Anda di halaman 1dari 6

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tahapan Pelaksanaan


Dalam pelaksanaan penelitian pada UMKM milik Pak Yanto, penulis melakukan
beberapa kegiatan.
1. Penulis melakukan survey lokasi, hal ini dilakukan dengan tujuan mengetahui secara
langsung apa saja yang terjadi di UMKM, mengetahui potensi yang dimiliki UMKM dan
permasalahan yang sedang dihadapi dalam upaya pengembangan usaha.
2. Membuat konsep desain label untuk setiap kemasan produk dimana dalam label tersebut
berisi nama usaha dan merk produk.
3. Membuat sebuah brosur dan mempromosikan produk ke luar daerah Tangkolak agar
produk semakin dikenal dan daerah pemasaran produk semakin luas.

3.2 Hasil Kegiatan


Hasil dari kegiatan di UMKM milik Pak Yanto tepatnya di Desa Sukakerta, Kecamatan
Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang adalah sebagai berikut:
1. Belum adanya branding dari produk yang dipasarkan. Kelompok kami mengusulkan untuk
pemberian nama branding UMKM “Oleh-Oleh Khas Tangkolak”. Branding ini diharapkan
mampu menumbuhkan citra merk usaha dan menambah kepercayaan pelanggan untuk
mengkonsumsi produk khas daerah Tangkolak.
2. Adanya promosi tehadap produk diharapkan bisa mengenalkan produk-produk “Oleh-oleh
Khas Tangkolak” agar lebih dikenal oleh masyarakat luas dan memperluas daerah
pemasaran produk, sehingga dapat meningkatkan jumlah penjualan dan pendapatan.

3.3 Hambatan Yang Dihadapi


Dalam pelaksanaan penelitian di UMKM “Oleh-oleh Khas Tangkolak”, kelompok kami
mengalami hambatan di antaranya pemasaran produk dan promosi produk yang kurang
maksimal. Kurangnya informasi tentang pemasaran produk sehingga produk hanya
dipasarkan di daerah sekitar dengan cakupan wilayah yang relatif sempit.
3.4 Alternatif Pemecahan Masalah
Dengan hambatan yang dihadapi pada saat pelaksanaan penelitian. Pemasaran dilakukan
di daerah peneliti untuk menghemat waktu.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

Perairan tangkolak dikenal sebagai kuburan bagi kapal-kapal Kongsi Dagang atau
perusahaan Hindia Timur Belanda (Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC) yang
tenggelam ratusan tahun lalu. Kapal-kapal itu membawa sejumlah koin yang diduga digunakan
untuk membayar buruh tanam paksa di wilayah Karawang, Subang, dan wilayah priangan
(Bandung, Sumedang, Tasikmalaya). Selain koin berciri Eropa, pada wilayah Karang Bui
ditemukan lima buah meriam, satu jangkar abad ke-18. Kemudian juga di wilayah Karang Kapal
ditemukan sisa bagian kapal dan keramik bercirikan Eropa.
Pemerintah menjadikan tempat karam kapal tersebut menjadi museum bawah laut Benda
Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) dan menjadi bagian dari pengembangan wisata bahari terpadu.
Untuk menuju lokasi tersebut memerlukan waktu sekitar 30 menit dari Pantai Tangkolak. Tak
hanya kapal dagang yang karam, perairan di utara Kabupaten Karawang juga mempunyai sekitar
enam titik snorkling dan dyving dengan pemandangan bawah laut dan terumbu karang yang
menarik. Enam titik itu di antaranya Karang Sedulang Besar, Karang Sedulang Kecil, Pulau Pasir,
Karang Kapal, dan Karang Bui.
Kampung Tangkolak, Desa Sukakerta, Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang
juga turut berbenah. Pemerintah desa bersama Pemkab Karawang, dan komunitas terus berinovasi.
Seiring mengantisipasi abrasi melalui penanaman mangrove terus dilakukan, obyek wisata
mangrove terus digalakkan. Baru-baru ini pemerintah dengan menggandeng sekitar 40 perusahaan
kembali menanam mangrove. "Kami dibantu lembaga formil dan nonformil, dan komunitas pegiat
pariwisata yang dalam mengembangkan kampung ini sebagai wisata bahari," ujar Kepala Desa
Sukakerta, Buchori.
Menikmati senja di antara obyek wisata mangrove sembari melihat para nelayan pulang
melaut tentu menjadi pemandangan tersendiri. Tak hanya itu, tepat di sisi pantai dan berdampingan
dengan para nelayan berlalu lalang, terdapat Pusat Informasi Bahari Tangkolak. Pusat informasi
tersebut menjadi tempat berbagi informasi bahari dan menyimpan BMKT yang ditemukan di
perairan utara Karawang.
"Kami terus berbenah menjadi obyek wisata terintegrasi, mulai dari wisata mangrove,
museum bawah laut BMKT, Pusat Informasi Bahari Tangkolak, hingga arena memancing," kata
Buchori. Promosi terus dilakukan untuk menarik para wisatawan datang. Tentu saja, para
wisatawan diharapakan turut menjaga kelestarian alam dengan tidak membuang sampah
sembarangan dan merusak terumbu karang.

4.2 Gambaran Produk di Daerah Tangkolak


Fokus dari produk yang diteliti oleh kelompok kami yaitu produk turunan olahan buah
Mangrove. Hal ini dikarenakan sebagian masyarakat di daerah Karawang bertempat tinggal di
sekitar pantai. Untuk mencegah terjadinya erosi maka ditanam pohon mangrove. Secara umum,
hutan mangrove didefinisikan sebagai hutan yang tumbuh pada daerah pasang surut yang
tergenang pada saat pasang dan bebas genangan pada saat surut yang komunitas tumbuhannya
bertoleransi terhadap garam. Untuk mencukupi kebutuhan masyarakat di pesisir pantai, membuat
adanya potensi pemanfaatan buah dari pohon mangrove yang tersebar di seluruh pesisir pantai
Tangkolak.
Buah Mangrove masih kerap dianggap sebagai 'sampah' saja oleh sebagian besar
masyarakat. Padahal buah yang sebenarnya mengandung banyak vitamin ini bila diolah bisa
menjadi camilan lezat yang memiliki nilai jual. Salah satu yang sudah dilakukan masyarakat
Kampung Tangkolak, Desa Sukakerta, Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang adalah
mengelola buah mangrove menjadi dodol. Pembuat produk dodol mangrove yang kami teliti ialah
Pak Yanto. Beliau mengatakan, awal mula tercetusnya ide untuk mengolah mangrove karena desa
tersebut memiliki banyak pohon mangrove namun tidak dimanfaatkan. Banyaknya buah yang
dihasilkan dari pohon mangrove ini dibiarkan saja berserakan jatuh ke tanah dan bahkan dianggap
sampah oleh masyarakat. Beliau menambahkan, karena rasa buah mangrove yang sepat dan asam
membuat masyarakat menganggap buah tersebut tidak bermanfaat sehingga dibiarkan begitu saja.
Namun setelah Pak Yanto mengetahui bahwa buah mangrove memiliki banyak vitamin, maka
sejak saat itu Pak Yanto terus berinovasi untuk mengolah buah mangrove menjadi produk yang
memiliki nilai ekonomis. Menurutnya dodol mangrove bisa menjadi salah satu produk unggulan
dari Kampung Tangkolak, Desa Sukakerta yang sejalan dengan program pemerintah Kabupaten
Karawang dalam mewujudkan wisata bahari dan pemanfaatan buah mangrove di daerah
Tangkolak. Selain dodol mangrove, Pak Yanto juga berinovasi menciptakan produk turunan yaitu
produk Sirup Mangrove.

 Cara pembuatan dodol mangrove :


1. Buah mangrove dibersihkan lalu dipotong-potong dan dimasak selama 10 menit
kemudian didinginkan kemudian diaduk-aduk hingga buah mangrove tersebut hancur.
2. Selanjutnya, buah yang sudah hancur kemudian disaring menggunakan saringan besar.
Hasil saringan dipisahkan, lalu disaring lagi menggunakan kain untuk mendapatkan
sari buah mangrove.
3. Setelah itu, sari buah mangrove dicampur dengan cairan gula merah, santan, dan tepung
ketan kemudian diaduk rata. Adonan tersebut dimasak hingga mengental, lalu ditambah
mentega dan dimasak sambil diaduk-adu sampai agak mengeras, selanjutnya
didinginkan dan mulai dikemas.

 Cara pembuatan sirup mangrove :


1. Kupas dan cuci buah mangrove.
2. Tambahkan air dengan perbandingan 1kg : 1liter, misalnya 2 ons maka airnya sebanyak
200ml.
3. Kemudian direbus sampai buah nya lunak atau empuk, jangan sampai airnya mendidih.
Setelah itu didinginkan beberapa saat.
4. Buah di haluskan dalam panci, kemudian di saring dengan ayakan untuk memisahkan
sari buah dengan daging buahnya.
5. Setelah terpisah antara daging buah dan sari buah, kemudian pada daging buah tadi
ditambahkan lagi air sebanyak 1liter lalu disaring lagi.
6. Lalu hasil saringan di saring kembali dengan kain, agar diperoleh air buah yang bebas
dari ampas.
7. Akhirnya diperoleh sirup mangrove.

4.3 Jumlah dan Kualitas Tenaga Kerja


Dalam menjalankan usahanya UMKM “Oleh-oleh Khas Tangkolak” memiliki empat (4) orang
karyawan tetap dengan klasifikasi kerja sebagai berikut; dua orang perempuan sebagai ahli
pembuat produk kue dan makanan ringan, serta satu orang perempuan yang melakukan packing .
Jika ada pesanan catering dalam jumlah besar misalkan pesanan nasi kotak untuk acara pernikahan
maka “Oleh-oleh Khas Tangkolak” sering mengambil tenaga kerja pembantu di daerah
sekitar sebanyak lima orang untuk memenuhi pesanan.

4.4 Fokus Bidang Usaha


UMKM “Oleh-oleh Khas Tangkolak” merupakan unit usaha yang bergerak dalam bidang
Produk turunan olahan buah Mangrove yang berproduksi berdasarkan pesanan. “Oleh-oleh Khas
Tangkolak” menerima pesanan dodol mangrove, sirup mangrove. Jika tidak ada pesanan, UMKM
ini hanya memproduksi produk olahan dalam jumlah sedikit.

4.5 Harga
Untuk dodol mangrove, pak Yanto memberikan harga senilai Rp.5.000/pc sedangkan untuk sirup
mangrove diberi harga senilai Rp.10.000 untuk ukuran 300ml.

Anda mungkin juga menyukai