Laporan FDM Fix PDF
Laporan FDM Fix PDF
Oleh
Pertama-tama mari kita ucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada Allah
SWT karena bantuan-Nya penyusun dapat menyelesaikan menyusun laporan ini
dengan judul “Laporan Praktikum Fenomena Dasar Mesin” tepat pada waktunya.
Tujuan dalam penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan
oleh Bapak Dr. Sukarni, S.T., M.T. selaku dosen dari praktikum fenomena dasar
mesin.
Dalam menyusun laporan ini, penyusun mendapatkan banyak tantangan dan
rintangan, namun dengan bantuan dari banyak individu tantangan dan rintangan
tersebut bisa teratasi. Sehingga penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua
individu yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan ini, terutama
Bapak Dr. Sukarni, S.T., M.T. dan Yahya Zakaria yang telah membimbing
penyusunan laporan ini.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, baik
dalam pengaturan maupun konten yang dibahas. Oleh karena itu, penyusun
mengharapkan kritik dari pembaca agar dapat membantu penyusunan dalam
menyempurnakan laporan berikutnya. Terakhir namun bukan yang paling akhir,
mudah-mudahan laporan ini dapat membantu pembaca untuk memperoleh lebih
banyak pengetahuan tentang praktikum fenomena dasar mesin.
Penyusun
Circle πR4
Ix = Ix =
4
Ixy = 0
Half 37bh3 b3 ℎ
Ix̅ = Iy̅ =
2100 80
parabolic
bh3 b3 h
Ix = Iy =
complement 21 5
b2 h2
̅Ixy = 0 Ixy = 12
Right bh3 b3 ℎ
Ix̅ = Iy̅ =
36 36
triangle
bh3 b3 h
Ix = Iy =
12 12
2 2 b2 h2
̅Ixy = − 𝑏 ℎ Ixy =
72 24
Isosceles bh3 𝑏3 ℎ
Ix̅ = Iy̅ =
36 48
triangle
bh3
Ix = 12
̅Ixy = 0 Ixy = 0
Circular R4
Ix = (2𝛼 − sin 2𝛼)
8
sector
R4
Iy = (2𝛼 + sin 2𝛼)
8
Ixy = 0
a2 b2
Ixy = 8
Gambar 3.1 Flow Chart dari Praktikum Fenomena Dasar Mesin Defleksi
Flow chart tersebut menjelaskan alur praktikum defleksi dari awal hingga
akhir. Praktikum defleksi diawali dengan persiapan alat dan bahan, meliputi
pemilihan spesimen, perangkaian alat, dan pemasangan spesimen pada ragum.
Lakukan praktikum dengan 3 metode pengujian (pada masing-masing spesimen),
a
R
R
b
b
(a) (b)
Gambar 5.1 Grafik Perbandingan Antara Beban dan Defleksi Vertikal pada
Spesimen 1 Menggunakan 3 Metode Pengujian
Berdasarkan Gambar 5.1, grafik menunjukkan bahwa nilai defleksi vertikal
dari spesimen 1 pada masing-masing metode pengujian semakin besar seiring
dengan bertambahnya beban yang diberikan pada spesimen tersebut, dengan nilai
defleksi vertikal tertinggi terdapat pada metode pengujian eksperimental, lalu
diikuti oleh metode pengujian numerikal, dan yang terakhir, yaitu metode pengujian
komputasional (garis defleksi vertikal pada metode pengujian eksperimental berada
di atas garis defleksi vertikal pada metode pengujian numerikal dan
komputasional). Analisis yang telah dijelaskan sejalan dengan pendapat Gere
(2004: 660) dan Timoshenko (1983) yang menyatakan bahwa nilai defleksi vertikal
semakin besar jika beban semakin bertambah.
Perbedaan nilai defleksi pada masing-masing metode diakibatkan oleh 2
faktor, antara lain sebagai berikut.
a. Human error, berupa kesalahan pembacaan nilai pada dial indikator yang
disebabkan oleh bergeser/bergetarnya tempat pengujian dan jumlah
Gambar 5.2 Grafik Perbandingan Antara Beban dan Defleksi Vertikal pada
Spesimen 2 Menggunakan 3 Metode Pengujian
Berdasarkan Gambar 5.2, grafik menunjukkan bahwa nilai defleksi vertikal
dari spesimen 2 pada masing-masing metode pengujian semakin besar seiring
dengan bertambahnya beban yang diberikan pada spesimen, dengan nilai defleksi
vertikal tertinggi terdapat pada metode pengujian eksperimental, lalu diikuti oleh
Gambar 5.3 Grafik Perbandingan Antara Beban dan Defleksi Vertikal pada Metode
Pengujian Eksperimental Antara Spesimen 1 dan 2
Berdasarkan Gambar 5.3, grafik menunjukkan bahwa nilai defleksi vertikal
pada kedua spesimen semakin besar seiring dengan bertambahnya beban yang
diberikan pada spesimen, dengan nilai defleksi vertikal tertinggi terdapat pada
spesimen 2 pada ketiga metode pengujian yang dilakukan, di mana garis defleksi
vertikal dari spesimen 2 berada di atas garis defleksi vertikal dari spesimen 1.
Analisis yang telah dijelaskan sejalan dengan pendapat Gere (2004: 660) dan
Timoshenko (1996: 393) yang menyatakan bahwa nilai defleksi vertikal semakin
besar jika beban semakin bertambah.
Perbedaan nilai defleksi vertikal pada kedua spesimen diakibatkan oleh
dimensi spesimen yang berbeda, yaitu ukuran lengan gaya horizontal (a) pada
spesimen 2 (75 mm) yang lebih besar daripada spesimen 1 (0 mm) dan lebar (b)
spesimen 1 (26,40 mm) yang lebih besar daripada spesimen 2 (25,62 mm) karena
jika ditinjau dari unsur paduan dan nilai Modulus Elastisitasnya (E), kedua
spesimen tersebut memiliki unsur paduan dan nilai E yang sama, yaitu Carbon and
Low Alloy Steel dan E = 200 GPa. Berdasarkan Persamaan 2.4, nilai dari a, b, dan
R yang semakin besar akan menghasilkan nilai defleksi vertikal yang semakin besar
Gambar 5.4 Grafik Perbandingan Antara Beban dan Defleksi Vertikal pada
Spesimen 1 dan 2 Menggunakan Metode Pengujian Numerikal
Berdasarkan Gambar 5.4, grafik menunjukkan bahwa nilai defleksi vertikal
pada kedua spesimen semakin besar seiring dengan bertambahnya beban yang
diberikan pada spesimen, dengan nilai defleksi vertikal tertinggi terdapat pada
spesimen 2 pada ketiga metode pengujian yang dilakukan, di mana garis defleksi
vertikal dari spesimen 2 berada di atas garis defleksi vertikal dari spesimen 1.
Analisis yang telah dijelaskan sejalan dengan pendapat Gere (2004: 660) dan
Timoshenko (1996: 393) yang menyatakan bahwa nilai defleksi vertikal semakin
besar jika beban semakin bertambah.
Perbedaan nilai defleksi vertikal pada kedua spesimen diakibatkan oleh
dimensi spesimen yang berbeda, yaitu ukuran lengan gaya horizontal (a) pada
spesimen 2 (75 mm) yang lebih besar daripada spesimen 1 (0 mm) dan lebar (b)
spesimen 1 (26,40 mm) yang lebih besar daripada spesimen 2 (25,62 mm) karena
jika ditinjau dari unsur paduan dan nilai Modulus Elastisitasnya (E), kedua
Gambar 5.5 Grafik Perbandingan Antara Beban dan Defleksi Vertikal pada
Spesimen 1 dan 2 Menggunakan Metode Pengujian Komputasional
Berdasarkan Gambar 5.5, grafik menunjukkan bahwa nilai defleksi vertikal
pada kedua spesimen semakin besar seiring dengan bertambahnya beban yang
diberikan pada spesimen, dengan nilai defleksi vertikal tertinggi terdapat pada
spesimen 2 pada ketiga metode pengujian yang dilakukan, di mana garis defleksi
vertikal dari spesimen 2 berada di atas garis defleksi vertikal dari spesimen 1.
Analisis yang telah dijelaskan sejalan dengan pendapat Gere (2004: 660) dan
Timoshenko (1996: 393) yang menyatakan bahwa nilai defleksi vertikal semakin
besar jika beban semakin bertambah.
Beer, Ferdinand P., dkk. 2012. Mechanics of Materials 7th Edition. New York:
McGraw-Hill.
Negara, Dewa Ngakan Ketut Putra dan Anak Agung Istri Agung Sri Komaladewi.
2009. Simulasi, Studi Eksperimen dan Analisis Defleksi pada Ujung Bebas
Curved Beam Akibat Beban Terkonsentrasi Tunggal. Jurnal Ilmiah Teknik
Mesin Cakra M, 3 (1), 6-10.
Pytel, Andrew dan Jaan Kiusalaas. 2012. Mechanics of Materials 2nd Edition.
Pennsylvania: Cengage Learning.
Wiryanto. 2013. Industri Baja Nasional dan Dunia serta Dampaknya, (Online),
(https://wiryanto.net/2013/05/20/industri-baja-nasional-dan-dunia-serta-
dampaknya/), diakses tanggal 18 Oktober 2018.