Oleh :
dr. I Gst. Ayu Mirah Kusumaningrat
NIP. 199004092018012001
RSUP Fatmawati Jakarta
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Dengan Judul :
KURANGNYA KEPATUHAN CUCI TANGAN OLEH
KELUARGA PASIEN DAN PETUGAS KESEHATAN DI IGD
RSUP FATMAWATI
Rancangan aktualisasi ini telah disetujui untuk diujikan dalam seminar rancangan
aktualisasi pelatihan dasar calon pegawai negeri sipil golongan III Kementerian
Kesehatan RI.
Dewan Penguji
i
LEMBAR PENGESAHAN
OLEH :
dr. I Gst Ayu Mirah Kusumaningrat
Peserta Pelatihan Dasar CPNS Golongan III Angkatan I
NIP. 199004092018012001
Coach, Mentor,
Penguji,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan rancangan
aktualisasi ini, dalam upaya memenuhi tugas Latsar CPNS Golongan III.
Selama proses penyusunan hingga selesainya makalah ini, penulis banyak
mendapat arahan, dorongan serta bantuan dari berbagai pihak sehingga berbagai
kesulitan dapat terlewati. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Mentor dan pembimbing yang telah membimbing penulis dan bersedia
meluangkan waktunya untuk memberikan arahan serta saran,
2. Kepala Balai Besar Pelatihan Kesehatan Ciloto, Bapak Tri Nugroho, MQIH,
3. Kepala Bidang Pelaaksanaan Pelatihan Dasar BBPK Ciloto, Bapak Wawan
Wahyudin, S.Si., Apt., MM.,
4. drg. Tri Fajari Agustini, Sp. KGA, MARS selaku mentor dari RSUP
Fatmawati yang memberikan arahan, dukungan, dan masukan bagi penulis
selama penyusunan rancangan,
5. Ibu Helvy Yunida, SAP., MM. selaku coach yang memberikan bimbingan
dan dukungan perancangan aktualisasi
6. dr. Yucca Rosemeilya selaku coach lapangan di RSUP Fatmawati yang
membimbing dan mengarahkan penyusunan perancangan ini.
7. Seluruh rekan peserta Diklatsar Golongan III Angkatan I dan II Kemenkes RI
di BBPK Ciloto serta teman sejawat yang telah membantu dalam
penyelesaian rancangan aktualisasi ini,
8. Keluarga yang selalu mendukung dan memberikan doa yang tak pernah putus
demi kelancaran makalah ini,
sehingga rancangan aktualisasi yang berjudul “Kurangnya Kepatuhan Cuci
Tangan oleh Keluarga Pasien dan Petugas Kesehatan di IGD RSUP Fatmawati” ini
dapat diselesaikan dengan baik.
i
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan untuk
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang dari Sabang
sampai Merauke, serta memiliki sumber daya alam melimpah, potensi sumber
daya manusia, dan memiliki keberagaman suku, budaya, dan bahasa. Kondisi
ini menunjukkan bagaimana kaya dan luasnya negara Indonesia. Namun
kekayaan ini belum mampu dikelola secara efektif dan efisien oleh para aktor
pembangunan, sehingga Indonesia masih tertinggal dari cepatnya laju
pembangunan global dewasa ini.
Sejumlah keputusan strategis, mulai dari merancang kebijakan hingga
penetapannya dalam berbagai sektor pembangunan ditetapkan oleh PNS
(Pegawai Negeri Sipil). Untuk memainkan peranan tersebut, dibutuhkan
sosok PNS yang tangguh, profesional, beretika, memiliki jiwa patriotisme
dan nasionalisme tinggi, bersih dari praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme,
serta mampu memberikan pelayanan publik yang prima bagi masyarakat dan
mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan
bangsa.
Sejalan dengan hal tersebut, melalui UU ASN No 5 tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara, CPNS wajib menjalani masa percobaan yang
dilaksanakan melaui proses Diklat terintegrasi untuk membangun integritas
moral, kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan,
karakter kepribadian yang unggul dan bertanggung jawab, dan memperkuat
profesionalisme serta kompetensi bidang. Pelatihan ini memadukan
pembelajaran klasikal dan non klasikal di tempat pelatihan dan di tempat
kerja sehingga memungkinkan CPNS untuk menginternalisasi, menerapkan,
mengaktualisasikan, serta membuatnya menjadi kebiasaan (habituasi), dan
merasakan manfaatnya, sehingga terpatri dalam dirinya sebagai karakter PNS
yang profesional sesuai bidang tugas. Adapun kegiatan aktualisasi yang
dilakukan oleh peserta diklat merupakan kegiatan inovasi dari satuan kerja
1
masing-masing. Setiap satuan kerja tentu saja memiliki problema yang
berbeda. Dalam hal ini satuan kerja penyusun adalah Instalasi Gawat Darurat.
Sejalan dengan visi dan misi rumah sakit, IGD memiliki peran dalam
menyediakan pelayanan yang prima. Salah satunya adalah dengan
memperhatikan patient safety. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
merupakan upaya untuk memastikan perlindungan kepada setiap orang
terhadap kemungkinan tertular infeksi dari sumber masyarakat umum dan
disaat menerima pelayanan kesehatan pada berbagai fasilitas kesehatan yang
bertujuan meningkatkan mutu pelayanan serta melindungi SDM, pasien,
maupun masyarakat.
Untuk dapat melakukan pencegahan dan pengendalian infeksi
dibutuhkan pendidikan dan pelatihan baik terhadap seluruh SDM fasilitas
pelayanan kesehatan maupun pengunjung dan keluarga pasien. Salah satu
kewaspadaan Standar agar tidak terinfeksi yaitu kebersihan tangan.
Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan sabun
dan air mengalir bila tangan jelas kotor atau terkena cairan tubuh, atau
menggunakan alkohol (alcohol-based handrubs) bila tangan tidak tampak
kotor.
Di RSUP Fatmawati sendiri, kepatuhan tenaga medis dalam
melaksanakan cuci tangan masih di bawah 90%. Bagi keluarga pasien sendiri,
angkanya tidak diketahui. Pemberian informasi terkait cuci tangan kepada
keluarga pasien sendiri dilakukan pada saat pasien akan dirawat inap, dan cara
melaksanakan cuci tangan baru diinformasikan di ruang rawat pasien. Hal ini
dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi pada pasien maupun
pengunjung pasien selama pasien berada di IGD.
Pencegahan infeksi melalui hand hygiene adalah tanggung jawab utama
dari petugas kesehatan. Akan tetapi, dengan peningkatan pengetahuan pasien
serta keluarga pasien mengenai hand hygiene, selain untuk mencegah
penularaan infeksi dari pengunjung pasien ke pasien, juga untuk
meningkatkan kepatuhan petugas medis dalam hand hygiene dengan cara
2
mengingatkan petugas medis untuk melaksanakan hand hygiene pada lima
momen hand hygiene.
B Tujuan Aktualisasi
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta latih mampu membuat
rancangan aktualisasi pada Pelatihan Dasar Golongan III CPNS
Kementerian Kesehatan dengan melaksanakan peran dan kedudukan
ASN dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta latih mampu:
a. Mengidentifikasi isu aktual yang terjadi di RSUP Fatmawati
b. Melakukan analisis isu yang terjadi di RSUP Fatmawati.
c. Melaksanakan kegiatan aktualisasi sesuai analisis isu di RSUP
Fatmawati.
C Manfaat
1. Bagi ASN
Aktualisasi nilai-nilai dasar ANEKA akan semakin
mengokohkan kepribadian ASN dalam bekerja serta mendorong
munculnya kepedulian dan inovasi terhadap isu sekitar.
2. Bagi Balai Besar Pelatihan Kesehatan Ciloto
Laporan rancangan aktualisasi ini dapat menambah bahan
kepustakaan Balai Besar Pelatihan Kesehatan Ciloto untuk
meningkatkan mutu program pendidikan CPNS angkatan selanjutnya.
3. Bagi Satuan Kerja
Terwujudnya lingkungan kerja yang kondusif dan mampu
meningkatkan kualitas dan mutu layanan dalam rangka mewujudkan
visi dan misi organisasi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Fatmawati ditetapkan sebagai Rumah Sakit Kelas A dan tersertifikasi
sebagai RS Pendidikan. Sertifikasi baik nasional maupun internasional
berhasil didapatkan oleh RSUP Fatmawati yaitu Tahun 2011 RSUP
Fatmawati mendapatkan sertifikat ISO & OHSAS dan Tahun 2013
RSUP Fatmawati meraih akreditasi nasional KARS dan internasional
JCI.
2. Tugas Pokok dan Fungsi RSUP Fatmawati
a. Tugas Pokok RSUP Fatmawati :
RSUP Fatmawati Jakarta mempunyai tugas pokok
menyelenggarakan upaya penyembuhan dan pemulihan
kesehatan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dan
berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan dan
pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan dan
menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan penelitian.
b. Fungsi RSUP Fatmawati yaitu menyelenggarakan :
1). Pelayanan medis
2). Pelayanan penunjang medis dan non medis
3). Pelayanan dan asuhan keperawatan
4). Pengelolaan sumber daya manusia rumah sakit
5). Pelayanan rujukan
6). Pendidikan dan pelatihan dibidang kesehatan
7). Penelitian dan pengembangan
8). Administrasi umum dan keuangan.
3. Visi RSUP Fatmawati
Visi RSUP Fatmawati adalah “ Menjadi Rumah Sakit Rujukan
Nasional Dengan Layanan Unggulan Spine dan Trauma 2019”.
4. Misi RSUP Fatmawati
Adapun misi RSUP Fatmawati adalah:
a. Memberikan pelayanan, pendidikan dan penelitian yang
berkualitas dan terintegrasi.
b. Meningkatkan kinerja, kompetensi dan kesejahteraan karyawan.
5
c. Menyelenggarakan good corporate governance.
d. Memberikan pelayanan berbasiskan continuum of care
throughout life cycle.
5. Nilai-nilai Organisasi RSUP Fatmawati
” P R O A K T I F”
a. Peduli : Selalu tanggap terhadap kebutuhan pelanggan.
b. PROfesional : Melaksanakan tugas sesuai dengan
kompetensi (pengetahuan, keterampilan, sikap dan peka
budaya).
c. IntegritAs : Selalu bertindak konsisten sesuai dengan kebijakan
dan kode etik.
d. Komitmen : Dalam bekerja pikiran fokus diarahkan pada tugas
dan usahanya dengan selalu berupaya untuk memperoleh hasil
yang maksimal.
e. Teamwork : Dalam melakukan pekerjaan selalu saling mengerti
dan mendukung satu sama lain.
f. InovatIF : Dalam melakukan kegiatan selalu berupaya untuk
menciptakan hal yang baru
6. Motto RSUP Fatmawati
“Percayakan Pada Kami”
7. Struktur Organisasi RSUP Fatmawati
6
B Tinjauan Teori
1. Nilai- Nilai Dasar Aparatur Negara (ANEKA)
Pegawai Negeri Sipil (PNS) memiliki peranan yang sangat
penting dalam kemajuan bangsa oleh karena itu diperlukan PNS yang
profesional serta berkarakter dalam melaksanakan tugas dan jabatannya
sebagai pelaksana kebijakan, pelayan publik dan perekat pemersatu
bangsa. Seorang PNS yang profesional harus memiliki nilai nilai dasar
ASN diantaranya Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
Komitmen mutu, Anti Korupsi (ANEKA)
a. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang
harus dicapai. Akuntabilitas merupakan prinsip dasar bagi
organisasi yang berlaku pada setiap level atau unit organisasi
sebagai suatu kewajiban jabatan dalam memberikan
pertanggungjawaban laporan kegiatan kepada atasannya. Fungsi
utama akuntabilitas publik yaitu :
1). Untuk menyediakan kontrol demokratis, dengan
membangun suatu sistem yng melibatkan stakeholders dan
users yang lebih luas (termasuk masyarakat, pihak swasta,
legislatif, yudikatif dan dilingkungan pemerintah itu sendiri
baik di tingkat kementerian, lembaga maupun daerah.
2). Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan
(peran konstitusional)
3). Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
Dilihat dari fungsi-fungsi akutabilitas tersebut menjadi hal
yang mutlak jika akutabilitas ada dalam sebuah framework.
Terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan dalam
menciptakan framework yang akuntabel yaitu:
1). menentukan tujuan yang ingin dicapai tanggungjawab yang
harus dilakukan
7
2). melakukan perencanaan atas apa yang perlu dilakukan
untuk mencapai tujuan
3). melakukan implementasi dan memantau kemajuan yang
sudah dicapai
4). melakukan implementasi dan memantau kemajuan yang
sudah dicapai
5). melakukan evaluasi hasil dan menyediakan masukan atau
feedback
Dalam menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel, ada
beberapa indikator dari nilai-nilai dasar akuntabilitas yang harus
diperhatikan, yaitu :
1). Kepemimpinan : Lingkungan yang akuntabel tercipta dari
atas ke bawah dimana pimpinan memainkan peranan yang
penting dalam menciptakan lingkungannya.
2). Transparansi : Keterbukaan atas semua tindakan dan
kebijakan yang dilakukan oleh individu maupun
kelompok/instansi.
3). Integritas : adalah adalah konsistensi dan keteguhan yang
tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur
dan keyakinan.
4). Tanggung Jawab : adalah kesadaran manusia akan tingkah
laku atau perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak
di sengaja.tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai
perwujudan kesadaran akan kewajiban.
5). Keadilan : adalah kondisi kebenaran ideal secara moral
mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang.
6). Kepercayaan : Rasa keadilan akan membawa pada sebuah
kepercayaan. Kepercayaan ini yang akan melahirkan
akuntabilitas.
8
7). Keseimbangan : Untuk mencapai akuntabilitas dalam
lingkungan kerja, maka diperlukan keseimbangan antara
akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
8). Kejelasan : Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab
harus memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang
menjadi tujuan dan hasil yang diharapkan.
9). Konsistensi : adalah sebuah usaha untuk terus dan terus
melakukan sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir.
b. Nasionalisme
Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai
ASN. Bahkan tidak hanya sekedar wawasan saja tetapi
kemampuan mengaktualisasikan nasionalisme dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya merupakan hal yang lebih
penting. Diharapkan dengan nasionalisme yang kuat, maka setiap
pegawai ASN memiliki orientasi berpikir mementingkan
kepentingan publik, bangsa, dan negara. Nilai-nilai yang
berorientasi pada kepentingan publik menjadi nilai dasar yang
harus dimiliki oleh setiap pegawai ASN. Pegawai ASN dapat
mempelajari bagaimana aktualisasi sila demi sila dalam Pancasila
agar memiliki karakter yang kuat dengan nasionalisme dan
wawasan kebangsaannya.
Nasionalisme dalam arti sempit merupakan sikap yang
meninggikan bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai
bangsa lain sebagaimana mestinya. Dalam arti luas, nasionalisme
berarti pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa
dan negara, sekaligus menghormati bangsa lain. Nasionalisme
Pancasila merupakan pandangan atau paham kecintaan manusia
Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada
nilai-nilai Pancasila.
Ada lima indikator dari nilai-nilai dasar nasionalisme yang
harus diperhatikan, yaitu :
9
1). Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa
Ketuhanan YME menjadikan Indonesia bukan
sebagai negara sekuler yang membatasi agama dalam ruang
privat. Pancasila justru mendorong nilai-nilai ketuhanan
mendasari kehidupan masyarakat dan berpolitik. Nilai-nilai
ketuhanan yang dikehendaki Pancasila adalah nilai-nilai
ketuhanan yang positif, yang digali dari nilai-nilai
keagamaan yang terbuka (inklusif), membebaskan dan
menjunjung tinggi keadilan dan persaudaraan. Dengan
berpegang teguh pada nilai-nilai ketuhanan diharapkan bisa
memperkuat pembentukan karakter dan kepribadian,
melahirkan etos kerja yang positif, dan memiliki
kepercayaan diri untuk mengembangkan potensi diri dan
kekayaan alam yang diberikan Tuhan untuk kemakmuran
masyarakat.
2). Sila kedua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Sila kedua memiliki konsekuensi ke dalam dan ke
luar. Ke dalam berarti menjadi pedoman negara dalam
memuliakan nilai-nilai kemanusiaan dan hak asasi manusia.
Ini berarti negara menjalankan fungsi “melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa
3). Sila ketiga: Persatuan Indonesia
Semangat kebangsaan adalah mengakui manusia
dalam keragaman dan terbagi dalam golongan-golongan.
Keberadaan bangsa Indonesia terjadi karena memiliki satu
nyawa, satu asal akal yang tumbuh dalam jiwa rakyat
sebelumnya, yang menjalani satu kesatuan riwayat, yang
membangkitkan persatuan karakter dan kehendak untuk
hidup bersama dalam suatu wilayah geopolitik nyata.
10
Selain kehendak hidup bersama, keberasaan bangsa
Indonesia juga didukung oleh semangat gotong royong.
Dengan kegotong royongan itulah, Indonesia harus mampu
melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia,
bukan membela atau mendiamkan suatu unsur masyarakat
atau bagian tertentu dari teritorial Indonesia.
Tujuan nasionalisme yang mau didasari dari
semangat gotong royong yaitu ke dalam dan ke luar. Ke
dalam berarti kemajemukan dan keanekaragaman budaya,
suku, etnis, agama yang mewarnai kebangsaan Indonesia,
tidak boleh dipandang sebagai hal negatif dan menjadi
ancaman yang bisa saling menegasikan. Sebaliknya, hal itu
perlu disikapi secara positif sebagai limpahan karunia yang
bisa saling memperkaya khazanah budaya dan pengetahuan
melalui proses penyerbukan budaya. Ke luar berarti
memuliakan kemanusiaan universal, dengan menjunjung
tinggi persaudaraan, perdamaian dan keadilan antar umat
manusia.
4). Sila keempat : Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan
Demokrasi permusyawaratan mempunyai dua
fungsi. Fungsi pertama, badan permusyawaratan/
perwakilan bisa menjadi ajang memperjuangkan asprasi
beragam golongan yang ada di masyarakat. Fungsi kedua,
semangat permusyawaratan bisa menguatkan negara
persatuan, bukan negara untuk satu golongan atau
perorangan. Permusyawaratan dengan landasan
kekeluargaan dan hikmat kebijaksanaan diharapkan bisa
mencapai kesepakatan yang membawa kebaikan bagi
semua pihak. Abraham Lincoln mendefinisikan demokrasi
sebagai “pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
11
rakyat”. Ada tiga prasyarat dalam pemerintahan yang
demokratis, yaitu : (1) kekuasaan pemerintah berasal dari
rakyat yang diperintah; (2) kekuasaan itu harus dibatasi;
dan (3) pemerintah harus berdaulat, artinya harus cukup
kuat untuk dapat menjalankan pemerintahan secara efektif
dan efisien.
5). Sila kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat
Indonesia.
Dalam rangka mewujudkan keadilan sosial, para
pendiri bangsa menyatakan bahwa Negara merupakan
organisasi masyarakat yang bertujuan menyelenggarakan
keadilan. Keadilan sosial juga merupakan perwujudan
imperative etis dari amanat pancasila dan UUD 1945. Peran
negara dalam mewujudkan rasa keadilan sosial, antara lain
: (a) perwujudan relasi yang adil di semua tingkat sistem
kemasyarakatan; (b) pengembangan struktur yang
menyediakan kesetaraan kesempatan; (c) proses fasilitasi
akses atas informasi, layanan dan sumber daya yang
diperlukan; dan (d) dukungan atas partisipasi bermakna atas
pengambilan keputusan bagi semua orang.
c. Etika Publik
Etika dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku
serta keyakinan untuk menentukan perbuatan yang pantas guna
menjamin adanya perlindungan hak-hak individu, mencakup
cara-cara pengambilan keputusan untuk membantu membedakan
hal-hal yang baik dan buruk serta mengarahkan apa yang
seharusnya dilakukan sesuai nila-nilai yang dianut.
Konsep etika sering disamakan dengan moral. Padahal ada
perbedaan antara keduanya. Etika lebih dipahami sebagai refleksi
yang baik atau benar. Sedangkan moral mengacu pada kewajiban
untuk melakukan yang baik atau apa yang seharusnya dilakukan.
12
Etika juga dipandang sebagai karakter atau etos
individu/kelompokberdasarkan nilai-nilai dan norma-norma
luhur.
Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku
dalam suatu kelompok khusus, sudut pandangnya hanya
ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan tertulis.
Kode etik profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku /
etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui
ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan dapat dipegang
teguh oleh sekelompok profesional tertentu.
Berdasarkan UU ASN, kode etik dan kode perilaku ASN
adalah :
1). Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab
dan berintegritas.
2). Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
3). Melayani dengan sikap hormat, sopan dan tanpa tekanan.
4). Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
5). Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau
pejabat yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan.
6). Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara.
7). Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif dan efisien.
8). Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam
melaksanakan tugasnya.
9). Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan
kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait
kepentingan kedinasan.
13
10). Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas,
status, kekuasaan dan jabtannya untuk mendapat atau
mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau
untuk orang lain.
11). Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga
reputasi dan integritas ASN.
12). Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai disiplin pegawai ASN.
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam
undang-undang ASN, memiliki indikator sebagai berikut :
1). Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara
Pancasila.
2). Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia 1945.
3). Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
4). Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
5). Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
6). Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
7). Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya
kepada publik.
8). Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah.
9). Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap,
cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan
santun.
10). Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
11). Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
12). Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
pegawai.
13). Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
14
14). Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang
demokratis sebagai perangkat sistem karir.
d. Komitmen Mutu
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada
orang lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga
mutu kinerja pegawai. Bidang apapun yang menjadi tanggung
jawab pegawai negeri sipil semua mesti dilaksanakan secara
optimal agar dapat memberi kepuasan kepada stakeholder.
Komitmen mutu merupakan tindakan untuk menghargai
efektivitas, efisiensi, inovasi dan kinerja yang berorientasi mutu
dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik.
Ada empat indikator dari nilai-nilai dasar komitmen mutu
yang harus diperhatikan, yaitu :
1). Efektif
Efektif adalah berhasil guna, dapat mencapai hasil
sesuai dengan target. Sedangkan efektivitas menunjukkan
tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan, baik
menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja. Efektifitas
organisasi tidak hanya diukur dari performans untuk
mencapai target (rencana) mutu, kuantitas, ketepatan waktu
dan alokasi sumber daya, melainkan juga diukur dari
kepuasan dan terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
2). Efisien
Efisien adalah berdaya guna, dapat menjalankan
tugas dan mencapai hasil tanpa menimbulkan keborosan.
Sedangkan efisiensi merupakan tingkat ketepatan realiasi
penggunaan sumberdaya dan bagaimana pekerjaan
dilaksanakan sehingga dapat diketahui ada tidaknya
pemborosan sumber daya, penyalahgunaan alokasi,
penyimpangan prosedur dan mekanisme yang ke luar alur.
3). Inovasi
15
Inovasi Pelayanan Publik adalah hasil pemikiran baru
yang konstruktif, sehingga akan memotivasi setiap individu
untuk membangun karakter sebagai aparatur yang
diwujudkan dalam bentuk profesionalisme layanan publik
yang berbeda dari sebelumnya, bukan sekedar menjalankan
atau menggugurkan tugas rutin.
4). Mutu
Mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan
dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang
sesuai atau bahkan melebihi harapan konsumen. Mutu
mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang
diberikan kepada pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan
keinginannya, bahkan melampaui harapannya. Mutu
merupakan salah satu standar yang menjadi dasar untuk
mengukur capaian hasil kerja. Mutu menjadi salah satu alat
vital untuk mempertahankan keberlanjutan organisasi dan
menjaga kredibilitas institusi.
Ada lima dimensi karakteristik yang digunakan
pelanggan dalam mengevaluasi kualitas pelayan, yaitu :
a). Tangibles (bukti langsung), yaitu : meliputi fasilitas
fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi;
b). Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam
memberikan pelayanan dengan segera dan
memuaskan serta sesuai dengan yang telah
dijanjikan;
c). Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan
untuk memberikan pelayanan dengan tanggap;
d). Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan,
kesopanan, dan sifat dapat dipercaya;
16
e). Empaty, yaitu kemudahan dalam melakukan
hubungan, komunikasi yang baik, dan perhatian
dengan tulus terhadap kebutuhan pelanggan.
e. Anti Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang
artinya kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Selaras dengan
kata asalnya, korupsi sering dikatakan sebagai kejahatan luar
biasa, salah satu alasannya adalah karena dampaknya yang luar
biasa menyebabkan kerusakan baik dalam ruang lingkup, pribadi,
keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih luas. Kerusakan
tersebut tidak hanya terjadi dalam kurun waktu yang pendek,
namun dapat berdampak secara jangka panjang.
Menurut UU No 31/1999 jo No UU 20/2001 terdapat 7
kelompok tindak pidana korupsi yang terdiri dari :
1). Kerugian keungan negara
2). Suap-menyuap
3). Pemerasan
4). Perbuatan curang
5). Penggelapan dalam jabatan
6). Benturan Kepentingan dalam pengadaan
7). Gratifikasi
Ada 9 (sembilan) indikator dari nilai-nilai dasar anti korupsi
yang harus diperhatikan, yaitu :
1). Jujur
Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi
landasan utama bagi penegakan integritas diri seseorang.
Tanpa adanya kejujuran mustahil seseorang bisa menjadi
pribadi yang berintegritas. Seseorang dituntut untuk bisa
berkata jujur dan transparan serta tidak berdusta baik
terhadap diri sendiri maupun orang lain, sehingga dapat
membentengi diri terhadap godaan untuk berbuat curang.
17
2). Peduli
Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan
seseorang memiliki sifat kasih sayang. Individu yang
memiliki jiwa sosial tinggi akan memperhatikan
lingkungan sekelilingnya di mana masih terdapat banyak
orang yang tidak mampu, menderita, dan membutuhkan
uluran tangan. Pribadi dengan jiwa sosial tidak akan
tergoda untuk memperkaya diri sendiri dengan cara yang
tidak benar tetapi ia malah berupaya untuk menyisihkan
sebagian penghasilannya untuk membantu sesama.
3). Mandiri
Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada
diri seseorang menjadi tidak bergantung terlalu banyak
pada orang lain. Mentalitas kemandirian yang dimiliki
seseorang memungkinkannya untuk mengoptimalkan daya
pikirnya guna bekerja secara efektif. Pribadi yang mandiri
tidak akan menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang
tidak bertanggungjawab demi mencapai keuntungan sesaat.
4). Disiplin
Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang.
Ketekunan dan konsistensi untuk terus mengembangkan
potensi diri membuat seseorang akan selalu mampu
memberdayakan dirinya dalam menjalani tugasnya.
Kepatuhan pada prinsip kebaikan dan kebenaran menjadi
pegangan utama dalam bekerja. Seseorang yang
mempunyai pegangan kuat terhadap nilai kedisiplinan tidak
akan terjerumus dalam kemalasan yang mendambakan
kekayaan dengan cara yang mudah.
18
Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik
akan menyadari bahwa keberadaan dirinya di muka bumi
adalah untuk melakukan perbuatan baik demi kemaslahatan
sesama manusia. Segala tindak tanduk dan kegiatan yang
dilakukannya akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya
kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, negara, dan
bangsanya. Dengan kesadaran seperti ini maka seseorang
tidak akan tergelincir dalam perbuatan tercela dan nista.
6). Kerja Keras
Individu beretos kerja akan selalu berupaya
meningkatkan kualitas hasil kerjanya demi terwujudnya
kemanfaatan publik yang sebesar-besarnya. Ia
mencurahkan daya pikir dan kemampuannya untuk
melaksanakan tugas dan berkarya dengan sebaik-baiknya.
Ia tidak akan mau memperoleh sesuatu tanpa mengeluarkan
keringat.
7). Sederhana
Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang
yang menyadari kebutuhannya dan berupaya memenuhi
kebutuhannya dengan semestinya tanpa berlebih-lebihan.
Ia tidak tergoda untuk hidup dalam gelimang kemewahan.
Kekayaan utama yang menjadi modal kehidupannya adalah
ilmu pengetahuan. Ia sadar bahwa mengejar harta tidak
akan pernah ada habisnya karena hawa nafsu keserakahan
akan selalu memacu untuk mencari harta sebanyak-
banyaknya.
8). Berani
Seseorang yang memiliki karakter kuat akan
memiliki keberanian untuk menyatakan kebenaran dan
menolak kebathilan. Ia tidak akan mentolerir adanya
penyimpangan dan berani menyatakan penyangkalan
19
secara tegas. Ia juga berani berdiri sendirian dalam
kebenaran walaupun semua kolega dan teman-teman
sejawatnya melakukan perbuatan yang menyimpang dari
hal yang semestinya. Ia tidak takut dimusuhi dan tidak
memiliki teman kalau ternyata mereka mengajak kepada
hal-hal yang menyimpang.
9). Adil
Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari
bahwa apa yang dia terima sesuai dengan jerih payahnya. Ia
tidak akan menuntut untukmendapatkan lebih dari apa yang
ia sudah upayakan. Bila ia seorang pimpinan maka ia akan
memberi kompensasi yang adil kepada bawahannya sesuai
dengan kinerjanya. Ia juga ingin mewujudkan keadilan dan
kemakmuran bagi masyarakat dan bangsanya.
20
pentingnya WOG dalam menyatukan institusi pemerintah sebagai
penyelenggara kebijakan dan layanan publik.
Praktek WOG :
1). Penguatan koordinasi antar lembaga
Penguatan koordinasi dapat dilakukan jika jumlah
lembaga-lembaga yang dikoordinasikan masih terjangkau
dan manageable. Salah satu alternatifnya adalah
mengurangi jumlah lembaga yang ada sampai mendekati
jumlah yang ideal untuk sebuah koordinasi.
2). Membentuk lembaga koordinasi khusus
Pembentukan lembaga terpisah dan permanen yang
bertugas dalam mengkoordinasikan sektor atau
kementerian.
3). Membentuk gugus tugas
Bentuk pelembagaan koordinasi yang dilakukan di
luar struktur formal, yang sifatnya tidak permanen.
4). Koalisi sosial
Bentuk informal dari penyatuan koordinasi antar
sektor atau lembaga tanpa perlu membentuk pelembagaan
khusus dalam koordinasi ini.
Pola Pelayanan WoG :
1). Pola pelayanan teknis Fungsional
2). Pola pelayanan satu atap
3). Pola pelayanan satu pintu
4). Pola pelayanan terpusat
5). Pola pelayanan elektronik
b. Manajemen ASN
Untuk mewujudkan birokrasi yang professional dalam
menghadapi tantangan-tantangan tersebut, pemerintah melalui
UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara telah
bertekad untuk mengelola aparatur sipil negara menjadi semakin
21
professional. Undang-undang ini merupakan dasar dalam
manajemen aparatur sipil negara yang bertujuan untuk
membangun aparat sipil negara yang memiliki integritas,
profesional dan netral serta bebas dari intervensi politik, juga
bebas dari praktek KKN, serta mampu menyelenggarakan
pelayanan publik yang berkualitas bagi masyarakat.
Berdasarkan jenisnya, pegawai ASN terdiri atas:
1). Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan
2). Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Keja (PPPK).
Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang
menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi
pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua
golongan dan partai politik. Untuk menjalankan kedudukannya
tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai berikut: a)
Pelaksana kebijakan publik, b) Pelayan Publik dan c) Perekat dan
pemersatu bangsa.
Sistem merit pada dasarnya adalah konsepsi dalam
manajemen SDM yang menggambarkan diterapkannya
obyektifitas dalam keseluruhan semua proses dalam pengelolaan
ASN yakni pada pertimbangan kemampuan dan prestasi individu
untuk melaksanakan pekerjaanya (kompetensi dan kinerja).
c. Pelayanan Publik
Berdasarkan UU No 25 Tahun 2009 tentang Pelayann
Publik, dijelaskan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi
setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik.
Prinsip pelayanan publik adalah:
1). Partisipatif
22
2). Transparan
3). Responsif
4). Tidak diskriminatif
5). Mudah dan murah
6). Efektif dan efisien
7). Aksesibel
23
Pedoman PPI di Fasilitas Pelayanan Kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan,
sehingga melindungi sumber daya manusia kesehatan, pasien dan
masyarakat dari penyakit infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
Salah satu kewaspadaan standar agar tidak terinfeksi yaitu
kebersihan tangan. Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci
tangan menggunakan sabun dan air mengalir bila tangan jelas kotor atau
terkena cairan tubuh, atau menggunakan alkohol (alcohol-based
handrubs) bila tangan tidak tampak kotor. Kuku harus selalu bersih dan
terpotong pendek, tanpa kuku palsu, tanpa memakai perhiasan cincin.
Cuci tangan dengan sabun biasa/antimikroba dan bilas dengan air
mengalir, dilakukan pada saat:
a. Bila tangan tampak kotor, terkena kontak cairan tubuh pasien
yaitu darah, cairan tubuh sekresi, ekskresi, kulit yang tidak utuh,
ganti verband, walaupun telah memakai sarung tangan.
b. Bila tangan beralih dari area tubuh yang terkontaminasi ke area
lainnya yang bersih, walaupun pada pasien yang sama.
Indikasi kebersihan tangan:
a. Sebelum kontak pasien;
b. Sebelum tindakan aseptik;
c. Setelah kontak darah dan cairan tubuh;
d. Setelah kontak pasien;
e. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
24
Gambar 2. Cara mencuci tangan dengan sabun
25
Gambar 3. Cara mencuci tangan dengan alcohol-based handrub
26
BAB III
METODE AKTUALISASI
1. Identifikasi Isu
Isu yang terjadi di IGD RSUP Fatmawati adalah:
27
b. Tidak adanya CD reader untuk membaca hasil imaging dari RS
lain.
Banyak rumah sakit yang sudah menerapkan e-medical
record yang terintegrasi dengan computed radiography, sehingga
luaran pemeriksaan radiologi bukan lagi berupa cetakan foto,
melainkan dalam bentuk CD. Sementara di RSUP Fatmawati
belum ada CD reader untuk membaca hasil tersebut,
menyebabkan pembacaannya dilakukan di ruangan atau
dilakukannya imaging ulang pada pasien.
c. Hasil pemeriksaan penunjang radiologi belum dapat diakses
melalui komputer IGD.
Meskipun sudah menggunakan computed radiography,
namun hasil imaging belum dapat diakses dari komputer yang
berada di IGD karena belum terintegrasi. Hal ini menyebabkan
dokter IGD tidak dapat langsung melihat hasil imaging dari
komputer, melainkan harus mengambil hasilnya ke ruang
radiologi IGD.
d. Tidak adanya petugas BPJS Kesehatan yang standby di IGD
Seringkali pasien memiliki pertanyaan dan permasalahan
seputar penggunaan kartu KIS yang hanya dapat diselesaikan
oleh pegawai BPJS Kesehatan. Namun di IGD RSUP Fatmawati
pegawai BPJS Kesehatan hanya bertugas di BPJS Center yang
letaknya jauh dari IGD dan hanya bekerja di jam pelayanan
poliklinik. Untuk menyelesaikan permasalahan terkatit kartu
JKN, pasien baru bisa mengkonsultasikannya di jam kerja.
e. Pembuatan SEP rawat inap belum real time.
SEP (Surat Eligibilitas Peserta) adalah bukti bahwa kartu
peserta aktif dan dapat digunakan untuk memperoleh pelayanan.
SEP sebaiknya diterbitkan real time ketika pasien akan
memperoleh suatu pelayanan. Akan tetapi, di RSUP Fatmawati,
SEP rawat inap baru diurus di ruang rawat inap. Apabila pasien
28
memiliki denda pelayanan, pasien baru mengetahuinya keesokan
harinya.
f. Alat medis di IGD tidak mencukupi jumlah petugas medis IGD.
Stetoskop adalah alat yang digunakan oleh dokter maupun
perawat dalam memeriksa pasien. Jumlah stetoskop di IGD tidak
memadai (hanya 1-2 buah di tiap triage). Hal ini menyebabkan
petugas medis membawa sendiri stetoskop untuk digunakan di
IGD.
a. Metode Penetapan Isu
Metode AKPK adalah metode penetapan isu dengan
menitikberatkan pada beberapa penilaian yaitu :
1). Aktual adalah isu yang sedang atau dalam proses kejadian,
sedang hangat dibicarakan dikalangan masyarakat, atau isu
yang diperkirakan akan terjadi dalam waktu dekat. Jadi
bukan isu yang lepas dari perhatian masyarakat atau isu
yang sudah basi.
2). Kekhalayakan adalah isu yang secara langsung menyangkut
hajat hidup orang banyak, masyarakat pelanggan pada
umumnya, dan bukan hanya untu kepentingan seseorang
atau sekelompok kecil orang tertentu saja.
3). Problematika adalah isu yang menyimpang dari harapan,
standar, ketentuan yang menimbulkan kegelisahaan yang
perlu segera dicari penyebab dan pemecahannya.
4). Kelayakan adalah isu yang masuk akal (logis), pantas,
realistis dan dapat dibahas sesuai dengan tugas, hak,
wewenang dan tanggungjawab.
Di bawah ini merupakan tabel AKPK berdasarkan isu yang
terjadi di IGD RSUP Fatmawati
29
Tabel 1. Tabel AKPK Isu yang Terjadi di IGD
No Isu Penetapan Isu
Kurangnya +
kepatuhan cuci
tangan oleh
keluarga
1 pasien dan
petugas
kesehatan di
IGD RSUP
Fatmawati.
Tidak adanya -
CD reader
untuk
2
membaca hasil
imaging dari
RS lain.
Hasil -
pemeriksaan
penunjang
radiologi
3
belum dapat
diakses
melalui
komputer IGD.
Tidak adanya -
petugas BPJS
4 Kesehatan
yang standby
di IGD
Pembuatan -
SEP rawat inap
5
belum real
time.
30
Alat medis di -
IGD tidak
6 mencukupi
jumlah petugas
medis IGD.
31
KELUARGA METODE
PASIEN
Keluarga pasien
tidak tahu Edukasi hand hygiene tidak
efektif
Tidak ada media edukasi
pasien/keluarga Keterbatasan
jumlah petugas
Keterbatasan jumlah
petugas
Edukasi hand hygiene setelah Kurangnya
pasien dipastikan akan ranap
Tidak ada edukasi Kepatuhan Cuci
Tangan oleh
Keluarga Pasien
Petugas tidak mengisi dan Petugas
Kurangnya kesadaranpetugas botol handrub
Refreshing mengenai Tidak ada SOP Kesehatan
PPI jarang dilakukan kontrol handrub
Botol handrub
Petugas lupa sering kosong
melaksanakan
PETUGAS MATERIAL
MEDIS
Gambar 1. Diagram Fishbone Kurangnya Kepatuhan Cuci Tangan Oleh Keluarga Pasien dan Petugas Kesehatan
32
Dari diagram fishbone diatas dapat diketahui akar masalah
yaitu:
1). Tidak adanya media edukasi bagi keluarga pasien mengenai
cuci tangan di IGD.
2). Jumlah petugas tidak cukup untuk melakukan edukasi.
3). Refreshing mengenai PPI bagi petugas medis jarang
dilakukan.
4). Tidak ada reminder cuci tangan yang menarik.
5). Petugas tidak mengetahui bila handrub kosong.
6). Tidak adanya SOP pengisian handrub oleh petugas.
33
RANCANGAN AKTUALISASI NILAI DASAR ASN
DIKLAT PRAJABATAN GOLONGAN III
ANGKATAN I BBPK CILOTO
34
Poster yang terpasang dan mudah
Foto poster yang
Memajang poster di dilihat oleh pasien dan keluarganya
terpasang di pintu
pintu masuk IGD merupakan wujud pelayanan publik yg
masuk IGD
aksesibel
35
Melakukan kegiatan dengan meminta
Meminta ijin ijin terlebih dahulu kepada atasan
Ijin kegiatan
melakukan penyuluhan dengan diskusi merupakan perwujudan
penyuluhan
pada kepala IGD nilai sila keempat pancasila dari
nasionalisme Dengan mengingatkan
pentingnya cuci tangan baik
Mengajukan proposal bagi keluarga pasien melalui
Dengan mengingatkan
penyuluhan singkat penyuluhan langsung, cuci
Pengajuan proposal dan disetujuinya pentingnya cuci tangan bagi
yang berkala yang tangan akan menjadi kebiasaan
Penyetujuan proposal oleh atasan merupakan nilai keluarga pasien, cuci tangan
dilakukan di ruang yang dapat mencegah
Melakukan kepemimpinan dari akuntabilitas akan menjadi kebiasaan yang
tunggu IGD bagian luar penyebaran penyakit infeksi.
penyuluhan dapat mencegah penyebaran
kepada Kepala IGD Maka hal tersebut sesuai dengan
singkat atau penyakit infeksi, maka hal
3 visi RSUP Fatmawati yaitu
edukasi kepada Melakukan koordinasi tersebut sesuai dengan nilai
Kesepakatan metode Melakukan koordinasi dengan sektor Menjadi Rumah Sakit
keluarga pasien dengan KPPI mengenai organisasi yaitu Peduli,
dan pelaksanaan lain dalam pelaksanaan program Rujukan Nasional Dengan
dengan peragaan. pelaksanaan Profesional, Integritas,
penyuluhan merupakan wujud koordinasi dari WoG Layanan Unggulan Spine dan
penyuluhan Komitmen, Teamwork dan
Trauma 2019 dan misi yaitu
Inovatif
Menentukan jadwal Jadwal sosialisi yang jelas merupakan memberikan pelayanan,
Jadwal sosialisasi pendidikan dan penelitian yang
sosialisasi wujud kedisiplinan dari anti korupsi
berkualitas dan terintegrasi.
Sosialisasi yang dilakukan pada
Daftar hadir, foto
keluarga pasien menunjukkan
Melakukan sosialisasi kegiatan, notulen,
pelayanan publik yang responsif
video kegiatan
terhadap kebutuhan pasien
36
Mendesain reminder infeksi. Maka hal tersebut sesuai dengan nilai organisasi yaitu
Design reminder Pambuatan design yang menarik
yang mudah dilihat dan dengan visi RSUP Fatmawati Peduli, Profesional, Integritas,
yang mudah dilihat merupakan kreativitas yang terkandung
dibaca oleh petugas yaitu Menjadi Rumah Sakit Komitmen, Teamwork dan
dan menarik dalam komitmen mutu
medis Rujukan Nasional Dengan Inovatif
Mencetak reminder merupakan Layanan Unggulan Spine dan
Reminder yang Trauma 2019 dan misi yaitu
Mencetak reminder perwujudan tanggung jawab dari anti
menarik memberikan pelayanan,
korupsi
pendidikan dan penelitian yang
Reminder yang tertempel membuat berkualitas dan terintegrasi,
Menempelkan
Foto reminder yang informasi dapat terakses dengna mudah serta meningkatkan kinerja,
reminder di meja jaga
telah ditempel yang merupakan wujud pelayanan kompetensi dan kesejahteraan
dan kamar jaga
publik karyawan
37
Mencetak leaflet merupakan
Leaflet yang siap
Mencetak leaflet perwujudan tanggung jawab dari anti
disebarkan
korupsi
Leaflet berada di
Reminder yang tertempel membuat
Meletakkan leaflet di tempat strategis agar
informasi dapat terakses dengna mudah
pendaftaran dan meja mudah menjangkau
yang merupakan wujud pelayanan
informasi IGD keluarga pasien, foto
publik
kegiatan.
Melakukan koordinasi
dengan KPPI untuk Melakukan koordinasi dengan sektor Dengan mengingatkan
Materi PPI tentang pentingnya cuci tangan bagi
menentukan bahan lain dalam pelaksanaan program
cuci tangan petugas, cuci tangan akan
refreshing cuci tangan merupakan wujud koordinasi dari WoG
pada petugas IGD menjadi kebiasaan yang dapat
Dengan mengingatkan
mencegah penyebaran penyakit
Melakukan pentingnya cuci tangan bagi
Menentukan jadwal Susunan jadwal Jadwal sosialisi yang jelas merupakan infeksi. Maka hal tersebut sesuai
refreshing kepada petugas, cuci tangan akan
sosialisasi sosialisasi wujud kedisiplinan dari anti korupsi dengan visi RSUP Fatmawati
rekan kerja menjadi kebiasaan yang dapat
yaitu Menjadi Rumah Sakit
(perawat dan Membuat dan mencegah penyebaran penyakit
6 Rujukan Nasional Dengan
petugas non menyampaikan surat Daftar undangan, Daftar undangan merupakan wujud infeksi, maka hal tersebut sesuai
Layanan Unggulan Spine dan
medis) tentang undangan kepada surat undangan. kesopanan dari etika publik dengan nilai organisasi yaitu
Trauma 2019 dan misi yaitu
pentingnya cuci petugas IGD Peduli, Profesional, Integritas,
memberikan pelayanan,
tangan. Komitmen, Teamwork dan
Sosialisasi yang dilakukan pada rekan pendidikan dan penelitian yang
Inovatif
Daftar hadir, foto kerja menunjukkan pelayanan publik berkualitas dan terintegrasi,
Melakukan sosialisasi serta meningkatkan kinerja,
kegiatan, notulen. internal yang responsif terhadap
kebutuhan kompetensi dan kesejahteraan
karyawan
38
Dengan melakukan usaha
Melakukan kegiatan dengan meminta peningkatan prilaku cuci tangan
Melakukan koordinasi ijin terlebih dahulu kepada atasan baik bagi keluarga pasien
Persetujuan
dengan kepala IGD dengan diskusi merupakan perwujudan maupun petugas, cuci tangan
pembuatan SOP
dalam pembuatan SOP nilai sila keempat pancasila dari akan menjadi kebiasaan yang Dengan mengingatkan perilaku
nasionalisme dapat mencegah penyebaran cuci tangan baik bagi keluarga
penyakit infeksi. Maka hal pasien maupun petugas, cuci
Merancang SOP tersebut sesuai dengan visi tangan akan menjadi kebiasaan
Mengajukan SOP Perancangan SOP akan membuat
monitoring SOP pengisian botol RSUP Fatmawati yaitu Menjadi yang dapat mencegah
monitoring kejelasan wewenang yang merupakan
7 ketersediaan handrub handrub Rumah Sakit Rujukan penyebaran penyakit infeksi,
ketersediaan wujud dari akuntabilitas
di IGD Nasional Dengan Layanan maka hal tersebut sesuai dengan
handrub di IGD
Unggulan Spine dan Trauma nilai organisasi yaitu Peduli,
Mengajukan rancangan Persetujuan Rancangan SOP merupakan wujud 2019 dan misi yaitu Profesional, Integritas,
SOP rancangan SOP komitmen mutu yaitu efektif memberikan pelayanan, Komitmen, Teamwork dan
pendidikan dan penelitian yang Inovatif
Melakukan sosialisasi Daftar hadir, foto Sosialisasi dapat meningkatkan berkualitas dan terintegrasi,
SOP kegiatan, notulen. partisipatif dari pelayanan publik serta meningkatkan kinerja,
kompetensi dan kesejahteraan
karyawan
Meminta ijin Dengan melakukan usaha
Melakukan kegiatan dengan meminta Dengan mengingatkan perilaku
penggunaan plester Ijin penggunaan peningkatan prilaku cuci tangan
ijin terlebih dahulu kepada atasan cuci tangan baik bagi keluarga
merah sebagai penanda plester merah sebagai baik bagi keluarga pasien
dengan diskusi merupakan perwujudan pasien maupun petugas, cuci
Membuat botol handrub yang penanda botol maupun petugas, cuci tangan
nilai sila keempat pancasila dari tangan akan menjadi kebiasaan
penanda botol kosong pada kepala handrub yang kosong akan menjadi kebiasaan yang
nasionalisme yang dapat mencegah
handrub yang IGD dapat mencegah penyebaran
8 penyebaran penyakit infeksi,
habis Melakukan sosialisasi penyakit infeksi. Maka hal
Pemahaman maka hal tersebut sesuai dengan
menggunakan pada petugas medis dan tersebut sesuai dengan visi
penggunaan plester nilai organisasi yaitu Peduli,
plester merah. non medis IGD untuk Sosialisasi dapat meningkatkan RSUP Fatmawati yaitu Menjadi
merah yang dipasang Profesional, Integritas,
memasang plester partisipatif dari pelayanan publik Rumah Sakit Rujukan
pada botol handrub Komitmen, Teamwork dan
merah pada botol Nasional Dengan Layanan
yang kosong Inovatif
handrub yang kosong. Unggulan Spine dan Trauma
39
Melakukan evaluasi 2019 dan misi yaitu
Melakukan evaluasi kegiatan
pelaksanaan penandaan Laporan pelaksanaan, memberikan pelayanan,
merupakan wujud konsistensi dari
botol handrub yang foto kegiatan pendidikan dan penelitian yang
akuntabilitas
kosong. berkualitas dan terintegrasi,
serta meningkatkan kinerja,
kompetensi dan kesejahteraan
karyawan
Datang di triase hijau
Absensi kehadiran Kehadiran tepat waktu merupakan
tepat waktu dan sesuai
tepat waktu wujud kedisiplinan dari anti korupsi
jadwal
Mengucapkan salam Terciptanya Dengan mengingatkan
Hubungan yang kondusif dengan
dan sapa kepada pasien hubungan yang pentingnya cuci tangan baik
pasien merupakan wujud pelayanan
dan atau keluarga kondusif dengan bagi keluarga pasien maupun
publik yang responsif
pasien pasien petugas, cuci tangan akan
Melakukan anamnesis Dengan mengingatkan
Pelayanan pasien menjadi kebiasaan yang dapat
dan pemeriksaan fisik Pelayanan pasien yang aman pentingnya cuci tangan baik
Melaksanakan yang aman dan mencegah penyebaran penyakit
dengan melakukan cuci merupakan perwujudan kualitas bagi keluarga pasien maupun
tugas jaga dan didapatkannya data infeksi. Maka hal tersebut sesuai
tangan pada 5 momen komitmen mutu petugas, cuci tangan akan
melakukan pasien yang benar dengan visi RSUP Fatmawati
penting menjadi kebiasaan yang dapat
pelayanan di yaitu Menjadi Rumah Sakit
9 mencegah penyebaran penyakit
triage dengan Rujukan Nasional Dengan
Diagnosis yang Menentukan diagnosis kerja dilakukan infeksi, maka hal tersebut sesuai
melakukan 5 Menentukan diagnosis Layanan Unggulan Spine dan
tertulis pada rekam sesuai dengan kompetensinya yang dengan nilai organisasi yaitu
momen cuci kerja Trauma 2019 dan misi yaitu
medis merupakan perujudan manajemen ASN Peduli, Profesional, Integritas,
tangan. memberikan pelayanan,
Komitmen, Teamwork dan
Melakukan edukasi pendidikan dan penelitian yang
Melakukan edukasi dengan bahasa Inovatif
kepada pasien Terisinya form berkualitas dan terintegrasi,
yang santun merupakan wujud etika serta meningkatkan kinerja,
mengenai diagnosis edukasi pasien
publik kompetensi dan kesejahteraan
dan rencana tatalaksana
karyawan
Pemilihan penunjang untuk pasien
Pertimbangan
Terisinya form sesuai dengan kebutuhan merupakan
pemilihan prosedur
penunjang wujud tanggung jawab dari
penunjang
akuntabilitas
40
Pemberian terapi yang sesuai dengan
Memberikan terapi Pasien memperoleh kebutuhan pasien dan berdasarkan
kepada pasien terapi yang tepat EBN merupakan wujud komitmen
mutu
Rekam medis yang lengkap terisi
Melakukan pencatatan Rekam medis yang
merupakan wujud akuntabilitas yaitu
di rekam medis pasien lengkap terisi
konsistensi
Menulis registrasi Penulisan laporan jaga menunjukkan
Laporan jaga pasien,
pasien di buku laporan kinerja yang tercakup dalam
foto kegiatan
jaga manajemen ASN
41
B Waktu dan Tempat Aktualisasi
Kegiatan aktualisasi mengenai isu “Kurangnya kepatuhan cuci tangan oleh keluarga pasien dan petugas kesehatan di IGD
RSUP Fatmawati” dilakukan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati mulai tanggal 26 April – 26
Agustus 2018 dengan difasilitatori oleh mentor dari RSUP Fatmawati drg. Tri Fajari Agustini, Sp. KGA, MARS dan pembimbing
dari BBPK Ciloto yaitu Helvy Yunida, SAP, MM
42
Membuat leaflet tentang pemberdayaan keluarga
5 pasien untuk mengingatkan petugas medis dalam
melakukan cuci tangan.
Melakukan refreshing kepada rekan kerja (perawat
6 dan petugas non medis) tentang pentingnya cuci
tangan.
Mengajukan SOP monitoring ketersediaan handrub
7
di IGD
Membuat penanda botol handrub yang habis
8
menggunakan plester merah.
Melaksanakan tugas jaga dan melakukan pelayanan
9
di triage dengan melakukan 5 momen cuci tangan.
43
DAFTAR PUSTAKA
44