Anda di halaman 1dari 12

JURNAL PSIKOLOGI TABULARASA

VOLUME 10, NO.1, APRIL 2015: 31 – 42__________________________________________________

Peran Pola Asuh Orang Tua


terhadap Kecemasan Sosial pada Remaja

Fitria Rachmawaty
Fakultas Psikologi, Universitas Merdeka Malang

Abstract
The purpose of this study was to determine the role of parenting on social anxiety in adolescents. This
study involved 230 adolescents with authoritarian parenting with an average 30.37. Retrieval of data
using Parental Authority Questionnaire (PAQ), Liebowitz Anxiety Scale- Children and Adolecents
(LSAS-CA). Significance test shows F count 107.678. Significant conclusion of this model and can be
used to predict the role of authoritarian parenting to social anxiety in adolescents. The result showed that
social anxiety in adolescents can be affected by direct authoritarian parenting.

Key words: authoritarian parenting, adolescents, social anxiety.

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pola asuh terhadap kecemasan sosial pada remaja.
Subyek penelitian terdiri dari 230 remaja dengan rata-rata pola asuh otiriter 30,37. Pengumpulan data
menggunakan Parental Authority Questionnaire (PAQ), dan Liebowitz Anxiety Scale- Children and
Adolecents (LSAS-CA). Tes signifikansi menunjukkan F hitung sebesar 107,678. Model signifikansi
dapat digunakan untuk memprediksi peran pola asuh otoriter terhadap kecemasan sosial pada remaja.
Hasil menunjukkan bahwa kecemasan sosial remaja dapat dipengaruhi langsung oleh pola asuh otoriter.

Kata kunci: pola asuh otoriter, remaja, kecemasan sosial

Pengantar1 sekitar 9,6% gejala kecemasan sosial


Kecemasan sosial yang terjadi pada awal usia remaja pada usia 10
pada remaja berusia 9 hingga 17 tahun tahun (Miers, et. al, 2013). Bentuk dari
diperkirakan 10% hingga 20% (Maertz, kecemasan sosial yang ekstrim pada
2001; Siess, 2013; Joshi, 2013). Hasil remaja adalah membisu dengan hanya
penelitian yang dilakukan di Indonesia memilih berbicara pada situasi tertentu
pada tahun 2013 didapatkan data sebesar 70% hingga 95% (Deilbaz, et. al,
sebanyak 15,8% individu yang 2011). Rasa takut yang intens dan
mengalami kecemasan sosial (Vriends, evaluasi yang negatif yang berlebihan
et. al, 2013). Terdapat peningkatan ketika dihadapkan pada situasi sosial
merupakan ciri dari kecemasan sosial
Korespondensi dapat dilakukan dengan
(Schulze, 2013). Ada sekitar 75% hingga
menghubungi: Fitria Rachmawati, F.Psikologi
Universitas Merdeka Malang, Jl. Terusan Raya 95% remaja yang mengalami kecemasan
Dieng, No. 62-64 Malang, Tlp./Faks. 0341-
sosial lebih memilih membisu dan
578820, Email: fitria.rahmadin@yahoo.com

31
POLA ASUH DAN KECEMASAN SOSIAL

sedikit berbicara ketika dihadapkan pada menghindar baik secara terang-terangan


situasi sosial (Deilbaz, et. al, 2011). maupun secara halus yang berdampak
Kecemasan sosial merupakan masalah pada ketakutan terus-menerus, intens,
kesehatan mental peringkat ketiga kronis yang berlebihan dapat
setelah depresi dan penyalahgunaan mengakibatkan seseorang hanya
alkohol (Pierce, 2013). Ketika tidak memiliki jaringan sosial yang lebih
ditangani dengan serius maka sepertiga kecil, berkurangnya dukungan sosial,
dari individu yang mengalami rendahnya kualitas hidup yang jangka
kecemasan sosial tidak akan terjadi panjang dapat menimbulkan isolasi
remisi dalam jangka waktu 10 tahun sosial dan berpotensi pada bunuh diri
(Joshi, 2013). (Tillfors, 2012; Akinsola, 2013; Sporte,
Kecemasan sosial ditandai dengan 2013).
adanya persepsi marabahaya dalam Kecemasan sosial pada remaja
situasi sosial serta munculnya potensi tidak hanya dibentuk dari lingkungan
penolakan oleh orang lain. Pada wanita sekolah, namun lingkungan ketika
yang mengalami kecemasan sosial tinggi berada di rumah seperti peran dari orang
cenderung menampilkan banyak perilaku tua sangat erat kaitannya dengan
negatif daripada perilaku positif seperti kecemasan sosial pada remaja. Adanya
kontak mata yang kurang, kurang hubungan yang signifikan antara peran
tersenyum, sedikit berbicara dan gelisah pola asuh otoriter seperti kontrol yang
yang berlebih (Kashdan, 2004). berlebih, kurangnya perhatian dan
Sebuah penelitian yang dilakukan kehangatan terhadap kecemasan sosial
terhadap 1500 pelajar melaporkan bahwa pada remaja (Rana, Akhtar & Tahir,
adanya kecemasan yang menunjukkan 2013; Corina, 2011). Orang tua yang
sikap rasa malu, takut dikritik, serta memproteksi secara berlebihan
kecemasan terhadap evaluasi yang buruk cenderung melakukan penolakan pada
serta perubahan fisik seperti berkeringat anak secara signifikan meningkatkan
ketika berada dalam situasi publik kecemasan sosial pada anak, sampel
seperti berpidato atau situasi yang diambil dari masyarakat umum (Lieb,
membutuhkan partisipasi secara 2000; Aslam, 2014). Penolakan-
langsung (Joshi, 2013). Berperilaku penolakan yang sering dilakukan oleh

32 JURNAL PSIKOLOGI
RACHMAWATI

orang tua membentuk keyakinan pada pada remaja adalah variabel pola asuh
remaja bahwa yang dilakukannya orang tua kecenderungan otoriter.
kemungkinan besar mengalami Merujuk dari uraian diatas,
penolakan yang berulang. Sikap orang diajukan suatu hipotesis yakni terdapat
tua yang fleksibel seperti pola korelasi antara peran orang tua dengan
pengasuhan demokratis akan kecemasan sosial pada remaja.
menciptakan psikologis anak secara
Metode
sehat (Bibi, 2013). Gaya pengasuhan
Subjek Penelitian
orang tua adalah sikap yang
Sampel yang diambil berdasarkan
diekspresikan terhadap anak dengan
pada karakteristik berstatus remaja yang
berbagai macam situasi. Baumrind
berjumlah 230 subjek, kemudian dilakukan
mengatakan gaya orang tua terutama
survey menggunakan Parental
orang tua yang banyak melakukan
Authoritarian Questionaire (PAQ) untuk
penolakan, serta penolakan dari teman
menentukan klasifikasi dari jenis pola asuh
sebaya memperburuk kecemasan sosial
yang digunakan. Subjek diambil dari
pada remaja, merusak perilaku pro-sosial
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
anak ataupun kurang peduli terhadap
Yayasan Wahid Hasyim Malang,
orang lain sehingga memunculkan
didapatkan hasil korelasi skala pola asuh
permusuhan (Mahasneh, 2013; Hayward,
permisif sebanyak -0,15, skala pola asuh
2008).
otoriter 56,6** dan untuk skala pola asuh
Studi psikologi telah mengatakan
demokrasi sebanyak -0,13 terhadap
bahwa gaya pengasuhan memiliki
kecemasan sosial. Subyek ini ditentukan
korelasi yang signifikan terhadap
berdasarkan pada remaja dengan rentang
gangguan kecemasan sosial (Lieb,
usia 13 hingga 15 tahun dengan memiliki
2000). Penolakan yang dilakukan orang
korelasi skala pola asuh tertinggi yaitu pola
tua akan membentuk perasaan penolakan
asuh otoriter.
pada anak termasuk perasaan penolakan
dari orang lain dikarenakan seringnya Variabel dan Instrumen Pengumpulan
pengalaman penolakan yang diterima Data
(Cunha, Soares & Gouveia, 2008). Salah Parental Authority Questionaire
satu penyebab dari kecemasan sosial (PAQ) yaitu kuesioner self-report 30

JURNAL PSIKOLOGI 33
POLA ASUH DAN KECEMASAN SOSIAL

item yang dirancang untuk mengukur remaja. LSAS-CA memiliki 24 item


persepsi anak-anak dari orang tua dengan 3 kolom, kolom satu diisikan
mereka menggunakan gaya pola asuh untuk situasi takut atau cemas,
otoriter, demokratis, dan permisif yang sedangkan kolom dua untuk situasi
diusulkan oleh Baumrind (1971). menghindar, kedua kolom ini diisi oleh
Tanggapan berada pada skala Likert 5 peserta, sedangkan kolom ketika adalah
poin mulai dari 1 (sangat tidak setuju) kolom penjumlahan antara kolom 1 dan
hingga 5 (sangat setuju). PAQ memiliki dua yang diisi oleh petugas pemeriksa.
tiga subsclaes berdasarkan prototipe Nilai yang diberikan dari situasi sosial
otoritas orangtua: (P atau permisif : item ketakutan atau kecemasan (mulai dari 0
1, 6, 10, 13, 14, 17, 19, 21, 24, 18); = tidak hingga nilai 3 = berat) dan
permisif yaitu hubungan yang hangat, menilai penghindaran (mulai dari 0 =
orang tua non-controlling otoriter-orang tidak hingga 3 = biasanya) (Beard, dkk,
tua yang menghargai ketaatan dan upaya 2011). Skala ini dengan 11 item
untuk mengontrol perilaku anak-anak mengukur berkaitan dengan interaksi
mereka dengan satu arah. (A atau sosial dan 13 item mengukur kinerja
Otoriter item 2, 3, 7, 9, 12, 16, 18, 25, dalam publik. Dan untuk skoringnya 1 –
26, 29), pola asuh yang kaku dan 26 kecemasan sosial rendah, 27 – 54
menuntut. (F atau demokratis : Item 4, 5, kecemasan sosial tinggi, dan 55 – 65
8, 11, 15, 20, 22, 23, 27, 30), fleksibel fobia sosial moderat (Okitsu, 2014).
atau demokratis dan orang tua yang Liebowitz Anxiety Scale- Children
rasional (Buri, 1991). Instrument PAQ Adolescent (LSAS-CA) setelah
memiliki konsistensi interval dengan dilakukan uji coba pada remaja
kisaran antara r = 0,74 - 0,87. Kemudian mendapatkan hasil uji reliabilitas nilai
setelah dilakukannya uji coba pada sebesar α = 0,92 dengan koefesien alpha
remaja didapatkan hasil α = 0,93. sebelumnya r = 0,94.
Liebowitz Social Anxiety Scale Uji coba instrument penelitian ini
(LSAS-CA) adalah alat untuk mengukur dilakukan di SMP Yayasan Pendidikan
keparahan gejala kecemasan sosial Sunan Giri di Malang. Uji coba ini
masing-masing menilai tingkat ketakutan dilakukan pada 30 siswa dan
dan penghindaran pada anak-anak dan

34 JURNAL PSIKOLOGI
RACHMAWATI

mendapatkan hasil uji reliabilitias untuk dan variabel dependent (kecemasan


tiap-tiap instrument. sosial) pada remaja di Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Yayasan
Analisis Data Wahid Hasyim Malang.
Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini berbentuk data interval. Hasil
Asumsi mendasar dalam analisis regresi
Hasil Analisis Deskriptif
adalah data yang dihubungkan
Adapun hasil deskripsi statistik
berdistribusi normal, tidak terdapat
yang diperoleh untuk masing-masing
autokorelasi, gejala heteroskedastisitas
variabel yaitu skor skala pola asuh
dan masalah multikolinieritas antar
otoriter orang tua dan kecemasan sosial
variabel independen. Data penelitian
ditunjukkan dalam tabel 1.
memenuhi asumsi dasar dalam analisis
Pada tabel dapat dilihat bahwa
regresi linear sederhana. Analisis ini
mean skor skala pola asuh otoriter orang
dilakukan untuk mengetahui pengaruh
tua dan skor skala kecemasan sosial
variabel independent (pola asuh otoriter)
terletak pada klasifikasi rendah pada

Tabel 1
Deskripsi Statistik Variabel Pola Asuh Otoriter dan Kecemasan Sosial (N=230)
Variabel ME SD Minimun Maximun MH
Pola asuh otoriter 30,37 5,038 20 43 11,5
Kecemasan sosial 47,48 22,78 5 117 56,00
Keterangan ME (Mean Empirik), MH (Mean Hipotetik).

Tabel 2
Hasil Uji Korelasi Antara Variabel Pola Asuh Otoriter terhadap Kecemasan Sosial
Variabel Pola Asuh Otoriter Kecemasan Sosial
Pola Asuh Otoriter 1,000 0,566**
Kecemasan Sosial - 1,000
** p < 0,01

JURNAL PSIKOLOGI 35
POLA ASUH DAN KECEMASAN SOSIAL

keseluruhan subyek. Hal ini diperoleh koefisien yang berarti bahwa terdapat
dari perbandingan antara mean empirik hubungan positif yang sangat signifikan
yang dimiliki oleh variabel pola asuh antarapola asuh otoriter dengan
otoriter 11,5. Pada kecemasan sosial kecemasan sosial, di mana semakin
termasuk dalam klasifikasi rendah tinggi pola asuh otoriter yang dimiliki
karena mean empirik lebih kecil dari oleh individu, maka kecemasan sosial
pada mean hipotetik yaitu 56,00. individu tersebut akan semakin tinggi.
Uji korelasi antar variabel Begitu pula sebaliknya, semakin rendah
penelitian dapat dilihat melalui tabel 2 di pola asuh otoriter pada individu maka
bawah ini, dimana semakin mendekati tingkat kecemasan sosial individu
angka 1 memiliki arti bahwa korelasi tersebut akan semakin rendah.
antar variabel semakin kuat dan semakin
Analisis/ Uji Hipotesis
mendekati 0 memiliki arti bahwa
Adapun hipotesis dari penelitian
korelasi semakin lemah dengan nilai Sig.
ini adalah terdapat pengaruh pola asuh
0,000. Sedangkan tanda positif dan
otoriter terhadap kecemasan sosial pada
negatif pada nilai koefisien mengandung
remaja.
arti arah hubungan korelasi.
Berdasarkan hasil analisis statistik
Berdasarkan nilai uji korelasi
dengan menggunakan analisa regresi
diatas, variabel pola asuh otoriter
linear sederhana untuk menguji
memiliki nilai korelasi yang paling kuat
pengaruh pola asuh otoriter terhadap
terhadap kecemasan sosial (r = 0,566; p
kecemasan sosial yang didapatkan hasil
= 0,000), dengan tanda positif pada nilai
yang dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3
Kontribusi Variabel Pola Asuh Otoriter terhadap Kecemasan Sosial
Std. Error of the
Model R R Squares Adjusted R Square
Estimati
Pola Asuh Otoriter .566a .321 .318 18.81721
Dependent Variable: Kecemasan

36 JURNAL PSIKOLOGI
RACHMAWATI

Tabel 4
Uji Anova Variabel Pola Asuh Otoriter terhadap Kecemasan Sosial

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


1 Regression 38127.490 1 38127.490 107.678 .000a
Residual 80731.901 228 354.087
Total 118859.391 229

Tabel 5
Koefisien Variabel Pola Asuh Otoriter terhadap Kecemasan Sosial
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) -30.287 7.596 -3.987 .000
Pola Asuh 10.37
2.561 .247 .566 .000
Otoriter 7
Dependent Variable: Kecemasan

Pada tabel 3, dapat diketahui kecemasan sosial atau dapat dikatakan


bahwa sumbangan efektif dari variabel bahwa variabel pola asuh otoriter
pola asuh otoriter terhadap kecemasan memiliki pengaruh yang signifikan
sosial adalah sebesar 31,8%. Setelah terhadap variabel kecemasan sosial.
kontribusi variabel telah diketahui, maka Setelah model regresi diketahui
langkah selanjutnya adalah dengan signifikansinya, maka langkah
melakukan uji anova yang bertujuan selanjutnya adalah menghitung koefisien
untuk mengetahui signifikansi pada parameter variabel pola asuh otoriter
model yang digunakan. Adapun hasil uji terhadap kecemasan sosial. Adapun hasil
anova ditunjukan pada tabel 4. uji koefisien parameter dapat dilihat
Hasil uji Anova atau F test pada tabel 5.
menghasilkan nilai F hitung sebesar Uji statistik menunjukkan bahwa
107.678 dengan tingkat signifikansi pola asuh otoriter memberikan nilai
0,000. Probabilitas signifikansi lebih koefisien parameter sebesar 56 dengan
kecil dari 0,01, maka model regresi tingkat signifikansi 0,000. Dengan ini
dapat digunakan untuk memprediksi dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi
pengaruh pola asuh otoriter terhadap pola asuh otoriter maka semakin tinggi

JURNAL PSIKOLOGI 37
POLA ASUH DAN KECEMASAN SOSIAL

pula kecemasan sosial pada remaja, dan oleh kedua orang tua mereka namun juga
sebaliknya semakin rendah pola asuh kemungkinan akan dilakukan oleh orang
otoriter orang tua maka semakin rendah lain, seperti teman sebaya. Penolakan
pula kecemasan sosial pada remaja. Oleh tersebut menimbulkan kecemasan dalam
sebab itu Hipotesis : Terdapat pengaruh interaksi bahkan pengembangan sifat pasif
pola asuh otoriter terhadap kecemasan yang lebih buruk (Bibi, 2013).
sosial diterima. Seperti yang dikatakan oleh Khalid
(2007) dampak lain yang sangat
Diskusi
dikhawatirkan dari remaja yang
Berdasarkan hasil analisis memiliki kecemasan sosial mampu
didapatkan bahwa pola asuh otoriter mengarah pada perilaku penolakan ke
memberikan pengaruh yang signifikan sekolah, sifat membisu dan peningkatan
terhadap kecemasan sosial. Hal ini komorbiditas dengan depresi (Stein,
sesuai dengan hasil penelitian 2008) hingga penyalahgunaan narkoba
sebelumnya yang mengatakan bahwa (Herbert, dkk, 2008). Beeidel (2001,
adanya signifikansi hubungan antara yang disebut dalam Lopez, 2005)
pola asuh otoriter seperti kurangnya kecemasan sosial dimulai pada masa
perhatian dan kehangatan, kontrol yang pertengahan remaja dan mengganggu
berlebih, terhadap kecemasan sosial pada dalam lingkup keluarga, akademik dan
remaja (Rana, Akhtar & Tahir, 2013; personal. Tentu saja hal ini berdampak
Corina, 2011). Perilaku penolakan pada pada tahap perkembangan anak dan
pola asuh otoriter orang tua dan adanya remaja (Rapee, 2009), dan menghalangi
kritik yang berlebih, penentangan yang keberhasilan tugas sosial di masa depan
merupakan aspek dari pola asuh otoriter (Swinson, 2006).
pada orang tua menimbulkan Pola asuh orang tua yang kaku dan
peningkatan yang berarti bagi remaja keras dalam menegakkan kedisiplinan
(Aslam, 2014; Lieb, 2000). Penolakan- akan dirasakan sebagai pemaksaan dan
penolakan dari orang tua akan membentuk tuntutan pada remaja, sehingga cenderung
remaja berpikiran bahwa dirinya akan membentuk perilaku kaku pula pada
mengalami kembali penolakan-penolakan remaja yang merupakan ciri dari
hingga dewasa yang tidak hanya dilakukan kecemasan sosial pada remaja..

38 JURNAL PSIKOLOGI
RACHMAWATI

Kecemasan sosial pada remaja banyak memiliki gangguan kecemasan sosial


menjadi perhatian para peneliti mampu mengarah pada perilaku
dikarenakan akan tingginya tingkat penolakan kesekolah, sifat membisu dan
bahaya dan gangguan fungsional yang peningkatan komorbiditas dengan
signifikan seperti kegiatan depresi (Stein, 2008) hingga
ekstrakurikuler yang terbatas, rendahnya penyalahgunaan narkoba (Herbert, dkk,
tingkat kehadiran disekolah serta 2008).
rendahnya prestasi akademik disekolah. Hasil penelitian ini menunjukkan
Salah satu situasi yang bisa bahwa remaja pada Sekolah Menengah
membangkitkan gejala kecemasan sosial Pertama (SMP) Yayasan Wahid Hasyim ini
adalah bertemu teman-teman baru memiliki hasil skala pola asuh otoriter
disekolah. Sehingga situasi tersebut rendah pada 230 remaja. Kasus ini lebih
menimbulkan perilaku yang secara kecil dibandingkan dengan temuan yang
terang-terangan seperti meninggalkan telah dijelaskan oleh Rahmania & Putra
atau menghindari situasi sosial, atau (2006) bahwa remaja di Indonesia memiliki
dengan cara yang lebih halus seperti gaya pengasuhan otoriter dari orang tua
menghindari kontak mata atau mereka sebanyak 65%, dan alasan ini pula
mengulangi perkataan yang sudah yang dijadikan acuan digunakannya
diucapkan. Sehingga hal ini membuat pemilihan pola asuh dalam penelitian ini.
remaja sulit untuk diterima dalam Hal ini pula yang menjadi ciri khas dari
kelompok yang lebih besar ataupun penelitian, digunakannya salah satu pola
mengembangkan persahabatan yang asuh yaitu nilai skala pola asuh tertinggi pola
lebih intim (Tillfors, 2012). asuh otoriter. Hal ini sebagaimana penelitian
Kecemasan sosial pada remaja sebelumnya mayoritas menggunakan ketiga
terkait berbagai masalah seperti fungsi pola asuh, namun pada penelitian ini hanya
sosial yaitu hubungan dengan teman menggunakan satu pola asuh tertinggi.
sebaya dan persepsi diri yang negatif Penelitian ini menjelaskan bahwa pola asuh
(La-Greca yang disebutkan oleh Ahmad, otoriter memiliki pengaruh yang besar
dkk, 2013). Seperti yang dikatakan oleh terhadap kecemasan sosial pada remaja.
Khalid (2007) dampak lain yang sangat Arah hubungan yang positif antara variabel
dikhawatirkan dari remaja yang pola asuh otoriter terhadap kecemasan

JURNAL PSIKOLOGI 39
POLA ASUH DAN KECEMASAN SOSIAL

sosial menjelaskan bahwa semakin tinggi keinginan anak sehingga anak tidak
pola asuh yang diterima maka semakin terpola mengarah pada kecenderungan
tinggi pula kecemasaan sosial yang terjadi, kecemasan sosial akibat adanya
hal ini sesuai dengan teori yang telah penolakan-penolakan yang sering terjadi
dijelaskan sebelumnya. dalam keluarga.

Kesimpulan dan Saran


Kepustakaan
Berdasarkan hasil analisis dari
Ahmad, Zaema R., Bano, Nasreen.,
penelitian yang dilakukan, ditemukan Ahmad, Riaz., Khanam, Sarwat J.
bahwa pola asuh otoriter berpengaruh (2013). Social anxiety in
adolescents : does self esteem
secara signifikan terhadap kecemasan Matter ?. Asian Journal of Social
sosial. Peran pola asuh otoriter sebagai Sciences & Humanities, 2, (2), 91-
98.
variabel X signifikan dalam
Akinsola, Esther F., Udoka, Pamela
mempengaruhi kecemasan sosial pada
Arnold. (2013). Parental influence
remaja, sehingga hipotesis penelitian on social anxiety in children and
yaitu terdapat pengaruh pola asuh otoriter adolescents: its assessment and
management using psychodrama.
terhadap kecemasan sosial diterima. Psychology Scientific Research, 4,
Dengan ini dapat disimpulkan bahwa (3A), 246-253.

adanya hubungan secara langsung antara Aslam, Naem. (2014). All eyes on me?
Role of negative parenting in the
pola asuh otoriter terhadap kecemasan
development of social anxiety
sosial. disorder among children and
Berdasarkan hasil penelitian ini, adolescents. International Journal
of School and Cognitive
diketahui bahwa ada pengaruh langsung Psychology. 1:1,
secara signifikan antara pola asuh dx.doi.org/10.4172/1234-
3425.1000e101. (1), 1-2.
otoriter terhadap kecemasan sosial pada
Bibi, Farzana., Chaudhry, Abid
remaja. Dengan memahami hubungan
Ghafoor., Awan, Erum Abid.,
tersebut, maka treatment yang dapat Tariq, Bushra. (2013).
dilakukan untuk mengurangi kecemasan Contribution of parenting style in
life domain of Children. IOSR
sosial pada remaja salah satunya adalah Journal Of Humanities And Social
dengan mengoptimalkan kualitas Science (IOSR-JHSS), 12, 91-95.
pengasuhan orang tua terhadap anak Corina, Ly. (2011). The relevance of
dengan mendengarkan apa yang perlu reinforcement sensitivity theory to
social anxiety and response to
dipertimbangkan mengenai harapan dan

40 JURNAL PSIKOLOGI
RACHMAWATI

cognitive behavioral therapy for focussocial threat situation.


social anxiety disorder. Thesis. Cognitive Therapy and Research,
University of Tasmania. 28, (1), 119–141.
Dilbaz, Nesrin., dkk. Social anxiety Lieb, R. (2000). Parental
disorder. Ankara Numune Psychopathology, Parenting styles,
Research and Training. Hospital and the risk of social phobia in off
Turkey. spring. Article. Arch Gen
Psychiatry, 57, 859-866.
Hayward, Chris., dkk. (2008). The
delevopmental psychopatology of Maertz, Kim. (2001). Social
social anxiety in adolescents. anxiety/shyness. Mental health
Depression and Anxiety Article, Centre. University of Alberta.
25, 200–206.
Mahasneh, Ahmad M., Alzoubi, Zohair
Joshi, Suresh CR. (2013). Positive H., Batayenh, Omar T. (2013). The
thinking : a powerful to reduce relationship between parenting
social anxiety of under graduate styles and adult attachment styles
students. Indian Journal from jordan university students.
Research,2, (8), 62-64. International Journal of Asian
Social Science, 3(6):1431-1441.
Kashdan, Todd B., Weeks, Justin W &
Savostyanova., AA. (2011). Miers, AC., dkk. (2013). Trajectories of
Wheter, how, and when social social anxiety during adolescence
anxiety shapes positive and relations with cognition, social
experiences and events : a self competence, and temperament.
regulatory framework and Journal of Abnormal Child
treatment implications. Clinical Psychology, 41, (1), 98-110.
Psychology Review. (31), 786–799.
Pierce, Jenna. (2013). Technology
Kashdan, Todd B. (2006). Social anxiety contributing to social anxiety.
spectrum and diminished positive
experiences: Theoretical synthesis Rana, Shabbir A., Akhtar, Shazia &
and meta-analysis. Journal Thahir, Muhammad A. (2013).
Elsevier Clinical Psychology Pareeneting styles and social
Review, (27), 348–365. anxiety among adolescents.
Research Journal Faculty of Social
Kashdan, Todd B., Wenzel, Amy. Science. 7, (2), 21-34.
(2005). A transactional approach
to social anxiety and the genesis of Rahmania, Heny Nur., Putra, bagus Ani.
interpersonal closeness: self, (2006). Hubungan antara
partner, and social context. persepsiterhadap pola asuh
Association for Advancement of otoriter orang tua dengan
Behavior Therapy, (36), 335–346. kecenderungan pemalu (shyness)
pada remaja awal. Insan Vol. 8
Kashdan, Todd B., Roberts, John E. No. 3.
(2004). Social anxiety’s impact on
affect, curiosity, and social self- Schulze, L. (2013). All eyes on me?!
efficacy during a high self- social anxiety and

JURNAL PSIKOLOGI 41
POLA ASUH DAN KECEMASAN SOSIAL

selfdirectedperception of eye gaze.


Cognition and Emotion Article.
doi:
10.1080/02699931.2013.773881,
1-9.
Sportel, Bowina Esther. (2013).
Adolescents at risk for social and
test anxiety. Journal of Child and
Family Studies, 20(2), 149-156.
Tillfors, M. (2012). Prospective links
between social anxiety and
adolescent peer relations. Journal
of Adolescence, 35, 1255–1263.

42 JURNAL PSIKOLOGI

Anda mungkin juga menyukai