Anda di halaman 1dari 50

RANCANGAN AKTUALISASI

KURANGNYA KEPATUHAN CUCI TANGAN OLEH


KELUARGA PASIEN DAN PETUGAS KESEHATAN DI IGD
RSUP FATMAWATI

Disusun untuk Memenuhi Tugas


Latihan Dasar CPNS Golongan III

Oleh :
dr. I Gst. Ayu Mirah Kusumaningrat
NIP. 199004092018012001
RSUP Fatmawati Jakarta

BALAI BESAR PENELITIAN KESEHATAN CILOTO


KEMENTERIAN KESEHATAN
2018

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Rancangan aktualisasi ini diajukan oleh :


Nama : dr. I Gst. Ayu Mirah Kusumaningrat
NIP : 199004092018012001
Jabatan : Jabatan Fungsional Umum
Pangkat/ Gol : III/B /Dokter Ahli Pertama
Asal Instansi : RSUP Fatmawati Jakarta

Dengan Judul :
KURANGNYA KEPATUHAN CUCI TANGAN OLEH
KELUARGA PASIEN DAN PETUGAS KESEHATAN DI IGD
RSUP FATMAWATI

Rancangan aktualisasi ini telah disetujui untuk diujikan dalam seminar rancangan
aktualisasi pelatihan dasar calon pegawai negeri sipil golongan III Kementerian
Kesehatan RI.

Dewan Penguji

Pembimbing/ Coach : Helvy Yunida, SAP., MM


(………….………..………)
Mentor : drg. Tri Fajari Agustini, Sp.KGA, MARS
(……………….……..……)
Penguji : Ahmad Wajedi, S.Pd, M.Kes
(……………………………)

i
LEMBAR PENGESAHAN

KURANGNYA KEPATUHAN CUCI TANGAN OLEH


KELUARGA PASIEN DAN PETUGAS KESEHATAN DI IGD
RSUP FATMAWATI

OLEH :
dr. I Gst Ayu Mirah Kusumaningrat
Peserta Pelatihan Dasar CPNS Golongan III Angkatan I
NIP. 199004092018012001

Telah Diseminarkan Pada 23 April 2018


Di Balai Besar Pelatihan Kesehatan Ciloto

Coach, Mentor,

Helvy Yunida, SAP, MM drg. Tri Fajari Agustini, Sp.KGS, MARS


NIP.1967062419892003 NIP.196808221994032007

Penguji,

Ahmad Wajedi, S.Pd, M.Kes

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan rancangan
aktualisasi ini, dalam upaya memenuhi tugas Latsar CPNS Golongan III.
Selama proses penyusunan hingga selesainya makalah ini, penulis banyak
mendapat arahan, dorongan serta bantuan dari berbagai pihak sehingga berbagai
kesulitan dapat terlewati. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Mentor dan pembimbing yang telah membimbing penulis dan bersedia
meluangkan waktunya untuk memberikan arahan serta saran,
2. Kepala Balai Besar Pelatihan Kesehatan Ciloto, Bapak Tri Nugroho, MQIH,
3. Kepala Bidang Pelaaksanaan Pelatihan Dasar BBPK Ciloto, Bapak Wawan
Wahyudin, S.Si., Apt., MM.,
4. drg. Tri Fajari Agustini, Sp. KGA, MARS selaku mentor dari RSUP
Fatmawati yang memberikan arahan, dukungan, dan masukan bagi penulis
selama penyusunan rancangan,
5. Ibu Helvy Yunida, SAP., MM. selaku coach yang memberikan bimbingan
dan dukungan perancangan aktualisasi
6. dr. Yucca Rosemeilya selaku coach lapangan di RSUP Fatmawati yang
membimbing dan mengarahkan penyusunan perancangan ini.
7. Seluruh rekan peserta Diklatsar Golongan III Angkatan I dan II Kemenkes RI
di BBPK Ciloto serta teman sejawat yang telah membantu dalam
penyelesaian rancangan aktualisasi ini,
8. Keluarga yang selalu mendukung dan memberikan doa yang tak pernah putus
demi kelancaran makalah ini,
sehingga rancangan aktualisasi yang berjudul “Kurangnya Kepatuhan Cuci
Tangan oleh Keluarga Pasien dan Petugas Kesehatan di IGD RSUP Fatmawati” ini
dapat diselesaikan dengan baik.

i
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan untuk
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.

Bogor, 23 April 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A Latar Belakang ............................................................................................. 1
B Tujuan Aktualisasi ....................................................................................... 3
C Manfaat ........................................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 4
A Profil Rumah Sakit ....................................................................................... 4
1.Gambaran Umum RSUP Fatmawati ........................................................ 4
2.Tugas Pokok dan Fungsi RSUP Fatmawati ............................................. 5
3.Visi RSUP Fatmawati .............................................................................. 5
4.Misi RSUP Fatmawati .............................................................................. 5
5.Nilai-nilai Organisasi RSUP Fatmawati .................................................. 6
6.Motto RSUP Fatmawati ........................................................................... 6
7.Struktur Organisasi RSUP Fatmawati ...................................................... 6
B Tinjauan Teori .............................................................................................. 7
1.Nilai- Nilai Dasar Aparatur Negara (ANEKA) ........................................ 7
2.Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI .............................................. 20
3.Kebersihan Tangan dan Pengendalian Infeksi ....................................... 23
BAB III METODE AKTUALISASI ................................................................... 27
A Rancangan dan Prosedur Aktualisasi ......................................................... 27
1.Identifikasi Isu ........................................................................................ 27
2.Gagasan Pemecahan Isu ......................................................................... 33
B Waktu dan Tempat Aktualisasi .................................................................. 42
C Rencana Jadwal Kegiatan Aktualisasi ....................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 44

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang dari Sabang
sampai Merauke, serta memiliki sumber daya alam melimpah, potensi sumber
daya manusia, dan memiliki keberagaman suku, budaya, dan bahasa. Kondisi
ini menunjukkan bagaimana kaya dan luasnya negara Indonesia. Namun
kekayaan ini belum mampu dikelola secara efektif dan efisien oleh para aktor
pembangunan, sehingga Indonesia masih tertinggal dari cepatnya laju
pembangunan global dewasa ini.
Sejumlah keputusan strategis, mulai dari merancang kebijakan hingga
penetapannya dalam berbagai sektor pembangunan ditetapkan oleh PNS
(Pegawai Negeri Sipil). Untuk memainkan peranan tersebut, dibutuhkan
sosok PNS yang tangguh, profesional, beretika, memiliki jiwa patriotisme
dan nasionalisme tinggi, bersih dari praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme,
serta mampu memberikan pelayanan publik yang prima bagi masyarakat dan
mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan
bangsa.
Sejalan dengan hal tersebut, melalui UU ASN No 5 tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara, CPNS wajib menjalani masa percobaan yang
dilaksanakan melaui proses Diklat terintegrasi untuk membangun integritas
moral, kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan,
karakter kepribadian yang unggul dan bertanggung jawab, dan memperkuat
profesionalisme serta kompetensi bidang. Pelatihan ini memadukan
pembelajaran klasikal dan non klasikal di tempat pelatihan dan di tempat
kerja sehingga memungkinkan CPNS untuk menginternalisasi, menerapkan,
mengaktualisasikan, serta membuatnya menjadi kebiasaan (habituasi), dan
merasakan manfaatnya, sehingga terpatri dalam dirinya sebagai karakter PNS
yang profesional sesuai bidang tugas. Adapun kegiatan aktualisasi yang
dilakukan oleh peserta diklat merupakan kegiatan inovasi dari satuan kerja

1
masing-masing. Setiap satuan kerja tentu saja memiliki problema yang
berbeda. Dalam hal ini satuan kerja penyusun adalah Instalasi Gawat Darurat.
Sejalan dengan visi dan misi rumah sakit, IGD memiliki peran dalam
menyediakan pelayanan yang prima. Salah satunya adalah dengan
memperhatikan patient safety. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
merupakan upaya untuk memastikan perlindungan kepada setiap orang
terhadap kemungkinan tertular infeksi dari sumber masyarakat umum dan
disaat menerima pelayanan kesehatan pada berbagai fasilitas kesehatan yang
bertujuan meningkatkan mutu pelayanan serta melindungi SDM, pasien,
maupun masyarakat.
Untuk dapat melakukan pencegahan dan pengendalian infeksi
dibutuhkan pendidikan dan pelatihan baik terhadap seluruh SDM fasilitas
pelayanan kesehatan maupun pengunjung dan keluarga pasien. Salah satu
kewaspadaan Standar agar tidak terinfeksi yaitu kebersihan tangan.
Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan sabun
dan air mengalir bila tangan jelas kotor atau terkena cairan tubuh, atau
menggunakan alkohol (alcohol-based handrubs) bila tangan tidak tampak
kotor.
Di RSUP Fatmawati sendiri, kepatuhan tenaga medis dalam
melaksanakan cuci tangan masih di bawah 90%. Bagi keluarga pasien sendiri,
angkanya tidak diketahui. Pemberian informasi terkait cuci tangan kepada
keluarga pasien sendiri dilakukan pada saat pasien akan dirawat inap, dan cara
melaksanakan cuci tangan baru diinformasikan di ruang rawat pasien. Hal ini
dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi pada pasien maupun
pengunjung pasien selama pasien berada di IGD.
Pencegahan infeksi melalui hand hygiene adalah tanggung jawab utama
dari petugas kesehatan. Akan tetapi, dengan peningkatan pengetahuan pasien
serta keluarga pasien mengenai hand hygiene, selain untuk mencegah
penularaan infeksi dari pengunjung pasien ke pasien, juga untuk
meningkatkan kepatuhan petugas medis dalam hand hygiene dengan cara

2
mengingatkan petugas medis untuk melaksanakan hand hygiene pada lima
momen hand hygiene.
B Tujuan Aktualisasi
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta latih mampu membuat
rancangan aktualisasi pada Pelatihan Dasar Golongan III CPNS
Kementerian Kesehatan dengan melaksanakan peran dan kedudukan
ASN dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta latih mampu:
a. Mengidentifikasi isu aktual yang terjadi di RSUP Fatmawati
b. Melakukan analisis isu yang terjadi di RSUP Fatmawati.
c. Melaksanakan kegiatan aktualisasi sesuai analisis isu di RSUP
Fatmawati.
C Manfaat
1. Bagi ASN
Aktualisasi nilai-nilai dasar ANEKA akan semakin
mengokohkan kepribadian ASN dalam bekerja serta mendorong
munculnya kepedulian dan inovasi terhadap isu sekitar.
2. Bagi Balai Besar Pelatihan Kesehatan Ciloto
Laporan rancangan aktualisasi ini dapat menambah bahan
kepustakaan Balai Besar Pelatihan Kesehatan Ciloto untuk
meningkatkan mutu program pendidikan CPNS angkatan selanjutnya.
3. Bagi Satuan Kerja
Terwujudnya lingkungan kerja yang kondusif dan mampu
meningkatkan kualitas dan mutu layanan dalam rangka mewujudkan
visi dan misi organisasi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A Profil Rumah Sakit


1. Gambaran Umum RSUP Fatmawati
Berdiri pada tahun 1954 oleh Ibu Fatmawati Soekarno, Rumah
sakit Umum Pusat Fatmawati awalnya dikhususkan untuk penderita
TBC anak dan Rehabilitasinya. Baru pada tanggal 15 April 1961
ditetapkan sebagai hari jadi RS Fatmawati, karena di tanggal
tersebutlah RS Fatmawati diserahkan kepada Departemen Kesehatan
baik penyelenggaraan dan pembiayaannya. Pada tahun 1984 RS
Fatmawati ditetapkan sebagai Pusat Rujukan Jakarta Selatan dan tahun
1994 ditetapkan sebagai RSU Kelas B Pendidikan.
Dalam perkembangannya Rumah Sakit Fatmawati ditetapkan
sebagai Unit Swadana pada tahun 1991, pada tahun 1994 ditetapkan
menjadi Unit Swadana Tanpa Syarat, pada tahun 1997 sesuai dengan
diperlakukannya UU No. 27 Tahun 1997, rumah sakit mengalami
perubahan kebijakan dari Swadana menjadi PNBP (Penerimaan Negara
Bukan Pajak) selanjutnya pada tahun 2000 RS Fatmawati ditetapkan
sebagai RS Perjan berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 117 tahun
2000 tentang Pendirian Perusahaan Jawatan RSUP Fatmawati Jakarta.
Pada tanggal 11 Agustus 2005 berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan No. 1243/MENKES/SK/VIII/2005 RSUP Fatmawati
ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen
Kesehatan RI dengan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum (PPK BLU).
Pada tahun 2008 berdasarkan SK Menkes RI
No.424/Menkes/SK/VI/2008 RSUP Fatmawati ditetapkan sebagai
RSU dengan pelayanan unggulan Bidang Orthopedi dan Rehabilitasi
Medik. Kemudian bertepatan dengan HUT RSUP Fatmawati yang ke
49, berdasarkan SK Menkes No.8/Menkes/SK/IV/2010 RSUP

4
Fatmawati ditetapkan sebagai Rumah Sakit Kelas A dan tersertifikasi
sebagai RS Pendidikan. Sertifikasi baik nasional maupun internasional
berhasil didapatkan oleh RSUP Fatmawati yaitu Tahun 2011 RSUP
Fatmawati mendapatkan sertifikat ISO & OHSAS dan Tahun 2013
RSUP Fatmawati meraih akreditasi nasional KARS dan internasional
JCI.
2. Tugas Pokok dan Fungsi RSUP Fatmawati
a. Tugas Pokok RSUP Fatmawati :
RSUP Fatmawati Jakarta mempunyai tugas pokok
menyelenggarakan upaya penyembuhan dan pemulihan
kesehatan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dan
berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan dan
pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan dan
menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan penelitian.
b. Fungsi RSUP Fatmawati yaitu menyelenggarakan :
1). Pelayanan medis
2). Pelayanan penunjang medis dan non medis
3). Pelayanan dan asuhan keperawatan
4). Pengelolaan sumber daya manusia rumah sakit
5). Pelayanan rujukan
6). Pendidikan dan pelatihan dibidang kesehatan
7). Penelitian dan pengembangan
8). Administrasi umum dan keuangan.
3. Visi RSUP Fatmawati
Visi RSUP Fatmawati adalah “ Menjadi Rumah Sakit Rujukan
Nasional Dengan Layanan Unggulan Spine dan Trauma 2019”.
4. Misi RSUP Fatmawati
Adapun misi RSUP Fatmawati adalah:
a. Memberikan pelayanan, pendidikan dan penelitian yang
berkualitas dan terintegrasi.
b. Meningkatkan kinerja, kompetensi dan kesejahteraan karyawan.

5
c. Menyelenggarakan good corporate governance.
d. Memberikan pelayanan berbasiskan continuum of care
throughout life cycle.
5. Nilai-nilai Organisasi RSUP Fatmawati
” P R O A K T I F”
a. Peduli : Selalu tanggap terhadap kebutuhan pelanggan.
b. PROfesional : Melaksanakan tugas sesuai dengan
kompetensi (pengetahuan, keterampilan, sikap dan peka
budaya).
c. IntegritAs : Selalu bertindak konsisten sesuai dengan kebijakan
dan kode etik.
d. Komitmen : Dalam bekerja pikiran fokus diarahkan pada tugas
dan usahanya dengan selalu berupaya untuk memperoleh hasil
yang maksimal.
e. Teamwork : Dalam melakukan pekerjaan selalu saling mengerti
dan mendukung satu sama lain.
f. InovatIF : Dalam melakukan kegiatan selalu berupaya untuk
menciptakan hal yang baru
6. Motto RSUP Fatmawati
“Percayakan Pada Kami”
7. Struktur Organisasi RSUP Fatmawati

6
B Tinjauan Teori
1. Nilai- Nilai Dasar Aparatur Negara (ANEKA)
Pegawai Negeri Sipil (PNS) memiliki peranan yang sangat
penting dalam kemajuan bangsa oleh karena itu diperlukan PNS yang
profesional serta berkarakter dalam melaksanakan tugas dan jabatannya
sebagai pelaksana kebijakan, pelayan publik dan perekat pemersatu
bangsa. Seorang PNS yang profesional harus memiliki nilai nilai dasar
ASN diantaranya Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
Komitmen mutu, Anti Korupsi (ANEKA)
a. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang
harus dicapai. Akuntabilitas merupakan prinsip dasar bagi
organisasi yang berlaku pada setiap level atau unit organisasi
sebagai suatu kewajiban jabatan dalam memberikan
pertanggungjawaban laporan kegiatan kepada atasannya. Fungsi
utama akuntabilitas publik yaitu :
1). Untuk menyediakan kontrol demokratis, dengan
membangun suatu sistem yng melibatkan stakeholders dan
users yang lebih luas (termasuk masyarakat, pihak swasta,
legislatif, yudikatif dan dilingkungan pemerintah itu sendiri
baik di tingkat kementerian, lembaga maupun daerah.
2). Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan
(peran konstitusional)
3). Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
Dilihat dari fungsi-fungsi akutabilitas tersebut menjadi hal
yang mutlak jika akutabilitas ada dalam sebuah framework.
Terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan dalam
menciptakan framework yang akuntabel yaitu:
1). menentukan tujuan yang ingin dicapai tanggungjawab yang
harus dilakukan

7
2). melakukan perencanaan atas apa yang perlu dilakukan
untuk mencapai tujuan
3). melakukan implementasi dan memantau kemajuan yang
sudah dicapai
4). melakukan implementasi dan memantau kemajuan yang
sudah dicapai
5). melakukan evaluasi hasil dan menyediakan masukan atau
feedback
Dalam menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel, ada
beberapa indikator dari nilai-nilai dasar akuntabilitas yang harus
diperhatikan, yaitu :
1). Kepemimpinan : Lingkungan yang akuntabel tercipta dari
atas ke bawah dimana pimpinan memainkan peranan yang
penting dalam menciptakan lingkungannya.
2). Transparansi : Keterbukaan atas semua tindakan dan
kebijakan yang dilakukan oleh individu maupun
kelompok/instansi.
3). Integritas : adalah adalah konsistensi dan keteguhan yang
tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur
dan keyakinan.
4). Tanggung Jawab : adalah kesadaran manusia akan tingkah
laku atau perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak
di sengaja.tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai
perwujudan kesadaran akan kewajiban.
5). Keadilan : adalah kondisi kebenaran ideal secara moral
mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang.
6). Kepercayaan : Rasa keadilan akan membawa pada sebuah
kepercayaan. Kepercayaan ini yang akan melahirkan
akuntabilitas.

8
7). Keseimbangan : Untuk mencapai akuntabilitas dalam
lingkungan kerja, maka diperlukan keseimbangan antara
akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
8). Kejelasan : Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab
harus memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang
menjadi tujuan dan hasil yang diharapkan.
9). Konsistensi : adalah sebuah usaha untuk terus dan terus
melakukan sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir.
b. Nasionalisme
Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai
ASN. Bahkan tidak hanya sekedar wawasan saja tetapi
kemampuan mengaktualisasikan nasionalisme dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya merupakan hal yang lebih
penting. Diharapkan dengan nasionalisme yang kuat, maka setiap
pegawai ASN memiliki orientasi berpikir mementingkan
kepentingan publik, bangsa, dan negara. Nilai-nilai yang
berorientasi pada kepentingan publik menjadi nilai dasar yang
harus dimiliki oleh setiap pegawai ASN. Pegawai ASN dapat
mempelajari bagaimana aktualisasi sila demi sila dalam Pancasila
agar memiliki karakter yang kuat dengan nasionalisme dan
wawasan kebangsaannya.
Nasionalisme dalam arti sempit merupakan sikap yang
meninggikan bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai
bangsa lain sebagaimana mestinya. Dalam arti luas, nasionalisme
berarti pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa
dan negara, sekaligus menghormati bangsa lain. Nasionalisme
Pancasila merupakan pandangan atau paham kecintaan manusia
Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada
nilai-nilai Pancasila.
Ada lima indikator dari nilai-nilai dasar nasionalisme yang
harus diperhatikan, yaitu :

9
1). Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa
Ketuhanan YME menjadikan Indonesia bukan
sebagai negara sekuler yang membatasi agama dalam ruang
privat. Pancasila justru mendorong nilai-nilai ketuhanan
mendasari kehidupan masyarakat dan berpolitik. Nilai-nilai
ketuhanan yang dikehendaki Pancasila adalah nilai-nilai
ketuhanan yang positif, yang digali dari nilai-nilai
keagamaan yang terbuka (inklusif), membebaskan dan
menjunjung tinggi keadilan dan persaudaraan. Dengan
berpegang teguh pada nilai-nilai ketuhanan diharapkan bisa
memperkuat pembentukan karakter dan kepribadian,
melahirkan etos kerja yang positif, dan memiliki
kepercayaan diri untuk mengembangkan potensi diri dan
kekayaan alam yang diberikan Tuhan untuk kemakmuran
masyarakat.
2). Sila kedua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Sila kedua memiliki konsekuensi ke dalam dan ke
luar. Ke dalam berarti menjadi pedoman negara dalam
memuliakan nilai-nilai kemanusiaan dan hak asasi manusia.
Ini berarti negara menjalankan fungsi “melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa
3). Sila ketiga: Persatuan Indonesia
Semangat kebangsaan adalah mengakui manusia
dalam keragaman dan terbagi dalam golongan-golongan.
Keberadaan bangsa Indonesia terjadi karena memiliki satu
nyawa, satu asal akal yang tumbuh dalam jiwa rakyat
sebelumnya, yang menjalani satu kesatuan riwayat, yang
membangkitkan persatuan karakter dan kehendak untuk
hidup bersama dalam suatu wilayah geopolitik nyata.

10
Selain kehendak hidup bersama, keberasaan bangsa
Indonesia juga didukung oleh semangat gotong royong.
Dengan kegotong royongan itulah, Indonesia harus mampu
melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia,
bukan membela atau mendiamkan suatu unsur masyarakat
atau bagian tertentu dari teritorial Indonesia.
Tujuan nasionalisme yang mau didasari dari
semangat gotong royong yaitu ke dalam dan ke luar. Ke
dalam berarti kemajemukan dan keanekaragaman budaya,
suku, etnis, agama yang mewarnai kebangsaan Indonesia,
tidak boleh dipandang sebagai hal negatif dan menjadi
ancaman yang bisa saling menegasikan. Sebaliknya, hal itu
perlu disikapi secara positif sebagai limpahan karunia yang
bisa saling memperkaya khazanah budaya dan pengetahuan
melalui proses penyerbukan budaya. Ke luar berarti
memuliakan kemanusiaan universal, dengan menjunjung
tinggi persaudaraan, perdamaian dan keadilan antar umat
manusia.
4). Sila keempat : Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan
Demokrasi permusyawaratan mempunyai dua
fungsi. Fungsi pertama, badan permusyawaratan/
perwakilan bisa menjadi ajang memperjuangkan asprasi
beragam golongan yang ada di masyarakat. Fungsi kedua,
semangat permusyawaratan bisa menguatkan negara
persatuan, bukan negara untuk satu golongan atau
perorangan. Permusyawaratan dengan landasan
kekeluargaan dan hikmat kebijaksanaan diharapkan bisa
mencapai kesepakatan yang membawa kebaikan bagi
semua pihak. Abraham Lincoln mendefinisikan demokrasi
sebagai “pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk

11
rakyat”. Ada tiga prasyarat dalam pemerintahan yang
demokratis, yaitu : (1) kekuasaan pemerintah berasal dari
rakyat yang diperintah; (2) kekuasaan itu harus dibatasi;
dan (3) pemerintah harus berdaulat, artinya harus cukup
kuat untuk dapat menjalankan pemerintahan secara efektif
dan efisien.
5). Sila kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat
Indonesia.
Dalam rangka mewujudkan keadilan sosial, para
pendiri bangsa menyatakan bahwa Negara merupakan
organisasi masyarakat yang bertujuan menyelenggarakan
keadilan. Keadilan sosial juga merupakan perwujudan
imperative etis dari amanat pancasila dan UUD 1945. Peran
negara dalam mewujudkan rasa keadilan sosial, antara lain
: (a) perwujudan relasi yang adil di semua tingkat sistem
kemasyarakatan; (b) pengembangan struktur yang
menyediakan kesetaraan kesempatan; (c) proses fasilitasi
akses atas informasi, layanan dan sumber daya yang
diperlukan; dan (d) dukungan atas partisipasi bermakna atas
pengambilan keputusan bagi semua orang.
c. Etika Publik
Etika dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku
serta keyakinan untuk menentukan perbuatan yang pantas guna
menjamin adanya perlindungan hak-hak individu, mencakup
cara-cara pengambilan keputusan untuk membantu membedakan
hal-hal yang baik dan buruk serta mengarahkan apa yang
seharusnya dilakukan sesuai nila-nilai yang dianut.
Konsep etika sering disamakan dengan moral. Padahal ada
perbedaan antara keduanya. Etika lebih dipahami sebagai refleksi
yang baik atau benar. Sedangkan moral mengacu pada kewajiban
untuk melakukan yang baik atau apa yang seharusnya dilakukan.

12
Etika juga dipandang sebagai karakter atau etos
individu/kelompokberdasarkan nilai-nilai dan norma-norma
luhur.
Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku
dalam suatu kelompok khusus, sudut pandangnya hanya
ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan tertulis.
Kode etik profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku /
etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui
ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan dapat dipegang
teguh oleh sekelompok profesional tertentu.
Berdasarkan UU ASN, kode etik dan kode perilaku ASN
adalah :
1). Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab
dan berintegritas.
2). Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
3). Melayani dengan sikap hormat, sopan dan tanpa tekanan.
4). Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
5). Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau
pejabat yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan.
6). Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara.
7). Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif dan efisien.
8). Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam
melaksanakan tugasnya.
9). Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan
kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait
kepentingan kedinasan.

13
10). Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas,
status, kekuasaan dan jabtannya untuk mendapat atau
mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau
untuk orang lain.
11). Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga
reputasi dan integritas ASN.
12). Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai disiplin pegawai ASN.
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam
undang-undang ASN, memiliki indikator sebagai berikut :
1). Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara
Pancasila.
2). Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia 1945.
3). Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
4). Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
5). Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
6). Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
7). Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya
kepada publik.
8). Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah.
9). Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap,
cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan
santun.
10). Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
11). Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
12). Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
pegawai.
13). Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.

14
14). Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang
demokratis sebagai perangkat sistem karir.
d. Komitmen Mutu
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada
orang lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga
mutu kinerja pegawai. Bidang apapun yang menjadi tanggung
jawab pegawai negeri sipil semua mesti dilaksanakan secara
optimal agar dapat memberi kepuasan kepada stakeholder.
Komitmen mutu merupakan tindakan untuk menghargai
efektivitas, efisiensi, inovasi dan kinerja yang berorientasi mutu
dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik.
Ada empat indikator dari nilai-nilai dasar komitmen mutu
yang harus diperhatikan, yaitu :
1). Efektif
Efektif adalah berhasil guna, dapat mencapai hasil
sesuai dengan target. Sedangkan efektivitas menunjukkan
tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan, baik
menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja. Efektifitas
organisasi tidak hanya diukur dari performans untuk
mencapai target (rencana) mutu, kuantitas, ketepatan waktu
dan alokasi sumber daya, melainkan juga diukur dari
kepuasan dan terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
2). Efisien
Efisien adalah berdaya guna, dapat menjalankan
tugas dan mencapai hasil tanpa menimbulkan keborosan.
Sedangkan efisiensi merupakan tingkat ketepatan realiasi
penggunaan sumberdaya dan bagaimana pekerjaan
dilaksanakan sehingga dapat diketahui ada tidaknya
pemborosan sumber daya, penyalahgunaan alokasi,
penyimpangan prosedur dan mekanisme yang ke luar alur.
3). Inovasi

15
Inovasi Pelayanan Publik adalah hasil pemikiran baru
yang konstruktif, sehingga akan memotivasi setiap individu
untuk membangun karakter sebagai aparatur yang
diwujudkan dalam bentuk profesionalisme layanan publik
yang berbeda dari sebelumnya, bukan sekedar menjalankan
atau menggugurkan tugas rutin.
4). Mutu
Mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan
dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang
sesuai atau bahkan melebihi harapan konsumen. Mutu
mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang
diberikan kepada pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan
keinginannya, bahkan melampaui harapannya. Mutu
merupakan salah satu standar yang menjadi dasar untuk
mengukur capaian hasil kerja. Mutu menjadi salah satu alat
vital untuk mempertahankan keberlanjutan organisasi dan
menjaga kredibilitas institusi.
Ada lima dimensi karakteristik yang digunakan
pelanggan dalam mengevaluasi kualitas pelayan, yaitu :
a). Tangibles (bukti langsung), yaitu : meliputi fasilitas
fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi;
b). Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam
memberikan pelayanan dengan segera dan
memuaskan serta sesuai dengan yang telah
dijanjikan;
c). Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan
untuk memberikan pelayanan dengan tanggap;
d). Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan,
kesopanan, dan sifat dapat dipercaya;

16
e). Empaty, yaitu kemudahan dalam melakukan
hubungan, komunikasi yang baik, dan perhatian
dengan tulus terhadap kebutuhan pelanggan.
e. Anti Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang
artinya kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Selaras dengan
kata asalnya, korupsi sering dikatakan sebagai kejahatan luar
biasa, salah satu alasannya adalah karena dampaknya yang luar
biasa menyebabkan kerusakan baik dalam ruang lingkup, pribadi,
keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih luas. Kerusakan
tersebut tidak hanya terjadi dalam kurun waktu yang pendek,
namun dapat berdampak secara jangka panjang.
Menurut UU No 31/1999 jo No UU 20/2001 terdapat 7
kelompok tindak pidana korupsi yang terdiri dari :
1). Kerugian keungan negara
2). Suap-menyuap
3). Pemerasan
4). Perbuatan curang
5). Penggelapan dalam jabatan
6). Benturan Kepentingan dalam pengadaan
7). Gratifikasi
Ada 9 (sembilan) indikator dari nilai-nilai dasar anti korupsi
yang harus diperhatikan, yaitu :
1). Jujur
Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi
landasan utama bagi penegakan integritas diri seseorang.
Tanpa adanya kejujuran mustahil seseorang bisa menjadi
pribadi yang berintegritas. Seseorang dituntut untuk bisa
berkata jujur dan transparan serta tidak berdusta baik
terhadap diri sendiri maupun orang lain, sehingga dapat
membentengi diri terhadap godaan untuk berbuat curang.

17
2). Peduli
Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan
seseorang memiliki sifat kasih sayang. Individu yang
memiliki jiwa sosial tinggi akan memperhatikan
lingkungan sekelilingnya di mana masih terdapat banyak
orang yang tidak mampu, menderita, dan membutuhkan
uluran tangan. Pribadi dengan jiwa sosial tidak akan
tergoda untuk memperkaya diri sendiri dengan cara yang
tidak benar tetapi ia malah berupaya untuk menyisihkan
sebagian penghasilannya untuk membantu sesama.
3). Mandiri
Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada
diri seseorang menjadi tidak bergantung terlalu banyak
pada orang lain. Mentalitas kemandirian yang dimiliki
seseorang memungkinkannya untuk mengoptimalkan daya
pikirnya guna bekerja secara efektif. Pribadi yang mandiri
tidak akan menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang
tidak bertanggungjawab demi mencapai keuntungan sesaat.
4). Disiplin
Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang.
Ketekunan dan konsistensi untuk terus mengembangkan
potensi diri membuat seseorang akan selalu mampu
memberdayakan dirinya dalam menjalani tugasnya.
Kepatuhan pada prinsip kebaikan dan kebenaran menjadi
pegangan utama dalam bekerja. Seseorang yang
mempunyai pegangan kuat terhadap nilai kedisiplinan tidak
akan terjerumus dalam kemalasan yang mendambakan
kekayaan dengan cara yang mudah.

5). Tanggung Jawab

18
Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik
akan menyadari bahwa keberadaan dirinya di muka bumi
adalah untuk melakukan perbuatan baik demi kemaslahatan
sesama manusia. Segala tindak tanduk dan kegiatan yang
dilakukannya akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya
kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, negara, dan
bangsanya. Dengan kesadaran seperti ini maka seseorang
tidak akan tergelincir dalam perbuatan tercela dan nista.
6). Kerja Keras
Individu beretos kerja akan selalu berupaya
meningkatkan kualitas hasil kerjanya demi terwujudnya
kemanfaatan publik yang sebesar-besarnya. Ia
mencurahkan daya pikir dan kemampuannya untuk
melaksanakan tugas dan berkarya dengan sebaik-baiknya.
Ia tidak akan mau memperoleh sesuatu tanpa mengeluarkan
keringat.
7). Sederhana
Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang
yang menyadari kebutuhannya dan berupaya memenuhi
kebutuhannya dengan semestinya tanpa berlebih-lebihan.
Ia tidak tergoda untuk hidup dalam gelimang kemewahan.
Kekayaan utama yang menjadi modal kehidupannya adalah
ilmu pengetahuan. Ia sadar bahwa mengejar harta tidak
akan pernah ada habisnya karena hawa nafsu keserakahan
akan selalu memacu untuk mencari harta sebanyak-
banyaknya.
8). Berani
Seseorang yang memiliki karakter kuat akan
memiliki keberanian untuk menyatakan kebenaran dan
menolak kebathilan. Ia tidak akan mentolerir adanya
penyimpangan dan berani menyatakan penyangkalan

19
secara tegas. Ia juga berani berdiri sendirian dalam
kebenaran walaupun semua kolega dan teman-teman
sejawatnya melakukan perbuatan yang menyimpang dari
hal yang semestinya. Ia tidak takut dimusuhi dan tidak
memiliki teman kalau ternyata mereka mengajak kepada
hal-hal yang menyimpang.
9). Adil
Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari
bahwa apa yang dia terima sesuai dengan jerih payahnya. Ia
tidak akan menuntut untukmendapatkan lebih dari apa yang
ia sudah upayakan. Bila ia seorang pimpinan maka ia akan
memberi kompensasi yang adil kepada bawahannya sesuai
dengan kinerjanya. Ia juga ingin mewujudkan keadilan dan
kemakmuran bagi masyarakat dan bangsanya.

2. Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI


a. Whole Of Government
WOG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan
pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif
pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam Ruang lingkup
koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan
pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan
publik.
Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan mengapa
WOG menjadi penting dan tumbuh sebagai pendekatan yang
mendapatkan perhatian dari pemerintah. Pertama adalah adanya
faktor-faktor eksternal seperti dorongan publik dalam
mewujudkan integrasi kebijakan, program pembangunan dan
pelayanan agar tercipta penyelenggaraan pemerintahan yang
lebih baik. Selain itu perkembangan teknologi informasi, situasi
dan dinamika kebijakan lebih kompleks juga mendorong

20
pentingnya WOG dalam menyatukan institusi pemerintah sebagai
penyelenggara kebijakan dan layanan publik.
Praktek WOG :
1). Penguatan koordinasi antar lembaga
Penguatan koordinasi dapat dilakukan jika jumlah
lembaga-lembaga yang dikoordinasikan masih terjangkau
dan manageable. Salah satu alternatifnya adalah
mengurangi jumlah lembaga yang ada sampai mendekati
jumlah yang ideal untuk sebuah koordinasi.
2). Membentuk lembaga koordinasi khusus
Pembentukan lembaga terpisah dan permanen yang
bertugas dalam mengkoordinasikan sektor atau
kementerian.
3). Membentuk gugus tugas
Bentuk pelembagaan koordinasi yang dilakukan di
luar struktur formal, yang sifatnya tidak permanen.
4). Koalisi sosial
Bentuk informal dari penyatuan koordinasi antar
sektor atau lembaga tanpa perlu membentuk pelembagaan
khusus dalam koordinasi ini.
Pola Pelayanan WoG :
1). Pola pelayanan teknis Fungsional
2). Pola pelayanan satu atap
3). Pola pelayanan satu pintu
4). Pola pelayanan terpusat
5). Pola pelayanan elektronik
b. Manajemen ASN
Untuk mewujudkan birokrasi yang professional dalam
menghadapi tantangan-tantangan tersebut, pemerintah melalui
UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara telah
bertekad untuk mengelola aparatur sipil negara menjadi semakin

21
professional. Undang-undang ini merupakan dasar dalam
manajemen aparatur sipil negara yang bertujuan untuk
membangun aparat sipil negara yang memiliki integritas,
profesional dan netral serta bebas dari intervensi politik, juga
bebas dari praktek KKN, serta mampu menyelenggarakan
pelayanan publik yang berkualitas bagi masyarakat.
Berdasarkan jenisnya, pegawai ASN terdiri atas:
1). Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan
2). Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Keja (PPPK).
Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang
menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi
pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua
golongan dan partai politik. Untuk menjalankan kedudukannya
tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai berikut: a)
Pelaksana kebijakan publik, b) Pelayan Publik dan c) Perekat dan
pemersatu bangsa.
Sistem merit pada dasarnya adalah konsepsi dalam
manajemen SDM yang menggambarkan diterapkannya
obyektifitas dalam keseluruhan semua proses dalam pengelolaan
ASN yakni pada pertimbangan kemampuan dan prestasi individu
untuk melaksanakan pekerjaanya (kompetensi dan kinerja).
c. Pelayanan Publik
Berdasarkan UU No 25 Tahun 2009 tentang Pelayann
Publik, dijelaskan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi
setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik.
Prinsip pelayanan publik adalah:
1). Partisipatif

22
2). Transparan
3). Responsif
4). Tidak diskriminatif
5). Mudah dan murah
6). Efektif dan efisien
7). Aksesibel

3. Kebersihan Tangan dan Pengendalian Infeksi


Penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan atau Healthcare
Associated Infection (HAIs) merupakan salah satu masalah kesehatan
diberbagai negara di dunia, termasuk Indonesia. Dalam forum Asian
Pasific Economic Comitte (APEC) atau Global health Security Agenda
(GHSA) penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan telah menjadi
agenda yang di bahas. Hal ini menunjukkan bahwa HAIs yang
ditimbulkan berdampak secara langsung sebagai beban ekonomi
negara.
Secara prinsip, kejadian HAIs sebenarnya dapat dicegah bila
fasilitas pelayanan kesehatan secara konsisten melaksanakan program
PPI. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi merupakan upaya untuk
memastikan perlindungan kepada setiap orang terhadap kemungkinan
tertular infeksi dari sumber masyarakat umum dan disaat menerima
pelayanan kesehatan pada berbagai fasilitas kesehatan.
Pengunjung dan keluarga pasien dapat menyebarkan infeksi pada
pasien tanpa mengetahuinya. Bakteri dan kuman dapat berada di
manapun, dan IGD adalah entry point berbagai jenis penyakit. Maka
dari itu sangat penting bagi keluarga pasien juga melakukan prosedur
cuci tangan yang benar. Dengan pasien mengetahui dan menyadari
pentingnya cuci tangan di 5 momen penting, diharapkan ke depannya
keluarga pasien juga dapat mengingatkan petugas medis yang merawat
pasien untuk melakukan cuci tangan di 5 momen penting.

23
Pedoman PPI di Fasilitas Pelayanan Kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan,
sehingga melindungi sumber daya manusia kesehatan, pasien dan
masyarakat dari penyakit infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
Salah satu kewaspadaan standar agar tidak terinfeksi yaitu
kebersihan tangan. Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci
tangan menggunakan sabun dan air mengalir bila tangan jelas kotor atau
terkena cairan tubuh, atau menggunakan alkohol (alcohol-based
handrubs) bila tangan tidak tampak kotor. Kuku harus selalu bersih dan
terpotong pendek, tanpa kuku palsu, tanpa memakai perhiasan cincin.
Cuci tangan dengan sabun biasa/antimikroba dan bilas dengan air
mengalir, dilakukan pada saat:
a. Bila tangan tampak kotor, terkena kontak cairan tubuh pasien
yaitu darah, cairan tubuh sekresi, ekskresi, kulit yang tidak utuh,
ganti verband, walaupun telah memakai sarung tangan.
b. Bila tangan beralih dari area tubuh yang terkontaminasi ke area
lainnya yang bersih, walaupun pada pasien yang sama.
Indikasi kebersihan tangan:
a. Sebelum kontak pasien;
b. Sebelum tindakan aseptik;
c. Setelah kontak darah dan cairan tubuh;
d. Setelah kontak pasien;
e. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

24
Gambar 2. Cara mencuci tangan dengan sabun

25
Gambar 3. Cara mencuci tangan dengan alcohol-based handrub

26
BAB III
METODE AKTUALISASI

A Rancangan dan Prosedur Aktualisasi


Aktualisasi merupakan kegiatan nyata yang dilakukan di satuan kerja
dengan menerapkan nilai-nilai yang telah didapatkan selama mengikuti
diklat. Nilai-nilai tersebut adalah Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
Komitmen mutu, dan Anti korupsi (ANEKA). Kegiatan aktualisasi ini
diharapkan tidak hanya menjadi habit tetapi juga akan melekat di dalam diri
Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) sehingga menjadi karakter. Kegiatan ini
diangkat dari isu yang terjadi di instansi kerja CPNS dalam hal ini adalah
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati.

1. Identifikasi Isu
Isu yang terjadi di IGD RSUP Fatmawati adalah:

a. Kurangnya kepatuhan cuci tangan oleh keluarga pasien dan


petugas kesehatan di IGD RSUP Fatmawati.
Salah satu cara untuk mencegah Hospital Acquired
Infections (HAI’s) adalah dengan melakukan cuci tangan dengan
langkah yang benar dan pada saat yang tepat. IGD adalah tempat
transit bagi pasien sebelum masuk ke ruang rawat inap atau
dirujuk lebih lanjut sehingga risiko HAI’s di ruangan ini cukup
tinggi. Di IGD RSUP Fatmawati, kepatuhan petugas medis tidak
mencapai 90%, sementara kepatuhan keluarga pasien sendiri
lebih rendah lagi. Petugas medis seringkali lupa untuk melakukan
cuci tangan 5 momen, sementara keluarga pasien sendiri tidak
terpapar informasi tersebut saat di IGD. Kurangnya kepatuhan
petugas medis dan keluarga pasien dalam melakukan cuci tangan
dapat berkontribusi pada peningkatan risiko terjadinya HAI’s
pada pasien.

27
b. Tidak adanya CD reader untuk membaca hasil imaging dari RS
lain.
Banyak rumah sakit yang sudah menerapkan e-medical
record yang terintegrasi dengan computed radiography, sehingga
luaran pemeriksaan radiologi bukan lagi berupa cetakan foto,
melainkan dalam bentuk CD. Sementara di RSUP Fatmawati
belum ada CD reader untuk membaca hasil tersebut,
menyebabkan pembacaannya dilakukan di ruangan atau
dilakukannya imaging ulang pada pasien.
c. Hasil pemeriksaan penunjang radiologi belum dapat diakses
melalui komputer IGD.
Meskipun sudah menggunakan computed radiography,
namun hasil imaging belum dapat diakses dari komputer yang
berada di IGD karena belum terintegrasi. Hal ini menyebabkan
dokter IGD tidak dapat langsung melihat hasil imaging dari
komputer, melainkan harus mengambil hasilnya ke ruang
radiologi IGD.
d. Tidak adanya petugas BPJS Kesehatan yang standby di IGD
Seringkali pasien memiliki pertanyaan dan permasalahan
seputar penggunaan kartu KIS yang hanya dapat diselesaikan
oleh pegawai BPJS Kesehatan. Namun di IGD RSUP Fatmawati
pegawai BPJS Kesehatan hanya bertugas di BPJS Center yang
letaknya jauh dari IGD dan hanya bekerja di jam pelayanan
poliklinik. Untuk menyelesaikan permasalahan terkatit kartu
JKN, pasien baru bisa mengkonsultasikannya di jam kerja.
e. Pembuatan SEP rawat inap belum real time.
SEP (Surat Eligibilitas Peserta) adalah bukti bahwa kartu
peserta aktif dan dapat digunakan untuk memperoleh pelayanan.
SEP sebaiknya diterbitkan real time ketika pasien akan
memperoleh suatu pelayanan. Akan tetapi, di RSUP Fatmawati,
SEP rawat inap baru diurus di ruang rawat inap. Apabila pasien

28
memiliki denda pelayanan, pasien baru mengetahuinya keesokan
harinya.
f. Alat medis di IGD tidak mencukupi jumlah petugas medis IGD.
Stetoskop adalah alat yang digunakan oleh dokter maupun
perawat dalam memeriksa pasien. Jumlah stetoskop di IGD tidak
memadai (hanya 1-2 buah di tiap triage). Hal ini menyebabkan
petugas medis membawa sendiri stetoskop untuk digunakan di
IGD.
a. Metode Penetapan Isu
Metode AKPK adalah metode penetapan isu dengan
menitikberatkan pada beberapa penilaian yaitu :
1). Aktual adalah isu yang sedang atau dalam proses kejadian,
sedang hangat dibicarakan dikalangan masyarakat, atau isu
yang diperkirakan akan terjadi dalam waktu dekat. Jadi
bukan isu yang lepas dari perhatian masyarakat atau isu
yang sudah basi.
2). Kekhalayakan adalah isu yang secara langsung menyangkut
hajat hidup orang banyak, masyarakat pelanggan pada
umumnya, dan bukan hanya untu kepentingan seseorang
atau sekelompok kecil orang tertentu saja.
3). Problematika adalah isu yang menyimpang dari harapan,
standar, ketentuan yang menimbulkan kegelisahaan yang
perlu segera dicari penyebab dan pemecahannya.
4). Kelayakan adalah isu yang masuk akal (logis), pantas,
realistis dan dapat dibahas sesuai dengan tugas, hak,
wewenang dan tanggungjawab.
Di bawah ini merupakan tabel AKPK berdasarkan isu yang
terjadi di IGD RSUP Fatmawati

29
Tabel 1. Tabel AKPK Isu yang Terjadi di IGD
No Isu Penetapan Isu

Aktual Khalayak Problematik Layak Terpilih/tidak

Kurangnya +
kepatuhan cuci
tangan oleh
keluarga
1 pasien dan    
petugas
kesehatan di
IGD RSUP
Fatmawati.

Tidak adanya -
CD reader
untuk
2    
membaca hasil
imaging dari
RS lain.

Hasil -
pemeriksaan
penunjang
radiologi
3    
belum dapat
diakses
melalui
komputer IGD.

Tidak adanya -
petugas BPJS
4 Kesehatan    
yang standby
di IGD

Pembuatan -
SEP rawat inap
5    
belum real
time.

30
Alat medis di -
IGD tidak
6 mencukupi    
jumlah petugas
medis IGD.

Berdasarkan tabel AKPK dapat diketahui bahwa isu yang


perlu dianalisis lanjut dengan adalah : Kurangnya kepatuhan cuci
tangan oleh keluarga pasien dan petugas kesehatan di IGD RSUP
Fatmawati.
b. Metode Penajaman Analisis Isu
Penajaman analisis isu dilakukan dengan menggunakan
diagram fishbone. Diagram fishbone dilakukan untuk
menemukan akar penyebab masalah secara user friendly.

31
KELUARGA METODE
PASIEN
Keluarga pasien
tidak tahu Edukasi hand hygiene tidak
efektif
Tidak ada media edukasi
pasien/keluarga Keterbatasan
jumlah petugas

Keterbatasan jumlah
petugas
Edukasi hand hygiene setelah Kurangnya
pasien dipastikan akan ranap
Tidak ada edukasi Kepatuhan Cuci
Tangan oleh
Keluarga Pasien
Petugas tidak mengisi dan Petugas
Kurangnya kesadaranpetugas botol handrub
Refreshing mengenai Tidak ada SOP Kesehatan
PPI jarang dilakukan kontrol handrub

Tidak ada tanda Tidak tahu bila


pengingat yang menarik botol sudah kosong

Botol handrub
Petugas lupa sering kosong
melaksanakan
PETUGAS MATERIAL
MEDIS

Gambar 1. Diagram Fishbone Kurangnya Kepatuhan Cuci Tangan Oleh Keluarga Pasien dan Petugas Kesehatan

32
Dari diagram fishbone diatas dapat diketahui akar masalah
yaitu:
1). Tidak adanya media edukasi bagi keluarga pasien mengenai
cuci tangan di IGD.
2). Jumlah petugas tidak cukup untuk melakukan edukasi.
3). Refreshing mengenai PPI bagi petugas medis jarang
dilakukan.
4). Tidak ada reminder cuci tangan yang menarik.
5). Petugas tidak mengetahui bila handrub kosong.
6). Tidak adanya SOP pengisian handrub oleh petugas.

2. Gagasan Pemecahan Isu


Adapun gagasan pemecahan isu yang diajukan adalah:
a. Membuat poster tentang cuci tangan bagi masyarakat awam.
b. Membuat video cuci tangan yang diputar di ruang tunggu pasien
dan keluarga pasien.
c. Melakukan penyuluhan singkat atau edukasi kepada keluarga
pasien dengan peragaan.
d. Membuat pengingat cuci tangan bagi petugas medis.
e. Membuat leaflet tentang pemberdayaan keluarga pasien untuk
mengingatkan petugas medis dalam melakukan cuci tangan.
f. Melakukan refreshing kepada rekan kerja (perawat dan petugas
non medis) tentang pentingnya cuci tangan.
g. Mengajukan SOP monitoring ketersediaan handrub di IGD.
h. Membuat penanda botol handrub yang habis menggunakan
plester merah.
i. Melaksanakan tugas jaga dan melakukan pelayanan di triage
dengan melakukan 5 momen cuci tangan.

33
RANCANGAN AKTUALISASI NILAI DASAR ASN
DIKLAT PRAJABATAN GOLONGAN III
ANGKATAN I BBPK CILOTO

Kontribusi terhadap Visi-Misi


No Kegiatan Tahapan Kegiatan Output / Hasil Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan Penguatan Nilai Organisasi
Organisasi

Melakukan kegiatan dengan meminta


Ijin pengadaan poster
Meminta ijin ke atasan ijin terlebih dahulu kepada atasan Dengan membuat poster yang
cuci tangan bagi
untuk pengadaan dengan diskusi merupakan perwujudan mengingatkan pentingnya cuci
masyarakat awam
poster. nilai sila keempat pancasila dari tangan baik bagi keluarga pasien
dari kepala IGD
nasionalisme cuci tangan akan menjadi
Dengan mengingatkan
kebiasaan yang dapat mencegah
Mengajukan proposal pentingnya cuci tangan baik
penyebaran penyakit infeksi.
pengadaan poster cuci Pengajuan proposal dan disetujuinya bagi keluarga pasien cuci tangan
Maka hal tersebut sesuai dengan
tangan bagi masyarakat Disetujuinya proposal oleh atasan merupakan nilai akan menjadi kebiasaan yang
Membuat poster visi RSUP Fatmawati yaitu
awam kepada kepala kepemimpinan dari akuntabilitas dapat mencegah penyebaran
tentang cuci Menjadi Rumah Sakit
1 IGD penyakit infeksi, yang pada
tangan bagi Rujukan Nasional Dengan
pelaksanaannya sesuai dengan
masyarakat awam Melakukan tinjauan Pengumpulan data untuk pembuatan Layanan Unggulan Spine dan
Terkumpulnya bahan nilai organisasi yaitu Peduli,
pustaka untuk poster yang berkualitas merupakan Trauma 2019 dan misi yaitu
pembuatan poster Profesional, Integritas,
membuat poster nilai kualitas dari manajemen ASN memberikan pelayanan,
Komitmen, Teamwork dan
pendidikan dan penelitian yang
Design rancangan Inovatif
Membuat rancangan Design yang kreatif mewujudkan nilai berkualitas dan terintegrasi,
poster yang akan di serta meningkatkan kinerja,
poster kreatif dari komitmen mutu
cetak kompetensi dan kesejahteraan
Mencetak poster hingga selesai karyawan
Mencetak poster Poster tercetak merupakan nilai dari tanggung jawab
dari anti korupsi

34
Poster yang terpasang dan mudah
Foto poster yang
Memajang poster di dilihat oleh pasien dan keluarganya
terpasang di pintu
pintu masuk IGD merupakan wujud pelayanan publik yg
masuk IGD
aksesibel

Melakukan kegiatan dengan meminta


Ijin pengadaan video
Meminta ijin ke atasan ijin terlebih dahulu kepada atasan
cuci tangan bagi
untuk membuat video dengan diskusi merupakan perwujudan
masyarakat awam
cuci tangan nilai sila keempat pancasila dari
dari kepala IGD
nasionalisme
Dengan mengingatkan
pentingnya cuci tangan baik
Mengajukan proposal Pengajuan proposal dan disetujuinya bagi keluarga pasien melalui Dengan mengingatkan
pembuatan video Persetujuan proposal oleh atasan merupakan nilai video, cuci tangan akan menjadi pentingnya cuci tangan baik
kepada kepala IGD kepemimpinan dari akuntabilitas kebiasaan yang dapat mencegah bagi keluarga pasien maupun
Membuat video
penyebaran penyakit infeksi. petugas, cuci tangan akan
cuci tangan yang Melakukan koordinasi
Melakukan koordinasi dengan sektor Maka hal tersebut sesuai dengan menjadi kebiasaan yang dapat
diputar di ruang dengan KPPI dan Konsep video cuci
2 lain dalam pelaksanaan program visi RSUP Fatmawati yaitu mencegah penyebaran penyakit
tunggu pasien humas dalam tangan
merupakan wujud koordinasi dari WoG Menjadi Rumah Sakit infeksi, maka hal tersebut sesuai
dan keluarga pembuatan video Rujukan Nasional Dengan dengan nilai organisasi yaitu
pasien
Memproduksi video hingga selesai Layanan Unggulan Spine dan Peduli, Profesional, Integritas,
Memproduksi video Video cuci tangan Trauma 2019 dan misi yaitu Komitmen, Teamwork dan
merupakan nilai dari tanggung jawab
cuci tangan yang siap diputar memberikan pelayanan, Inovatif
dari anti korupsi
pendidikan dan penelitian yang
Foto video cuci Pemutaran video yang dapat ditonton berkualitas dan terintegrasi.
Memutar video cuci
tangan yang diputar oleh keluarga pasien dapat
tangan di ruang tunggu
di ruang tunggu IGD, meningkatkan partisipasi masyarakat
pasien
video cuci tangan. yang merupakan nilai pelaynan publik

35
Melakukan kegiatan dengan meminta
Meminta ijin ijin terlebih dahulu kepada atasan
Ijin kegiatan
melakukan penyuluhan dengan diskusi merupakan perwujudan
penyuluhan
pada kepala IGD nilai sila keempat pancasila dari
nasionalisme Dengan mengingatkan
pentingnya cuci tangan baik
Mengajukan proposal bagi keluarga pasien melalui
Dengan mengingatkan
penyuluhan singkat penyuluhan langsung, cuci
Pengajuan proposal dan disetujuinya pentingnya cuci tangan bagi
yang berkala yang tangan akan menjadi kebiasaan
Penyetujuan proposal oleh atasan merupakan nilai keluarga pasien, cuci tangan
dilakukan di ruang yang dapat mencegah
Melakukan kepemimpinan dari akuntabilitas akan menjadi kebiasaan yang
tunggu IGD bagian luar penyebaran penyakit infeksi.
penyuluhan dapat mencegah penyebaran
kepada Kepala IGD Maka hal tersebut sesuai dengan
singkat atau penyakit infeksi, maka hal
3 visi RSUP Fatmawati yaitu
edukasi kepada Melakukan koordinasi tersebut sesuai dengan nilai
Kesepakatan metode Melakukan koordinasi dengan sektor Menjadi Rumah Sakit
keluarga pasien dengan KPPI mengenai organisasi yaitu Peduli,
dan pelaksanaan lain dalam pelaksanaan program Rujukan Nasional Dengan
dengan peragaan. pelaksanaan Profesional, Integritas,
penyuluhan merupakan wujud koordinasi dari WoG Layanan Unggulan Spine dan
penyuluhan Komitmen, Teamwork dan
Trauma 2019 dan misi yaitu
Inovatif
Menentukan jadwal Jadwal sosialisi yang jelas merupakan memberikan pelayanan,
Jadwal sosialisasi pendidikan dan penelitian yang
sosialisasi wujud kedisiplinan dari anti korupsi
berkualitas dan terintegrasi.
Sosialisasi yang dilakukan pada
Daftar hadir, foto
keluarga pasien menunjukkan
Melakukan sosialisasi kegiatan, notulen,
pelayanan publik yang responsif
video kegiatan
terhadap kebutuhan pasien

Dengan mengingatkan Dengan mengingatkan


Melakukan kegiatan dengan meminta
Membuat Meminta ijin kepada pentingnya cuci tangan bagi pentingnya cuci tangan bagi
Memperoleh ijin ijin terlebih dahulu kepada atasan
reminder cuci kepala IGD untuk petugas dengan saling petugas, cuci tangan akan
4 pembuatan dan dengan diskusi merupakan perwujudan
tangan bagi membuat reminder cuci mengingatkan, cuci tangan akan menjadi kebiasaan yang dapat
peletakan reminder nilai sila keempat pancasila dari
petugas medis. tangan menjadi kebiasaan yang dapat mencegah penyebaran penyakit
nasionalisme
mencegah penyebaran penyakit infeksi, maka hal tersebut sesuai

36
Mendesain reminder infeksi. Maka hal tersebut sesuai dengan nilai organisasi yaitu
Design reminder Pambuatan design yang menarik
yang mudah dilihat dan dengan visi RSUP Fatmawati Peduli, Profesional, Integritas,
yang mudah dilihat merupakan kreativitas yang terkandung
dibaca oleh petugas yaitu Menjadi Rumah Sakit Komitmen, Teamwork dan
dan menarik dalam komitmen mutu
medis Rujukan Nasional Dengan Inovatif
Mencetak reminder merupakan Layanan Unggulan Spine dan
Reminder yang Trauma 2019 dan misi yaitu
Mencetak reminder perwujudan tanggung jawab dari anti
menarik memberikan pelayanan,
korupsi
pendidikan dan penelitian yang
Reminder yang tertempel membuat berkualitas dan terintegrasi,
Menempelkan
Foto reminder yang informasi dapat terakses dengna mudah serta meningkatkan kinerja,
reminder di meja jaga
telah ditempel yang merupakan wujud pelayanan kompetensi dan kesejahteraan
dan kamar jaga
publik karyawan

Melakukan kegiatan dengan meminta


ijin terlebih dahulu kepada atasan Dengan mengingatkan
Ijin kepala IGD untuk Ijin pembuatan leaflet pentingnya cuci tangan baik
dengan diskusi merupakan perwujudan
membuat leaflet dari kepala IGD bagi keluarga pasien maupun Dengan mengingatkan
nilai sila keempat pancasila dari
Membuat leaflet nasionalisme petugas, cuci tangan akan pentingnya cuci tangan baik
tentang menjadi kebiasaan yang dapat bagi keluarga pasien maupun
pemberdayaan Persetujuan leaflet mencegah penyebaran penyakit petugas, cuci tangan akan
keluarga pasien Mengajukan proposal infeksi. Maka hal tersebut sesuai menjadi kebiasaan yang dapat
pemberdayaan
5 untuk pembuatan leaflet dengan visi RSUP Fatmawati mencegah penyebaran penyakit
keluarga pasien untuk
mengingatkan pemberdayaan keluarga Pengajuan proposal dan disetujuinya yaitu Menjadi Rumah Sakit infeksi, maka hal tersebut sesuai
mengingatkan
petugas medis pasien untuk oleh atasan merupakan nilai Rujukan Nasional Dengan dengan nilai organisasi yaitu
petugas medis dalam
dalam melakukan mengingatkan petugas kepemimpinan dari akuntabilitas Layanan Unggulan Spine dan Peduli, Profesional, Integritas,
melakukan cuci
cuci tangan. medis dalam Trauma 2019 dan misi yaitu Komitmen, Teamwork dan
tangan dari kepala
melakukan cuci tangan memberikan pelayanan, Inovatif
IGD
Design rancangan Pambuatan design yang menarik pendidikan dan penelitian yang
Membuat rancangan berkualitas dan terintegrasi
leaflet yang akan di merupakan kreativitas yang terkandung
leaflet
cetak dalam komitmen mutu

37
Mencetak leaflet merupakan
Leaflet yang siap
Mencetak leaflet perwujudan tanggung jawab dari anti
disebarkan
korupsi
Leaflet berada di
Reminder yang tertempel membuat
Meletakkan leaflet di tempat strategis agar
informasi dapat terakses dengna mudah
pendaftaran dan meja mudah menjangkau
yang merupakan wujud pelayanan
informasi IGD keluarga pasien, foto
publik
kegiatan.

Melakukan koordinasi
dengan KPPI untuk Melakukan koordinasi dengan sektor Dengan mengingatkan
Materi PPI tentang pentingnya cuci tangan bagi
menentukan bahan lain dalam pelaksanaan program
cuci tangan petugas, cuci tangan akan
refreshing cuci tangan merupakan wujud koordinasi dari WoG
pada petugas IGD menjadi kebiasaan yang dapat
Dengan mengingatkan
mencegah penyebaran penyakit
Melakukan pentingnya cuci tangan bagi
Menentukan jadwal Susunan jadwal Jadwal sosialisi yang jelas merupakan infeksi. Maka hal tersebut sesuai
refreshing kepada petugas, cuci tangan akan
sosialisasi sosialisasi wujud kedisiplinan dari anti korupsi dengan visi RSUP Fatmawati
rekan kerja menjadi kebiasaan yang dapat
yaitu Menjadi Rumah Sakit
(perawat dan Membuat dan mencegah penyebaran penyakit
6 Rujukan Nasional Dengan
petugas non menyampaikan surat Daftar undangan, Daftar undangan merupakan wujud infeksi, maka hal tersebut sesuai
Layanan Unggulan Spine dan
medis) tentang undangan kepada surat undangan. kesopanan dari etika publik dengan nilai organisasi yaitu
Trauma 2019 dan misi yaitu
pentingnya cuci petugas IGD Peduli, Profesional, Integritas,
memberikan pelayanan,
tangan. Komitmen, Teamwork dan
Sosialisasi yang dilakukan pada rekan pendidikan dan penelitian yang
Inovatif
Daftar hadir, foto kerja menunjukkan pelayanan publik berkualitas dan terintegrasi,
Melakukan sosialisasi serta meningkatkan kinerja,
kegiatan, notulen. internal yang responsif terhadap
kebutuhan kompetensi dan kesejahteraan
karyawan

38
Dengan melakukan usaha
Melakukan kegiatan dengan meminta peningkatan prilaku cuci tangan
Melakukan koordinasi ijin terlebih dahulu kepada atasan baik bagi keluarga pasien
Persetujuan
dengan kepala IGD dengan diskusi merupakan perwujudan maupun petugas, cuci tangan
pembuatan SOP
dalam pembuatan SOP nilai sila keempat pancasila dari akan menjadi kebiasaan yang Dengan mengingatkan perilaku
nasionalisme dapat mencegah penyebaran cuci tangan baik bagi keluarga
penyakit infeksi. Maka hal pasien maupun petugas, cuci
Merancang SOP tersebut sesuai dengan visi tangan akan menjadi kebiasaan
Mengajukan SOP Perancangan SOP akan membuat
monitoring SOP pengisian botol RSUP Fatmawati yaitu Menjadi yang dapat mencegah
monitoring kejelasan wewenang yang merupakan
7 ketersediaan handrub handrub Rumah Sakit Rujukan penyebaran penyakit infeksi,
ketersediaan wujud dari akuntabilitas
di IGD Nasional Dengan Layanan maka hal tersebut sesuai dengan
handrub di IGD
Unggulan Spine dan Trauma nilai organisasi yaitu Peduli,
Mengajukan rancangan Persetujuan Rancangan SOP merupakan wujud 2019 dan misi yaitu Profesional, Integritas,
SOP rancangan SOP komitmen mutu yaitu efektif memberikan pelayanan, Komitmen, Teamwork dan
pendidikan dan penelitian yang Inovatif
Melakukan sosialisasi Daftar hadir, foto Sosialisasi dapat meningkatkan berkualitas dan terintegrasi,
SOP kegiatan, notulen. partisipatif dari pelayanan publik serta meningkatkan kinerja,
kompetensi dan kesejahteraan
karyawan
Meminta ijin Dengan melakukan usaha
Melakukan kegiatan dengan meminta Dengan mengingatkan perilaku
penggunaan plester Ijin penggunaan peningkatan prilaku cuci tangan
ijin terlebih dahulu kepada atasan cuci tangan baik bagi keluarga
merah sebagai penanda plester merah sebagai baik bagi keluarga pasien
dengan diskusi merupakan perwujudan pasien maupun petugas, cuci
Membuat botol handrub yang penanda botol maupun petugas, cuci tangan
nilai sila keempat pancasila dari tangan akan menjadi kebiasaan
penanda botol kosong pada kepala handrub yang kosong akan menjadi kebiasaan yang
nasionalisme yang dapat mencegah
handrub yang IGD dapat mencegah penyebaran
8 penyebaran penyakit infeksi,
habis Melakukan sosialisasi penyakit infeksi. Maka hal
Pemahaman maka hal tersebut sesuai dengan
menggunakan pada petugas medis dan tersebut sesuai dengan visi
penggunaan plester nilai organisasi yaitu Peduli,
plester merah. non medis IGD untuk Sosialisasi dapat meningkatkan RSUP Fatmawati yaitu Menjadi
merah yang dipasang Profesional, Integritas,
memasang plester partisipatif dari pelayanan publik Rumah Sakit Rujukan
pada botol handrub Komitmen, Teamwork dan
merah pada botol Nasional Dengan Layanan
yang kosong Inovatif
handrub yang kosong. Unggulan Spine dan Trauma

39
Melakukan evaluasi 2019 dan misi yaitu
Melakukan evaluasi kegiatan
pelaksanaan penandaan Laporan pelaksanaan, memberikan pelayanan,
merupakan wujud konsistensi dari
botol handrub yang foto kegiatan pendidikan dan penelitian yang
akuntabilitas
kosong. berkualitas dan terintegrasi,
serta meningkatkan kinerja,
kompetensi dan kesejahteraan
karyawan
Datang di triase hijau
Absensi kehadiran Kehadiran tepat waktu merupakan
tepat waktu dan sesuai
tepat waktu wujud kedisiplinan dari anti korupsi
jadwal
Mengucapkan salam Terciptanya Dengan mengingatkan
Hubungan yang kondusif dengan
dan sapa kepada pasien hubungan yang pentingnya cuci tangan baik
pasien merupakan wujud pelayanan
dan atau keluarga kondusif dengan bagi keluarga pasien maupun
publik yang responsif
pasien pasien petugas, cuci tangan akan
Melakukan anamnesis Dengan mengingatkan
Pelayanan pasien menjadi kebiasaan yang dapat
dan pemeriksaan fisik Pelayanan pasien yang aman pentingnya cuci tangan baik
Melaksanakan yang aman dan mencegah penyebaran penyakit
dengan melakukan cuci merupakan perwujudan kualitas bagi keluarga pasien maupun
tugas jaga dan didapatkannya data infeksi. Maka hal tersebut sesuai
tangan pada 5 momen komitmen mutu petugas, cuci tangan akan
melakukan pasien yang benar dengan visi RSUP Fatmawati
penting menjadi kebiasaan yang dapat
pelayanan di yaitu Menjadi Rumah Sakit
9 mencegah penyebaran penyakit
triage dengan Rujukan Nasional Dengan
Diagnosis yang Menentukan diagnosis kerja dilakukan infeksi, maka hal tersebut sesuai
melakukan 5 Menentukan diagnosis Layanan Unggulan Spine dan
tertulis pada rekam sesuai dengan kompetensinya yang dengan nilai organisasi yaitu
momen cuci kerja Trauma 2019 dan misi yaitu
medis merupakan perujudan manajemen ASN Peduli, Profesional, Integritas,
tangan. memberikan pelayanan,
Komitmen, Teamwork dan
Melakukan edukasi pendidikan dan penelitian yang
Melakukan edukasi dengan bahasa Inovatif
kepada pasien Terisinya form berkualitas dan terintegrasi,
yang santun merupakan wujud etika serta meningkatkan kinerja,
mengenai diagnosis edukasi pasien
publik kompetensi dan kesejahteraan
dan rencana tatalaksana
karyawan
Pemilihan penunjang untuk pasien
Pertimbangan
Terisinya form sesuai dengan kebutuhan merupakan
pemilihan prosedur
penunjang wujud tanggung jawab dari
penunjang
akuntabilitas

40
Pemberian terapi yang sesuai dengan
Memberikan terapi Pasien memperoleh kebutuhan pasien dan berdasarkan
kepada pasien terapi yang tepat EBN merupakan wujud komitmen
mutu
Rekam medis yang lengkap terisi
Melakukan pencatatan Rekam medis yang
merupakan wujud akuntabilitas yaitu
di rekam medis pasien lengkap terisi
konsistensi
Menulis registrasi Penulisan laporan jaga menunjukkan
Laporan jaga pasien,
pasien di buku laporan kinerja yang tercakup dalam
foto kegiatan
jaga manajemen ASN

41
B Waktu dan Tempat Aktualisasi
Kegiatan aktualisasi mengenai isu “Kurangnya kepatuhan cuci tangan oleh keluarga pasien dan petugas kesehatan di IGD
RSUP Fatmawati” dilakukan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati mulai tanggal 26 April – 26
Agustus 2018 dengan difasilitatori oleh mentor dari RSUP Fatmawati drg. Tri Fajari Agustini, Sp. KGA, MARS dan pembimbing
dari BBPK Ciloto yaitu Helvy Yunida, SAP, MM

C Rencana Jadwal Kegiatan Aktualisasi


Berikut merupakan tabel rencana kegiatan aktualisasi :

April Mei Juni Juli Agustus


No Nama Kegiatan Ket
4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Membuat poster tentang cuci tangan bagi masyarakat
1
awam
Membuat video cuci tangan yang diputar di ruang
2
tunggu pasien dan keluarga pasien
Melakukan penyuluhan singkat atau edukasi kepada
3
keluarga pasien dengan peragaan.

4 Membuat reminder cuci tangan bagi petugas medis.

42
Membuat leaflet tentang pemberdayaan keluarga
5 pasien untuk mengingatkan petugas medis dalam
melakukan cuci tangan.
Melakukan refreshing kepada rekan kerja (perawat
6 dan petugas non medis) tentang pentingnya cuci
tangan.
Mengajukan SOP monitoring ketersediaan handrub
7
di IGD
Membuat penanda botol handrub yang habis
8
menggunakan plester merah.
Melaksanakan tugas jaga dan melakukan pelayanan
9
di triage dengan melakukan 5 momen cuci tangan.

43
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Dirjen
Perundang-undangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Lembaga Administrasi Negara. 2015. Akuntabilitas. Modul Penyelenggaraan


Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Latsar CPNS
Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2015. Anti Korupsi. Modul Penyelenggaraan


Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Latsar CPNS
Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2015. Etika Publik. Modul Penyelenggaraan


Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Latsar CPNS
Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2015. Komitmen Mutu. Modul Penyelenggaraan


Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Latsar CPNS
Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2015. Manajemen Aparatur Sipil Negara. Modul


Penyelenggaraan Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri
Sipil Latsar CPNS Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2015. Nasionalisme. Modul Penyelenggaraan


Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Latsar CPNS
Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2015. Pelayanan Publik. Modul Penyelenggaraan


Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Latsar CPNS
Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2015. Whole of Government. Modul


Penyelenggaraan Perdana Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri
Sipil Latsar CPNS Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil


Negara Tahun 2014. Diakses secara berkala di www.perpusnas.go.id (19
April 2018)

44

Anda mungkin juga menyukai