LP Istirahat Tidur
LP Istirahat Tidur
OLEH:
Laporan Tugas Program Profesi Ners Stase KDP yang disusun oleh:
Hari :
Tanggal :
Jember, September 2019
FAKULTAS KEPERAWATAN
Mengetahui,
PJ Program Profesi Ners, PJMK,
Menyetujui,
Wakil Dekan I
ii
LEMBAR PENGESAHAN ASUHAN KEPERAWATAN
Hari :
Tanggal :
Jember, September 2019
TIM PEMBIMBING
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN ASUHAN KEPERAWATAN.................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
LAPORAN PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Definisi.........................................................................................................1
B. Epidimiologi.................................................................................................5
C. Etiologi.........................................................................................................6
D. Tanda dan Gejala..........................................................................................7
E. Patofisiologi dan Clinical Pathway..............................................................9
F. Penatalaksanaan Medis................................................................................9
G. Penatalaksanaan Keperawatan...................................................................11
a. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul (PES)............................13
b. Perencanaan (Nursing Care Plan).......................................................16
H. Penatalaksanaan evidence based practice in nursing.................................20
I. Daftar Pustaka............................................................................................20
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS KELOLAAN.........................................22
A. Pengkajian....................................................................................................22
B. Problem List.................................................................................................39
C. Rumusan Diagnosis Keperawatan................................................................41
D. Perencanaan Keperawatan/ Nursing Care Plan...........................................43
E. Implementasi Keperawatan..........................................................................46
F. Catatan Perkembangan/Evaluasi..................................................................49
iv
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
1. Definisi Anemia
Anemia adalah masalah gizi yang ditandai dengan keadaan kadar Hb
(hemoglobin) darah atau hitung eritrosit lebih rendah dari nilai normal.
Dikatakan anemui bila Hb , 14 g/dl dan Ht < 41% pada pria, Hb < 12 g/dl dan
Ht < 37% pada wanita (Mansjoer, 2001).
Anemia merupakan penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam
sirkulasi, abnormalitas kandungan hemoglobin sel darah merah atau keduanya
(Corwin, 2009).
Anemia secara fungsional didfinisikan sebagai penurunan jumlah massa
eritrosit sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen
dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying
capacity) (Sudoyo, 2006).
Anemia adalah kekurangan sel darah merah yang disebabkan oleh
kehilangan darah yang terlalu cepat atau karena terlalu lambat produksi
eritrosit (Sudiarko & Sandjaja, 2016).
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa anemia adalah suatu
keadaan dimana kadar Hb tubuh dibawah standar normal tubuh yang
dipengaruhi oleh berbagai hal yang mengakibatkan penurunan kapasitas
pengangkutan oksigen darah.
Ada beberapa klasifikasi anemia menurut Mansjoer (2001), yaitu:
a. Klasifikasi anemia mikrositik:
1) Anemia defisiensi besi
Anemia yang disebabkan oleh kekurangan intake zat besi atau absorbsi
zat besi yang dibutuhkan tubuh menurun untuk diproduksi hemoglobin
dalam sel darah
2) Anemia penyakit kronik
Anemia yang disebabkan oleh penyakit kronik atau infeksi. Anemia ini
dikenal dengan nama sidereponik anemia endothelia siderosis.
b. Klasifikasi anemia makrositik/megaloblastic
Anemia ini merupakan sekelompok anemia yang ditandai oleh adanya
eritroblas yang membesar akibat gangguan maturase inti sel tersebut
dinamakan megaloblas. Anemia ini dibedakan menjadi 2, yaitu:
1
1) Defisiensi vitamin B12/pernisiosa
Kekurangan vitamin B12 yang disebabkan oleh factor intrinsik
2) Defisiensi asam folat yang terdapat dalam daging, susu, dan daun-
daunan yang hijau.
c. Anemia karena perdarahan, terdiri dari
1) Perdarahan akut
Timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak, terjadinya
penurunan kadar Hb baru yang terjadi beberapa hari kemudian
2) Perdarahan kronik
Perdarahan yang timbul sedikit demi sedikit hingga tidak diketahui
pasien.
d. Anemia hemolitik
Terjadi karena penurunan sel darah merah (N= 120 hari) baik sementara
atau terus menerus. Salah satu jenis anemia ini adalah anemia hemolitik
autoimun (Auto Imun Hemolitik Anemia/ALHA) dimana autoantibodi IgG
dibentuk terkait pada membrane sel darah merah.
e. Anemia aplastic
Terjadi karena ketidakseimbangan sumsum tulang untuk membentuk sel-
sel darah.
2. Definisi Istirahat Tidur
Istirahat menurut Vaughans (2011) adalah relaksasi pada seluruh
bagian tubuh atau hanya pada sebagian tubuh saja. Selanjutnya istirahat
merupakan keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun yang kemudian
badan akan menjadi lebih segar (Tarwoto, 2006). Sedangkan tidur adalah
proses alamiah yang terjadi secara berulang dimana terjadi penurunan
status kesadaran, aktivitas fisik yang minimal, melambatnya proses
fisiologis tubuh serta merupakan bagian dari kegiatan pemulihan kondisi
tubuh (Marlina, 2011). Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia yang apabila terganggu dapat menimbulkan pengaruh pada
kualitas hidup. Pasien yang sedang menjalani perawatan membutuhkan
istirahat yang cukup untuk membantu proses penyembuhan penyakit.
Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu Rapid Eye Movement (REM) dan
Non Rapid Eye Movement (NREM). Fase awal tidur didahului oleh fase
NREM yang terdiri dari 4 stadium, antara lain:
1. NREM 1, merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur yang
berlangsung beberaoa menit. Tahap NREM 1 ditandai dengan:
2
a. Fase terjaga dan awal tidur
b. Kelopak mata tertutup dan gerakan bola mata ke kanan dan kiri
c. Otot menjadi lemas
d. Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun
e. Terbangun dengan mudah
f. Apabila terbangun terasa sedang bermimpi
2. NREM II, merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun
yang berlangsung selama 10 – 20 menit, serta tubuh menjadi semakin
rileks. Tahap NREM II ditandai dengan:
a. Kedua bola mata berhenti bergerak
b. Suhu tubuh menurun
c. Tonus otot berkurang perlahan-lahan
d. Tanda-tanda vital turun dengan jelas
3. NREM III, merupakan tahap awal tidur nyenyak yang berlangsung 15-30
menit. Tahap NREM III ditandai dengan:
a. Relaksasi otot menyeluruh
b. Tidur lebih dalam
c. Sulit dibangunkan dan digerakkan
d. Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur
4. NREM IV, merupakan tahap tidur nyenyak yang berlangsung 15-30 menit.
Tahap NREM IV ditandai dengan:
a. Tonus otot menurun (relaksasi total)
b. Denyut jantung dan pernapasan menurun 20-30%
c. Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta enuresis
d. Tidur dalam, jarang bergerak dan sulit dibangunkan
Fase NREM berlangsung selama 70-100 menit, kemudian masuk ke
fase REM yang terjadi secara bergantian dalam 4-7 siklus semalam. REM
merupakan tahap tidur yang sangat nyenyak. Tahap REM ditandai dengan:
a. Gerakan bola mata lebih cepat dari tahap-tahap sebelumnya
b. Timbulnya mimpi, mengigau, bahkan mendengkur
c. Jam pertama berlangsung lebih cepat, intens, dan panjang saat
menjelang pagi
d. Tonus otot yang sangat rendah
e. Metabolisme meningkat
f. Lebih sulit dibangunkan
g. Denyut jantung dan pernapasan berfluktuasi serta peningkatan tekanan
darah yang berfluktuasi
Gangguan tidur menurut Japardi (2002) ada beberapa macam antara lain:
1. Dissomnia
3
Dissomnia adalah keadaan dimana seseorang mengalami kesukaran menjadi
jatuh tidur (failling as sleep), mengalami gangguan selama tidur (difficulty in
staying as sleep), bangun terlalu dini atau kombinasi diantaranya. Gangguan
tidur pada dissomnia adalah narkolepsi yaitu kantuk tak tertahankan yang
muncul secara tiba-tiba pada siang hari. Seseorang dengan narkolepsi sering
mengalami mimpi seperti nyata yang terjadi ketika seseorang tertidur.
2. Parasomnia
Parasomnia adalah kelompok heterogen yang terdiri dari kejadian-kejadian
yang berlangsung pada malam hari saat tidur atau pada waktu antara bangun
dan tidur. Kasus ini sering berhubungan dengan gangguan perubahan tingkah
laku, sehingga sangat berpotensi menimbulkan angka kesakitan dan kematian,
Insidens ini sering ditemukan pada usia anak berumur 3-5 tahun (15%) dan
mengalami perbaikan atau penurunan insidens pada usia dewasa (3%).
Gangguan tidur parasomnia seperti tidur berjalan, mengigau, teror malam,
mimpi buruk, nokturnal, enuresis (mengompol), badan goyang, dan
bruksisme (gigi bergemeretak).
3. Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan tidur
yaitu kesulitan untuk tidur, sering terbangun dari tidur, dan tidur pendek.
Insomnia dibagi menjadi tiga yaitu initial insomnia untuk kesulitan memulai
tidur, intermitten insomnia yaitu kesulitan untuk tetap tertidur karena
seringnya terjaga, dan terminal insomnia adalah bangun terlalu dini dan sulit
untuk tidur kembali.
B. Epidimiologi
Gangguan tidur merupakan keluhan yang sering ditemukan pada semua
golongan ekonomi, usia, pendidikan dan paling sering ditemui pada usia lanjut.
Akibat dari gangguan tidur pada orang normal yang berkepanjangan dapat
menimbulkan perubahan-perubahan pada siklus tidur, menurunkan imunitas serta
menurunkan prestasi belajar maupun kerja.
4
Gangguan tidur sendiri dapat dirasakan oleh pasien dengan Tuberculosis
Multidrug Resistant atau biasa disebut TB MDR. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Reviono dkk (2014) di RS dr.Moewardi Surakarta ditemukan
sebanyak 18,4 % pasien TB MDR mengalami gangguan tidur. Selanjutnya
penelitian Aini dkk (2015) di Poliklinik TB-MDR RSUD Arifin Achmad Riau
sebanyak 10 orang (83,33%) mengalami gangguan tidur akibat efek samping dari
obat TB MDR. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi dkk (2016) di
RSUP Sanglah Denpasar terdapat 1 orang (6,7%) pasien TB MDR mengalami
gangguan tidur. Kemenkes melaporkan terdapat 351.893 kasus TBC di Indonesia
pada tahun 2015, jumlahnya meningkat dari tahun 2015 yaitu sebanyak 330.729
kasus. TBC lebih banyak menyerang laki-laki 60% daripada perempuan 40%.
C. Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah bakteri mycrobacterium tuberculosis, sejenis
kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um
(Amin dan Asril, 2007). Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri yang
bersifat aerob sehingga sebagian besar kuman menyerang jaringan yang memiliki
konsentrasi tinggi oksigen seperti paru-paru. Kuman ini berbentuk batang,
mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena
itu disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA).
Mycobacterium tuberculosis rentan atau cepat mati terhadap paparan sinar
matahari langsung, namun dapat bertahan hidup sampai beberapa jam di tempat
yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini bisa mengalami dorman
atau inaktif (tertidur lama) selama beberapa tahun. Penyebaran mycobacterium
tuberculosis yaitu melalui droplet nukles, kemudian dihirup oleh manusia melalui
udara dan menginfeksi organ tubuh terutama paru-paru. Diperkirakan, satu orang
menderita TB paru BTA positif yang tidak diobati akan menulari 10-15 orang
setiap tahunnya. (Depkes RI, 2002; Aditama, 2002).
Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan tidur (Potter & Perry dalam Marlina,
2011):
5
1. Stress, merupakan kecemasan terhadap masalah pribadi atau situasi yang
dapat mengganggu tidur. Stress meurpakan keadaan tidak normal secara
terus-meneurs yang dapat merusak keseimbangan alamiah dalam diri
manusia. Salah satu dampaknya adalah kesulitan tidur atau mimpi buruk.
Stress dapat menyebabkan seseorang mencoba terlalu keras untuk tidur,
sering terbangun saat tidur, dan terlalu banyak tidur, yang apabila berlanjut
dapat mengakibatkan kebiasaan tidur buruk.
2. Lingkungan, salah satunya adalah ventilasi, ventilasi yang baik merupakan
esensial untuk tidur dengan tenang. Ukuran, kekerasan, posisi tempat tidur
juga dapat mempengaruhi tidur. Suara rendah akan membangunkan seseorang
pda tidur tahap 1, dan suara nyaring dapat membangunkan seseorang pada
tidur tahap 3 atau 4.
3. Diet, kehilangan atau peningkatan berat badan dapat mempengaruhi tidur.
Ketika seseorang bertambah berat badannya maka periode tidur menjadi lebih
panjang dengan lebih sedikit interupsi.
4. Obat-obatan dan substansi lain, mengantuk dan defrivasi tidur merupakan
efek samping medikasi yang umum.
5. Latihan fisik, kelelahan menengah akan memperoleh tidur yang
mengistirahatkan. Latihan 2 jam atau lebih sebelum tidur membuat tubuh
mendingin dan mempertahankan suatu kelelahan yang meningkatkan
relaksasi. Sedangkan kelelahan yang berlebihan yang dihasilkan dari kerja
yang meletihkan atau penuh stress membuat sulit tidur.
6. Penyakit, yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik, suasana hati
dapat menyebabkan masalah tidur.
7. Gaya hidup, individu yang bekerja bergantian dan berputar contohnya 2
minggu siang kemudian 1 minggu malam sering mengalami kesulitan
menyesuaikan perubahan jadwal tidur. Perubahan dalam rutinitas yang dapat
mengganggu pola tidur antara lain: kerja berat yang tidak biasanya, terlibat
dalam aktivitas sosial sampai larut malam, perubahan waktu makan malam.
6
- Batuk
- Sekret
- Nyeri dada
- Ronchi, suatu bunyi tambahan terdengar gaduh terutama terdengar
saat ekspirasi disertai adanya sekret
b. Gejala Sistemik:
- Demam terutama di malam hari
- Menggigil
- Berkeringat dingin di malam hari tanpa aktivitas atau sebab yang jelas
- Malaise, rasa tidak enak badan, pegal-pegal, nafsu makan berkurang,
berat badan menurun, sakit kepala, mudah lelah
2. Tanda dan Gejala Khusus
Tanda dan gejala yang akan timbul saat seseorang mengalami gangguan tidur
adalah:
b. Kesulitan untuk tertidur atau tetap tidur
c. Keletihan saat bangun atau letih sepanjang hari
d. Perubahan mood
e. Agitasi, aktivitas motorik yang berlelbihan terkait dengan ketegangan
f. Mengantuk sepanjang hari
a. Sering bangun saat malam hari.
7
E. Patofisiologi dan Clinical Pathway
Latihan kelelahan
F. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Non Farmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena
penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun cara
yang dapat dilakukan antara lain :
a. Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang dapat
mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan kantor
ke rumah, teknik pengaturan pernapasan, aromaterapi, peningkatan spiritual
dan pengendalian emosi.
b. Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan nyaman.
Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan suasana
kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
c. Terapi pengaturan tidur
9
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti irama
sirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin menjalankan
waktu-waktu tidurnya.
d. Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat yang
menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga ahli atau
dokter psikiatri.
e. CBT (Cognitive Behavioral Therapy)\
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif seseorang dalam
memandang dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan untuk
meningkatkan rasa percaya dirinya sehingga seseorang merasa berdaya atau
merasa bahwa dirinya masih berharga.
f. Stimulus Control Therapy
Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu bangun
pagi seseorang secara reguler dengan memperhatikan waktu tidur malam dan
melarang penderita untuk tidur pada siang hari meski hanya sesaat.
g. Cognitive Therapy
Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan kepercayaan
penderita yang salah mengenai tidur.
h. Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran penderita yang
tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang menyenangkan.
i. Mengubah gaya hidup
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok dan
alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk berekreasi ke
tempat-tempat terbuka seperti pantai dan gunung.
2. Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan
seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang
kompeten di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur antara
lain:
a. Golongan obat hipnotik
b. Golongan obat antidepresan
c. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
d. Golongan obat antihistamin.
10
G. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada masalah kebutuhan istirahat dan tidur ini antara
lain: riwayat tidur, gejala klinis, dan penyimpangan dari tidur (Tarwoto dan
Wartonah, 2010).
a) Riwayat tidur
Pengkajian riwayat tidur antara lain: kuantitas (lama tidur) dan kualitas tidur
di siang maupun malam hari, aktivitas dan rekreasi yang dilakukan sebelumnya,
kebiasaan sebelum ataupun pada saat tidur, lingkungan tidur, dengan siapa pasien
tidur, obat yang dikonsumsi sebelum tidur, asupan dan stimulan, perasaan pasien
mengenai tidurnya, apakah ada kesulitan tidur, dan apakah ada perubahan pola
tidur.
b) Gejala klinis
Gejala klinis ditandai dengan perasaan lelah, gelisah, emosi, apatis, adanya
kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, dan
mata perih, perhatian tidak fokus, serta sakit kepala.
c) Penyimpangan tidur
Penyimpangan tidur meliputi perubahan tingkah laku dan auditorik,
meningkatnya kegelisahan, gangguan persepsi, halusinasi visual dan auditorik,
bingung, dan disorientasi tempat dan waktu, ganguan koordinasi, serta bicara
rancu, tidak sesuai, dan intonasinya tidak teratur.
Perawat harus selalu mengkaji pola tidur pasien untuk melengkapi
dokumentasi keperawatan. Pengkajian pola tidur pasien tidak cukup jika hanya
bertanya “apakah kamu tidur nyenyak tadi malam?” seorang perawat haruslah
bertanya jika pasien merasa kesulitan untuk tidur mengalami bangun lebih awal
dan susah untuk kembali tidur, dan merasa istirahat/tidurnya cukup di pagi hari.
Selanjutnya, perawat haruslah bertanya jika pasien merasa lelah dan mengantuk
sepanjang hari. Pertanyaan untuk perawat tanyakan, yaitu (Noreen & Lawrence,
2001):
1) Berapa lama waktu untuk tertidur pada malam hari?
2) Apakah kamu sering terbangun? Jika iya, berapa kali dalam semalam?
3) Jika kamu terbangun pada malam hari, bisakah kamu kembali tidur?
4) Apakah kamu merasa tidur/istirahat mu cukup di pagi hari?
5) Apakah kamu mempunyai cukup energi untuk melaksanakan tugas mu
sepanjang hari?
6) Apakah kamu temukan dirimu mengantuk atau tidur selama dikelas atau
pertemuan, atau ketika kamu menonton TV atau film?
Evaluasi klien apakah banyak perubahan lingkungan berhubungan dengan
kamar tidur dan rumah tangga yang bisa menjadi pengaruh perubahan di dalam
siklus tidur. Pertanyaan untuk perawat tanyakan, yaitu (Noreen & Lawrence,
2001):
1) Sudahkah kamu mengubah dimana kamu tidur?
11
2) Adakah perubahan didalam rumah tangga yang bisa mempengaruhi tidur?
3) Adakah perubahan di lingkungan kamu (tetangga, lalu lintas) yang bisa
mempengaruhi tidur?
Menentukan apakah ada banyak stressor emosional yang bisa menjadi
pendukung kemampuan untuk tidur. Sebuah pertanyaan untuk perawat tanyakan,
yaitu (Noreen & Lawrence, 2001):
1) Apakah kamu menemukan dirimu terjaga pada malam hari karena cemas
akan suatu masalah atau suatu aktivitas yang akan datang?
Pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan tidur menurut
Tarwoto & Wartonah (2010), yaitu:
1) Riwayat keperawatan
2) Kebiasaan pola tidur bangun, apakah ada perubahan pada waktu tidur,
jumlah jam tidur, kualitas tidur, apakah mengalami kesulitan tidur, sering
terbangun pada saat tidur, apakah mengalami mimpi yang mengancam.
3) Dampak pola tidur terhadap fungsi sehari-hari: apakah merasa segar saat
bangun, apa yang terjadi jika kurang tidur.
4) Adakah alat bantu tidur: apa yang anda lakukan sebelum tidur, apakah
menggunakan obat-obatan untuk membantu tidur.
5) Gangguan tidur atau faktor-faktor kontribusi: jenis gangguan tidur, kapan
masalah itu terjadi.
6) Pemeriksaan fisik
7) Observasi penampilan wajah, perilaku, dan tingkat energi pasien
8) Adanya lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu, dan konjungtiva merah.
9) Perilaku: iritabel, kurang perhatian, pergerakan lambat, bicara lambat,
postur tubuh tidak stabil, tangan tremor, sering menguap, mata tampak
lengket, menarik diri, bingung, dan kurang koordinasi.
Pemeriksaan diagnostik menurut Tarwoto & Wartonah (2010), yaitu:
1) Elektroencefalogram (EEG) adalah alat untuk mengukur aktivitas listrik
dalam korteks serebral (otak).
2) Elektromiogram (EMG) adalah alat untuk mengukur tonus otot.
3) Elektrookulogram (EOG) adalah alat untuk mengukur gerakan mata dan
memberikan informasi struktur aspek fisiologis tidur.
12
a) Definisi : Gangguan pada kuantitas tidur dan kualitas tidur yang menghambat
fungsi
b) Batasan Karakteristik :
(1) Perubahan efek
(2) Perubahan konsentrasi
(3) Perubahan mood
(4) Perubahan pola tidur
(5) Gangguan status kesehatan
(6) Gangguan kualitas hidup
(7) Kesulitan memulai tidur
(8) Kesulitan mempertahankan tidur nyenyak
(9) Bangun terlalu dini
c) Faktor yang berhubungan
(1) Ansietas
(2) Rata-rata aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan menurut
gender dan usia
(3) Kendala lingkungan
(4) Ketakutan
(5) Hygiene tidur tidak adekuat
(6) Ketidaknyamanan fisik
(7) Stressor
b. Deprivasi Tidur (00096)
a) Definisi : Periode waktu ranjang tanpa berhentinya kesadaran relatif periodic
dan berlangsung alami untuk istirahat.
b) Batasan Karakteristik :
(1) Ansietas
(2) Konfusi
(3) Penurunan kemampuan berfungsi
(4) Keletihan
(5) Gelisah
c) Faktor yang berhubungan :
(1) Pergeseran tahap tidur akibat penuaan
(2) Rata-rata aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan menurut
gender dan usia
(3) Kendala lingkungan
(4) Ketidaknyamanan yang lama
(5) Tidur berjalan
(6) Higiene tidur tidak adekuat secara terus-menerus
c. Gangguan Pola Tidur (00198)
a) Definisi : interuspsi jumlah waktu dan kualitas tidur akibat factor eksternal.
b) Batasan Karkteristik :
(1) Kesulitan berfungsi sehari-hari
(2) Kesulitan memulai tidur
(3) Kesulitan mempertahankan tetap tidur
13
(4) Ketidakpuasan tidur
(5) Terjaga tanpa jelas penyebabnya
c) Faktor yang berhubungan :
(1) Gangguan karena cara tidur pasangan tidur
(2) Kendala lingkungan
(3) Kurang privasi
(4) Pola tidur tidak menyenangkan
d. Kesiapan Meningkatkan Tidur (000165)
a) Definisi : pola berhentinya kesadaran relatif secara periodik dan berlangsung
alami untuk memberi istirahat dan melanjutkan gaya hidup yang diminati,
yang dapat ditingkatkan
b) Batasan karakteristik :
(1) Mengungkapkan minta meningkatkan tidur
14
b. Perencanaan (Nursing Care Plan)
Rencana asuhan keperawatan adalah petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat mengenai rencana tindakan yang
dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosis keperawatan. Perencanaan keperawatan untuk gangguan
pemenuhan kebutuhan istirahat tidur (Bulechek dkk, 2016) sebagai berikut:
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
16
mengganggu)
17
NOC misalnya tidur nyeri terhadap ADL klien
Istirahat (0003) 3. Pilih dan implementasikan 3. Mengurangi nyeri klien
tindakan yang beragam
1. Pola istirahat terganggu (farmakologi dan non
ditingkatkan menjadi tidak farmakologi) untuk
terganggu memfasilitasi penurunan nyeri
2. Kualitas istirahat sangat
terganggu ditingkatkan Pengaturan Posisi (0840) 4. Menurunkan risiko cidera
menjadi tidak terganggu 1. Berikan matras yang lembut dan ketidaknyamanan
3. Beristirahat secara fisik sangat klien
terganggu ditingkatkan 5. Memudahkan tidakan
menjadi tidak terganggu 2. Masukkan posisi tidur yang perawatan dan
4. Beristirahat secara mental diinginkan ke dalam rencana meningkatkan
sangat terganggu menjadi tidak keperawatan kenyamanan klien
terganggu
18
3. Mencapai tidur yang adekuat. 1. Tentukan pola tidur 5. Tidur klien terjadwal
2. Perkirakan siklus bangun 6. Memperbaiki pola tidur
bangun klien
3. Jelaskan pentingnya tidur yang 7. Meningkatkan
cukup pengetahuan klien
4. Sesuaikan lingkungan (cahaya, 8. Memfasilitasi suasana
kebisingan, suhu, dan tempat kamar yang nyaman
tidur) untuk klien
5. Bantu pasien untuk membatasi 9. Meningkatkan durasi tidur
tidur siang dengan menyediakan
malam
aktivitas
6. Atur rangsangan lingkungan
10. Memfasilitasi kenyaman
untuk mempertahankan siklus
fisik klien guna
siang-malam yang normal
meningkatkan kualitas
tidur
19
H. Penatalaksanaan berdasarkan evidence based practice in nursing
Salah satu cara untuk mengatasi insomnia ini adalah dengan metode relaksasi (woolfolk, 1983).
Relaksasi adalah salah satu teknik di dalam terapi perilaku yang pertama kali dikenalkan oleh
Jacobson, seorang psikolog dari Chicago, yang mengembangkan metode fisiologis melawan
ketegangan dan kecemasan. Teknik ini disebutnya relaksasi progresif yaitu teknik untuk
mengurangi ketegangan. Jacobson berpendapat bahwa Semua bentuk ketegangan termasuk
ketegangan mental didasarkan pada kontraksi otot (Utami, 1993). Jika seseorang dapat diajarkan
untuk merelaksasikan otot mereka, maka mereka benar-benar relaks. Latihan relaksasi dapat
digunakan untuk memasuki kondisi tidur karena dengan mengendorkan otot secara sengaja akan
membentuk suasana tenang dan santai. Suasana ini diperlukan untuk mencapai kondisi gelombang
alpha yaitu suatu keadaan yang diperlukan seseorang untuk memasuki fase tidur awal.
I. DAFTAR PUSTAKA
Aini, Qurratul, I. Yovi, M. Y. Hamidy. 2015. Gambaran Efek Samping Obat Anti Tuberkulosis
(OAT) Lini Kedua pada Pasien Multidrug Resistant Tiberculosis (MDR-TB) di Poliklinik TB-
MDR RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. JOM FK. Vol 1(2).
Bulechek, dkk., 2016. Nursing Intervention Classification (NIC): Edisi Bahasa Indonesia.
Singapore: Elsevier Inc.
Elizabeth J. Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media
Japardi, Iskandar. 2002. Gangguan Tidur. Fakultas Kedokteran Bagian Bedah. USU Digital Library
Kelliat, dkk., 2018. Nanda-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Ed. 11.
Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Media Aesculapius : Jakarta
Marlina. 2011. Faktor – faktor yang mempengaruhi tidur pada lanjut usia di desa meunasah balek
Kecamatan kota meureudu Kabupaten pidie jaya. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan.
Stiker Tologo Rejo.
Pratiwi, N.K.A.C, S. C. Yowani, I. G. K. Sajinadiyasa. 2016. Hubungan Lama Penggunaan Obat
Anti Tuberkulosis dengan Efek Samping pada Pasien TB MDR Rawat Jalan di RSUP Sanglah
Denpasar. Arc Com Health. Vol 2 (2): 39-48
Reviono, P. Kusnanto, V. Eko, H. Pakiding, dan D. Nurwidiasih. 2014. Multidrug Resistant
Tiberculosis (MDR-TB): Tinjauan Epidemiologi dan Faktor Risiko Efek Samping Obat Anti
Tuberkulosis. MKB. Vol 46 (4).
Vaughans, Bennita W. 2011. Keperawatan Dasar. Yogyakarta: Rapha Publishing
20
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER
DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. Identitas Klien
Nama : Tn. A No. RM : 13 xx xx
Umur : 68 th Pekerjaan : Pemulung
Jenis : laki-laki Status Perkawinan : Kawin
Kelamin
Agama : Islam Tanggal MRS : 02-09-2019 Jam : 23.00
Pendidikan : SD Tanggal Pengkajian : 03-09-2019 Jam : 05.00
Alamat : Sumber Kejayan Sumber Informasi : Pasien, Keluarga dan
Mayang, Jember Rekam Medis
3. Riwayat penyakit sekarang: Lemas karena buang air besar (BAB) hitam 2x sehari kemarin
sebelum masuk Rumah sakit, merasa mual tapi tidak muntah. Kurang Darah karena
kecapekan bekerja dan kurang istirahat.
21
Pasien mengatakan memiliki alergi terhadap ikan laut seperti tongkol. Keluarga mengatakan kalua
makan ikan tongkol langsung bentol bentol merah gatal di tangan. Pasien mengatakan tidak
memiliki alergi obat-obatan maupun lateks.
c. Imunisasi: Pasien mengatakan lupa dan cenderung merasa tidak pernah imunisasi karena dulu
jarang ada imunisasi.
e. Obat-obat yang digunakan: Pasien mengatakan jarang minum obat, kalau sakit cukup tidur,
dipijat atau di kerok. Pasien mengatakan kalua pilek parah minum obat warung yakni mixagrib
yang diminum sehari 3x seperti yang ada dibungkus obatnya.
Genogram:
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
// : Cerai
: Anak kandung
: Anak angkat
: Anak kembar
: Pasien
: Meninggal
: Tinggal serumah
2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD) (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
22
Antropometry:
BB= 55 kg TB= 165 cm
IMT= 55/(1.65 m)2 = 55/2.7225= 20,202020202
Lingkar lengan= tidak terkaji
Tidak ada atrofi, tonus otot baik
Interpretasi : antropometry pasien tidak ada gangguan, nilai IMT pasien dalam kategori ideal
Biomedical sign :
Hb = 5,4
Leukosit = 7530 /ui
Hematokrit = 17%
SGOT = 20
SGPT =5
Interpretasi :
Hb pasien kurang dari nilai normal (N= 13,4-17,7) dan hematokrit pasien kurang dari normal (N =
42-52)
Clinical Sign :
Kulit : berwarna sawo matang, tidak ada lesi, lembab, turgor kulit cukup (kembali <1 detik)
Rambut : bergelombang, sebagian beruban, sebaran rambut merata, sedikit lembab.
Kuku : utuh, sedikit kotor. Keluarga mengatakan kuku rusak bekas merokok dan mengais sampah,
tidak ada clubbing fingers
Membrane mukosa ; lembab, pucat.
Interpretasi :
Clinical sign pasien dalam batas normal, keadaan umum pasien sedang
Interpretasi :
Diet pattern pasien tidak mengalami gangguan
Interpretasi:
Pola eliminasi BAB pasien mengalami gangguan yakni terdapat perdarahan pada usus yang
mengakibatkan tinja menghitam
Balance cairan:
Infus = 1000 cc
Ranitidine = 2 x 50 mg = 100 mg = 4 ml
Pantoprazole = 10cc / 12 jam = 20 cc / 24 jam
Sucralfat = 5 ml x 3 = 15 ml
Lactulac = 5 ml x 2 = 10 ml
Prospide = 100 mg x 3 = 300 mg = 6 ml
Minum = 1500 ml
Air metabolisme= 5cc/kgBB/24jam = 5cc x 55 kg=275
Input = 2830 cc
4. Pola aktivitas & latihan (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Fungsi kardiovaskuler : pasien dan keluarga mengatakan setelah berjalandari kamar mandi pasien
merasa gemetar dan sedikit berdebar. Namun setelah duduk atau tidur di tempat tidur beberapa saat
sudah membaik. Tidak peningkatan JVP, CRT <2 detik, nadi 80 X/menit, tekanan darah 110/80
mmHg
Interpretasi :
Pola aktivitas dan latihan pasien tidak mengalami gangguan
5. Pola tidur & istirahat (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Istirahat dan Tidur Sebelum sakit Saat di rumah sakit
Durasi 6 jam sehari 4 jam sehari
Gangguan tidur Tidak ada Sulit memulai tidur
Keadaan bangun Tidak ada Agak lemas
tidur
Lain-lain Tidak ada Suasana kamar tidur Rumah
sakit membuat susah tidur
Interpretasi : Pola tidur dan istirahat pasien terganggu
25
salaj dengan tubuhnya yang membuatnya badan lemas, perut sakit, dan BAB berwarna hitam.
Pasien mengatakan perlu berobat agar penyakitkan tidak semakin parah.
Fungsi dan keadaan indera : Pasien mengatakan matanya sedikit rabun karna menua. Tidak punya
riwayat miopia dan hipermiopia. Pasien mampu merespon perintah pengkaji tanpa perlu
mengulangi pertanyaan. Pasien mampu merespon jenis sentuhan yang pengkaji berikan, dan pasien
mampu mengidentifikasi bau – bauan yakni bau parfume dan bau urin yang pengkaji tanyakan.
Interpretasi :
Pola kognitif dan perceptual pasien tidak mengalami gangguan
Ideal diri :
Pasien mengatakan sebenarnya beliau ingin bekerja lebih baik lagi selain menjadi pemulung, misal
berdagang. Namun, pasien menyadari bahwa kebiasaan muda dan tidak memiliki cukup modal
untuk usaha, jadi beliau tetap memulung untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Pasien mengatakan
dalam kondisi sakit merasa tugasnya mencari nafkah menjadi terganggu.
Harga diri :
Pasien merasa sedih namun tidak malu dengan penyakit yang dialami saat ini karena keluarga selalu
mendukung.
Peran Diri :
Pasien mengatakan merasa perlu mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya. Pasien
mengatakan saat ini tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai seorang ayah maupun kakek. Pasien
Nampak ditunggui dan dijenguk oleh anak, cucu, dan tetangga nya. Namun pasien merasa masih
bisa tenang karena 4 orang anaknya sudah berkeluarga, sehingga mampu mengatasi kebutuhan
keluarga sehari-hari.
Identitas Diri :
Pasien mengatakan bahwa beliau adalah seorang ayah dari 5 orang anak dan seorang kakek dari 8
orang cucu. Pasien mengatakan merasa perlu mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya.
Pasien Nampak sangat disayangi oleh istri, anak, dan cucu-cucunya.
Interpretasi :
Pola persepsi diri pasien baik dan tidak ada gangguan
Interpretasi :
Tanda vital pasien menunjukkan bahwa pasien mengalami hipotermi dan merasakan nyeri ringan
27
Pengkajian Fisik Head to toe (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)
1. Kepala
Rambut kepala
Inspeksi : disitribusi rambut merata, berkelombang, warna rambut hitam sebagian beruban,
tidak ada ketombe
Palpasi : sedikit berminyak, sedikit rontok,
Kulit kepala
Inspeksi : simetris, tidak berketombe, tidak ada luka atau lesi, tidak ada benjolan atau massa
2. Mata
Inspeksi : mata kanan normal, mata kiri normal, sclera putih, konjungtiva anemis, tidak ada
benjolan atau masa, tidak menggunakan alat bantu pengelihatan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada mata
3. Telinga
Inspeksi : tidak ada kelainan bentuk daun telinga, tidak ada benjolan, tidak ada serumen pada
telinga, tidak ada lesi, tidak ada cairan pada telinga tengah
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada bagian telinga
4. Hidung
Inspeksi : lubang hidung simetris, os. Nasal simetris, tidak ada benjolan atau massa, tidak
ada polip secret/serumen, tidak ada tanda radang, cukup bersih.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada bagian hidung
5. Mulut
Inspeksi : mukosa bibir kering pucat, tidak ada cyanosis, tidak ada benjolan, tidak ada
labiapalatoskisis, ada bau mulut, liang mulut nampak bersih, lidah berwarna putih.
6. Leher
Inspeksi : tidak ada tanda pembesaran tiroid, kemerahan, tidak ada tekanan pada trakea, tidak
ada lesi, tidak ada massa
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada bendungan vana jugularis, tidak ada nyeri telan
7. Dada
Jantung
Inspeksi : tidak ada distensi vena jugularis, tampak adanya ictus kordis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, palpasi area apical teraba
Perkusi : tidak terkaji
Auskultasi : S1 dan S2 tunggal
Paru
Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada ketertinggalan gerak lapang dada kiri dan kanan
Palpasi : pengembangan dada simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa dan lesi
Perkusi : sonor
Auskultasi : tidak ada suara napas tambahan
8. Abdomen
Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolan
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada regio hipokondris kiri , tidak ada masa abnormal
Right Epigastric Left
28
hypochondriac hypochondriac
Right lumbar Umbilical Left lumbar
Right iliacal Hypogastric Left iliacal
(inguinal) (pubic) (inguinal)
29
Deskripsi Terapi
33
VI. Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium
Hasil
Jenis Nilai normal
No (Tanggal/Jam)
pemeriksaan
Nilai Satuan 2/9/2019
1. Hemoglobin L 13,4-17,7 g 5,4
P 11,4-15,1
Lekosit 5,0-10,0 1000 /ul 7.530
MCV 86-110 fL 78,0
MCM 26-38 pg 24,8
MCMC 31-37 g/dL 31,8
Hitung Jenis 0-4/0-1/3-5/54-62/25- Eos/Bas/Stab/Seg/Ly/Mg 4/-/68/20/8
PVC/Hematokrit 42-52 % 17
Hasil
Jenis Nilai normal
No (Tanggal/Jam)
pemeriksaan
Nilai Satuan 3/9/2019
1. Hemoglobin L 13,4-17,7 g 6,0
P 11,4-15,1
Lekosit 5,0-10,0 1000 /ul 7.530
MCV 86-110 fL 78,0
MCM 26-38 pg 24,8
MCMC 31-37 g/dL 31,8
Hitung Jenis 0-4/0-1/3-5/54-62/25- Eos/Bas/Stab/Seg/Ly/Mg 4/-/68/20/8
PVC/Hematokrit 42-52 % 20
34
Hasil
Jenis Nilai normal
No (Tanggal/Jam)
pemeriksaan
Nilai Satuan 4/9/2019
1. Hemoglobin L 13,4-17,7 g 10,0
P 11,4-15,1
Lekosit 5,0-10,0 1000 /ul 7.530
MCV 86-110 fL 78,0
MCM 26-38 pg 24,8
MCMC 31-37 g/dL 31,8
Hitung Jenis 0-4/0-1/3-5/54-62/25- Eos/Bas/Stab/Seg/Ly/Mg 4/-/68/20/8
PVC/Hematokrit 42-52 % 26
Pemeriksaan Radiologi
Pasien tidak melakukan pemeriksaan radiologi
35
ANALISIS DATA
37
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
(Berdasarkan Prioritas)
38
PERENCANAAN KEPERAWATAN
Tanggal/Jam : 3 September 2019/ 08.00
DIAGNOSIS PARAF &
NO TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
KEPERAWATAN NAMA
1. Nyeri akut Setelah dilakukan perawatan 2x24 jam, Manajemen nyeri (1400) Novia
gangguan nyeri akut pasien dapat berkurang 1.
dengan kriteria hasil: Observasi reaksi nonverbal dari
Kontrol nyeri (1605) ketidaknyamanan
1. K 2.
eluhan nyeri berkurang Kaji nyeri secara komprehensif
2. S 3.
kala nyeri berkurang dari sedang menjadi Kaji skala nyeri
ringan 1-3 4.
3. F Gunakan komunikasi terapeutik
rekuensi nadi 60-100 X/menit 5.
Kaji penyebab nyeri
6.
Kontrol lingkungan yang mempengaruhi nyeri
7.
Monitor tanda-tanda vital
8.
Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri (latihan napas dalam)
9.
Jelaskan factor-faktor penyebab nyeri
10.
39
Kolaborasi pemberian analgesik
2. Gangguan pola tidur Setelah diberikan tindakan keperawatan Peningkatan Tidur (1850) Novia
selama 2x24 jam, gangguan pola tidur pasien 1. Tentukan pola tidur pasien
teratasi dengan kriteria hasil: 2. Monitor pola tidur pasien dan catat kondisi
Istirahat (0003) fisik
2. Pola istirahat terganggu ditingkatkan 3. Sesuaikan lingkungan untuk meningkatkan
menjadi tidak terganggu tidur
3. Kualitas istirahat sangat terganggu 4. Mulai/ terapkan langkah-langkah
ditingkatkan menjadi tidak terganggu kenyamanan seperti pijat, pemberian posisi,
4. Beristirahat secara fisik sangat terganggu dan sentuhan efektif
ditingkatkan menjadi tidak terganggu 5. Bantu meningkatkan jumlah tidur
5. Beristirahat secara mental sangat 6. Jelaskan pentingnya tidur yang cukup
terganggu menjadi tidak terganggu kepada pasien dan keluarga
7. Diskusikan dengan pasien dan keluarga
mengenai teknik untuk meningkatkan tidur
3. Kesiapan meningkatkan Setelah diberikan tindakan keperawatan Dukungan spiritual (5420) Novia
religiositas selama 1x24 jam, pasien siap meningkatkan 1. Gunakan komunikasi terapeutik dalam
religiositas dengan kriteria hasil: membangun hubungan seling percaya dan
Kesehatan spiritual (2001) caring
1. 2. Dorong individu untuk meninjau ulang masa
Perasaan kedamaian yang awalnya banyak lalu yang berfokus pada kejadian yang
terganggu menjadi cukup terganggu memberikan dukungan kekuatan spiritual
2. 3. Perlakukan individu dengan hormat dan
Kemampuan berdoa dari terganggu menjadi bermartabat
tidak terganggu 4. Sediakan music bernuansa spiritual
3.
Kemampuan beribadah dari cukup terganggu Peningkatan ritual keagamaan (5424)
40
menjadi tidak terganggu 1. Identifikasi keinginan pasien terhadap
4. ekspresi keagamaan (sholat 5 waktu)
Kepuasan spiritual yang awalnya terganggu 2. Perlakukan individu dengan hormat dan
menjadi tidak terganggu bermartabat
4. Risiko intoleransi aktivitas Setelah diberikan tindakan keperawatan Identifikasi Risiko (6610) Novia
selama 1x24 jam, risiko intoleransi aktivitas 1. Identifikasi risiko biologis, lingkungan,
teratasi dengan kriteria hasil: perilaku, dan hubungan timbal balik
Toleransi terhadap aktivitas (0005) 2. Diskusi perencanaan aktivitas pengurangan
1. Frekuensi nadi ketika beraktivitas dari risiko
sedikit terganggu menjadi tidak terganggu 3. Kolaborasi dengan individu dan keluarga
2. Frekuensi napas saat beraktivitas dari
sedikit terganggu menjadi tidak terganggu Manajemen Energi (0180)
3. Tekanan darah sistolik ketika beraktivitas 1. Kaji status fisiologis pasien yang
dari sedikit terganggu menjadi tidak menyebabkan kelelahan sesuai dengan
terganggu konteks usia dan perkembangan
4. Tekanan darah diastolik ketika 2. Monitor asupan nutrisi untuk mengetahui
beraktivitas dari sedikit terganggu sumber energi yang adekuat
menjadi tidak terganggu 3. Ajarkan pasien mengenai pengelolaan
5. Kemudahan dalam melakukan ADL dari kegiatan dan manajemen waktu untuk
sedikit terganggu menjadi tidak terganggu mencegah kelelahan
No No Dx Paraf dan
Tanggal/Jam IMPLEMENTASI EVALUASI FORMATIF (HASIL/RESPON)
KEP Nama
1. 1 3 Sept 2019 Nyeri akut Nyeri akut
41
20.00 1. Mengobservasi reaksi nonverbal dari 1. Pasien nampak sedikit meringis Novia
ketidaknyamanan
20.00 2. Mengkaji nyeri secara komprehensif 2. Pasien mengatakan nyeri hilang timbul, Novia
muncul tiba-tiba, menjadi semakin sakit
3. Mengkaji skala nyeri jika ditekan
20.05 3. Skala nyeri 4 Novia
4. Memonitor tanda-tanda vital
20.06 5. Mengajarkan terknik relaksasi napas 4. TD = 110/90 mmHg Nadi = 80 x/menit Novia
20.10 dalam 5. Pasien mampu mendemonstrasikan teknik Novia
napas dalam
Risiko intoleransi aktivitas
4 20.15 1. Mengkaji status fisiologis pasien yang Risiko intoleransi aktivitas
menyebabkan kelelahan sesuai dengan 1. pasien dan keluarga mengatakan BAB
Novia
tidak lagi berwarna hitam, pasien
konteks usia dan perkembangan
mendapatkan tranfusi PRC 2 kolf sejak
MRS
2. Memonitor asupan nutrisi untuk
20.16 2. Pasien menghabiskan 1 porsi makanan
mengetahui sumber energi yang adekuat yang disediakan Rumah sakit sebanyak 3 x Novia
sehari
3. Mengajarkan pasien mengenai manajemen
20.20 3. Pasien menunjukan sikap antusias saat Novia
waktu untuk beraktivitas dan istirahat
dilakukan diskusi manajemen waktu
43
CATATAN PERKEMBANGAN/EVALUASI
No DX Paraf &
Tanggal/ Jam EVALUASI SUMATIF
Kep Nama
5 September 2019 1 S: Novia
13.00 P: Pasien mengatakan nyeri tidak lagi muncul
saat dibuat berubah posisi tidur dari telentang
menjadi miring
Q: Pasien mengatakan nyeri tidak lagi terasa
R: Pasien tidak lagi mengeluh nyeri tekan pada
perut sebelah kiri atau regio hipokondria kiri
S: Pasien menunjukan respon nyerinya pada
skala 2 (ringan)
T: Pasien mengatakan nyeri timbul sekali tadi
pagi dan sekarang sudah tidak
49
tidur
50