DENGAN GASTRITIS
3. Struktur Keluarga
a. Patrilineal merupakan keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan
itu disusun melalui jalur ayah.
b. Matrilineal merupakan keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu
disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal merupakan sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah ibu.
d. Patrilokal merupakan sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah suami.
e. Keluarga kawinan merupakan hubungan suami istri sebagai
dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara
yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan
suami atau istri (Ayu, 2010).
4. Peran keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan, yang berhubungan dengan individu
dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga
didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok
dan masyarakat. Berbagai peran formal yang terdapat di dalam
keluarga adalah sebagai berikut:
a. Peranan ayah yaitu sebagai kepala keluarga yang mencari
nafkah, mendidik anak-anak, melindungi keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya dan sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
b. Peranan ibu yaitu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu
mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, mengasuh
dan mendidik anak-anaknya dan sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya.
c. Peranan anak yaitu anak-anak melaksanakan peranan psiko-
sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik,
mental, sosial dan spiritual.
Berbagai peran non formal yang terdapat di dalam keluarga adalah
sebagai berikut:
a. Peran ayah dan ibu sebagai anak dari kedua orang tua apabila
masih tinggal bersama orang tua.
b. Peran ibu dan anak sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya (Ayu, 2010).
5. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur
keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarga.
Terdapat beberapa fungsi keluarga yaitu:
a. Fungsi biologis seperti meneruskan keturunan, memelihara dan
membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya.
b. Fungsi Psikologis seperti memberikan kasih sayang dan rasa
aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga,
membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan
memberikan identitas keluarga.
c. Fungsi sosialisasi seperti membina sosialisasi pada anak,
membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan
batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak,
meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
d. Fungsi ekonomi seperti memenuhi kebutuhan keluarga seperti
sandang, pangan, papan, kebutuhan lainnya melalui keefektifan
sumber dana keluarga, mencari sumber penghasilan guna
memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan penghasilan
keluarga dan menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga
e. Fungsi pendidikan seperti memberikan pengetahuan,
ketrampilan, membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak
untuk kehidupan dewasa, mendidik anak sesuai tingkatan
perkembangannya.
f. Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi
kebutuhan pemeliharaan kepribadian dari anggota keluarga.
Merupakan respon dari keluarga terhadap kondisi dan situasi
yang dialami tiap anggota keluarga baik senang maupun sedih
dengan melihat cara keluarga mengekspresikan kasih sayang.
g. Fungsi perawatan kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah
kesehatan dalam keluarga, mengambil keputusan dalam
keluarga untuk mengatasi atau mencegah terjadinya komplikasi
dari masalah kesehatan tersebut, merawat anggota keluarga
yang sakit, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang ada (Ayu, 2010).
6. Tahap perkembangan keluarga
Perawat keluarga perlu mengetahui tentang tahapan dan tugas
perkembangan keluarga untuk memberikan pedoman dalam
menganalisis pertumbuhan dan kebutuhan promosi kesehatan
keluarga serta untuk memberikan dukungan pada keluarga untuk
kemajuan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Tahap
perkembangan keluarga tersebut sebagai berikut
1) Tahap 1 keluarga pemula atau pasangan baru
Tugas perkembangan keluarga pemula antara lain membina
hubungan yang harmonis dan kepuasan bersama dengan
membangun perkawinan yang saling memuaskan, membina
hibungan dengan orang lain dengan menhubungkan jaringan
persaudaraan secara harmonis, merencanakan kehamilan dan
mempersiapkan diri menjadi orang tua.
2) Tahap II: keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi
sampai umur 30 bulan)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap II yaitu membentuk
keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan
hubungan perkawinan yang memuaskan, memperluas
persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan
peran orangtua kakek dan nenek dan mensosialisasikan
dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan.
3) Tahap III: keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua
berumur 2 sampai 6 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap III yaitu memenuhi
kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak,
mengintegritasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak yang laiinya, mempertahankan hubungan yang
sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menenmkan nilai dan
norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur keluarga,
menanamkan keyakinan beragama dan memenuhi kebutuhan
bermain anak.
4) Tahap IV: keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia
6 sampai 13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ke IV yaitu
mensosialisasikan anak termasuk meningkatkan prestasi
sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman
sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik sebagai
anggota keluarga, membiasakan belajar teratur,
memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolah.
5) Tahap V: keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13
sampai 20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ke V yaitu
menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika
remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali
hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara
orang tua dan anak-anak, memberikan perhatian, memberikan
kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan
komunikasi dua arah.
6) Tahap VI: keluarga yang melepas anak usia dewasa muda
(mencakup anak pertama sanpai anak terakhir yang
meninggalkan rumah)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ke VI memperluas
siklus keluarga dengan memasukkan anggota kelurga baru
yang didapat melalui perkawinan anak-anak, melanjutkan untuk
memperbaharui hubungan perkawinan, membantu orang tua
lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami maupun istri, membantu
anak mandiri, mempertahankan komunikasi, memperluas
hubungan keluarga dengan menantu, menata kembali peran
dan fungsi keluarga setelah ditinggalkan anak.
7) Tahap VII: Keluarga usia pertengahan
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ke VII yaitu
menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan,
mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti
para orang tua dan lansia, memperkokoh hubungan
perkawinan, menjaga keintiman, merencanakan kegiatan yang
akan datang, memperhatikan kesehatan masing-masing
pasangan dan tetap menjaga komunikasi dengan anak-anak.
8) Tahap VIII: Keluarga usia lanjut dan masa pensiun
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ke VIII yaitu
mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan,
menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun,
mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri
terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan
keluarga antar generasi, meneruskan untuk memahami
ekstensi mereka, saling memberi perhatian yang
menyenangkan antar pasangan, merencanakan kegiatan untuk
mengisi waktu tua seperti berolahraga, berkebun, mengasuh
cucu (Ayu, 2010).
8. Komplikasi
a. Gastritis Akut
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh gastritis akut adalah
perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa
hematemesis dan melena, dapat berakhir sebagai syock
hemoragik. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu dibedakan
dengan tukak peptik. Gambaran klinis yang diperlihatkan
hampir sama. Namun pada tukak peptik penyebab utamanya
adalah H. pylory, sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60-
90 % pada tukak lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan
dengan endoskopi.
b. Gastritis Kronis
Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan
penyerapan vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12
menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu
dan penyempitan daerah antrum pylorus. Gastritis Kronis juka
dibiarkan dibiarkan tidak terawat, gastritis akan dapat
menyebabkan ulkus peptik dan pendarahan pada lambung.
Beberapa bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan resiko
kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus
menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel-sel di
dinding lambung
9. Penatalaksanaan Medis
a. Farmakologi
1) Antasida untuk mengatasi perasaan begah (penuh) dan
tidak enak di abdomen, serta untuk menetralisir asam
lambung.
2) Antagonis H2 (seperti rantine dan ranitidine, simetedin),
karena mampu menurunkan sekresi asam lambung.
3) Antibiotik diberikan bila dicurigai adanya infeksi oleh
Helicobater pylori.
b. Nonfarmakologi
1) Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien.
Orang yang memiliki pola makan tidak teratur atau tidak
memodifikasi diet mudah terserang penyakit gastritis. Pada
saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong atau ditunda
pengisianya, asam lambung akan mencerna lapisan mukosa
lambung, sehingga timbul rasa nyeri.
2) Instruksikan pasien untuk menghindari makanan yang pedas
Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan
meransang system pencernaan, terutama lambung dan usus
untuk berkontraksi. Hal ini akan mengakibatkan rasa panas
dan nyeri di ulu hati yang disertai dengan mual muntah.
3) Instruksikan pasien untuk menghindari alkohol
Karena alcohol mempunyai kemampuan sebagai pelarut
lipida yang terdapat dalam membrane sel memungkinkanya
cepat masuk kedalam sel dan menghancurkan struktur sel
tersebut. Konsumsi alcohol secara berlebihan akan merusak
mukosa lambung.
4) Ajarkan pasien untuk melakukan tehnik relaksasi nafas
dalam. Dengan tehnik relaksasi akan mengurangi rasa
nyeri.
5) Instruksikan pasien untuk tidak merokok
Efek rokok pada saluran gastrointertistinal antara lain
melemahkan katup esophagus dan pylorus, meningkatkan
refluks, mengubah kondisi alami dalam lambung dan
memnurunkan PH duodenum dan meningkatkan sekresi
asam lambung yang berlebihan.