diukur pada keadaan yang efisiensi

atau sebagai perbandingan antara kerapatan bulk dan kerapatan kerapatan

sejati. (Gibson.2004)
B. Uraian Bahan

1. Asam borat (Ditjen POM, 1979 : 49)

Nama resmi : ACIDUM BORICUM

Nama lain : Asam borat

RM / BM : H3BO3 / 61,83

Pemerian : Hablur, serbuk hablur putih atau sisik mengkilap

tidak berwarna; kasar ; tidak berbau ; rasa agak

asam dan pahit kemudian manis.

Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air,dalam 3 bagian air

mendidih, dalam 16 bagian etanol (95%) P dan

dalam 5 bagian gliserol P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Zat tambahan

2. Parafin cair (Dirjen POM, 1979 : 474)

Nama resmi : PARAFFINUM LIQUIDUM

Nama lain : Parafin cair

Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak

berwarna ; hampir tidak berbau ; hampir tidak

mempunyai rasa.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%)

P dan dalam eter P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Zat tambahan


3. Alkohol (Ditjen POM, 1995 : 63)

Nama resmi : AETHANOLUM

Nama lain : Etanol, Alkohol

RM / BM : C2H6O / 46,07

Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna. Bau

khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah.

Mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan

mendidih pada suhu 78o. Mudah terbakar.

Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan

semua pelarut organik.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai zat tambahan

C. Uraian Sampel

1. Sirup ABC coco pandan

Nama produk : ABC syrup Spesial Grade Cocopandan

Komposisi : gula, air, perisa cocopandan, pengawet natrium

benzoat, pengatur keasaman, sari kelapa, sari

pandan, pewarna ponceau 4 R Cl 16255 dan

tartrazin Cl 19140.

Produksi : PT. Hein ABC Indonesia.


2. Sirup DHT

Nama produk : Sirup DHT Pisang Ambon

Komposisi : gula pasir, air, pewarna ponceau, perasa pisang

ambon.

Produksi : CV. DHT

3. Sirup Freiss

Nama produk : Sirup Indofood FREISS Orange

Komposisi : gula, air, pengatur keasama, perisa antifisial, jeruk

(mengandung antioksidan BHA), pemanis buatan,

Natrium siklamat 0,08% minuman siap saji

(Adi.D-11 mg/kg BB)asam sulfat, sukrosa

0,003%, penstabil (Na.Karboksimetil selulosa)

makanan (kuning FEF Cl 15985, tartrazin Cl

29148), sari buah jeruk 100%.

Produksi : PT.Indofood CBP Sukses Makmur Tbk

4. Sirup Marjan

Nama produksi : Marjan Boudoin Melon

Komposisi : gula pasir, air, Ekstrak Melon, perisa melon,

pengatur keasaman, asam sitrat, pewarna

(Tartrazin (Cl 19140)&Biru berlian(Cl 42090)).

Produksi : PT. Lasallefood Indonesia


5. Pocari Sweet

Nama produksi : Pocari Sweet

Komposisi : gula, glukosa, asam sitrat, natrium klorida, vitamin

C, kalium klorida, kalsium laktat, margenisium

karbonat, perisa citrus.

Produksi : PT. Amerta Indah Otsuka

D. Prosedur Kerja (Anonim, 2014)

a. Menentukan Kerapatan Bulk

 Timbang asam borat sebanyak 10 g, kemudian masukkan ke dalam

gelas ukur 50 ml.

 Ukur volume zat padat.

 Hitung kerapatan Bulk menggunakan persamaan berikut :

Bobot zat padat (g)


𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑙𝑘 =
Volume bulk (ml)

b. Menentukan Kerapatan Mampat

 Timbang zat padat sebanyak 10 gram.

 Masukkan kedalam gelas ukur.

 Ketuk sampai 100 kali ketukan.

 Ukur volume yang terbentuk.

 Hitung kerapatan Mampat dengan menggunakan persamaan berikut :

Bobot Zat Padat


𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑀𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡 =
Volume mampat
c. Menentukan Kerapatan Sejati

 Timbang piknometer yang bersih dan kering bersama tutupnya (W1).

 Isi piknometer dengan zat padat kira-kira mengisi 2/3 bagian

volumenya. Timbang piknometer berisi zat padat beserta tutupnya

(W3).

 Isi parafin cair perlahan-lahan ke dalam piknometer berisi zat padat,

kocok-kocok, dan isi sampai penuh sehingga tidak ada geembung

udara didalamnya.

 Timbang piknometer berisi zat padat dan paraffin cair tersebut beserta

tutupnya (W4).

 Bersihkan piknometer dan isi penuh dengan parafin cair hingga tidak

ada gelembung di dalamnya.

 Timbang piknometer berisi penuh parafin cair dan tutupnya (W2).

 Hitung Kerapatan Sejatinya dengan menggunakan persamaan berikut :

(W3 − W1 )
𝜌𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 =
(W2 − W1 ) − (W4 − W3 )

d. Menentukan Bobot Jenis Cairan

 Gunakan piknometer yang bersih dan kosong (W1), lalu isi dengan air

suling, bagian luar piknometer dilap sampai kering dan ditimbang

(W2).

 Buang air suling tersebut, keringkan piknometer lalu isi dengan cairan

yang akan diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat

pengukuran air suling, dan timbang (W3).


 Hitung bobot jenis cairan dengan menggunakan prsamaan berikut :

W3 −W1
𝐷𝑡 =
W2 −W1
BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu, corong 1

buah, gelas ukur 50ml 1 buah, piknometer 25 ml 1 buah, pipet tetes 3

buah, tap density 1 buah, timbangan analitik dan sendak tanduk.

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu, Alkohol

70%, Aluminium foil, Asam borat 10 g, Parafin cair, Pocari sweet, Sampel

sirup ABC cocopandan, sampel sirup DHT, sampel sirup Freiss Jeruk,

sampel sirup Marjan melon, dan tissue.

B. Cara Kerja

1. Menentukan kerapatan bulk

 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

 Ditimbang asam borat 10 g

 Dimasukkan asam borat ke dalam gelas ukur 50 ml

 Diukur volume asam borat dan dihitung kerapatan bulknya

2. Menentukan kerapatan mampat

 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

 Diambil asam borat 10 g yang telah ditimbang dan dimasukkan ke

dalam gelas ukur 50 ml


 Diketuk asam borat yang berada dalam gelas ukur sebanyak 100

kali ketukan diatas lap kasar atau menggunakan alat tap density.

 Diukur volume yang terbentuk dan dihitung kerapatan mampatnya

3. Menentukan kerapatan sejati

 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

 Dibersihkan piknometer dengan alkohol 70% sampai bersih dan


dikeringkan.
 Ditimbang piknometer bersama tutupnya pada timbangan analitik
 Diisi piknometer dengan parafin dan Ditimbang, lalu dibersihkan

piknometernya

 Diisi piknometer dengan asam borat dan ditimbang, lalu

dibersihkan piknometernya

 Diisi piknometer dengan sampel (asam borat) dan parafin dan

ditimbang, lalu dibersihkan piknometernya

 Dihitung kerapatan sejatinya

4. Menentukan bobot jenis cairan

 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

 Dibersihkan piknometer mengguanakan alkohol 70%

 Ditimbang piknometer kosong

 Diisi piknometer dengan sirup ABC, lalu ditimbang

 Dibersihkan piknometer

 Dihitung bobot jenisnya


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Bobot Jenis

Sampel Bobot Jenis

Sirup ABC cocopandan 1,43 g/ml

Pocari sweet 0,9988 g/ml

Sirup Marjan melon 0,7418 g/ml

Sirup Freiss Jeruk 1,09 g/ml

Sirup DHT 1,3187 g/ml

a. Perhitungan bobot jenis

 Sirup ABC cocopandan

Diketahui :

Berat Pikno kosong (W1) = 11,2852 g

Berat pikno + Sampel (W3) = 46,9615 g

Volume Pikno = 25 ml
Penyelesaian :

𝑊3−𝑊1
Dt =
𝑉𝑝

46,9615−11,2852
Dt = = 1,43 g/ml
25

2. Kerapatan Zat

Kerapatan Kerapatan Kerapatan


Kelompok
Bulk Mampat Sejati

I 0,909 g/ml 1 g/ml 1,78 g/ml

II 0,835 g/ml 0,92 g/ml 1,724 g/ml

III 0,834 g/ml 0,91 g/ml 1,76 g/ml

IV 0,833 g/ml 0,91 g/ml 1,821 g/ml

V 0,77 g/ml 0,90 g/ml 1,55 g/ml

a. Perhitungan

 Kerapatan Bulk (Kelompok V)

Diketahui : Bobot asam borat = 10 gram

Volume bulk = 13 ml

Penyelesaian :

Bobot Zat padat 10


Kerapatan Bulk = = = 0,77 g/ml
Volume bulk 13
 Kerapatan mampat

Diketahui : Bobot asam borat = 10 gram

Volume bulk = 11 ml

Penyelesaian :

Bobot Zat padat 10


Kerapatan mampat = = = 0,90 g/ml
Volume mampat 11

 Kerapatan sejati

Diketahui :

Berat pikno kosong (W1) = 11,2852 g

Berat pikno + parafin (W2) = 32,9836 g

Berat pikno + sampel (W3) = 27,4620 g

Berat pikno + sampel + parafin (W4) = 38,7162

Penyelesaian :

(w3 −w1 )
𝜌𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 =
(w2 −w1 )− (w4 −w3 )

(27,4620−11,2852)
=
(32,9836−11,2852)−(38,7162−27,4620)

16,1768
=
21,6984−11,2542

16,1768
= = 1,548 =1,55 g/ml
10,4442
B. Pembahasan

Bobot jenis (spesific gravity) adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot

zat baku yang volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam

desimal. Bobot jenis menyatakan hubungan antara bobot suatu zat terhadap bobot

suatu zat baku. Kerapatan (density) adalah massa per satuan volume, yaitu bobot

zat per satuan volume. Kerapatan juga merupakan turunan besaran karena

menyangkut massa dan volume.

Adapun tujuan dalam percobaan ini yaitu untuk menentukan bobot jenis

dari Pocari sweet, Sampel sirup ABC cocopandan, sampel sirup DHT, sampel

sirup Freiss Jeruk, sampel sirup Marjan melon dengan menggunakan alat

piknometer. Dan menentukan kerapatan zat dari asam borat.

Dalam percobaan ini akan dilakukan penentuan kerapatan bulk, kerapatan

mampat, kerapatan sejati menggunakan sampel zat padat asam borat dan

penentuan bobot jenis dengan sampel Pocari sweet, Sampel sirup ABC

cocopandan, sampel sirup DHT, sampel sirup Freiss Jeruk, sampel sirup Marjan

melon.

Pada penentuan kerapatan bulk dengan menggunakan sampel zat padat

asam borat yang ditimbang sebanyak 10 gram kemudian dimasukkan kedalam

gelas ukur 50 ml dan diukur volumenya sesuai yang tertera pada gelas ukur

dihitung kerapatan bulknya. Selanjutnya zat padat dalam gelas ukur diketuk

sebanyak 100 kali ketukan atau mengguanakan alat tap density, pengetukan

dilakukan agar kerapatan lebih mampat. Pada saat gelas ukur diketuk, bagian

bawah gelas ukur dialasi dengan menggunakan lap kasar atau tissue untuk
mencegah agar gelas ukur tidak pecah. Lalu dilihat volume kerapatan mampatnya,

kemudian dihitung kerapatan mampatnya.

Pada penentuan kerapatan sejati dilakukan dengan menggunakan

piknometer bersih yang telah dibilas dengan alkohol. Pemakaian alkohol sebagai

pembilas memiliki sifat-sifat yang baik seperti mudah mengalir, mudah menguap

dan bersifat antiseptikum. Jadi sisa-sisa yang tidak diinginkan dapat hilang

dengan baik, baik yang ada di luar, maupun yang ada di dalam piknometer itu

sendiri, sehingga tidak mempengaruhi hasil penimbangannya. Kemudian

piknometer ditimbang, pada saat penimbangan piknometer dipegang dengan

menggunakan tissue hal ini dilakukan untuk mencegah kulit mati pada tangan

yang akan menempel pada piknometer sehingga akan mengganggu keakurasian

perhitungan. Setelah itu zat padat (asam borat) dimasukan kedalam piknometer

dan ditimbang beserta tutupnya, kemudian piknometer berisi zat padat tersebut

ditambahkan dengan parafin hingga penuh sampai tidak muncul gelembung dan

ditimbang. Penambahan paraffin cair karena paraffin cair dapat menutup pori pada

asam borat, dan paraffin cair tidak dapat melarutkan asam borat. Selanjutnya

piknometer dibersihkan dan diisi dengan cairan parafin hingga penuh sampai

tidak ada gelembung, kemudian piknometer ditimbang. Kemudian dilakukan

perhitungan kerapatan sejati.

Pada penentuan bobot jenis cairan dilakukan dengan menggunakan

piknometer 25 ml. Adapun keuntungan dari penentuan bobot jenis dengan

menggunakan piknometer adalah mudah dalam pengerjaan. Sedangkan

kerugiannya yaitu berkaitan dengan ketelitian dalam penimbangan. Jika proses


penimbangan tidak teliti maka hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan hasil

yang ditetapkan literature. Disamping itu penentuan bobot jenis dengan

menggunakan piknometer juga memerlukan waktu yang lama. Pengukuran

dengan menggunakan piknometer dilakukan pada suhu 25 atau suhu ruangan,

hal ini dikarenakan suhu dapat mempengaruhi bobot jenis. Cairan yang akan

dihitung bobot jenisnya Pocari sweet, Sampel sirup ABC cocopandan, sampel

sirup DHT, sampel sirup Freiss Jeruk, sampel sirup Marjan melon. Langkah

pertama yaitu piknometer yang bersih dan kering ditimbang beserta tutupnya

kemudian dimasukkan sampel hingga penuh dan ditimbang beserta tutupnya.

Selanjutnya dilakukan perhitungan sesuai dengan persamaan yang tertera pada

literatur.

Dari percobaan diatas maka didapat hasil untuk kerapatan bulk yaitu

kelompok I ; 0,9009 g/ ml, kelompok II ; 0,835 g/ml, kelompok III ; 0,834 g/ml,

kelompok IV ; 0,833 g/ml, dan kelompok V ; 0,77 g/ml. Sedangkan untuk

kerapatan mampat diperoleh hasil yaitu kelompok I ; 1 g/ ml, kelompok II ; 0,92

g/ml, kelompok III ; 0,91 g/ml, kelompok IV ; 0,91 g/ml, dan kelompok V ; 0,90

g/ml. Dan untuk kerapatan sejati diperoleh hasil yaitu kelompok I ; 1,78 g/ ml,

kelompok II ; 1,72 g/ml, kelompok III ; 1,76 g/ml, kelompok IV ; 1,821 g/ml, dan

kelompok V ; 1,55 g/ml.

Untuk penentuan bobot jenis Sirup ABC cocopandan diperoleh hasil 1,43

gr/ml , bobot jenis Sirup Marjan melon diperoleh 0,7418 gr/ml, bobot jenis Sirup
Freiss Jeruk diperoleh 1,09 gr/ml sedangkan bobot jenis sirup DHT diperoleh

1,3187 gr/ml dan bobot jenis pocarisweet diperoleh 0,9988 gr/ml.

Perbedaan bobot jenis pada setiap sampel mungkin dikarenakan adanya

beberapa kesalahan selama praktikum diantaranya yaitu kesalahan pembacaan

skala pada saat penimbangan alat, pada saat piknometer dibersihkan mungkin

kurang bersih dan saat pengeringan belum sepenuhnya kering sehingga

mempengaruhi bobot jenis, atau suhu pada ruangan terlalu rendah sehingga

mempengaruhi bobot jenisnya.

Adapun manfaat dalam bidang farmasi bobot jenis dan kerapatan jenis

suatu zat atau cairan digunakan sebagai salah satu metode analisis yang

berperan dalam menentukan senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan

kemurnian dari senyawa obat terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula

diketahui tingkat kelarutan / daya larut suatu zat.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang dilakukan maka dapat disimpulkan

bahwa berat jenis semua bahan dan kerapatan yang diperoleh dengan metode

piknometer adalah sebagai berikut :

Bobot Jenis Zat Cair sampel sirup ABC cocopandan : 1,43 g/ml

Bobot Jenis Zat Cair sampel sirup DHT : 1,14 g/ml

Bobot Jens Zat Cair sirup Freiss : 1,09 g/ml

Bobot Jenis Zat Cair sampel sirup Marjan : 0,74 g/ml

Bobot Jenis Zat Cair sampel Pocari Sweet : 0,99 g/ml

Kerapatan Bulk : 0,77 g/ml

Kerapatan Mampat : 0,90 g/ml

Kerapatan Sejati : 1,55 g/ml.

B. Saran

Sebaiknya sebelum praktikum diharapkan alat-alat dan bahan-bahan

sudah lengkap di atas meja praktikum, dan sebaiknya kita para praktikum

harus lebih focus dan hati-hati dalam menggunakan alat-alat yang digunakan

sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2014.Penuntun Praktikum Farmasi Fisika Jurusan Farmasi. Universitas


Muslim Indonesia.Makassar.
Brescia,dk.1975. Fundamental Chemistry.New York.
Ditjen POM.1995.Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan RI.
Jakarta.
Ditjen POM.1979.Farmakope Indonesia edisi III.Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.
Gibson,Mark. 2004. Pharmaceutical Preformulation and Formulation. United
States of Amerika
Lachman, L., dkk.1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri II, Edisi III,
diterjemahkan oleh Siti suyatmi. UI Press. Jakarta.
Martin, Alfred.1993.Farmasi Fisika.UI Press. Jakarta.
Roth, Hermann J dan Gottfried Blaschke.1988.Analisis Farmasi.UGM-Press.
Yogyakarta.
Stoker, H.S dan E.B, Walker. 1991. Fundamental of chemistry general organic
and biological second edition. AS; Allyn and bacon.
Voigt, Rudolf.1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, edisi ke-5, UGM Press,
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai