Anda di halaman 1dari 67

RANCANGAN AKTUALISASI DAN HABITUASI

NILAI-NILAI DASAR PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)

OPTIMALISASI PENCEGAHAN FLEBITIS PADA PASIEN DI RUANG


MELATI RSUD RAA. SOEWONDO KABUPATEN PATI

Disusun Oleh :
Nama : Bagus Mustika Andhi Prabowo, AMK
NIP : 19900422 201902 1 003
Angkatan : CCLVI
No. Absen : 06
Jabatan : Perawat Terampil
Gol/Ruang : II/c
Unit Kerja : RSUD RAA Soewondo
Coach : Drs. Sujarwo, M.Pd
Mentor : Sartono,S.Kep.Ns

PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN II ANGKATAN CCLVI

PEMERINTAH KABUPATEN PATI


BEKERJASAMA DENGAN
BADAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA DAERAH
PROVINSI JAWA TENGAH
TAHUN 2019
ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,


karena atas rahmat dan karunia-Nya, laporan aktualisasi dan habituasi
nilai-nilai dasar pegawai negeri sipil dengan judul “ Optimalisasi
Pencegahan Flebitis Pada Pasien di Ruang Melati RSUD RAA. Soewondo
Kabupaten Pati” ini dapat terselesaikan.
Rancangan aktualisasi ini disusun dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk menyelesaikan Pelatihan Dasar CPNS golongan II
angkatan CCLVI tahun 2019 yang diselenggarakan oleh Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Jawa Tengah
bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Pati.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dengan
setulus hati kepada :
1. Bapak Haryanto, S.H., M.M selaku Bupati Kabupaten Pati yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Pelatihan
Dasar CPNS Golongan II Kabupaten Pati.
2. BKPP Kabupaten Pati beserta jajarannya yang telah memfasilitasi
penyelenggaraan Pelatihan Dasar CPNS Golongan II.
3. Bapak Sartono, S.Kep., Ns selaku Kepala Seksi Keperawatan Rawat
Inap RSUD RAA Soewondo sekaligus sebagai mentor yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing penulis sehingga dapat
menyelesaikan laporan rancangan aktualisasi dan habituasi nilai-nilai
dasar aparatur sipil negara ini.
4. Bapak Drs. Sujarwo, M.Pd selaku coach atas segala inspirasi, waktu,
dorongan, masukan dan bimbingannya sehingga penyusunan laporan
rancangan aktualisasi dan habituasi nilai-nilai dasar aparatur sipil
negara ini dapat berjalan dengan lancar.
5. Bapak Drs. Heru Eko Wiyono, M.Si selaku penguji atas saran dan
masukan yang diberikan untuk perbaikan laporan rancangan kegiatan
aktualisasi dan habituasi nilai-nilai dasar aparatur sipil negara ini .

iv
6. Seluruh jajaran karyawan RSUD RAA Soewondo Pati yang telah
memberikan support kepada penulis sehingga mampu meyelesaikan
laporan rancangan aktualisasi dan habituasi nilai-nilai dasar aparatur
sipil negara ini.
7. Seluruh Widyaiswara BPSDMD Provinsi Jawa Tengah yang telah
membimbing selama perkuliahan dan memberikan pengarahan terkait
materi ANEKA untuk dapat diinternalisasikan dan diaktualisasikan di
dalam instansi.
8. Teman-teman seperjuangan CPNS Kabupaten Pati Tahun 2018,
khususnya peserta Pelatihan Dasar Golongan II dan Golongan III
Angkatan CCLVI Kabupaten Pati atas kontribusi dan kerjasamanya.
9. Seluruh panitia dan Binsuh yang telah membantu dan memfasilitasi
kegiatan Pelatihan Dasar CPNS Golongan II dan Golongan III
Angkatan CCLVI ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis sadar bahwa dalam penuisan laporan rancangan


aktualisasi dan habituasi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karenanya penulis berharap masukan dari berbagai pihak agar laporan ini
menjadi lebih baik dan dapat dijadikan dasar dalam pelaksanaan dan
pelaporan aktualisasi dan habituasi nilai-nilai dasar aparatur sipil negara,
serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi semua pihak.

Blora, 14 Oktober 2019


Penulis

Bagus Mustika Andhi Prabowo, AMK


NIP. 19900422 201902 1 003

v
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................ i


HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................ iii
DAFTAR ISI ..................................................................................... v
DAFTAR TABEL .............................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. . Latar Belakang ...................................................................... 1
B. . Identifikasi Isu ....................................................................... 4
C. . Rumusan Masalah ................................................................ 7
D. Tujuan ................................................................................... 7
E. Manfaat ................................................................................. 8
BAB II LANDASAN TEORI .............................................................. 9
A. Sikap Perilaku Bela Negara .................................................. 9
B. Nilai-Nilai Dasar ASN ............................................................ 13
C. Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI .............................. 18
D. Flebitis ................................................................................... 22
BAB III TUGAS UNIT KERJA DAN TUGAS PESERTA ................... 27
A. Profil Unit Kerja ..................................................................... 27
B. Dasar Hukum ........................................................................28
C. Sejarah ................................................................................. 29
D. Falsafah, Visi, Misi, Tujuan, Motto, dan Tata Nilai ............... 29
E. Layanan ................................................................................ 31
F. Tugas Jabatan Peseta Diklat ................................................ 36
G. Role Model ............................................................................ 43
BAB IV RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI ......................... 45
A. Rancangan Kegiatan Aktualisasi yang Berkaitan dengan Nilai
ANEKA .................................................................................. 45
B. Jadwal Rancangan Aktualisasi .............................................. 53

v
C. Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala ........................ 54
BAB V PENUTUP ............................................................................ 56
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 57
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................. 58

vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Hasil Identifikasi Isu di RSUD RAA. Soewondo Pati .... 3
Tabel 1.2 Analisis Isu Dengan Metote APKL ............................... 5
Tabel 1.3 Analisis Isu Dengan Metode USG ................................ 7
Tabel 4.1 Rancangan Pemecahan Isu ......................................... 45
Tabel 4.2 Rancangan Kegiatan Aktualisasi ................................. 46
Tabel 4.3Jadwal Rancangan Kegiatan ........................................ 53
Tabel 4.4 Antisipsi dan Strategi Menghadapi Kendala ................. 54

vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Instalasi Gawat Darurat RSUD RAA Soewondo ...... 27
Gambar 3.2 Ruang Melati RSUD RAA Soewondo....................... 32
Gambar 3.3 Struktur Organisasi RSUD RAA Soewondo ............. 35
Gambar 3.4 dr. Suworo Nur Cahyono, M.Kes ............................. 43

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) mempunyai 3 tugas utama, yaitu:
melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, serta
mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Tidak terkecuali bagi seorang PNS yang berkerja di sebuah instansi
rumah sakit (RS) milik pemerintah, tetap harus menjalankan tiga tugas
sebagai seorang PNS tersebut serta menjalankan tugas pelayanan kesehatan
publik di rumah sakit.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) RAA. Soewondo Pati, merupakan
sebuah institusi milik Pemerintah Kabupaten Pati yang memberikan
pelayanan kesehatan upaya penyembuhan dan pemulihan penyakit. Sebagai
sebuah organisasi milik pemerintahan, RSUD RAA. Soewondo Pati tentu tidak
lepas dari masalah baik masalah medis maupun non-medis yang dapat
menghambat fungsi rumah sakit itu sendiri.
Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) nomor 27 tahun 2017 RAA.
Soewondo Pati diharuskan untuk berupaya menurunkan penularan infeksi di
dalam rumah sakit yang disebut sebagai Infeksi Rumah Sakit (IRS). Upaya
penurunan IRS tersebut dilakukan dengan dikeluarkannya Program
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) RSUD RAA. Soewondo Pati. Di
dalam program tersebut terdapat kegiatan-kegiatan PPI antara lain:
pencegahan dengan kewaspadaan standar, surveilans IRS, penggunaan
antibiotik empiris yang seragam, serta manamejem risiko infeksi. Beberapa
kegiatan program tersebut sudah berjalan di RSUD RAA. Soewondo Pati
semenjak dibentuknya tim dan komite PPI di RSUD RAA. Soewondo Pati,
namun beberapa kegiatan masih belum berjalan dengan baik. Dari hasil
pengamatan, salah satu kegiatan yang belum berjalan dengan baik adalah

1
manajemen resiko infeksi (flebitis). Terdapat 7 kasus flebitis dari bulan
Agustus sampai dengan bulan September 2019. Kegiatan manajemen Resiko
Flebitis sebenarnya sudah berjalan di RSUD RAA. Soewondo Pati, namun
belum berjalan dengan baik dikarenakan beberapa hal. Ketidaktahuan pasien
terhadap aktivitas yang dapat mengganggu kelancaran IV Line, ketidak
patuhan petugas terhadap SOP, Ketidaksesuaian antara vena dengan IV
Cathnya, Osmolaritas cairan yang diperbolehkan pada vena perifer, Observasi
yang kurang, Belum adanya dressing transparan di ruangan. Dengan
beberapa permasalah kompleks tersebut, kegiatan Manajemen resiko infeksi
(flebitis) di RSUD RAA. Soewondo Pati belum bisa berjalan dengan baik.
Keberadaan seorang PNS di RSUD RAA. Soewondo Pati yang
mempunyai nilai-nilai dasar diperlukan sebagai pengembang pelaksana
kebijakan negara terkait penurunan Flebitis tersebut. Sebagai pelayan
publik, RSUD RAA. Soewondo Pati mempunyai tugas dalam mengoptimalkan
kegiatan manajemen resiko infeksi tersebut dengan didasari oleh nilai-nilai
sebagai seorang PNS.

B. Identifikasi Isu
Beberapa isu di RSUD RAA. Soewondo Pati yang terkait degan
penurunan flebitis telah diamati selama melakukan tugas di RSUD RAA.
Soewondo Pati. Isu-isu yang diidentifikasi bisa bersumber baik dari aspek
pelayanan publik, Whole of Government (WoG), maupun aspek manajemen
ASN. Hasil identifikasi isu yang ada di RSUD RAA. Soewondo Pati dituangkan
dalam tabel 1.1 di bawah.

Tabel 1.1 Hasil Identifikasi Isu di RSUD RAA. Soewondo Pati

2
Identifikasi Kondisi yang
No Sumber Isu Kondisi Saat Ini
Isu Diharapkan

1. Belum Manajemen a. Ketidaktahuan pasien Pencegahan


optimalnya ASN; terhadap aktivitas yang dilakukan
Pencegahan dapat mengganggu secara optimal
Flebitis pada kelancaran IV Line.
pasien b. Ketidak patuhan
petugas pada SOP
c. Ketidaksesuaian antara
vena dengan IV
Cathnya
d. Osmolaritas cairan
yang diperbolehkan
pada vena perifer.
e. Observasi yang
kurang.
2. Kurangnya Manajemen Pegawai RS belum disiplin Seluruh
kapatuhan ASN dalam melakukan cuci pegawai disiplin
pegawai RS tangan dalam mencuci
dalam tangan
melakukan cuci
tangan
3. Belum WoG; Tidak semua ruang unit Semua ruang
optimalnya Pelayanan pelayanan memenuhi unit pelayanan
sarana- publik standar sarana-prasarana memenuhi
prasarana ventilasi pengendalian standar
ventilasi infeksi
pengendalian
infeksi
4. Kurangnya Manajemen Pegawai RS belum disiplin Seluruh
kapatuhan ASN dalam tindakan aseptic pegawai disiplin
pegawai RS dalam tindakan
dalam tindakan aseptic
aseptic
5. Kurangnya Pelayanan Kurangnya sosialisasi Semua pasien
sosialisasi publik mengenai cairan infuse diberikan
kepada pasien pasien edukasi tentang
mengenai cairan cairan infus
infuse
(Sumber: data dielaborasi penulis, 2019)

Hasil identifikasi isu yang tertuang dalam tabel 1.1 di atas merupakan
isu-isu yang berkaitan dengan program penurunan IRS di RSUD RAA.
Soewondo Pati. Didapatkan 5 isu utama yaitu kurang optimalnya kegiatan
pencegahan flebitis pada pasien, kurangnya kapatuhan pegawai RS dalam
melakukan cuci tangan, belum optimalnya sarana-prasarana ventilasi

3
pengendalian infeksi, kurangnya kapatuhan pegawai RS dalam tindakan
aseptic, serta kurangnya sosialisasi kepada pasien mengenai cairan infuse.
Kegiatan pencegahan flebitis ditujukan untuk mengurangi resiko
terjadinya flebitis. Berdasarkan survey dari bulan Agustus sampai dengan
bulan September didapatkan 7 kasus flebitis di RSUD RAA. Soewondo Pati.
Kurang optimalnya pencegahan flebitis pada pasien ini disebabkan
pengetahuan pasien yang rendah mengenai kegiatan yang dapat mengganggu
kelancaran IV Line, kurang patuhnya petugas dalam melaksanakan SOP,
ketidak sesuaian antara vena dengan IV cathnya, kurangnya observasi pasien,
dan tidak tersedianya dressing transparan. Isu ini bersumber dari kurang
optimalnya manajemen ASN.
Mencuci tangan merupakan salah satu dari pencegahan infeksi, yaitu
bertujuan untuk memutus rantai transmisi kuman penyebab infeksi.
Pencegahan ini merupakan langkah yang paling mudah, paling murah, dan
paling efektif dalam menurunkan ISK. Menurut hasil pengamatan sekitar 50%
staf RS masih belum melakukan cuci tangan sesuai SOP cuci tangan. Isu ini
bersumber dari aspek manajemen ASN
Dukungan ventilasi mekanik juga dapat membantu menurunkan IRS
tertutama peyakit yang ditularkan lewat udara. Kondisi saat ini yang diamati
adalah berkisar 50-60% ruangan di RSUD RAA. Soewondo Pati belum
membuat sistem ventilasi udara yang sesuai standar dari PMK nomor 27
tahun 2017. Isu permasalah pengadaan sarana prasarana ventilasi berasal dari
aspek WoG dan isu output kepuasan pelanggan dengan adanya sarana
prasana ini berasal dari aspek pelayanan publik.
Tindakan aseptic perlu digalakkan untuk pencegahan infeksi.
Pencegahan ini paling mudah untuk memutuskan mata rantai persebaran
infeksi. Desinfeksi jarang dilakukan sehingga tidak efektif dalam membunuh
kuman bakteri.Tindakan aseptic diharapkan dilakukan oleh semua pegawai
RS. Isu ini bersumber dari aspek manajemen ASN.

4
Isu kurangnya sosialisi kepada pasien tentang cairan infuse bersumber
dari aspek pelayanan publik. Perawat RS mempunyai kewajiban memberikan
informasi tentang cairan infuse kepada pasien. Namun dari hasil pengamatan
di RSUD RAA. Soewondo Pati belum optimalnya sosialisasi SOP tentang cara
pemberian informasi tersebut kepada keluarga pasien.
Isu-isu tersebut di atas kemudian dilakukan identifikasi analisis
lebih dalam menggunakan metode APKL (Aktual, Problematik,
Kekhalayakan, an Kelayakan). Metode ini memiliki 4 kriteria penilaian
yaitu Aktual, Problematik, Kekhalayakan, dan Kelayakan.
1. AKTUAL artinya benar-benar terjadi dan sedang hangat
dibicarakan di kalangan masyarakat.
2. PROBLEMATIK artinya isu yang memiliki dimensi masalah yang
kompleks, sehingga perlu dicarikan solusinya.
3. KHALAYAK artinya isu yang menyangkut hajat hidup orang banyak
4. LAYAK artinya isu yang masuk akal, logis, realistis, serta relevan
untuk dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.
Hasil analisis isu-isu dengan metode APKL ditampilakn dalam tabel
1.2 di bawah.
Tabel 1.2 Identifikasi isu dengan metode APKL
Analisis APKL
No Sumber Isu Isu
A P K L Ket
1 Manajemen Belum optimalnya pencegahan + + + + MS
ASN Flebitis di ruang Melati
2 Manajemen Kurangnya kapatuhan pegawai RS + + + + MS
ASN dalam melakukan cuci tangan
3 WoG; Belum optimalnya sarana- + + + - TMS
Pelayanan prasarana ventilasi pengendalian
publik infeksi
4 Manajemen Kurangnya kapatuhan pegawai RS + + + - TMS
ASN dalam tindakan aseptic
5 Pelayanan Kurangnya sosialisasi kepada + + + + MS
publik pasien mengenai cairan infuse
Keterangan: A = Aktual; P = Problematik; K = Khalayak; L = Layak; MS = Memenuhi
syarat; TMS = Tidak memenuhi syarat

(Sumber: data dielaborasi penulis, 2019)

5
Belum optimalnya kegiatan surveilans IRS sudah memenuhi
syarat dalam analisis APKL sebagai sebuah isu. Isu tersebut aktual
karena sedang benar-benar terjadi. Isu ini juga memiliki dimensi
masalah yang komplek, mencakup dan juga layak logis untuk dicari
penyelesaiannya.
Kedisiplinan staf RS yang kurang dalam melakukan cuci tangan
juga termasuk isu yang memenuhi syarat untuk dilakukan analisis lebih
jauh. Isu sedang terjadi (aktual), mempunyai dimensi masalah yang
kompek karena memerlukan koordinasi dan perencanaan
(problematik), mencakup hajat hidup orang banyak (khalayak), serta
layak untuk dicarikan solusinya (Layak).
Isu tentang etika batuk juga mememuhi syarat karena isu ini
sedang terjadi (aktual), memiliki dimensi masalah yang cukup
(problematik), mencakup hajat hidup orang banyak (khalayak), serta
bisa dicarikan solusinya (Layak). Dua isu lainnya dinilai tidak memenuhi
syarat karena keduanya memerlukan koordinasi dan perencanaan yang
lama.
Hasil analisis tersebut di atas kemudian dilakukan penapisan
prioritas isu dengan metode Urgency, Seriousness, dan Growth (USG).
Analisis USG mempertimbangkan tingkat kepentingan, keseriusan,
serta perkembangan. Masing-masing isu diberikan skor 1-5 sesuai
dengan skala likert. Dimana skor 1 berarti isu tersebut TIDAK urgent,
serius, dan berkembang, skor 2 berarti KURANG, skor 3 berarti cukup,
skor 4 berarti isu tersebut urgent, serius dan berkembang, serta skor 5
berarti SANGAT USG.
1. URGENCY (urgensi), yaitu dilihat dari tersedianya waktu,
mendesak atau tidak masalah tersebut diselesaikan.
2. SERIOUSNESS (keseriusan), yaitu melihat dampak masalah
tersebut terhadap produktivitas kerja, pengaruh terhadap
keberhasilan, membahayakan sistem atau tidak, dan sebagainya.
3. GROWTH (berkembangnya masalah), yaitu apakah masalah
tersebut berkembang sedemikian rupa sehingga sulit dicegah.

6
Tabel 1.3 Identifikasi Tapisan Isu dengan Metode USG
KRITERIA USG
No SUMBER ISU ISU
U S G Tot Peringkat
Manajemen Belum optimalnya
1 ASN Pencegahan Flebitis pada 5 5 5 15 1
Pasien di ruang Melati
Manajemen Kurangnya kedisiplinan staf
ASN Kurangnya kapatuhan
2 4 3 4 11 3
pegawai RS dalam melakukan
cuci tangan
Pelayanan Kurangnya sosialisasi kepada
3 publik pasien mengenai cairan 4 4 4 12 2
infuse
Keterangan: U = Urgency; S = Seriousness; G = Growth; Tot = Total
(Sumber: data dielaborasi penulis, 2019)

Dari tabel 1.3 di atas ditemukan bahwa isu belum optimalnya


kegiatan pencegahan Flebitis mempunyai skor urgency, seriousness,
dan growth yang tinggi. Isu ini mempunyai kebutuhan yang mendesak
untuk segera diselesaikan. Dampak keseriusan juga tinggi karena
dapat menyebabkan infeksi yang berujung pada kematian.
Dari hasil analisis isu di atas ditetapkan isu yang dipilih dan akan
ditindaklanjuti dengan gagasan rencana kegiatan adalah isu tentang
Belum Optimalnya Pencegahan Flebitis pada Pasien di Ruang Melati
RSUD RAA. Soewondo Pati.
C. Rumusan Masalah
Dari hasil analisis isu di atas ditetapkan isu yang dipilih dan akan
ditindaklanjuti dengan gagasan rencana kegiatan adalah isu tentang Belum
Optimalnya Pencegahan Flebitis pada Pasien di Ruang Melati RSUD RAA.
Soewondo Pati. Dari isu tersebut maka rumusan masalah kegiatan aktualisasi
melalui habituasi adalah: “Kegiatan apa saja yang akan dilakukan untuk
mengoptimalisasikan Pencegahan Flebitis pada Pasien di Ruang Melati RSUD
RAA. Soewondo Pati?”.
D. Tujuan
Berdasarkan identifikasi isu dan rumusan masalah yang telah
ditemukan, tujuan yang akan dicapai dengan pelaksanaan aktualisasi dan

7
habituasi ini adalah untuk meningkatkan kegiatan pencegahan flebitis pada
pasien di Ruang Melati RSUD RAA. Soewondo Pati.
E. Manfaat
Manfaat kegiatan aktualisasi nilai-nilai dasar PNS ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Peserta Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil
Meningkatkan pengetahuan dan implementasi nilai dasar ANEKA,
kedudukan, tugas, dan peran PNS sebagai landasan dalam menjalankan
profesi di tempat kerja melalui kegiatan optimalisasi pencegahan Flebitis
di RSUD RAA. Soewondo Pati.
2. Bagi RSUD RAA. Soewondo Pati
a. Membantu terwujudnya visi dan misi RSUD RAA. Soewondo Pati
b. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di RSUD RAA. Soewondo
Pati
c. Terwujudnya akreditasi rumah sakit yang Paripurna
3. Bagi Masyarakat
a. Mendapatkan pelayanan kesehatan di RSUD RAA. Soewondo Pati yang
bermutu dan terakreditasi sebagai wujud aktualisasi nilai dasar ANEKA.
b. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kualitas pelayanan
kesehatan di RSUD RAA. Soewondo Pati.

8
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Sikap Perilaku Bela Negara


Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 3, menyebutkan
bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara”. Seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan bagian
dari warga masyarakat yang memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan
warga negara lain untuk melakukan bela negara. Bela negara merupakan
upaya baik dalam pertahanan dalam menghadapi ancaman, serangan dan
agresi dari pihak-pihak yang dapat mengancam keberadaan negara, maupun
usaha dilakukan dalam rangka berperan aktif untuk memajukan bangsa dan
negara. Sikap dan perilaku warga negara dalam membela negara harus
dijiwai oleh kecintaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945.
Sikap perilaku dan kedisiplinan yang harus dilimiliki oleh PNS
untuk menunjang fungsinya adalah nilai-nilai sikap perilaku, kesehatan
jasmani dan kesehatan mental, kesamaptaan jasmani dan
kesamaptaan mental, dan tata upacara sipil dan keprotokolan.
1. Wawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan terdiri dari dua suku kata yaitu
“ Wawasan” dan “ Kebangsaan” . Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2002) dinyatakan bahwa secara etimologis istilah
“ wawasan” berarti: (1) hasil mewawas, tinjauan, pandangan dan
dapat juga berarti (2) konsepsi cara pandang. Wawasan
Kebangsaan sangat identik dengan Wawasan Nusantara yaitu cara
pandang bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan nasional yang
mencakup perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan
politik, sosial budaya, ekonomi dan pertahanan keamanan. Kata
“ Kebangsaan” berasal dari kata “ bangsa” yang berarti kelompok
masyarakat yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan
sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri. Sedangkan

9
“ kebangsaan” mengandung arti (1) ciri-ciri yang menandai
golongan bangsa, (2) perihal bangsa; mengenai (yang bertalian
dengan) bangsa, (3) kesadaran diri sebagai warga dari suatu
negara.
Dengan demikian wawasan kebangsaan dapat diartikan
sebagai konsepsi cara pandang yang dilandasi akan kesadaran diri
sebagai warga dari suatu negara akan diri dan lingkungannya di
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Prof. Muladi,
Gubernur Lemhannas RI, meyampaikan bahwa wawasan
kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri
dan lingkungannya, mengutamakan kesatuan dan persatuan
wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Kesatuan atau integrasi nasional
bersifat kultural dan tidak hanya bernuansa struktural mengandung
satu kesatuan ideologi, kesatuan politik, kesatuan sosial budaya,
kesatuan ekonomi, dan kesatuan pertahanan dan keamanan.
Wawasan kebangsaan menentukan cara bangsa
mendayagunakan kondisi geografis negara, sejarah, sosio-budaya,
ekonomi dan politik serta pertahanan keamanan dalam mencapai
cita-cita dan menjamin kepentingan nasional. Wawasan
kebangsaan menentukan bangsa menempatkan diri dalam tata
berhubungan dengan sesama bangsa dan dalam pergaulan
dengan bangsa lain di dunia internasional. Wawasan kebangsaan
mengandung komitmen dan semangat persatuan untuk menjamin
keberadaan dan peningkatan kualitas kehidupan bangsa dan
menghendaki pengetahuan yang memadai tentang tantangan masa
kini dan masa mendatang serta berbagai potensi bangsa.
Wawasan kebangsaan dapat juga diartikan sebagai sudut
pandang/cara memandang yang mengandung kemampuan
seseorang atau kelompok orang untuk memahami keberadaan jati
diri sebagai suatu bangsa dalam memandang dirinya dan
bertingkah laku sesuai falsafah hidup bangsa dalam lingkungan

10
internal dan lingkungan eksternal. Dalam kerangka NKRI, wawasan
kebangsaan berarti bagaimana cara kita sebagai bangsa Indonesia
di dalam memandang diri dan lingkungannya dalam mencapai
tujuan nasional yang mencakup perwujudan Kepulauan Nusantara
sebagai kesatuan politik, sosial budaya, ekonomi dan pertahanan
keamanan, dengan berpedoman pada falsafah Pancasila dan UUD
1945 atau dengan kata lain bagaimana kita memahami Wawasan
Nusantara sebagai satu kesatuan POLEKSOSBUD dan HANKAM.
2. Analisi Isu Kontemporer
Isu kontemporer adalah sesuatu hal yang modern, yang
eksis dan yang terjadi dan masih berlangsung sampai sekarang,
atau segala hal yang berkaitan dengan saat ini. Perubahan-
perubahan yang terjadi di masyarakat adalah sesuatu hal yang
pasti terjadi.
Dalam konsep bela negara, seorang PNS diharapkan
mampu mengindentifikasi isu-isu modern yang baru terjadi di
sekelilingnya, melakukan analisis serta menyelesaikan isu-isu
tersebut secara bijak dalam tujuan untuk bela negara.
Mempertahankan keutuhan bangsa dan negara dari ancaman-
ancaman pemecah persatuan yang berasal dari isu kontemporer
tersebut
Usaha protektif dan penanggulangan isu yang berkembang
dilakukan agar tidak terpengaruh secara negatif oleh isu tersebut.
Penanaman nilai-nilai pancasila dan UUD 1945 merupakan salah
satu upaya awal penanggulanan isu kontemporer. Seorang PNS
juga diharapkan memiliki kemampuan dalam memahami isu
dengan cara peduli, memetakan hubungan kausalitas yang terjadi,
serta melakukan analisis panapisan isu-isu tersebut. Kemudian
dilanjutkan dengan upaya penyelesaian isu dengan meningkatkan
kemampuan dalam mencari alternatif-alternatif solusi serta memilih
dengan bijak alternatif tersebut.

11
3. Kewaspadaan Bela Negara
Untuk melatihan kesiapasiagaan bela negara bagi CPNS ada
beberapa hal yang dapat dilakukan, salah satunya adalah tanggap
dan mau tahu terkait dengan kejadian-kejadian permasalahan yang
dihadapi bangsa negara Indonesia, tidak mudah terprovokasi, tidak
mudah percaya dengan barita gossip yang belum jelas asal usulnya,
tidak terpengaruh dengan penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan
permasalahan bangsa lainnya, dan yang lebih penting lagi ada
mempersiapkan jasmani dan mental untuk turut bela negara.
Pasal 27 dan Pasal 30 UUD Negara RI 1945 mengamanatkan
kepada semua komponen bangsa berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara dan syarat-syarat tentang pembelaan
negara. Dalam hal ini setiap CPNS sebagai bagian dari warga
masyarakat tentu memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk
melakukan bela Negara sebagaimana diamanatkan dalam UUD
Negara RI 1945 tersebut.
Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada
negara dan kesediaan berkorban membela negara.Cakupan bela
negara itu sangat luas, dari yang paling halus, hingga yang paling
keras.Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampai
bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh bersenjata.
Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan berbuat yang terbaik bagi
bangsa dan negara.Setidaknya unsur Bela Negara antara lain :
a) Cinta Tanah Air.
b) Kesadaran Berbangsa dan bernegara.
c) Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara.
d) Rela berkorban untuk bangsa dan negara.
e) Memiliki kemampuan awal bela negara.
Beberapa contoh bela negara dalam kehidupan sehari-hari di
zaman sekarang di berbagai lingkungan:
a) Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga.
(lingkungan keluarga).

12
b) Membentuk keluarga yang sadar hukum (lingkungan keluarga).
c) Meningkatkan iman dan takwa dan iptek (lingkungan pelatihan)
Kesadaran untuk menaati tata tertib pelatihan (lingkungan
kampus/lembaga pelatihan).
d) Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam masyarakat
(lingkungan masyarakat).
e) Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama (lingkungan
masyarakat).
f) Mematuhi peraturan hukum yang berlaku (lingkungan negara).
g) Membayar pajak tepat pada waktunya (lingkungan negara).
Terkait dengan Pelatihan Dasar bagi CPNS, sudah barang tentu
kegiatan bela negara bukan memanggul senjata sebagai wajib militer
atau kegiatan semacam militerisasi, namun lebih bagaimana
menanamkan jiwa kedisiplinan, mencintai tanah air (dengan menjaga
kelestarian hayati), menjaga aset bangsa, menggunakan produksi
dalam negeri, dan tentu ada beberapa kegiatan yang bersifat fisik
dalam rangka menunjang kesiapsiagaan dan meningkatkan
kebugaran fisik saja.
Oleh sebab itu maka dalam pelaksanaan latihan dasar bagi
CPNS akan dibekali dengan latihan-latihan seperti :
a) Kegiatan Olah Raga dan Kesehatan Fisik;
b) Kesiapsiagaan dan kecerdasan Mental;
c) Kegiatan Baris-berbaris, Apel, dan Tata Upacara;
d) Keprotokolan;
e) Fungsi-fungsi Intelijen dan Badan Pengumpul Keterangan;
f) Kegiatan Ketangkasan dan Permainan.

B. Nilai Dasar CPNS


Nilai merupakan segala sesuatu yang dianggap baik, layak, pantas dan
penting dalam kehidupan seseorang. Nilai dasar bagi seorang CPNS dapat
berupa seperangkat prinsip yang menjadi dasar dalam bertindak, bersikap,
serta mengambil keputusan selama dia menjalani profesi dan tugasnya
sebagai ASN. Adapun nilai-nilai dasar yang diberikan kepada seorang ASN

13
adalah Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, serta Anti
Korupsi yang kemudian disingkat menjadi ANEKA.
1. Akutabilitas
Nilai dasar akuntabilitas mempunyai pengertian bahwa ASN harus
bertanggung jawab atas terselesainya tugas yang diberikan. Nilai
akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai.
Semua amanah dan tugas yang diberikan kepada seorang ASN harus
diselesaikan sebagai bentuk pertanggungjawaban ASN tersebut. Nilai
aktualitas mempunyai beberapa dimensi sebagai bentuk penjabaran dari
nilai tersebut, yaitu:
a. KEPEMIMPINAN. Nilai akuntabel tercipta dari atas ke bawah
dimana peranan pimpinan adalah seseorang yang bertanggung
jawab dalam memberikan intruksi yang jelas.
b. TRANSPARANSI. Dimensi transparansi dari nilai akuntabilitas
adalah keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang
dilakukan oleh individu, kelompok, maupun institusi.
c. INTEGRITAS. Adalah tidak tergoyahnya konsistensi dan
keteguhan dalam menjunjung tugas dan kewajiban.
d. TANGGUNGJAWAB. Tanggungjawab merupakan kesadaran
manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja
maupun yang tidak disengaja.
e. KEADILAN. Keadilan merupakan kondisi kebenaran ideal
secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda
maupun orang.
f. KEPERCAYAAN. Rasa keadilan membawa pada sebuah
kepercayaan. Kepercayaan ini akan melahirkan akuntabilitas.
g. KESEIMBANGAN. Pencapaian akuntabilitas dalam lingkungan
kerja, diperlukan adanya keseimbangan antara akuntabilitas
dan kewenangan, serta harapan dan kapasitas. Selain itu,
adanya harapan dalam mewujudkan kinerja yang baik juga
harus disertai dengan keseimbangan kapasitas sumber daya
dan keahlian (skill) yang dimiliki.

14
h. KEJELASAN. Fokus utama untuk kejelasan adalah mengetahui
kewenangan, peran dan tanggungjawab, misi organisasi, kinerja
yang diharapkan organisasi, dan sistem pelaporan kinerja baik
individu maupun organisasi.
i. KONSISTENSI. Dimensi konsistensi dalam nilai akuntabilitas
berarti ASN harus berusaha untuk tetap menjunjung nilai ini
sama mulai sejak awal sampai akhir.
2. Nasionalisme
Pengertian negatif dari nasionalisme adalah pengertianya dalam
arti sempit yaitu suatu sikap yang meninggikan bangsanya sendiri,
sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya. Sikap
seperti ini jelas mencerai beraikan bangsa yang satu dengan bangsa yang
lain. Sebaliknya, dalam arti yang lebih luas, nasionalisme merupakan
pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara,
dan sekaligus menghormati bangsa lain. Prinsip nasionalisme bangsa
Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa
Indonesia senantiasa: menempatkan persatuan kesatuan, kepentingan
dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau
kepentingan golongan; menunjukkan sikap rela berkorban demi
kepentingan bangsa dan negara; bangga sebagai bangsa Indonesia dan
bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendah diri; mengakui
persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama
manusia dan sesama bangsa; menumbuhkan sikap saling mencintai
sesama manusia; mengembangkan sikap tenggang rasa.
3. Etika Publik
Etika adalah refleksi atas baik-buruk, benar-salah yang harus
dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar, sedangkan
moral mengacu pada kewajiban untuk melakukan yang baik atau apa
yang seharusnya dilakukan. Dalam kaitannya dengan pelayanan publik,
etika publik adalah refleksi tentang standar/norma yang menentukan
baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk

15
mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung
jawab pelayanan publik.
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang ASN, yakni sebagai berikut:
a. memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Pancasila;
b. setia dalam mempertahankan UUD 1945;
c. menjalankan tugas secara profesional dan tidak memihak;
d. membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
e. menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;
f. memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur;
g. mempertanggung jawabkan tindakan dan kinerja publik;
h. memiliki kemampuan menjalankan kebijakan pemerintah;
i. memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap,
cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun;
j. mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
k. menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
l. mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
pegawai;
m. mendorong kesetaraan dalam pekerjaan
n. meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karir.
4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu adalah pelaksanaan pelayanan publik dengan
berorientasi pada kualitas hasil. Beberapa contoh nilai dari komitmen
mutu antara lain:
a. Efektif, yaitu berhasil guna dapat mencapai hasil sesuai dengan
target;
b. Efisien, yaitu berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan
mencapai hasil tanpa menimbulkan pemborosan;
c. Inovasi, yaitu penemuan sesuatu yang baru atau mengandung
kebaruan;

16
d. Berorientasi mutu, yaitu ukuran baik buruk yang di persepsi
individu terhadap produk atau jasa.
5. Anti Korupsi
Nilai seorang PNS yang anti korupsi berarti bahwa tindakan atau
gerakan yang dilakukan untuk memberantas segala tingkah laku atau
tindakan yang melawan norma–norma dengan tujuan memperoleh
keuntungan pribadi, merugikan negara atau masyarakat baik secara
langsung maupun tidak langsung. Tindak pidana korupsi yang terdiri dari
kerugian keuangan negara, suap-menyuap, pemerasan, perbuatan
curang, penggelapan dalam jabatan, benturan kepentingan dalam
pengadaan dan gratifikasi.Indikator yang ada pada nilai dasar anti korupsi
meliputi:
a. Mandiri yang dapat membentuk karakter yang kuat pada diri
seseorang sehingga menjadi tidak bergantung terlalu banyak
pada orang lain. Pribadi yang mandiri tidak akan menjalin
hubungan dengan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab
demi mencapai keuntungan sesaat;
b. Kerja keras merupakan hal yang penting dalam rangka
tercapainya target dari suatu pekerjaan. Jika target dapat
tercapai, peluang untuk korupsi secara materiil maupun non
materiil (waktu) menjadi lebih kecil;
c. Berani untuk mengatakan atau melaporkan pada atasan atau
pihak yang berwenang jika mengetahui ada pegawai yang
melakukan kesalahan;
d. Disiplin berkegiatan dalam aturan bekerja sesuai dengan
undang-undung yang mengatur;
e. Peduli yang berarti ikut merasakan dan menolong apa yang
dirasakan orang lain;
f. Jujur yaitu berkata dan bertindak sesuai dengan kebenaran
(dharma);
g. Tanggung jawab yaitu berani dalam menanggung resiko atas
apa yang kita kerjakan dalam bentuk apapun;

17
h. Sederhana yang dapat diartikan menerima dengan tulus dan
iklas terhadap apa yang telah ada dan diberikan oleh Tuhan
kepada kita;
i. Adil yaitu memandang kebenaran sebagai tindakan dalam
perkataan maupun perbuatan saat memutuskan peristiwa yang
terjadi.

C. Kedudukan dan Peran CPNS dalam NKRI


Melalui UU Nomor 5 Tahun 2014, seorang Aparatur Sipil Negara telah
bertekad untuk menjadi semakin professional dalam mewujudkan birokrasi
yang professional dan menghadapi tantangan-tantangan global. Undang-
undang ini merupakan dasar dalam manajemen aparatur sipil negara yang
bertujuan untuk membangun aparat sipil negara yang memiliki integritas,
profesional dan netral serta bebas dari intervensi politik, juga bebas dari
praktek KKN, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik yang
berkualitas bagi masyarakat.
1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
Pegawai ASN yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas
dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Penekanan peran ini adalah kepada pengaturan profesi pegawai sehingga
diharapkan selalu tersedia sumber daya ASN yang unggul selaras dengan
perkembangan jaman. Adapun asas-asas manajemen ASN, antara lain:
a. Kepastian hukum;
b. Profesionalitas;
c. Proporsionalitas;
d. Keterpaduan;
e. Delegasi;
f. Netralitas;
g. Akuntabilitas;
h. Efektif dan efisien;

18
i. Keterbukaan;
j. Non diskriminatif;
k. Persatuan;
l. Kesetaraan;
m. Keadilan;
n. Kesejahteraan.
2. Pelayanan Publik
Peran Pelayanan Publik adalah segala bentuk pelayanan umum
yang dilaksanakan oleh instansi Pemerintah di pusat, daerah, serta di
lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk barang atau jasa baik dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Adapun prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan
pelayanan prima adalah:
a. Partisipatif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan
masyarakat pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.
b. Transparan
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai
penyelenggara pelayanan publik harus menyediakan akses bagi
warga negara untuk mengetahui segala hal yang terkait dengan
pelayanan publik yang diselenggarakan tersebut.
c. Responsif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib
mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga
negaranya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik
yang mereka butuhkan, mekanisme penyelenggaraan layanan,
jam pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan
pelayanan.
d. Tidak Diskriminatif

19
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak
boleh dibedakan antara satu warga negara dengan warga
negara yang lain atas dasar perbedaan identitas warga negara.
e. Mudah dan Murah
Penyelenggaraan pelayanan publik dimana masyarakat harus
memenuhi berbagai persyaratan dan membayar fee untuk
memperoleh layanan yang mereka butuhkan harus diterapkan
prinsip mudah dan murah. Hal ini perlu ditekankan karena
pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak
dimaksudkan untuk mencari keuntungan melainkan untuk
memenuhi mandat konstitusi.
f. Efektif dan Efisien
Penyelenggaraan pelayan publik harus mampu mewujudkan
tujuan-tujuan yang hendak dicapainya dan cara mewujudkan
tujuan tersebut dilakukan dengan prosedur yang sederhana,
tenaga kerja yang sedikit, dan biaya yang murah.
g. Aksesibel
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus
dapat dijangkau oleh warga negara yang membutuhkan dalam
arti fisik dan dapat dijangkau dalam arti non-fisik yang terkait
dengan biaya dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh
masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut.
h. Akuntabel
Semua bentuk penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat
dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat.
Pertanggungjawaban di sini tidak hanya secara formal kepada
atasan akan tetapi yang lebih penting harus
dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat
luas melalui media publik.
i. Berkeadilan
Penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dijadikan
sebagai alat melindungi kelompok rentan dan mampu

20
menghadirkan rasa keadilan bagi kelompok lemah ketika
berhadapan dengan kelompok yang kuat.
3. Whole Of Government
Dalam peran dan kedudukan Whole of government (WoG)
pendekatan penyelenggaraan pemerintahan diupayakan disatukan dalam
upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam
ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan
pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik.
Pendekatan WoG dapat dilihat dan dibedakan berdasarkan
perbedaan kategori hubungan antara kelembagaan yang terlibat sebagai
berikut:
a. Koordinasi, yang tipe hubungannya dapat dibagi lagi menjadi:
1) Penyertaan, yaitu pengembangan strategi dengan
mempertimbangkan dampak;
2) Dialog atau pertukaran informasi;
3) Joint planning, yaitu perencanaan bersama untuk kerjasama
sementara.
b. Integrasi, yang tipe hubungannya dapat dibagi lagi menjadi:
1) Joint working, atau kolaborasi sementara;
2) Joint ventrure, yaitu perencanaan jangka panjang,
kerjasama pada pekerjaan besar yang menjadi urusan
utama salah satu peserta kerjasama;
3) Satelit, yaitu entitas yang terpisah, dimiliki bersama, dibentuk
sebagai mekanisme integratif.
c. Kedekatan dan pelibatan, yang tipe hubungannya dapat dibagi
lagi menjadi:
1) Aliansi strategis, yaitu perencanaan jangka panjang,
kerjasama pada isu besar yang menjadi urusan utama salah
satu peserta kerjasama;
2) Union, berupa unifikasi resmi, identitas masing-masing
masih nampak; merger, yaitu penggabungan ke dalam
struktur baru.

21
D. Flebitis
1. Pengertian
Flebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan baik
oleh iritasi kimia maupun mekanik yang sering disebabkan oleh
komplikasi dari terapi intravena. Flebitis merupakan suatu
peradangan pada pembuluh darah (vena) yang dapat terjadi
karena adanya injury misalnya oleh faktor (trauma) mekanik
dan faktor kimiawi, yang mengakibatkan terjadinya kerusakan
pada endothelium dinding pembuluh darah. Tujuan pemberian
cairan intravena adalah untuk mengoreksi atau mencegah
gangguan cairan dan elektrolit. Pemberian terapi infus dapat
menimbulkan komplikasi salah satunya flebitis (Asmadi, 2012).
2. Karakteristik
Flebitis dikarakteristikkan dengan adanya dua atau lebih
tanda nyeri, kemerahan, bengkak, indurasi dan serta mengeras
dibagian vena yang terpasang kateter intravena. Flebitis juga
dikarakteristikkan dengan adanya rasa lunak pada area insersi
atau sepanjang vena. Insiden Flebitis meningkat sesuai dengan
lamanya pemasangan , komposisi cairan atau obat yang diinfuskan
(terutama pH dan tonisitasnya, ukuran dan tempat kanula
dimasukkan, pemasangan jalur IV yang tidak sesuai, dan
masuknya mikroorganisme saat penusukan (Alexander, Corrigan,
Gorski, 2010).
3. Tanda dan Gejala Flebitis
Tanda dan gejala Flebitis adalah :
a. Rubor (Kemerah – merahan)
Kulit kemerahan timbul dengan cepat di atas vena.
b. Dolor (Nyeri)
Nyeri yang terlokalisasi.
c. Kalor (Panas)
Panas tubuh cukup tinggi, pada saat di raba tersa hangat.
d. Tumor (Bengkak)

22
Pembengkakan / oedema dengan kulit yang pucat
e. Fungsi laesa (perubahan fungsi).
Tidak berfungsinya / penurunan fungsi organ tubuh.
4. Bahaya Flebitis
Flebitis dapat menyebabkan thrombus yang selanjutnya
menjadi trombo Flebitis ,perjalanan penyakit ini biasanya jinak,
tapi walaupun demikian jika thrombus terlepas dan kemudian
diangkut ke aliran darah dan masuk jantung maka dapat
menimbulkan seperti katup bola yang menyumbat atrio ventikular
secara mendadak dan menimbulkan kematian. Hal ini menjadikan
Flebitis sebagai salah satu permasalahan yang penting untuk
dibahas di samping Flebitis juga sering ditemukan dalam proses
keperawatan (Alexander, Corrigan, Gorski, 2010).
5. Mencegah dan Mengatasi Flebitis
a. Mencegah flebitis bakterial
Pedoman ini menekankan kebersihan tangan, teknik
aseptik, perawatan daerah infus serta antisepsis kulit. Walaupun
lebih disukai sediaan chlorhexidine-2%, tinctura yodium , iodofor
atau alkohol 70% juga bisa digunakan.
b. Selalu waspada dan jangan meremehkan teknik aseptik.
Stopcock sekalipun (yang digunakan untuk penyuntikan
obat atau pemberian infus IV, dan pengambilan sampel darah)
merupakan jalan masuk kuman yang potensial ke dalam tubuh.
Pencemaran stopcock lazim dijumpai dan terjadi kira-kira 45 –
50% dalam serangkaian besar kajian.
c. Rotasi kanula
Mengganti tempat (rotasi) kanula ke lengan kontralateral
setiap hari pada 15 pasien menyebabkan bebas flebitis. Namun,
dalam uji kontrol acak. Disimpulkan bahwa kateter bisa dibiarkan
aman di tempatnya lebih dari 72 jam jika tidak ada kontraindikasi.
d. Laju pemberian

23
Para ahli umumnya sepakat bahwa makin lambat infus
larutan hipertonik diberikan makin rendah risiko flebitis. Namun,
ada paradigma berbeda untuk pemberian infus obat injeksi
dengan osmolaritas tinggi. Osmolaritas boleh mencapai 1000
mOsm/L jika durasi hanya beberapa jam. Durasi sebaiknya
kurang dari tiga jam untuk mengurangi waktu kontak campuran
yang iritatif dengan dinding vena. Ini membutuhkan kecepatan
pemberian tinggi (150 – 330 mL/jam). Vena perifer yang paling
besar dan kateter yang sekecil dan sependek mungkin
dianjurkan untuk mencapai laju infus yang diinginkan, dengan
filter 0.45 mm. Kanula harus diangkat bila terlihat tanda dini nyeri
atau kemerahan. Infus relatif cepat ini lebih relevan dalam
pemberian infus juga sebagai jalan masuk obat, bukan terapi
cairan maintenance atau nutrisi parenteral.
e. Titrable acidity
Titratable acidity dari suatu larutan infus tidak pernah
dipertimbangkan dalam kejadian flebitis. Titratable acidity
mengukur jumlah alkali yang dibutuhkan untuk menetralkan pH
larutan infus. Potensi flebitis dari larutan infus tidak bisa ditaksir
hanya berdasarkan pH atau titrable acidity sendiri.
f. In-line filter
In-line filter dapat mengurangi kekerapan flebitis tetapi
tidak ada data yang mendukung efektivitasnya dalam mencegah
infeksi yang terkait dengan alat intravaskular dan sistem infus.
g. Heparin & hidrokortison
Heparin sodium, bila ditambahkan ke cairan infus sampai
kadar akhir 1 unit/mL, mengurangi masalah dan menambah
waktu pasang kateter. Risiko flebitis yang berhubungan dengan
pemberian cairan tertentu (misal, kalium klorida, lidocaine, dan
antimikrobial) juga dapat dikurangi dengan pemberian aditif IV
tertentu, seperti hidrokortison. Pada uji klinis dengan pasien
penyakit koroner, hidrokortison secara bermakna mengurangi

24
kekerapan flebitis pada vena yg diinfus lidokain, kalium klorida
atau antimikrobial. Pada dua uji acak lain, heparin sendiri atau
dikombinasi dengan hidrokortison telah mengurangi kekerapan
flebitis, tetapi penggunaan heparin pada larutan yang
mengandung lipid dapat disertai dengan pembentukan endapan
kalsium.
h. Kompres Hangat/ kompes dingin

Flebitis merupakan inflamasi yang terjadi pada vena yang bisa

menimbulkan kemerahan, bengkak dan nyeri. Salah satu cara

mencegah terjadinya flebitis dan mengurangi nyeri yaitu dengan

kompres air hangat. Jenis kompres air hangat yang diberikan yaitu

kompres air hangat secara kering. Kompres air hangat secara kering

dapat menahan suhu lebih lama daripada kompres air hangat basah,

selain itu mempunyai sedikit resiko membuat kulit terbakar. kompres

hangat merupakan tindakan untuk menurunkan nyeri dengan

memberikan energi panas melalui proses konduksi, di mana panas

tersebut dapat menyebabkan vasodilatasi (pelebaran pembuluh

darah) sehingga menambah pemasukan oksigen, nutrisi dan leukosit

darah yang menuju ke jaringan tubuh. Akibat positif yang ditimbulkan

adalah memperkecil inflamasi, menurunkan kekakuan nyeri otot serta

mempercepat penyembuhan jaringan lunak (Asmadi, 2012).

Keterlibatan perawat dalam pemberian terapi infus memiliki

implikasi tanggung jawab dalam mencegah terjadinya komplikasi

plebitis dan ketidaknyamanan pada pasien, terutama dalam hal

25
keterampilan pemasangan kanula secara aseptik dan tepat, sehingga

mengurangi risiko terjadinya kegagalan pemasangan, selain itu juga

harus menguasai tentang regimen pengobatan. Pemindahan lokasi

penusukan dengan terencana setiap48 jam secara signifikan

mengurangi insiden plebitis infus. Oleh karena itu perlu

dipertimbangkan untuk pemindahan lokasi pemasangan yang tepat

sehingga angka kejadian plebitis dapat dikurangi (Asmadi, 2012).

26
BAB III
TUGAS UNIT KERJA DAN TUGAS PESERTA

A. Profil Unit Kerja

Gambar 3.1 Instalasi Gawat Darurat RSUD RAA Soewondo

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) RAA Soewondo Pati


terletak di Jl. Dr. Susanto No 114 Dukuh Ngipik Desa Kutoharjo, Pati.
RSUD RAA Soewondo merupakan rumah sakit pendidikan milik
pemerintah tipe B. Rumah sakit umum mer upakan rumah sakit yang
dapat memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan
jenis penyakit. Sedangkan rumah sakit pendidikan merupakan rumah
sakit yang menyelenggarakan pendidikan dan penelitian secara
terpadu dalam bidang pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan
pendidikan tenaga kesehatan lainnya, untuk dapat ditetapkan sebagai
rumah sakit pendidikan harus memenuhi persyaratan dan standar
rumah sakit pendidikan, dan dapat ditetapkan oleh menteri setelah
berkoordinasi dengan menteri yang membidangi urusan pendidikan.

27
1. Dasar Hukum Pembentukan Organisasi
Menurut Undang-Undang No 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat. Rumah sakit bertugas memberikan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna, berarti bahwa pelayanan
yang tersedia meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Untuk menjalankan tugasnya, rumah sakit memiliki fungsi
antara lain : a). Menyelenggarakan pelayanan pengobatan dan
pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah
sakit; b) memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan
melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan
ketiga sesuai kebutuhan medis; c) menyelenggarakan pendidikan
dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan
kemampuan dalam pemberian pelayana kesehatan; dan d)
menyelenggarakan penelitian dan pengembangan serta pnapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan.
RSUD RAA Soewondo Pati berstatus sebagai rumah sakit
milik Pemerintah Kabupaten Pati. Tanggung jawab pemerintah dan
pemerintah daerah yang diatur dalam UU No 44 Tahun 2019,
antara lain : a) menyediakan rumah sakit berdasarkan kebutuhan
masyarakat; b) menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan di
rumah sakit bagi fakir miskin, atau orang tidak mampu sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan; c) membina dan
mengawasi penyelenggaraan rumah sakit; d) memberikan
perlindungan kepada rumah sakit agar dapat memberikan
pelayanan kesehatan secara profesional dan bertanggung jawab;
e) memberikan perlindungan kepada masyarakat pengguna jasa
pelayanan rumah sakit sesuai dengan ketentuan peraturan

28
perundang-undangan; f) menggerakkan peran serta masyarakat
dalam pendirian rumah sakit sesuai dengan jenis pelayanan yang
dibutuhkan masyarakat; g) menyediakan informasi kesehatan yang
dibutuhkan masyarakat; h) menjamin pembiayaan pelayanan
kegawatdaruratan di rumah sakit akibat bencana dan kejadian luar
biasa; i) menyediakan sumber daya manusia yang dibutuhkan; j)
mengatur pendistribusian dan penyebaran alat kesehatan
berteknologi tinggi dan bernilai tinggi. Tanggung jawab tersebut
dilakukan berdasarkan kewenangan sesuai peraturan perundang-
undangan.
2. Sejarah
RSUD RAA Soewondo Pati dibangun mulai tahun 1992,
sumber dana pembangunan berasal dari Bupati Pati (RAA
Soewondo), Sekretaris Daerah Kabupaten Pati (Aris Munandar),
Penasehat Rumah Sakit (dr. Beerfoed) dan sumbangan
masyarakat. RSUD RAA Soewondo yaitu satu dari sekian RS milik
Pemkab Pati yang bermodel RSU, diurus oleh Pemda Kabupaten
dan tercatat kedalam Rumah Sakit Tipe B. RS ini telah terdaftar
mulai 30/09/2011 dengan Nomor Surat ijin 445/13/2012 dan
Tanggal Surat ijin 28/03/2012 dari Gubernur Jawa Tengah dengan
Sifat Perpanjang, dan berlaku sampai 27 Maret 2017. Sesudah
menjalani proses Akreditasi RS Seluruh Indonesia dengan proses
Pentahapan III (16 Pelayanan) akhirnya diberikan status Lulus
Paripurna.
3. Falsafah, Visi, Misi, Tujuan, Motto, dan Tata Nilai
Rumah sakit memberikan pelayanan kesehatan paripurna
serta membina jaringan rujukan guna meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
a. Visi
Rumah sakit pendidikan dengan pelayanan paripurna yang
menjadi kebanggaan masyarakat.

29
b. Misi
1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya rumah
sakit.
2) Memberikan pelayanan secara cepat, tepat, dan aman,
dilandasi moral dan etika profesi yang berorientasi pada
keselamatan pasien.
3) Menyediakan pendidikan, pelatihan, dan memfasilitasi
penelitian yang berkualitas.
4) Mewujudkan pengelolaan rumah sakit dengan prinsip efektif
dan efisien
5) Meningkatkan kesejahteraan dan kepuasan karyawan.
c. Tujuan
1) Terwujudnya rumah sakit yang mempunyai fasilitas memadai
serta memiliki sumber daya manusia yang profesional.
2) Terwujudnya pelayanan kesehatan prima dengan biaya yang
terjangkau oleh masyarakat serta memberikan kepuasan bagi
pengguna jasa rumah sakit.
3) Terwujudnya rumah sakit yang berperan aktif dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
4) Terciptanya iklim kondusif yang menunjang daya saing rumah
sakit.
5) Terwujudnya rumah sakit sebagai rumah sakit pendidikan,
pelatihan, dan penelitian berkualitas.
d. Motto
Kesembuhan dan Kepuasan Anda adalah Kebahagiaan Kami.
e. Tata Nilai
1) Keramahan
2) Kecepatan pelayanan
3) Kerja keras
4) Kebersamaan dan
5) Optimis

30
4. Layanan
a. Rawat Jalan
Jam pelayanan pendaftaran rawat jalan adalah sebagai berikut :
Senin – Kamis : jam 07:30 – 11:00 WIB
Jumat : jam 07:30 – 10:00 WIB
Sabtu : jam 07:30 – 10:30 WIB
Layanan Klinik yang dimiliki RSUD RAA Soewondo Pati antara
lain :
1) Klinik Anak
2) Klinik Penyakit Dalam
3) Klinik Penyakit Paru
4) Klinik Bedah Umum
5) Klinik Bedah Ortopedi
6) Klinik Kebidanan dan Kandungan
7) Klinik Penyakit Kulit dan Kelamin
8) Klinik THT
9) Klinik Mata
10) Klinik Syaraf
11) Klinik Gigi
12) Klinik Rehabilitasi Medis
13) Klinik Gizi
14) Klinik Nyeri
15) Klinik Jantung
16) Klinik Edukasi DM
17) Klinik VCT
18) Klinik Jiwa
19) Klinik Tumbuh Kembang
20) Klinik Geriatri
21) Klinik Akupuntur
22) Klinik Kosmetik Medik
23) Klinik Gigi Anak

31
b. Rawat Inap
Fasilitas rawat inap di RSUD RAA Soewondo memiliki 24
ruang yang terbagi atas ruangan non kelas, kelas tiga, kelas dua,
kelas satu, kelas VIP, dan kelas VVIP serta ruang
ICU/NICU/PICU dan ruang perinatologi.
1) Profil Ruang Melati

Gambar 3.2 Kondisi Ruang Melati RSUD RAA Soewondo Pati

Ruang melati merupakan ruang rawat inap isolasi


khusus untuk memberikan pelayanan keperawatan pasien
dengan kasus infeksius airborne, TBC, maupun suspect TBC,
dan ulkus gangren. Ruang melati terletak di belakang ruang
cempaka dan dahlia yang dilengkapi peralatan yang cukup
mendukung. Ruang melati merupakan ruang rawat inap untuk
memberikan pelayanan pasien infeksius dengan kapasitas 26
tempat tidur yang terdiri dari :
a) 2 tempat tidur kelas utaama (VIP)
b) 2 tempat tidur kelas satu

32
c) 4 tempat tidur isolasi airborne (non kelas)
d) 4 tempat tidur kelas dua (isolasi TB)
e) 4 tempat tidur kelas tiga (isolasi TB)
f) 2 tempat tidur isolasi TB-RO
g) 2 tempat tidur kelas dua untuk pasien ulkus gangren dan
atau difteri
h) 6 tempat tidur kelas tiga untuk pasien ulkus gangren
.
Sebagai ruang rawat inap isolasi khusunya pasien kasus
TBC dan Ulkus DM maka ruang melati didesain sedemikian rupa
sehingga sirkulasi udara sangat baik dan untuk mencegah
terjadinya penularan, petugas maupun pasien dan keluarga
diwajibkan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) serta menaati
peraturan yang berlaku. Ruang perawat berada di tengah-tengah
kamar pasien. Sehingga diharapkan menjamin terwujudnya asuhan
keperawatan yang bermutu, efektif, dan komprehensif. Selain itu
juga perlu dilakukan strategi untuk memberikan pelayanan guna
meminimalisir komplain pasien. Oleh karena itu perlu dibuat
program kerja agar semua kegiatan yang ada di bangsal berjalan
terarah dan berkesinambungan sesuai dengan program kerja
bidang keperawatan.
c. Layanan Penunjang
Layanan penunjang yang dimiliki oleh RSUD RAA. Soewondo Pati
antara lain :
1) Instalasi Farmasi
2) Instalasi Radiologi
3) Instalasi Bedah Sentral
4) Instalasi Kamar Bersalin
5) Instalasi Rehabilitasi Medis
6) Instalasi Pelayanan Canggih
7) Pelayanan Hemodialisa
8) Instalasi Gizi

33
9) Instalasi Anestesi
10) Instalasi Laundry dan Linen
11) Instalasi Sterilisasi (CSSD)
12) Instalasi Sanitasi
13) Instalasi Pemulasaraan Jenazah
14) Instalasi Perinatologi
15) Instalasi Perawatan Intensif
16) Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit
17) Instalasi Pendidikan dan Latihan
18) Instalasi PKRS
d. Layanan 24 jam
Fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di RSUD RAA
Sowondo selama 24 jam dalam 7 hari antara lain:
1) Instalasi Laboratorium
2) Pelayanan Intensive Care Unit
3) Instalasi Gawat Darurat
4) Pelayanan PICU-NICU

34
5. Struktur Organisasi

DIREKTUR

dr. SUWORO NURCAHYONO, M.Kes


NIP. 19600921 198803 1 007

WADIR ADMINISTRASI DAN WADIR PELAYANAN


KEUANGAN
H. PIRNO,S.Sos.MM
dr. JOKO SUBIYONO,MM
NIP. 19630410 198511 1 001
NIP. 19640804 199011 1 002

Bagian Tata Usaha Bagian Program & SIM Bagian Keuangan Bidang Pelayanan Bidang Keperawatan Bidang Penunjang
KIKI APRIYANTI,S.STP.M.Si MUJIANTO,S.KM,M.Kes MARTONO,S.H dr. SLAMET SUTARYO,MM WARJI,S.Kep.Ns.MM SARWI, S.KM.MM
NIP. 19830414 200112 2 003 NIP. 19640515 198611 1 001 NIP. 19650414 199403 1 005 NIP. 19741026 200604 1 006 NIP. 19701116 199803 1 003 NIP. 19660818 199003 1 010

Sub Bagian Umum Sub Bagian Perenc& Evaluasi Sub Bagian Akunt & Verif Seksi Pelayanan Rajal Seksi Keperawatan Rajal Seksi Penunjang Medik
ANNA FARHANAH Y,SP.MM SUHADI,S.Kom,MM SUSILOWATI,S.E MUCHTI TRI W,S.Kep.Ns.MM LILYS PUJI Y,S.Kep.Ns MUSTAHAL,S.Kep,M.Kes
NIP. 19750626 200701 2 009 NIP. 19790627 200312 1 005 NIP. 19750411 200604 2 017 NIP. 19670203 198903 2 005 NIP. 19820822 200903 1 007 NIP. 19760228 200212 1 009

Sub Bagian Hukum&Humas Sub Bagian SIM & RM Seksi Pelayanan Ranap Seksi Keperawatan Ranap Seksi Penunjang Non Medik
Sub Bagian Perbendaharaan
SUBAGYO,S.H SUTIKNO,S.T SITI RAHAYU,S.Kep.Ns.MM SARTONO,S.Kep.Ns AGUS SUTOPO,SKM
SOEGIHARTI,S.Sos, M.Si
NIP. 19640912 199303 1 006 NIP. 19771129 199803 1 003 NIP. 19740411 199803 2 005 NIP. 19770614 199803 1 004 NIP. 19780103 200604 1 014
NIP. 19710311 199903 2 003

Sub Bagian Kepegawaian Sub Bagian MOBDAN


AGUSTIN S, S.STP FITRI WULANDARI,S.E
NIP. 19810830 199912 2 001 NIP. 19780907 200501 2 013

Gambar 3.3 Struktur Organisasi RSUD RAA Soewondo Pati

35
B. Tugas Jabatan Peserta Diklat
Berikut ini adalah rincian kegiatan perawat ahli pertama
a. Rincian Kegiatan Perawat Ahli Pertama (Permenpan, 2014)
1) Melakukan pengkajian keperawatan dasar pada masyarakat;
2) Melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada individu;
3) Melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada keluarga;
4) Memberikan konsultasi data pengkajian keperawatan
dasar/lanjut;
5) Merumuskan diagnosa keperawatan pada individu;
6) Membuat prioritas diagnosa keperawatan;
7) Merumuskan tujuan keperawatan pada individu dalam rangka
menyusun rencana tindakan keperawatan;
8) Merumuskan tujuan keperawatan pada keluarga dalam rangka
menyusun rencana tindakan keperawatan;
9) Menetapkan tindakan keperawatan pada individu dalam rangka
menyusun rencana tindakan keperawatan;
10) Menetapkan tindakan keperawatan pada keluarga dalam
rangka menyusun rencana tindakan keperawatan;
11) Melakukan stimulasi tumbuh kembang pada individu dalam
rangka melakukan upaya promotif;
12) Memfasilitasi adaptasi dalam hospitalisasi pada individu dalam
rangka melakukan upaya promotif;
13) Melaksanakan case finding/deteksi dini/ penemuan kasus baru
pada individu dalam rangka melakukan upaya promotif;
14) Melakukan support kepatuhan terhadap intervensi kesehatan
pada individu;
15) Melakukan pendidikan kesehatan pada individu pasien;
16) Mengajarkan keluarga untuk meningkatkan kesehatan anggota
keluarganya;
17) Mengajarkan teknik kontrol infeksi pada keluarga dengan
penyakit menular;
18) Melakukan pendidikan kesehatan pada kelompok;

36
19) Melakukan peningkatan/ penguatan kemampuan sukarelawan
dalam meningkatkan masalah kesehatan masyarakat dalam
rangka melakukan upaya promotif;
20) Melakukan pendidikan kesehatan pada masyarakat;
21) Melakukan manajemen inkontinen urine dalam rangka
pemenuhan kebutuhan eliminasi;
22) Melakukan manajemen inkontinen faecal dalam rangka
pemenuhan kebutuhan eliminasi;
23) Melakukan upaya membuat pasien tidur;
24) Melakukan relaksasi psikologis;
25) Melakukan tatakelola keperawatan perlindungan terhadap
pasien dengan risiko trauma/injury;
26) Melakukan manajemen febrile neutropeni;
27) Melakukan komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan
keperawatan;
28) Memfasilitasi pasien dalam pemenuhan kebutuhan spiritual
dalam rangka tindakan keperawatan yang berkaitan dengan
ibadah;
29) Melakukan pendampingan pada pasien menjelang ajal (dying
care);
30) Memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dan aman;
31) Mengambil sampel darah melalui arteri, pulmonari arteri, cvp
dalam rangka tindakan keperawatan spesifik terkait kasus dan
kondisi pasien;
32) Merawat pasien dengan WSD;
33) Memantau pemberian elektrolit kosentrasi tinggi;
34) Melakukan resusitasi bayi baru lahir;
35) Melakukan tatakelola keperawatan pada pasien dengan
kemoterapi (pre, intra, post);
36) Melakukan perawatan luka kanker;
37) Melakukan penatalaksanaan ekstravasasi;
38) Melakukan rehabilitasi mental spiritual pada individu;

37
39) Melakukan perawatan lanjutan pasca hospitalisasi/bencana
dalam rangka melakukan upaya rehabilitatif pada keluarga;
40) Memberikan perawatan pada pasien menjelang ajal sampai
meninggal;
41) Memberikan dukungan dalam proses kehilangan, berduka dan
kematian;
42) Melakukan penatalaksanaan manajemen gejala;
43) Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada individu;
44) Memodifikasi rencana asuhan keperawatan;
45) Melakukan dokumentasi perencanaankeperawatan;
46) Melakukan dokumentasi pelaksanaantindakan keperawatan;
47) Melakukan dokumentasi evaluasikeperawatan;
48) Menyusun rencana kegiatan individuperawat;
49) Melakukan preseptorship dan mentorship;
50) Melaksanakan fungsi pengarahanpelaksanaan pelayanan
keperawatan sebagaiketua tim/perawat primer;
51) Melaksanakan kegiatan bantuan/partisipasikesehatan;
52) Melaksanakan tugas lapangan di bidangkesehatan;
53) Melaksanakan penanggulangan penyakit/wabah tertentu; dan
54) melakukan supervisi lapangan.
b. Uraian Tugas Pekerjaan Pelaksana Perawatan dan Anggota Tim
Ruang Melati
1) Melaksanakan kegiatan keperawatan/kebidanan yang telah
direncanakan ketua tim.
2) Mendokumentasikan kegiatan keperawatan yang telah
dilakukan.
3) Membantu ketua tim melakukan pengkajian, menentukan
diagnosa keperawatan dan membuat rencana keperawatan.
4) Membantu ketua tim mengevaluasi hasil keperawatan.
5) Membantu/bersama ketua tim mengorientasikan pasien baru.
6) Mengganti tugas pembantu keperawatan bila perlu.
7) Bersama ketua tim mengkuti visite dokter.

38
8) Melaksanakan asuhan keperawatan yang tertera dalam
rencana keperawatan dengan teliti, termasuk program
pengobatan.
9) Melaporkan secara tepat dan akurat tentang asuhan yang
dilakukan dan respon pasien.
10) Mencatat semua tindakan keperawatan yang telah dilakukan
dan tanda tangan.
c. Kewenangan Klinis
Berikut ini merupakan kewenangan perawat klinik 1 medikal
bedah, antara lain :
1. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Mendokumentasikan tanda-tanda vital pada kurva harian.
b. Terlaksananya pengkajian pasien.
c. Teridentifikasinya masalah keperawatan pasien.
d. Terencananya asuhan keperawatan pasien.
e. Terbantunya intervensi spesifik keperawatan.
f. Terlaksananya evaluasi asuhan keperawatan.
g. Terdokumentasinya asuhan keperawatan.
2. Penerimaan pasien baru dan kegiatan keperawatan untuk
memfasilitasi kesinambungan pelayanan
a. Penerimaan pasien baru.
b. Menyiapkan pasien pulang.
3. Mengukur tanda-tanda vital
a. Mengukur suhu badan melalui axilla.
b. Mengukur suhu badan melalui telinga.
c. Mengukur suhu badan memakai termometer infra red/ dahi.
d. Mengukur tekanan darah.
e. Menghitung denyut nadi dan pernapasan.
4. Memenuhi kebutuhan oksigenasi
a. Memasang OPA
b. Melepaskan OPA
c. Pemberian oksigen dengan nasal canule (kolaborasi)

39
d. Pemberian oksigen dengan simple mask (Kolaborasi)
e. Memberikan inhalasi (Kolaborasi)
5. Memenuhi kebutuhan sirkulasi
a. Melakukan clapping vibrasi
b. Memenuhi resusitasi jantung patu (kolaborasi)
6. Memelihara integritas jaringan
a. Melakukan massage pada area tubuh yang tertekan
b. Melakukan pengkajian integumen
c. Melakukan perawatan luka kecil
7. Memenuhi kebutuhan nutrisi
a. Memfasilitasi makan pada pasien yang tidak mampu makan
sendiri.
b. Memfasilitasi pasien yang mampu makan sendiri.
c. Mendokumentasikan jumlah makanan yang dihabiskan
pasien.
d. Menimbang berat badan
e. Mengukur lingkar lengan
f. Memberikan nutrisi via NGT (kolaborasi)
8. Memenuhi kebutuhan eliminasi
a. Menolong pasien BAK di tempat tidur
b. Menolong pasien BAB di tempat tidur
c. Memasang kondom kateter
d. Memberi huknah tinggi (kolaborasi)
e. Memberi huknah rendah (kolaborasi)
f. Memberi glicerin spuit (kolaborasi)
g. Melakukan vulva hygiene (kolaborasi)
9. Memenuhi kebutuhan keamanan dan keselamatan
a. Mencuci tangan
b. Memasang dan melepas masker
c. Memasang dan melepas sarung tangan steril
d. Melakukan af infus
e. Melakukan af kateter

40
f. Melakukan af NGT
g. Mengambil sampel darah vena
h. Identifikasi pasien
i. Komunikasi efektif
j. Melakukan persiapan operasi kecil
k. Melakukan persiapan operasi sedang
l. Pelabelan pemeriksaan/ tindakan triase di IGD
10. Memenuhi kebutuhan kebersihan diri dan lingkungan
a. Memfasilitasi pasien mandi di tempat tidur
b. Menyikat gigi pasien
c. Merawat gigi palsu
d. Membersihkan mulut pasien tidak sadar
e. Menyisir rambut pasien
f. Mengganti pakaian pasien
g. Mengganti alat tenun
h. Mengganti alat tenun dengan pasien di atasnya
i. Mencuci rambut pasien di tempat tidur
j. Memotong kuku pasien
k. Menjaga kebersihan lingkungan pasien
l. Melakukan vulva hygiene
11. Memenuhi kebutuhan aktivitas dan latihan
a. Mengatur posisi semi fowler
b. Mengatur posisi sym
c. Mengatur posisi trendelenburg
d. Mengatur posisi dorsal recumbent
e. Mengatur posisi litotomi
f. Memiringkan pasien
g. Memfasilitasi pasien pindah dari tempat tidur ke kereta
dorong atau sebaliknya
h. Memfasilitasi pasien yang pindah sendiri ke kereta dorong
dan sebaliknya

41
i. Memfasilitasi pasien pindah dari tempat tidur ke kursi roda
atau sebaliknya
j. Memfasilitasi pasien pindah dari mobil ke kereta dorong atau
sebaliknya
12. Memenuhi kebutuhan rasa nyaman : bebas nyeri
a. Memberi kompres hangat
b. Memberi buli-buli panas
c. Memberi kompres dingin
13. Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit
a. Memasang infus pump
b. Melakukan pendokumentasian intake output
c. Pengendalian cairan dan obat hiperkonsentrat
d. Mengganti cairan infus (kolaborasi)
e. Menghitung tetesan infus (kolaborasi)
14. Memenuhi kebutuhan belajar
a. Pendidikan kesehatan tentang manajemen nyeri
b. Pendidikan kesehatan teknik rehabilitasi
15. Memenuhi kebutuhan pemberian obat yang aman dan tepat
a. Pengawas menelan obat
b. Memberi obat per oral (kolaborasi)
c. Memberi obat per IV langsung (kolaborasi)
d. Memberi obat per IV tidak langsung (kolaborasi)
e. Memberikan nutrisi parenteral (kolaborasi)
f. Memberi obat per IM (kolaborasi)
g. Memberi obat per SC (kolaborasi)
h. Memberi obat per IC (kolaborasi)
i. Memberi obat sublingual (kolaborasi)
j. Memberi obat tetes (kolaborasi)
k. Memberi obat supositoria (kolaborasi)
l. Memberikan obat melalui kulit/topical obat-obatan
emergency (kolaborasi)
m. Pengobatan TB (kolaborasi)

42
16. Memenuhi kebutuhan spiritual
a. Memfasilitasi pasien untuk beribadah
17. Memfasilitasi pemeriksaan penunjang
a. Memfasilitasi pasien untuk pemeriksaan urin
b. Memfasiltasi pasien untuk pemeriksaan feses
c. Memfasilitasi pasien untuk fisioterapi
d. Memfasilitasi pasien untuk tindakan radiologi
e. Memfasilitasi pasien untuk konsultasi
f. Menyiapkan pasien untuk tindakan diagnostik
g. Mengambil sampel darah perifer (kolaborasi)
h. Mengambil sampel darah vena (kolaborasi)
18. Memenuhi kebutuhan perasaan kehilangan, menjelang ajal,
dan menghadapi kematian
a. Memfasilitasi pasien untuk beribadah

C. Role Model

Gambar 3.4 dr. Suworo Nur Cahyono, M.Kes


Direktur RSUD RAA Soewondo dr. Suworo Nur Cahyono,
M.Kes dipilih sebagai role model karena kepemimpinan (Akuntabilitas)
beliau yang dinilai luar biasa dan membawa perubahan pelayanan
kesehatan RSUD RAA Soewondo. Berbagai inovasi dilakukan dalam
memperbaiki kinerja pegawai (Komitmen Mutu) . Beliau juga dikenal
sebagai pemimpin yang disiplin dan secara tegas akan menindak

43
semua pegawai yang kinerjanya dinilai kurang memenuhi target (Etika
Publik). Beliau juga sangat berkomitmen untuk meningkatkan
pelayanan publik guna memuaskan masyarakat. Hal ini ditunjukkan
dengan penambahan sarana dan prasarana (Komitmen mutu) yang
dinilai sangat bermanfaat misalnya dibukanya poliklinik baru dan
ruang perawatan baru.
Di bawah kepemimpian beliau, RSUD RAA Soewondo Pati
berhasil memperoleh akreditasi paripurna dalam penilaian KARS
(Komitmen Mutu). Nilai anti korupsi yang dapat dipelajari dari beliau
adalah berani untuk menjadikan kawasan RSUD RAA Soewondo Pati
sebagai zona integritas wilayah bebas korupsi (Anti Korupsi).

44
BAB IV
RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI

A. Rancangan Kegiatan Aktualisasi yang Berkaitan dengan Nilai


ANEKA
Tabel 4.1 Rancangan Pemecahan Isu
Judul : Optimalisasi Pencegahan Flebitis Pada Pasien Di Ruang
Melati RSUD RAA. Soewondo Kabupaten Pati
Identifikasi Isu : 1. Belum optimalnya Pencegahan Flebitis pada
Pasien di Ruang Melati RSUD RAA. Soewondo
Kabupaten Pati
2. Kurangnya kapatuhan pegawai RS dalam
melakukan cuci tangan
3. Belum optimalnya sarana-prasarana ventilasi
pengendalian infeksi
4. Kurangnya kapatuhan pegawai RS dalam tindakan
aseptic
5. Kurangnya sosialisasi kepada pasien mengenai cairan
infuse
Isu yang Diangkat : Belum Optimalnya Pencegahan Flebitis pada Pasien di
Ruang Melati RSUD RAA. Soewondo Pati.
Gagasan yang : Optimalisasi Pencegahan Flebitis pada Pasien di Ruang
Diangkat Melati RSUD RAA. Soewondo Pati (SKP)
(Sumber: data dielaborasi penulis, 2019)

Gagasan Pemecahan Isu:

1. Demonstrasi penanganan Flebitis dengan kompres hangat (SKP)


2. Edukasi terhadap pasien dan keluarga pada pasien yang terpasang
infus mengenai pemberian terapi cairan .(SKP)
3. Demonstrasi Mobilitas/ aktivitas pasien.(SKP)
4. Observasi kepatuhan kebersihan tangan.(SKP)
5. Pengoptimalan transparan dressing. (SKP)
6. Observasi dan perawatan infus 3 x 24 jam. (SKP)

45
Tabel 4.1 Rancangan Kegiatan Aktualisasi
No Output / Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Visi Misi Penguatan Nilai
Kegiatan Tahapan Kegiatan
. Hasil Kegiatan Mata Pelatihan Organisasi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
1 Demonstrasi Terlaksananya Kegiatan ini sesuai dengan visi Pelaksanaan
Demonstrasi RSUD RAA. Soewondo Pati yaitu demonstrasi
penanganan
tentang sebagai Rumah Sakit pendidikan dilaksanakan
Flebitis dengan penanganan dengan pelayanan paripurna yang sebagai sarana
Flebitis
kompres hangat menjadi kebanggaan masyarakat. pembelajaran
Konsultasi dengan Menerima Saya melakukan
konsultasi(Komitmen
(Learning) dalam
Mentor arahan terkait Dan juga Kegiatan ini berkontribusi tercapainya
Mutu) dengan atasan
kegiatan yang untuk bermusyawarah pada misi ke-3 Menyediakan pencegahan flebitis .
(Nasionalisme) dengan pendidikan, pelatihan, dan
akan
sikap hormat dan memfasilitasi penelitian yang Melalui kegiatan
dilaksanakan santun (Etika Publik) berkualitas. Demonstrasi ini,
untuk mendapatkan Untuk mewujudkan visi Rumah saya
kemufakatan.Mampu sakit pendidikan dengan pelayanan mengaplikasikan
menjalankan tugas paripurna yang menjadi kebanggan senyum, salam,
dengan profesional sapa agar selama
masyarakat
(Etika Publik)
1. sosialisasi
Mempersiapkan Tersusunnya Sikap ketelitian, berlangsung tidak
SAP draft SAP keefektifitas, dan memperoleh banyak
keefisiensi penulisan
komplain, dan
pedoman sesuai
dengan nilai penerima pesan bisa
(Komitmen Mutu) meluangkan
Menyampaikan Terlaksananya Sikap jujur dan adil waktunya untuk
demonstrasi dengan demonstrasi dalam menyampaikan mendengarkan lebih
jujur dan adil yang jujur dan demonstrasi akan lama. Dengan
adil mengamalkan nilai Anti demikian kegiatan
Korupsi ini memperkuat nilai
46
No Output / Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Visi Misi Penguatan Nilai
Kegiatan Tahapan Kegiatan
. Hasil Kegiatan Mata Pelatihan Organisasi Organisasi
keramahan
2 Edukasi terhadap Terlaksananya Kegiatan ini sesuai dengan visi Pelaksanaan
pasien dan Edukasi kepada RSUD RAA. Soewondo Pati yaitu edukasi
keluarga pada pasien dan sebagai Rumah Sakit pendidikan dilaksanakan
pasien yang keluarga dengan pelayanan paripurna yang sebagai sarana
terpasang infus Konsultasi dengan Menerima Saya melakukan menjadi kebanggaan masyarakat. pembelajaran
mengenai konsultasi (Komitmen
pemberian terapi Mentor arahan terkait (Learning) dalam
Mutu) dengan atasan
cairan . Dan juga Kegiatan ini berkontribusi tercapainya
kegiatan yang untuk bermusyawarah
(Nasionalisme) dengan
pada misi ke-3 Menyediakan pencegahan flebitis .
akan pendidikan, pelatihan, dan
sikap hormat dan
dilaksanakan santun (Etika Publik) memfasilitasi penelitian yang Melalui kegiatan
untuk mendapatkan berkualitas. Edukasi ini, saya
kemufakatan. Mampu Untuk mewujudkan visi Rumah mengaplikasikan
menjalankan tugas sakit pendidikan dengan pelayanan senyum, salam,
dengan profesional paripurna yang menjadi kebanggan sapa agar selama
(Etika Publik) masyarakat sosialisasi
Kontrak waktu Disetujuinya Kontrak waktu berlangsung tidak
dengan pasien dan waktu dilakukaan agar efektif memperoleh banyak
keluarga pelaksanaan & efisien dalam
komplain, dan
edukasi kegiatan edukasi.
Efektif & efisien penerima pesan bisa
merupakan nilai meluangkan
Komitmen Mutu waktunya untuk
Menyusun materi Tersusunnya Sikap jelas dan mendengarkan lebih
edukasi dengan materi edukasi berkesinambungan lama. Dengan
jelas dan yang jelas dan dalam menyusun materi demikian kegiatan
berkesinambungan berkesinambun edukasi mengamalkan ini memperkuat nilai
gan nilai Akuntabilitas keramahan
Melaksanakan Pasien dan Menyampaikan
47

kegiatan dengan keluarga akan informasi secara


No Output / Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Visi Misi Penguatan Nilai
Kegiatan Tahapan Kegiatan
. Hasil Kegiatan Mata Pelatihan Organisasi Organisasi
menyampaikan memperoleh professional & tanpa
informasi secara pengetahuan memihak merupakan
professional dan pengamalan nilai Etika
tanpa memihak Publik . Sikap jujur
dan adil dalam
menyampaikan
insformasi
mengamalkan nilai Anti
Korupsi
3 Demonstrasi Terlaksananya Kegiatan ini sesuai dengan visi Pelaksanaan
Mobilitas/ aktivitas Demonstrasi RSUD RAA. Soewondo Pati yaitu demonstrasi
pasien kepada pasien sebagai Rumah Sakit pendidikan dilaksanakan
dan keluarga dengan pelayanan paripurna yang sebagai sarana
Konsultasi dengan Menerima Saya melakukan
menjadi kebanggaan masyarakat. pembelajaran
konsultasi (Komitmen
Mentor arahan terkait
Mutu) dengan atasan
(Learning) dalam
kegiatan yang untuk bermusyawarah Dan juga Kegiatan ini berkontribusi tercapainya
(Nasionalisme sila ke- pada misi ke-3 Menyediakan pencegahan flebitis .
akan pendidikan, pelatihan, dan
4) dengan sikap
dilaksanakan hormat dan santun memfasilitasi penelitian yang
(Etika Publik) untuk berkualitas.
mendapatkan Untuk mewujudkan visi Rumah
kemufakatan. Sehingga sakit pendidikan dengan pelayanan
mampu menjalankan paripurna yang menjadi kebanggan
tugas dengan
masyarakat
profesional (Etika
Publik)
Koordinasi dengan Menerima Dalam koordinasi
PPI mengenai arahan dari PPI dengan PPI, Saya
kegiatan terkait kegiatan melakukan koordinasi
(Komitmen Mutu)
48

dengan PPI untuk


No Output / Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Visi Misi Penguatan Nilai
Kegiatan Tahapan Kegiatan
. Hasil Kegiatan Mata Pelatihan Organisasi Organisasi
bermusyawarah
(Nasionalisme sila ke-
4) dengan sikap
hormat dan santun
(Etika Publik) untuk
mendapatkan
kemufakatan. Sehingga
mampu menjalankan
tugas dengan
profesional (Etika
Publik)
Kontrak waktu Disetujuinya Kontrak waktu
dengan pasien dan waktu dilakukaan agar efektif
keluarga pelaksanaan & efisien dalam
kegiatan edukasi.
Efektif & efisien
merupakan nilai
Komitmen mutu

Menyiapkan Tersusunnya Demonstrasi akan


demonstrasi bahan mengedepankan
bersama dengan demostrasi transparansi dalam
PPI penyusunan kegiatan
mengamalkan nilai
Akuntabilitas
Melaksanakan Paien dan Saat kegiatan
kegiatan keluarga demonstrasi
demonstrasi memperoleh berlangsung rasa
pengetahuan kebersamaan pasien
mobilisasi dan keluarga akan
dikembangkan
49

sehingga mengamalkan
No Output / Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Visi Misi Penguatan Nilai
Kegiatan Tahapan Kegiatan
. Hasil Kegiatan Mata Pelatihan Organisasi Organisasi
sila ke-3
(Nasionalisme)
4 Observasi Tabel Kegiatan ini sesuai dengan visi RSUD
Pelaksanaan
kepatuhan pada 6 pengawasan RAA. Soewondo Pati yaitu sebagai observasi
langkah dan 5 kepatuhan cuci Rumah Sakit pendidikan dengan dilaksanakan untuk
moment tangan dan 5 pelayanan paripurna yang menjadi pembelajaran
kebersihan tangan moment kebanggaan masyarakat.
(Learning) agar
perawat kebersihan
tangan Dan juga sesuai dengan misi RSUD tercapainya
pencegahan flebitis
RAA. Soewondo Pati yang ke-2
Konsultasi dengan Menerima Saya melakukan
konsultasi (Komitmen Yaitu memberikan pelayanan secara
Mentor arahan terkait
Mutu) dengan atasan
cepat, tepat, dan aman, dilandasi moral
kegiatan yang untuk bermusyawarah
(Nasionalisme) dengan dan etika profesi yang berorientasi
akan
sikap hormat dan
pada keselamatan pasien.
dilaksanakan santun (Etika Publik)
untuk mendapatkan 2.
kemufakatan. Mampu
menjalankan tugas
dengan profesional
(Etika Publik)
Koordinasi dengan Menerima Dalam meminta
PPI mengenai arahan dari PPI persetujuan PPI
kegiatan terkait kegiatan komunikasi dilakukan
dengan sopan dan
santun sehingga dapat
mengamalkan nilai
Nasionalisme
pancasila sila 4.
Bekerja sama PPI menyetujui Bekerjasama dapat
50

dengan PPI dalam kerjasama mengamalkan nilai


No Output / Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Visi Misi Penguatan Nilai
Kegiatan Tahapan Kegiatan
. Hasil Kegiatan Mata Pelatihan Organisasi Organisasi
melaksanakan pelaksanaan Nasionalisme
observasi observasi pancasila sila 4.
Melakukan Perawat patuh Dalam melakukan
observasi terhadap dalm 6 langkah observasi PPI akan
kepatuhan pada 6 dan 5 moment menerapkan nilai non
langkah & 5 moment kebersihan deskriminatif yaitu
kebersihan tangan tangan menerapkan nilai Etika
tanpa deskriminasi publik
5 Pengoptimalan Optimalnya Kegiatan ini sesuai dengan visi Pengoptimalan
transparan penggunaan RSUD RAA. Soewondo Pati yaitu transparan dressing
dressing transparan sebagai Rumah Sakit pendidikan dilakukan
dressing dengan pelayanan paripurna yang berdasarkan nilai
Konsultasi dengan Menerima Saya melakukan
menjadi kebanggaan masyarakat. keterbukaan
konsultasi (Komitmen
Mentor arahan terkait
Mutu) dengan atasan
(Openness)
Dan juga sesuai dengan misi RSUD dengan
kegiatan yang untuk bermusyawarah
(Nasionalisme sila ke- RAA. Soewondo Pati yaitu mendahulukan
akan kepentingan pasien.
4) dengan sikap
1. Misi ke-2 : Memberikan pelayanan
dilaksanakan hormat dan santun
(Etika Publik) untuk secara cepat, tepat, dan aman,
mendapatkan
dilandasi moral dan etika profesi yang
kemufakatan. Sehingga
mampu menjalankan berorientasi pada keselamatan pasien.
tugas dengan
2. Misi ke-4 : Mewujudkan pengelolaan
profesional (Etika
Publik). rumah sakit dengan prinsip efektif dan
Berkoordinasi Hasil koordinasi Koordinasi dengan efisien
dengan pihak PPI yang jelas dan Jelas merupakan nilai
dengan jelas penggunaan Akuntabilitas
dressing yang Melaksanakan
optimal koordinasi dengan
51

perawat dalam
No Output / Keterkaitan Substansi Kontribusi terhadap Visi Misi Penguatan Nilai
Kegiatan Tahapan Kegiatan
. Hasil Kegiatan Mata Pelatihan Organisasi Organisasi
penggunaan dressing,
menjelaskan kelebihan
dan kekurangan,
diharapkan perawat
dapat mengoptimalkan
penggunaan dressing
untuk mencegah
terjadinya flebitis (etika
publik)
6 Observasi Tabel Kegiatan ini sesuai dengan visi RSUD Pelaksanaan
Perawatan Infus 3x Pengawasan RAA. Soewondo Pati yaitu sebagai observasi
24 jam hasil Observasi Rumah Sakit pendidikan dengan dilaksanakan untuk
perawatan infus pelayanan paripurna yang menjadi pembelajaran
Konsultasi dengan Menerima Dalam konsultasi kebanggaan masyarakat. (Learning) agar
Mentor dengan mentor tercapainya
arahan terkait Dan juga sesuai dengan misi RSUD pencegahan flebitis
komunikasi dilakukan
kegiatan yang dengan sopan dan RAA. Soewondo Pati yaitu
santun sehingga dapat
akan 1. Misi ke-1 : Meningkatkan kualitas
mengamalkan nilai
dilaksanakan Nasionalisme dan kuantitas sumber daya rumah
pancasila sila 4.
sakit.
Berkoordinasi dan Hasil koordinasi Melakkan koordinasi
mengkomunikasikan dapat dan komunikasi yang 2. Misi ke-3 : Menyediakan pendidikan,
dengan pihak PPI dikomunikasika baik mengamalkan nilai
pelatihan, dan memfasilitasi penelitian
n dengan baik Etika Publik
Melakukan Hasil observasi Melakukan observasi yang berkualitas.
observasi perawatan rutin 3 x 24 jam secara jujur, disiplin dan
infuse secara jujur, adil merupakan
disiplin dan adil pengamalan Nilai Anti
Korupsi
52

(Sumber: data dielaborasi penulis, 2019)


B. Jadwal Rancangan Aktualisasi
Kegiatan aktualisasi akan dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah RAA. Soewondo Pati mulai tanggal 16 Oktober 2019 – 20
November 2019.
Tabel 4.2 Jadwal Rancangan Aktualisasi 30 hari

Keterangan:

: Kegiatan
: Libur

53
C. Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala
Dalam pelaksanaan enam kegiatan aktualisasi dan habituasi
ANEKA, terdapat kemungkinan kegiatan-kegiatan tersebut mengalami
kendala sehingga rancangan kegiatan ini tidak dapat direalisasikan
secara optimal atau tidak tercapai aktualisasinya. Oleh karena itu perlu
disampaikan kendala-kendala yang mungkin terjadi, langkah-langkah
antisipasi menghadapi kendala tersebut, dan perlu dicari secara
cermat strategi untuk menghadapi kendala tersebut. Kendala, resiko
dan solusi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.3. Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala

Antisipasi dan
Kendala yang mungkin Strategi
No. Kegiatan
terjadi Menghadapi
Kendala

1 Demonstrasi Kurang maksimalnya Melakukan


partisipasi dalam kegiatan komunikasi
penanganan
terapeutik dengan
Flebitis dengan keluarga,
pengunjung, dan
kompres hangat
pasien
(SKP) Ada SOP yang sulit Membuat SOP yang
dipahami mudah dipahami
2 Edukasi terhadap
pasien dan
keluarga pada Melakukan
komunikasi
pasien yang
Kurang maksimalnya terapeutik dengan
terpasang infus partisipasi dalam kegiatan keluarga,
pengunjung, dan
mengenai
pasien
pemberian terapi
cairan .(SKP)

3 Demonstrasi Melakukan
Kurang maksimalnya komunikasi
Mobilitas/
partisipasi dalam kegiatan terapeutik dengan
aktivitas keluarga,
pengunjung, dan
pasien.(SKP)
pasien

54
4 Observasi
kepatuhan pada 6
langkah dan 5
Ada petugas yang lupa
Rekan kerja saling
moment melakukan pemasangan
mengingatkan
kebersihan
tangan.(SKP)

5 Pengoptimalan
transparan
Ada petugas yang lupa Rekan kerja saling
dressing. (SKP)
melakukan pemasangan mengingatkan

6 Observasi dan Melakukan


komunikasi
perawatan infus 3
Pasien atau keluarga terapeutik dengan
x 24 jam. (SKP) keluarga,
pasien tidak kooperatif pengunjung, dan
pasien

(Sumber: data dielaborasi penulis, 2019).

55
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Isu yang terpilih dalam proses identifikasi adalah Kurang
Optimalnya Pencegahan Flebitis pada pasien di ruang Melati RSUD
RAA.SOEWONDO PATI. Dalam penyelesaian isu tersebut diangkat
gagasan penyelesaian isu Optimalisasi Pencegahan Flebitis pada
Pasien di RSUD RAA. Soewondo Pati yang berisikan kegiatan, antara
lain:
1. Demonstrasi penanganan Flebitis dengan kompres hangat
2. Edukasi terhadap pasien dan keluarga pada pasien yang terpasang
infus mengenai pemberian terapi cairan .
3. Demonstrasi Mobilitas/ aktivitas pasien.
4. Observasi kepatuhan pada 6 langkah dan 5 moment kebersihan
tangan.
5. Pengoptimalan transparan dressing
6. Observasi dan perawatan infus 3 X 24 jam
B. Pentingnya Rancangan Aktualisasi Dibuat
Pentingnya Rancangan Aktualisasi dibuat karena menjadi
pedoman dan panduan untuk menyelesaikan isu melalui gagasan
pemecahan isu yang tertuang dalam kegiatan yang dirancang. Dengan
adanya pembuatan Rancangan Aktualisasi, diharapkan pelaksanaan
kegiatan aktualisasi dapat menghasilkan output yang sesuai dengan
perencanaan. Selain itu dengan membuat Rancangan Aktualisasi,
penulis juga dapat lebih memahami nilai-nilai dasar ANEKA
(Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti
Korupsi) yang dapat diimplementasikan dalam berbagai kegiatan
selama melaksanakan aktualisasi maupun dalam pelaksanaan tugas
dan fungsinya. Penulis juga lebih paham mengenai sikap dan perilaku
yang dapat memberikan kontribusi terhadap visi dan misi organisasi
serta menguatkan nilai organisasi.

56
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2012). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep Dan Aplikasi


Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Alexander, Corrigan, Gorski. 2010. Infusion Nursing: An Evidence Based
Approach. 3rd ed. St. Louis: Dauders Elsevier.
Lembaga AdministrasI Negara. (2015). Modul Diklat Prajabatan CPNS
Golongan I dan II Aktualisasi Nilai-Nilai Dasar Profesi Pegawai
Negeri Sipil. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administras Negara. (2015). Modul Diklat Prajabatan CPNS
Golongan I dan II : Akuntabilitas.Jakarta : Lembaga Administrasi
Negara.
Lembaga Administras Negara. (2015). Modul Diklat Prajabatan CPNS
Golongan I dan II : Nasionalisme. Jakarta : Lembaga Administrasi
Negara.
Lembaga Administras Negara. (2015). Modul Diklat Prajabatan CPNS
Golongan I dan II : Etika Publik. Jakarta : Lembaga Administrasi
Negara.
Lembaga Administras Negara. (2015). Modul Diklat Prajabatan CPNS
Golongan I dan II : Komitmen Mutu. Jakarta : Lembaga Administrasi
Negara.
Lembaga Administras Negara. (2015). Modul Diklat Prajabatan CPNS
Golongan I dan II : Anti Korupsi. Jakarta : Lembaga Administrasi
Negara.
Lembaga Administras Negara. (2017). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS
Pelayanan Publik. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administras Negara. (2017). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS
Manajemen Aparatur Sipil Negara. Jakarta : Lembaga Administrasi
Negara.
Lembaga Administras Negara. (2017). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS
Whole of Goverment. Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. (2017). Modul
Pendidikan dan Pelatihan Dasar Calon PNS Habituasi Jakarta :
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.
.

57
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Bagus Mustika Andhi Prabowo, AMK


Tempat, tanggal lahir : Jepara, 22 April 1990
Agama : Islam
Alamat Rumah : Desa Pelemkerep RT 02/04 Mayong Jepara
No. Telepon : 085749084789

Email : bagussmustika@gmail.com
Jabatan : Perawat Terampil
Instansi : Rumah Sakit Umum Daerah RAA. Soewondo
Pati
Alamat Instansi : Jalan dr. Soesanto No. 114 Pati
Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri 1 Kaligarang , lulus tahun 2002
2. SMP N 1 Keling, lulus tahun 2005
3. SMA N 3 Pati, lulus tahun 2008
4. D III Keperawatan, AKPER PEMKAB.
NGAWI lulus tahun 2011
Riwayat Pekerjaan : 1. RSI Amal Sehat Sragen, Tahun 2011-2012
2. RSUD dr. Loekmonohadi Kudus, Tahun
2012-2019
3. RSUD RAA. Soewondo Pati, Tahun 2019

58

Anda mungkin juga menyukai