Anda di halaman 1dari 5

BAGUS NOVANTO

175050107111130
Manajemen Ternak Non Ruminansia Kelas I

MANAJEMEN PEMELIHARAAN AYAM CEMANI

BAB I : PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Ayam cemani merupakan jenis ayam lokal yang mempunyai karakteristik tertentu dan
berasal dari daerah Kedu, Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah dan merupakan ayam hias
lokal asli Indonesia. Populasi ayam cemani saat ini cenderung menurun, karena naiknya biaya
produksi serta angka kematian ayam yang cukup tinggi.

Ayam Cemani ini mempunyai warna hitam yang sangat sempurna dengan presentase 100%
berwarna hitam, bahkan sampai daging, tulang, darah, dan hingga bagian dalam (jeroan) semuanya
berwarna hitam. Ayam Cemani bisa dikatakan adalah ‘Lamborghini” nya dunia ayam, bagaimana
tidak, ayam ini termasuk spesies langka dan harga jualnya sangat mahal.

Meskipun, kalau dilihat secara sekilas semuanya terlihat hampir sama, tapi ayam
Cemani dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan kekuatan magisnya yaitu Cemani Widitra,
Warastratama dan Kaikayi. Cemani Widitra mempunyai sapuan garis di leher, dada, paruh dan
selangkangan. Sedangkan Cemani Warastratama adalah ayam Cemani yang sering digunakan
sebagai pelengkap upacara adat. Dan yang ketiga, Cemani Kaikayi memiliki ciri dengan bulu hitam
dipadu biru laut.

Dibalik keistimewaan dan keunikan ayam tersebut, ayam ini, dipercayai membuat
pemiliknya beruntung. Mungkin ini bukan karena faktor mistis, tapi harga jualnya yang semakin
hitam warnanya, semakin mahal harganya. Tidak salah apabila harga ayam Cemani bisa mencapai
puluhan juta perekornya, karena jenis ayam ini semakin hari semakin langka. Di Indonesia sendiri
yang merupakan asal ayam ini, sudah sangat jarang ditemui peternak jenis ayam ini. Hal ini tidak
lepas dari anggapan banyak orang bahwa berternak jenis ayam ini bertentangan dengan ajaran
agama, karena seperti yang kita ketahui ayam ini sering digunakan sebagai pelengkap dalam ritual
kuno.
Mengingat populasi ayam cemani yang langka, maka peluang untuk melakukan usaha di
bidang budidaya ayam cemani sangat menarik untuk didalami, walaupun saat ini masih terbatas dan
menggunakan teknologi yang tergolong tradisional. Ayam cemani juga juga memiliki potensi telur
yang unggul namun belum dikelola secara maksimal. Ayam cemani bisa dibilang sangat produktif
dalam produksi telur dengan rata-rata mencapai 215 butir telur pertahun.

TUJUAN

Untuk mengetahui cara budidaya ayam cemani yang baik bagi peternak.
BAGUS NOVANTO
175050107111130
Manajemen Ternak Non Ruminansia Kelas I

BAB II : DASAR TEORI/LANDASAN TEORI

Secara teknis, pengelolaan ayam cemani tidak terlalu menuntut penggunaan teknologi mutakhir,
karena ayam cemani memiliki kelebihan dalan menyesuaikan diri dengan lingkungan, pakan mudan
dan dapat memanfaatkan sisa-sia hasil pertanian ataupun sisa-sia rumah tangga serta tahan
terhadap penyakit. Sistem pemeliharaan ayam saat ini meliputi tiga sistem, yaitu sistem ekstensif,
semi-ekstensif, semi-intesif dan intensif (Rukmana, 2003).

Cemani berpeluang dikembangakan secara komersial beradasarkan sifat yang dimiliki dan peluang
bisnis yang tinggi. akan tetapi banyaknya permintaan pasar akan ayam cemani baik berupa DOC,
ayam muda maupun ayam dewasa yang tidak didukung dengan regenerasi/penangkaran akan
berdampak pada berkurang ketersediaan akan ayam cemani secara keseluruhan. Penekakan jumlah
angka kematian yang cukup tinggi, serta keterampilan dan pengetahuan peternak yang belum
memadai. Upaya pengembangan ayam cemani perlu terus dilakukan dengan penerapan teknologi
sapta usaha (bibit, kandang, pakan, kesehatan, pengelolaan produksi, penanganan pascapanen dan
manajemen) (Tjahjadi,2010).
BAGUS NOVANTO
175050107111130
Manajemen Ternak Non Ruminansia Kelas I

BAB III : PEMBAHASAN

Cara pemeliharaan sangat penting diperhatikan dalam beternak ayam cemani, karena pemeliharaan
termasuk faktor yang sangat mempengengaruhi laju produksi ternak tersebut, oleh karena itu harus
dilakukan dengan tepat. Menurut (Rukmana,2003), Terdapat beberapa cara pemeliharaan yang
dilakukan untuk ayam cemani yaitu sistem ekstensif, semi-ekstensif, semi-intensif dan intensif.

1. Sistem ekstensif
Dengan sistem ini ayam betina dibiarkan mengeram dan mengasuh anak-anaknya. Cara ini
sangat menggantungkan sepenuhnya pada keadaan lingkungan. Biasanya ayam tanpa diberi
vaksinasi tetelo (ND), sehingga kematian dapat mencapai 90%
2. Sistem semi-ekstensif
cara ini dilakukan dengan membiarkan ayam mengerami telurnya tanpa mengasuh anaknya.
Induk dilepas sedangkan anak ayam dipelihara secara intensif hingga umur 6-8 minggu dan
kemudian dilepas, hanya pada saat tertentu ayam dikurung, kandang diberi sangkar untuk
bertelur dan di sekelilingnya diberi pagar.
3. Sistem intensif
dilakukan dengan cara ayam indukan hanya bertelur saja. Kandang anak ayam dipelihara
dalam kotak(boks) yang dilengkapi dengan pemanas, tempat minum, induk buatan dan
tempat makan.

Secara garis besar pemberian pakan ayam cemani tidak berbeda dengan ayam kampung. Menurut
(Nataamijaya,2008) Dua ratus empat puluh ekor anak ayam dibesarkan dalam kotak induk buatan
berukuran 1,5 m x 1,2 m x 0,75 m dan diberikan pakan starter yang mengandung 20% protein kasar
(PK) dan 3100 Kcal/kg energi metabolik (EM) sampai umur 4 minggu, selanjutnya diberikan pakan
mengandung 18% PK dan 3000 Kcal/kg EM sampai umur 8 minggu, kemudian pada umur 20 minggu
ditempatkan dalam kandang ayam dara serta diberikan pakan dengan 14% PK dan 2800 Kcal/kg EM
pada umur 21 minggu ayam dewasa ditempatkan dalam kandang petelur dengan pemberian pakan
mengandung 16% PK dan 2800 Kcal/kg EM. Air minum diberikan secara berlebihan.
BAGUS NOVANTO
175050107111130
Manajemen Ternak Non Ruminansia Kelas I

BAB IV : PENUTUP

KESIMPULAN

Ayam cemani merupakan ayam lokal asli indonesia yang saat ini keadaannya terancam
punah karena ayam cemani memiliki tingkat mortalitas yang tergolong tinggi. selain digunakan untuk
ayam hias, ayam cemani juga menghasilkan produk berupa daging dan telur. Target pasar ayam
cemani merupakan konsumen tingkat menengah keatas, mengingat harga ayam cemani yang sangat
mahal. Pemeliharaan ayam cemani dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu sistem ekstensif,
sitem semi-ekstensif, sistem intensif dan sistem semi-intensif. Pakan ayam cemani tidak berbeda
dengan ayam kampung, atau bisa juga dengan memanfaatkan limbah pertanian maupun limbah
rumah tangga.
BAGUS NOVANTO
175050107111130
Manajemen Ternak Non Ruminansia Kelas I

DAFTAR PUSTAKA

 Tjahjadi,H. 2010. Potensi Usaha Peternakan Ayam Cemani. Repository IPB.

 Rukmana,R. 2003. Beternak Ayam Buras. Penebar Swadaya, Jakarta.

 Nataamijaya,AG.2008. Karakteristik dan Produktivitas Ayam Kedu Hitam. Buletin Plasma


Nutfah. Vol.14 No.2 : 85-89.

Anda mungkin juga menyukai