Anda di halaman 1dari 19

SEJARAH PERKEMBANGAN PROSES

MEMPRODUKSI

NAMA : MIGHUEL SERANG


NIM : 12 312 952
KELAS : C

PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat TUHAN Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan

hikmatnya saya dapat menyelesaikan tugas yang telah di berikan dosen mata kuliah

kepada saya dengan judul SEJARAH PERKEMBANGAN PROSES

MEMPRODUKSI.
Dalam tugas ini saya menjelaskan tentang sejarah perkembangan proses

memproduksi logam karena dalam TEKNIK MESIN material yang digunakan banyak

memakai bahan dasar logam seperti besi, tembaga, allumunium dan lain sebagainya. Hal

inilah yang membuat saya memilih materi mengenai logam, mulai dari awal pengelolaan

logam dengan cara tradisional hingga sampai pada proses dengan tingkat yang tinggi.

Penulis

Mighuel Serang

BAB I
PENDAHLUAN
Logam adalah unsur kimia yang memiliki sifat kuat, keras, liat, merupakan

penghantar panas dan listrik, serta mempunyai titik lebur tinggi. Benda logam pada

awalnya dibuat dari bijih logam, dimana bijih logam dapat diperolah dengan cara

menambang baik yang berupa bijih logam murni maupun yang bercampur dengan materi

lain.

Bijih logam yang diambil dalam keadaan murni diantaranya adalah emas, platina, perak,

bismus dll. Sedangkan ada juga bijih logam yang bercampur dengan unsur lain seperti

tanah liat, fosfor, silikon, karbon, serta pasir.

Dalam kehidupan sehari hari tanpa kita sadari bahwa barang-barang yang kita

gunakan banyak menggunakan bahan yang terbuat dari logam, tetapi pernahkah kita

berpikir bagaimana proses pembuatan logam tersebut ? .

Untuk lebih jelasnya saya akan menjelaskan bagaimana proses tersebut mulai dari

awal mula pembentukan logam yang secara tradisional sampai pada tingkat yang modern.

Semua proses tersebut tidak lepas dari yang namanya proses memproduksi.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Logam
Pada masa Prasejarah dimana manusia belum mengenal tulisan, berdasarkan
penggalian arkeologi maka prasejarah dapat dibagi menjadi 2 zaman yaitu, zaman batu
dan zaman logam. Zaman Batu terjadi sebelum logam dikenal dan alat-alat kebudayaan
terutama dibuat dari batu di samping kayu dan tulang. Pada zaman Logam orang sudah
dapat membuat alat-alat dari logam di samping alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal
teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang diinginkan. Teknik
pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang
disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut a cire perdue.
Periode ini juga disebut masa perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan
undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan. Zaman logam ini dibagi atas:

1. Zaman Perunggu
Pada zaman perunggu atau yang disebut juga dengan kebudayaan Dongson-Tonkin
Cina (pusat kebudayaan)ini manusia purba sudah dapat mencampur tembaga
dengan timah dengan perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras.
Alat-alat perunggu pada zaman ini antara lain :
a. Kapak Corong (Kapak perunggu, termasuk golongan alat perkakas) ditemukan di
Sumatera Selatan, Jawa-Bali, Sulawesi, Kepulauan Selayar, Irian
b. Nekara Perunggu (Moko) sejenis dandang yang digunakan sebagai maskawin.
Ditemukan di Sumatera, Jawa-Bali, Sumbawa, Roti, Selayar, Leti
c. Benjana Perunggu ditemukan di Madura dan Sumatera.
d. Arca Perunggu ditemukan di Bang-kinang (Riau), Lumajang (Jawa Timur) dan Bogor
(Jawa Barat)

2. Zaman Besi
Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-
alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga
maupun perunggusebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu
3500 C.
Alat-alat besi yang dihasilkan antara lain:
a. Mata Kapak bertungkai kayu
b. Mata Pisau
c. Mata Sabit
d. Mata Pedang
e. Cangkul
Alat-alat tersebut ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat), Besuki
dan Punung (Jawa Timur)
Zaman logam di Indonesia didominasi oleh alat-alat dari perunggu sehingga zaman
logam juga disebut zaman perunggu. Alat-alat besi yang ditemukan pada zaman logam
jumlahnya sedikit dan bentuknya seperti alat-alat perunggu, sebab kebanyakan alat-alat
besi, ditemukan pada zaman sejarah.
Antara zaman neolitikum dan zaman logam telah berkembang kebudayaan megalitikum,
yaitu kebudayaan yang menggunakan media batu-batu besar sebagai alatnya, bahkan
puncak kebudayaan megalitikum justru pada zaman logam.

Berdasarkan dari sumber yang lain, Sejarah pembentukan logam dimulai sejak zaman pra
sejarah yang diperkirakan dalam rentang waktu antara tahun 4000 sampai 3000 S.M.
Perkembangan pembentukan logam ini diawali pada pembuatan asesoris atau hiasan-
hiasan kerajaan, perisai untuk keperluan perang, peralatan rumah tangga dan sebagainya.
Bahan bahan logam ini umumnya terbuat dari bahan perunggu dan kuningan. Proses
pengerjaan yang dilakukan untuk pembuatan peralatan ini dilakukan secara manual
dengan proses pengerjaan panas maupun dingin. Proses pembentukan logam untuk
berbagai macam peralatan ini dikerjakan oleh para ahli logam yang
mempunyai keterampilan khusus. Para ahli logam ini mempunyai keahlian pekerjaan
tangan (handy craft) yang diperoleh secara turun temurun. Proses pembentukan
untuk bentuk-bentuk profil ini dilakukan seluruhnya dengan menggunakan keahlian
tangan. Peralatan bantu yang digunakan meliputi berbagai macam bentuk palu, landasan-
landasan pembentuk serta model-model cetakan sederhana. Bentuk profil pelat yang
dihasilkan dari proses pembentukan ini memiliki nilai seni yang tinggi, khususnya pada
bentuk ukiran yang ditampilkan dari produk tersebut. Profil yang
ditampilkan mempunyai arti dan nilai seni dengan menampilkan bentuk-bentuk
dari, bunga-bunga, simbol-simbol, peradapan manusia serta profil-profil binatang.
Beberapa hasil peninggalan sejarah ditemukan peralatan rumah tangga seperti bentuk-
bentuk cangkir/cawan, berbagai macam piring. Produk piring dan cangkir ini memiliki
desain dan ukiran khusus yang mempunyai arti dan nilai seni. Hasil survai bidang
arkeologi memberikan gambaran bahwa produk rumah tangga yang digunakan untuk
keperluan kerajaan berbeda dengan produk-produk yang dikeluarkan untuk rakyat biasa.
Biasanya produk-produk ini mempunyai ciri-ciri khusus, mulai dari desain dan ukiran
atau hiasan pada produk tersebut. Pola-pola atau bentuk profil yang dikerjakan untuk
perhiasan atau asesoris untuk kerajaan ini memiliki tingkat artistik yang tinggi, hal ini
terlihat dari beberapa peninggalan sejarah yang ditemukan di beberapa musium sejarah di
Perancis dan kota-kota sejarah lainnya.Perkembangan teknologi pembentukan logam ini
ditandai dengan ditemukannya proses pembentukan dengan menggunakan alat-alat
pembentuk dengan menggunakan penekan sistem hidrolik, juga
menggunakan landasan, punch, swage, dies sebagai alat bantu untuk membentukprofil-
profil yang diinginkan. Jika pada awalnya proses pembentukan dilakukan secara manual
di atas landasan-landasan pembentuk dengan menggunakan palu, maka sekarang ini
proses pembentukan dilakukan dengan berbagai macam metode. Metode yang digunakan
pada proses pembentukan logam diantaranya adalah proses bending atau
penekukan, squeezing, rolling, spinning, deed drawing, streching, crumping, blanking,
press dan sebagainya. Setiap proses memiliki kemampuan pembentukan tersendiri,
misalnya untuk proses bending, proses ini mampu menekuk pelat secara lurus dan rapi
yang digunakan untuk peralatan perkantoran seperti filecabinet, locker, lemari data dan
sebagainya. Proses pengerolan pelat juga sangat banyak digunakan untuk pembuatan-
pembuatan pipa, tangki-tangki, bejana bertekanan seperti ketel atau boiler dan lain-
lain. Produk pengerolan ini juga dapat dilakukan secara manual maupun dengan motor
control. Penggerak dengan motor kontrol ini memudahkan dalam proses pengerolan,
khususnya pengerolan pelat pelat tebal dengan tingkat ketelitian yang
tinggi. Perkembangan yang sangat pesat juga terjadi pada proses pembentukan dengan
tekanan atau press. Proses press ini dilakukan dengan menggunakan tenaga hidraulik
dengan menggunakan swage atau cetakan dengan penekan karet (rubber) pembentuk.
Proses ini dapat dilakukan dalam keadaan dingin, khususnya untuk
pengerjaan pembentukan pelat-pelat tipis. Hasil dari produk press ini dapatmembentuk
profil-profil yang sulit, dengan bentuk yang dihasilkan tanpa cacat. Proses tekanan
(press) hidrolik ini banyak digunakan untuk pembentukan bodi-bodi mobil dengan istilah
sekarang full press body. Pelat-pelat lembaran yang mengalami pekerjaan
pembentukan ini seperti tekan menghasilkan pelat menjadi lebih kaku (rigid). Produk
pelat yang dihasilkan juga mengalami perkembangan yang pesat, hal ini semenjak
ditemukannya proses pengerolan pelat yangmenghasilkan produk pelat yang mempunyai
sifat mampu bentuk, mampu mesin dan mampu las. Produk pelat yang dihasilkan
dari proses pengerolan secara bertingkat ini mempuyai bentukstruktur mikro yang
memanjang dan pipih, sehingga pelat hasil pengerolan ini memunyai sifatelastis atau
lentur yang baik untuk dilakukan proses pembentukan. Pelat lembaran yang berkualitas
mempunyai karakteristik sifat mampu bentuk yang baik. Sifat ini terlihat jika
pelatmengalami proses pembentukan sisi pelat yang mengalami peregangan tidak
menimbulkan keretakan. Retak ini dapat menyebabkan terjadinya kerusakan atau robek
pada komponen pelat yang terbentuk. Karakteristik sifat mampu las juga dapat
diperlihatkan apabila pelat tersebut mengalami proses pengelasan maka tidak terjadi retak
atau crack pada daerah transisi. Daerah transisi ini merupakan daerah yang rentan
terhadap kerusakan sebab daerah ini merupakan daerah yang mengalami perobahan panas
dan dingin. Istilah teknologi pengelasannya adalah Heat Affect Zone (HAZ), dimana pada
daerah ini struktur mikro yang terbentuk mengalami perubahan yang tak menentu. Akibat
perubahan struktur mikro ini, maka terjadi perubahan sifat mekanik dari bahan pelat
tersebut. Perubahan sifat mekanik ini khususnya pada sifat kekerasan dan tegangan
luluhnya. Produk bahan pelat yang dihasilkan tidak hanya diproduk untuk
keperluanpembentukannya saja tetapi produk-produk pelat yang digunakan untuk
keperluan khusus juga dapat dihasilkan. Produk pelat untuk keperluan khusus ini
biasanya untuk keperluan militer juga ada yang digunakan untuk keperluaan perbankan.
Produk pelat untuk keperluan militer ini dapat dilihat dari pembuatan tank baja yang
digunakan untuk keperluan perang. Tank Baja yang dihasilkan ini
mempunyai karakteristik anti peluru, sehingga bahan pelat yang digunakan harustahan
terhadap berbagai macam tembakan senjata. Rompi anti peluru yang digunakan oleh
aparat keamanan juga dilapisi dengan bahan pelat anti peluru. Bahan pelat anti peluru
yang digunakan untuk melapisi bagian dada atau depan ini mempunyai tebal yang sangat
tipis jika dibandingkan dengan pelat yang digunakan untuk Tank Baja.

B. Manufaktur Logam
Perkembangan proses manufaktur modern dimulai sekitar tahun 1980-
an. Terjadinya perang sipil membuat banyak kemajuan proses manufaktur di
Amerika. Eksperimen dan analisis pertama dalam proses manufaktur dibuat oleh Fred W.
Taylor ketika menerbitkan tulisan tentang pemotongan logam yang merupakan dasar-
dasar dari proses manufaktur. Kemudian diikuti oleh Myron L., Begemen sebagai
pengembangan lanjutan proses manufaktur.
Sejak pertama digunakannya mesin-mesin perkakas, secara perlahan
berkecenderungan untuk menggunakan mesin lebih efisien, yaitu dengan
mengkombinasikan proses manufaktur dan semakin digunakannya mesin sebagai
pengganti manusia untuk menurunkan waktu pemrosesan dan jumlah tenaga kerja.
Sejalan dengan perkembangan mesin-mesin produksi, kualitas proses manufaktur
menjadi tuntutan. Berkembangnya pemahaman tentang inchangeable mengharuskan
pengendalian dimensi produk secara ketat, sehingga proses perakitan dapat berjalan
cepat, biaya rendah khususnya pada produksi massal. Untuk menjaga agar dimensi
produk tetap terkendali, maka mengharuskan penyediaan fasilitas inspeksi yang
memadahi.Untuk menghasilkan produk yang kompetitif, maka menjadi penting untuk
merancang produk yang lebih murah, berkaitan dengan material, proses manufaktur atau
pemindahan dan penyimpanannya. Suatu produk dirancang mempunyai kekuatan yang
tinggi, tahan korosi, mempunyai umur pakai yang panjang atau yang lain , namun
demikian criteria ekonomis tetap dipertimbangkan. Untuk komponen-komponen yang
diproduksi secara masal, perancangan disesuaikan denga mesin-mesin yang ada,
yaitu untuk minimasi berbagai macam waktu set-.up.
Pemilihan mesin atau proses manufaktur untuk menghasilkan produk merupakan
pengetahuan tentang metode proses manufaktur. Faktor-faktor yang dipertimbangkan
dalam pemilihan proses manufaktur meliputi jumlah produk, kualitas akhir produk, dan
keterbatasan dari peralatan yang ada. Kenyataanya, suatu produk dapat dibuat melalui
berbagai macam metode, tetapi secara ekonomis biasanya ada satu jalan yang dipilih.
Tujuan utama proses manufacturing adalah membuat komponen dengan
mempergunakan material tertentu yang memenuhi persyaratan bentuk dan ukuran serta
struktur yang mampu melayani kondisi lingkungan tertentu.
Melihat, faktor-faktor di atas maka faktor membuat suatu bentuk tertentu
merupakan faktor utama. Ada beberapa metoda atau membuat geometri (betuk dan
ukuran) dari suatu bahan yang dikelompokan menjadi empat kelompok dasar proses
pembuatan (manufacturing processes) Yaitu: Pengecoran (Casting), Pemesinan
(Machining), Proses konsolidasi dari beberapa bahan menjadi satu (Consolidating,
misalkan : Powder Metallurgy, Mechanical fastener, Bonding, Welding dsb) dan proses
deformasi.
Proses pemesinan atau lebih spesifik lagi material removal process (proses
pembuangan material), memberikan ketelitian yang sangat tinggi dan fleksibilitas
(keuletan) yang besar.
Proses konsolidasi mampu membentuk benda yang kompleks dari komponen-
komponen yang sederhana dan merupakan proses yang sangat umum dipakai.
Proses deformasi memanfaatkan sifat beberapa material yaitu kemampuannya
mengalir secara plastis pada keadaan padat tanpa merusak sifat-sifatnya. Dengan
manggerakan material secara sederhana ke bentuk yang di inginkan, maka sedikit atau
bahkan tidak ada material yang terbuang sia-sia.
Dari proses pengecoran, stranda dan slabs direduksi ukurannya dan diubah
kedalam bentuk-bentuk dasar seperti plates, sheets dan rod. Bentuk-bentuk dasar ini
kemudian mengalami proses deformasi lebih lanjut sehingga diperoleh kawat (wire) dan
myriad (berjenis-jenis) produk akhir yang dihasilkan melalui tempa (forging), ekstrusi,
sheet metal forming dan sebagainya.
Deformasi yang diberikan dapat berupa aliran curah (bulk flow) dalam 3 dimensi.
Geser sederhana , tekuk sederhana dan gabungan ataupun kombinasi dari beberapa jenis
proses tersebut. Tegangan yang diperlukan untuk mendapatkan deformasi tersebut dapat
berupa tarikan (tension), tekan (compression), geseran (shear) atau kombinasi dari
beberapa jenis tegangan tersebut.

Pengertian deformasi elastis dan deformasi plastis

Secara makroskopis, deformasi dapat dilihat sebagai perubahan bentuk dan


ukuran. Perubahan bentuk yang terjadi dapat di bedakan atas deformasi elastis dan
deformasi plastis.
Meskipun hakekat proses pembentukan logam adalah mengusahkan deformasi
plastis yang terkontrol, namun dalam berbagai hal pengaruh deformasi elastis cukup
besar sehingga tidak dapat diabaikan begitu saja. Untuk itu perlu dibahas lebih dahulu
pengertian deformasi elastis dan deformasi plastis.
Perubahan bentuk dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu deformasi elastis dan
defomasi plastis. Deformasi elastis adalah perubahan bentuk yang terjadi bila ada gaya
yang berkerja, serta akan hilang bila beban ditiadakan. Dengan kata lain bila beban
ditiadakan, maka benda akan kembali kebentuk dan ukuran semula. Di lain pihak,
defomasi plastis adalah perubahan bentuk yang permanent, meskipun bebannya di
hilangkan. Secara diagramatis menunjukan pengertian deformasi elastis dan deformasi
plastis pada suatu diagram tegangan-regangan.
Bila suatu material dibebani sampai daerah plastis, maka perubahan betuk yang
saat itu terjadi adalah gabungan antara deformasi elastis dengan deformasi plastis
(penjumlahan ini sering juga disedut deformasi total). Bila beban-beban ditiadakan, maka
deformasi elastis akan hilang pula, sehinga perubahaan bentuk yang ada hanyalah
deformasi plastis saja.

Klasifikasi berdasarkan temperatur pengerjaan

Pengaruh temperatur terhadap proses-proses pembentukan adalah hal mengubah


sifat-sifat dan prilaku material. Secara umum kenaikan temperatur akan mengakibatkan
turunnya kekuatan material, naiknya keuletan dan turunnya laju pengerasan regangan
yang mana perubahannya tersebut mengakibatkan kemudahan material untuk deformasi.
Berdasarkan temperatur material pada saat deformasi ini, proses pembentuka
logam dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar, yaitu:
1. Pengerjaan panas (Hot working)
2. Pengerjaan dingin (Cold working)
Pada awalnya batasan kedua kelompok tersebut hanyalah didasarkan atas ada atau
tidaknya proses pemanasan benda kerja. Namun bila ditinjau dari segi metalurgis, hal ini
tidak sepenuhnya benar.
Batasan yang berlaku lebih umum adalah yang didasarkan pada temperatur
rekristalisasi logam yang diproses. Hal ini memang berkaitan dengan ada atau tidaknya
proses pelunakan selama proses berlangsung.

Proses pengerjaan panas

Pengerjaan panas adalah proses pembentukan logam yang mana proses


deformasinya dilakukan dibawah kondisi temperatur dan laju regangan dimana proses
rekritalisasi dan deformasi terjadi bersamaan.
Proses pengerjaan panas dapat didefinisikan sebagai proses pembentukan yang
dilakukan pada daerah temperatur rekristalisasi logam yang diproses. (agar lebih singkat
daerah tamperatur diatas temperatur rekristalisasi untuk selanjutnya disebut sebagai
daerah temperatur tinggi). Dalam proses deformasi pada temperatur tinggi terjadi
peritiwa pelunakan yang terus menerus, khususnya akibat terjadinya rekristalisasi. Akibat
yang konkret ialah bahwa logam bersifat lunak pada temperatur tinggi. Kenyataan inilah
yang membawa keuntungan-keuntungan pada proses pengerjaan panas. Yaitu bahwa
deformasi yang diberikan kepada benda kerja dapat relative besar. Hal ini disebabkan
karena sifat lunak dan sifat ulet, sehingga gaya pembentukan yang dibutuhkan relative
kecil, serta benda kerja mampu menerima perubahaan bentuk yang besar tanpa retak.
Karena itulah keuntungan proses pengerjaan panas biasanya digunakan pada proses-
proses pembentukan primer yang dapat memberikan deformasi yang besar, misalnya:
proses pengerolan panas, tempa dan ekstrusi.
Akibatnya adalah kurva tegangan regangan sebenarnya secara garis besar
berupa garis mendatar pada regangan diatas titik luluh. Hal ini merupakan perbadaan
yang jelas apabila perbandingan dengan kurva tegangan regangan sebenarnya yang naik
keatas pada deformasi dibawah temperatur rekristalisasi. Dengan demikian proses
pengerjaan panas secara drastis mampu mengubah bentuk material tanpa akan timbulnya
retak pembentukan yang berlebihan.
Disamping itu, temperatur tinggi memacu proses difusi sehingga hal ini dapat
menghilangkan ketidak homogenan kimiawi, pori-pori karena efek pengelasan dapat
tertutup atau ukurannya berkurang selama derformasi berlangsung serta struktur
metalurgi dapat diubah sehingga diperoleh sifat-sifat akhir yang lebih baik. Dilihat dari
segi negatif, temperatur tinggi dapat mengakibatkan reaksi yang tidak dikehendaki antara
benda kerja dengan lingkungannya.
Toleransi menjadi rendah sebagai akibat adanya penyusutan /pemuaian thermal
ataupun akibat pendinginan yang tidak seragam. Secara metalurgis dapat terjadi sehingga
ukuran butir produk akan bervariasi tergantung pada basar reduksi yang alami,
temperatur deformasi yang terakhir, setelah doformasi dan faktor-faktor lainnya.
Keberhasilan dan kegagalan proses pengerjaan panas sering sangat tergantung
pada keberhasilan mengatur kondisi termal, karena hampir 90% energi yang diberikan
kepada benda kerja akan diubah menjadi panas maka temperatur benda kerja akan naik
jika deformasi berlangsung sangat cepat. Meskipun demikian, pada umumnya pemanasan
benda kerja dipanaskan pada temperature yang lebih rendah.
Panas banda kerja hilang melalui permukaan-permukaannya dan panas paling
besar melalui permukaan yang bersentuhan dengan dies yang bertemperatur lebih rendah
begitu permukaan benda kerja menjadi dingin ketidak seragaman temperatur akan terjadi.
Adanya aliran benda kerja yang panas dan lunak pada bagian dalam akan mengakibatkan
retakan pada permukaan benda kerja yang dinging dan getas. Oleh kerena itu temperatur
benda kerja perlu dijaga agar kesseragam mungkin.
Guna mendapatkan toleransi produk yang lebih baik maka temperatur dies
dinaikan dan waktu kontak yang lebih lama (kecepatan deformasi yang lebih rendah).
Namun dengan cara seperti ini juga akan semakin memperpendek umur dies. Pada saat
memproses forming produk yamg bentuknya rumit, seperti pada hot forging, bagian tipis
akan mendingin lebih cepat dari pada bagian yang tebal sehingga hal ini akan semakin
memperumit perilaku aliran benda kerja. Lebih jauh lagi ketidak seragaman pendinginan
benda karja akan menimbulkan tegangan sisa pada produk akhir hasil proses hot working

Proses pengerjaan dingin

Proses pengrjaan dingin didefinisikan sebagai proses pambantukan yang


dilakukan pada daerah temperatur dibawah temperatur rekristalisasi. Dalam praktek
memang pada umumnya pangerjaan dingin dilakukan pada temperatur kamar, atau
dengan lain perkataan tanpa pemanasan benda kerja.
Agar lebih singkat, untuk selanjutnya daerah temperatur dibawah temperature
rekristalisasi disebut saja sebagai daerah temperatur rendah. Pada kondisi ini pada logam
yang diderformasi terjadi peristiwa pengrasan regangan. Logam akan bersifat makin
keras dan makin kuat tetapi makin getas bila mengalami deformasi. Hal ini menyebabkan
relatif kecil deformasi yang dapat diberikan pada proses pengerjaan dingin. Bila
dipaksakan adanya suatu perubahan bentuk yang besar, maka benda kerja akan retak
akibat sifat getasnya.
Meskipun demikian, proses pengerjaan dingin tetap menempati kedudukan yang
khas, dalam rangkaian proses pengerjaan. Langakah deformasi yang awal biasanya
adalah pada temperature tinggi, misalnya proses pengerolan panas. Billet ataupun slab di
rol panas menjadi bentuk yang lebih tipis, misalnya pelat. Pada tahapan tersebut
deformasi yang dapat diberikan adalah relatif besar. Namun proses pengerolan panas ini
tidak dapat dilanjukan pada pelat yang relative lebih tipis. Memang mungkin saja suatu
gulungan pelat dipanaskan terlebih dahulu pada tungku sampai temperaturnya melewati
temperatur rekristalisasi. Akan tetapi bila pelat tersebut dirol, maka temperaturnya akan
cepat turun sampai dibawah temperatur rekristalisasi. Hal ini disebabkan oleh besarnya
panas yang berpindah dari pelat ke sekitarnya. Pelat yang tipis akan lebih cepat
mengalami penurunan temperatur dari pada pelat yang tebal.
Dari uraian tersebut jelaslah behwa proses deformasi yang dapat dilakukan pada
benda kerja yang luas permukaan spesifiknya besar hanyalah proses pengerjaan dingin.
Beberapa contohnya adalah proses pembuatan pelat tipis dengan pengerolan dingin,
proses pembuatan kawat dengan proses panarikan (wire drawing), serta seluruh proses
pembentukan terhadap pelat (sheet metal forming).
Keunggulan proses pengerjaan dingin adalah kondisi permukaan benda kerja yang
lebih baik dari pada yang diproses dengan pengerjaan panas. Hal ini disebabkan oleh
tidak adanya proses pemanasan yang dapat menimbulkan kerak pada permukaan.
Keunggulan lainya ialah kekerasa dan kekuatan logam sebagai akibat pengerjaan
dingin. Namun hal ini diikuti pula oleh suatu kerugian, yaitu makin getasnya logam yang
dideformasi dingin.
Sifat-sifat logam dapat diubah dengan proses perlakuan panas (heat treatment).
Perubahan sifat menjadi keras dan getas akibat deformasi dapat dilunakan dan diuletkan
kembali dengan proses anil (annealing).
Ditinjau dari segi proses pembuatan (manufacturing), proses pengerjaan dingin
mempunyai sejumlah kelebihan yang jelas sehingga bebagai Jenis proses pengerjaan
dingin menjadi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Apabila dibandingkan
dengan proses pengerjaan panas maka proses pengerjaan dingin mempunyai beberapa
keuntungan, yaitu:
Tidak perlu pemanasan
Permukaan akhir lebih baik
Pengaturan dimensi lebih bisa terkendali, sehingga walaupun ada sangat sedikit
sekali proses pemesinan lanjut
Produk yang dihasilkan mempunyai reproducibility (mammpu diproduksi kembali
dengan kualitas yang sama) interchangeability (mampu tukar) yang lebih baik
Kekuatan, kekuatan lelah (fatigue strength) dan ketahanan ausnya lebih baik
Sifat-sifat terarah (directional properties) dapat dimunculkan
Masalah kotaminasi dapat dikurangi

Adapun kerugianya adalah

Diperlukan gaya yang besar untuk melakukan deformasi


Perlu peralatan yang berat dan berdaya besar
Produk menjadi kurang ulet
logam harus bersih dan bebas kerak
Terjadi pengeras regangan (strain hardening) sehingga perlu poses pelunakan
(annealing) antara proses bila digunakan proses deformasi
Rusaknya directional properties
Timbulnya tegangan sisa
Dari fakta-fakta diatas seperti yang telah dipaparkan diatas. Terlihat bahwa proses
pengerjaan dingin khusus cocok untuk produksi dalam jumlah yang banyak, dimana
kuantitas produk dapat mengimbangi ongkos peralatan yang mahal.
Cocok tidaknya logam diproses pambentukan dingin ditentukan olah sifat-sifat
tariknya yang mana hal ini langsung berkaitan dengan struktur metalurginya. Dengan
penjelasan yang sama maka proses pengerjaan dingin akan mengubah sifat material pada
produk yang dihasilkan. Defomasi plastis pada suatu logam hanya dapat terjadi jika batas
elastis logam dilewati.

Proses pengerjaan hangat (Warm Forming)

Proses pengerjaan hangat merupakan proses pembentukan logam dimana


temperatur deformasinya terletak diantara temparatur proses pengerjaan panas dan
pengerjaan dingin. Apabila dibandingkan dengan proses pengerjaan dingin, proses
pengerjaan hangat menawarkan beberapa keuntungan, yaitu turunya gaya pada perkakas
dan peralatan, menaikan keuletan material serta dapat menurunkan jumlah proses
pelunakan (annealing) karena turunnya efek pengerasan regangan. Proses pengerjaan
hangat memperluas kemungkinan penggunaan proses forming untuk bebagai jenis
material dan berbagai bentuk dan ukuran.
Apabila dibandingkan dengan proses pengerjaan panas, maka pengerjaan hangat
melakukan sedikit lebih energi (enargi untuk pelumasan benda kerja), metalurgi
pembentukan kerak (scaling) dan dekarburisasi, memberikan ketelitian, pengaturan
deminsi dan surface finish yang lebih baik. Umur pahat menjadi lebih panjang, meskipun
gaya pembentukan 2560% lebih besar, kejutan thermal dan fatigue termal yang lebih
kecil.
Meskipun demikian pengerjaan hangat masih merupakan bidang yang sedang dan
terus berkambang, meskipun ada beberapa kendala yang menghambat pertumbuhannya,
kendala-kendala tersebut antara lain adalah perilaku material belum ter karakteristik
dengan baik pada kondisi temperatur pengerjaan hangat, pelumasan belum sepenuhnya
dikembangkan untuk kondisi temperatur dan tekanan operasi working dan teknologi
perancangan dies untuk pengerjaan hangat belum begitu mapan. Namun demikian
dorongan akan perlunya penghematan energi dan keuntungan-keuntungan lain yang
ditawarkan oleh proses ini sangat mendorong pengembangan lebih lanjut

Tujuan utama Proses Manufacturing adalah untuk membuat komponen dengan


mempergunakan material tertentu yang memenuhi persyaratan bentuk dan ukuran, serta
struktur yang mampu melayani kondisi lingkungan tertentu.
Melihat faktor-faktor diatas maka faktor membuat suatu bentuk tertentu
merupakan faktor utama. Ada beberapa metoda atau membuat geometri (bentuk dan
ukuran) dari suatu bahan yang dikelompokan menjadi enam kelompok dasar proses
pembuatan ( manufacturing proces) yaitu : proses pengecoran ( casting), proses
pemesinan (machining), proses pembentukan logam (metal forming), proses pengelasan
(welding), perlakuan panas (heat treatment), dan proses perlakuan untuk mengubah sifat
karakteristik logam pada bagian permukaan logam (surface treatment).
1. Proses pengecoran (casting)
Suatu teknik pembuatan produk dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan
kemudian dituangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli dari
produk cor yang akan dibuat.
2. Proses pemesinan (machining)
Proses pemotongan logam disebut sebagai proses pemesinan adalah proses
pembuatan dengan cara membuang material yang tidak diinginkan pada benda kerja
sehingga diperoleh produk akhir dengan bentuk, ukuran, dan surface finish yang
diinginkan.
3. Proses pembentukan logam (metal forming)
Proses metal forming adalah melakukan perubahan bentuk pada benda kerja
dengan cara memberikan gaya luar sehingga terjadi deformasi plastis.
4. Proses pengelasan (welding)
Proses penyambungan dua bagian logam dengan jalan pencairan sebagian dari
daerah yang akan disambung. Adanya pencairan dan pembekuan didaerah tersebut akan
menyebabkan terjadinya ikatan sambungan.
5. Proses perlakuan panas (heat treatment)
Heat treatment adalah proses untuk meningkatkan kekuatan material dengan cara
perlakuan panas.
6. Surface treatment
Proses surface treatment adalah proses perlakuan yang diterapkan untuk
mengubah sifat karakteristik logam pada bagian permukaan logam dengan cara proses
thermokimia, metal spraying.
Proses pemesinan atau lebih spesifik lagi proses pembuangan material (material
removal proces), memberikan ketelitian yang sangat tinggi dan fleksibilitas (keluwesan)
yang besar. Namun demikian proses ini cenderung menghasilkan sampah dari proses
pembuangan material tersebut secara sia-sia.
Proses deformasi memanfaatkan sifat beberapa material ( biasanya logam ) yaitu
kemampuannya mengalir secara plastis pada keadaan padat tanpa merusak sifat-
sifatnya. Dengan menggerakkan material secara sederhana ke bentuk yang kita inginkan (
sebagai lawan dari membuang bagian yang tidak diperlukan ), maka sedikit atau bahkan
tidak ada material yang terbuang sia-sia.
Namun demikian biasanya gaya yang diperlukan cukup tinggi. Di samping itu,
mesin-mesin dan perkakas yang diperlukan harganya mahal sehingga jumlah produksi
yang besar merupakan alasan pokok untuk membenarkan pemilihan proses ini.
Kegunaan material logam dalam masyarakat modern ditentukan oleh mudah
tidaknya material tersebut dibentuk (forming) kedalam bentuk yang bermanfaat. Hampir
semua logam mengalami deformasi sampai pada tingkat tertentu selama proses
pembuatannya menjadi produk akhir.
Ingat dalam proses pengecoran, strand dan slabs direduksi ukurannya dan diubah
ke dalam bentuk-bentuk dasar seperti plates, sheet, dan rod. Bentuk-bentuk dasar ini
kemudian mengalami proses deformasi lebih lanjut sehingga diperoleh kawat (wire) dan
myriad ( berjenis jenis) produk akhir yang dihasilkan melalui tempa (forging), ekstrusi,
sheet metal forming dan sebagainya.
Deformasi yang diberikan dapat berupa aliran curah (bulk flow) dalam 3 dimensi,
geser sederhana (simple shearing), tekuk sederhana atau gabungan (simple or compound
bending) atau kombinasi dari beberapa jenis proses tersebut.
Tegangan yang diperlukan untuk mendapatkan deformasi tersebut dapat berupa
tarikan (tension), tekan (compression), geseran (shear) atau kombinasi dari beberapa jenis
tegangan tersebut. Kecepatan, temperature, toleransi, surface finish.
Kemampuan untuk menghasilkan berbagai bentuk dari lembaran logam datar
dengan laju produksi yang tinggi merupakan merupakan kemajuan teknologi yang nyata.
Peralihan dari proses pembentukan dengan tangan ke metode produksi besar besaran
menjadi faktor penting dalam meningkatan standar kehidupan selama periode tersebut.
Pada dasarnya, suatu bentuk dihasilkan dari bahan lembaran datar dengan cara
peregangan dan penyusutan dimensi elemen volume pada tiga arah utama yang tegak
lurus sesamanya. Bentuk yang diperoleh merupakan hasil penggabungan dari penyusutan
dan peregangan lokal elemen volume tersebut. Usaha telah dilakukan untuk
menggolongkan berbagai macam bentuk yang mungkin pada pembentukan logam
menjadi beberapa kelompok tertentu, tergantung pada kontur produk produk. Sachs
membagi komponen komponen lembaran logam menjadi 5 katagori.
1. Komponen lengkungan tunggal.
2. Komponen flens yang diberi kontur- termasuk komponen dengan flens rentang
dan flens susut.
3. Bagian lengkung
4. Komponen ceruk dalam termasuk cawan, kotak kotak dengan dinding tegak
atau miring
5. komponen ceruk dangkal termasuk bentuk pinggan, galur (beaded), bentuk
bentuk timbul dan bentuk bentuk berkerut.
Cara lain untuk menggolongkan proses pembentukan lembaran logam adalah
dengan menggunakan operasi khusus seperti pelengkungan, pengguntingan, penarikan
dalam, perentangan, pelurusan.
Perlu dicatat berbeda dengan proses deformasi pembentukan benda secara
keseluruhan, pembentukan lembaran biasanya dilakukan dalam bidang lembaran itu
sendiri oleh tegangan tarik. Gaya tekan pada bidang lembaran hendaknya dihindari
karena ini akan menyebabkan terjadinya pelengkungan, pelipatan dan keriput pada
lembaran tadi. Pada proses pembentukan lembaran, susut tebal hendaknya dihindarkan
karena dapat terjadi penciutan dan akan kegagalan mengakibatkan kegagalan dalam
proses pembuatan produk.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Jadi sejarah perkembangan proses memproduksi khususnya logam telah ada sejak
pada zaman prasejarah yang di perkirakan sekitar 4000 sampai 3000 SM, dimana sering
di kenal dengan sebutan zaman logam. Pada zaman ini orang sudah mengenal teknik
melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang diinginkan. Teknik pembuatan alat
logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan
cetakan tanah liat dan lilin yang disebut a cire perdue. Periode ini juga disebut masa
perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melakukan
pekerjaan tangan. Dimana peralatan bantu yang digunakan meliputi berbagai macam
bentuk palu, landasan-landasan pembentuk serta model-model cetakan sederhana.
Selanjutnya jika pada awalnya proses pembentukan dilakukan secara manual di atas
landasan-landasan pembentuk dengan menggunakan palu, maka sekarang ini proses
pembentukan dilakukan dengan berbagai macam metode. Metode yang digunakan pada
proses pembentukan logam diantaranya adalah proses bending atau
penekukan, squeezing, rolling, spinning, deed drawing, streching, crumping, blanking,
press dan sebagainya. Setiap proses memiliki kemampuan pembentukan tersendiri dan
juga alat-alat yang digunakan telah menggunakan alat yang canggih serta karena
perkembangan teknoloki yang sangat pesat saat ini tidak menutup kemungkinan akan
adanya perangkat-perangkat yang lebih baik lagi, baik dari segi kebutuhan, kualitas dan
juga efisiensinya.

B. SARAN
Karena makalah ini belum sempurna saya sangat menghargai kritik maupun saran
pembaca agar di kemudian hari dapat lebih baik dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca, penulis memohon maaf atas kesalahan ataupun
ketidaksempurnaan makalah ini terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.google.com/#q=sejarah+perkembangan+teknologi+pembentukan+dasar+loga
m
http://www.google.com/#q=perkembangan+proses+pembentukan+logam
http://id.wikipedia.org/wiki/Prasejarah
http://edie666.blogspot.com/2011/11/teknologi-pembentukan-dasar.html
http://slametbudiarto.weebly.com/proses-manufaktur.html
http://my-gogo.blogspot.com/
http://id.wikipedia.org/wiki/Manufaktur

Anda mungkin juga menyukai