Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN NEKROPSI IKAN

Rabu, 23 Oktober 2019

Disusun oleh :

Bella Syafira Sofwan B04170068


Joanna Anggita B04170099
Brilla Widya Witri B04170103
Afifah Arini Habib B04170104
Anyla Patisya B04170105

Dosen Penanggung Jawab:


Drh. Vetnizah Juniantito, PhD, APVet

DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI DAN PATOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
ISTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
LAPORAN NEKROPSI

Tujuan :
Praktikum teknik dasar nekropsi bertujuan agar mahasiswa mengetahui teknik nekropsi
pada ikan mas dan dapat melakukannya dengan baik dan benar. Mahasiswa mampu
mengidentifikasi organ-organ pada tubuh ikan mas dan mampu mengetahui keadaan
abnormal yang tardapat pada ikan mas.

Pendahuluan :
Ikan mas atau Ikan karper (Cyprinus carpio) adalah ikan air tawar yang bernilai
ekonomis penting dan sudah tersebar luas di Indonesia. Di Indonesia, ikan mas mulai
dipelihara sekitar tahun 1920-an. Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan ikan mas
yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Perkembangan zaman yang semakin pesat
mengantarkan nekropsi kedalam ilmu perikanan (Afrianto & Liviawati 2005) Nekropsi amat
berperan dalam dunia perikanan, karena dapat membandingkan dengan tepat ikan yang sehat
atau sakit melalui jaringan – jaringan ikan tersebut. Serangan penyakit dan gangguan hama
dapat menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi lambat (kekerdilan), konversi pakan menjadi
tinggi, periode pemeliharaan lebih lama, yang dapat meningkatkan biaya produksi, sehingga
dapat menyebabkan menurunnya hasil panen serta kegagalan panen (Kordi 2004).
Penyakit ikan merupakan salah satu masalah utama yang sering dihadapi oleh pembudi
daya ikan. Kerugian yang terjadi akibat penyakit bukan hanya pada jumlah populasi dan
kualitas ikan saja, melainkan secara ekonomi sangat merugikan bagi para pembudidaya ikan
(Priosoeryanto 2010). Nekropsi dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mengetahui
kondisi kesehatan ikan melalui perubahan struktur yang terjadi pada organ-organ yang menjadi
sasaran utama dari bahan pencemar seperti insang, hati, ginjal dan sebagainya. Dampak lain
dari kepentingan manusia yaitu pencemaran lingkungan perairan essensial dan nonessensial
yang dapat terjadi pada badan air dalam lingkungan perairan. Hasil pencemaran yang paling
berbahaya untuk ikan adalah logam berat di atas ambang batas pada perairan. Adanya logam
berat diperairan akan secara langsung mempengaruhi kesehatan ikan terutama pada insang.
Karena ikan selalu melakukan kontak langsung dengan air melalui insang pada saat respirasi.
Setelah itu, organ lain juga akan ikut mengalami kerusakan (Alifia & Djawad 2003).
Nekropsi sangat membantu sektor perikanan yang kini terlalu mengeksploitasi
lingkungan untuk kegiatan budidaya. Eksploitasi yang berlebihan tersebut menyebabkan
munculnya bakteri dan virus yang dapat menyerang organisme budidaya, sehingga
menurunkan hasil produksi. Nekropsi memiliki peran sebagai sentral, karena dengan metode
kerja ilmu ini dapat melihat kedalam struktur jaringan. Sehingga dengan ilmu ini dapat
menyimpulkan bakteri atau virus yang menyerang biota budidaya dan megetahui solusi untuk
penyembuhannya (Alifia & Djawad 2003).
Hari/tanggal nekropsi : Rabu / 23 Oktober 2019
Dosen Pembimbing : Drh. Vetnizah Juniantito, PhD, APVet

Signalement :
Nama hewan :-
Jenis hewan : Ikan
Bangsa : Ikan mas (Cyprinus carpio)
Jenis Kelamin : Jantan
Umur :-
Warna sisik : Hitam
Tanggal Nekropsi : Rabu, 23 Oktober 2019

Tabel 1. Hasil pemeriksaan patologi anatomi ikan


Organ Epikrise Diagnosa PA
Keadaan Umum
Luar
Kulit dan sisik Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Mukosa Mata Mata kanan berwarna putih, Keratitis
pucat, ada darah.
Lubang kumlah Tidak ada kelanan Tidak ada kelainan
Insang Warna merah, terdapat Kemungkinan cacing pada ikan
benda asing yang
menyangkut
Subkutis
Perlemakan Lembab Tidak ada kelainan
Otot Bersih, tidak ada bercak Tidak ada kelainan
darah

Rongga tubuh
Situs viscerum Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Lain-lain - -
Traktus
Respiratorius
Insang Kanan dan kiri terdiri dari 4 Tidak ada kelainan
lembar insang
Gelembung renang Putih pekat, berisi udara Tidak ada kelainan
Traktus Digestivus
Rongga mulut Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Usus Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Lambung Bentuknya lebih besar Tidak ada kelainan
dibanding usus
Hati Warna lebih pucat dari Tidak ada kelainan
mamalia
Empedu Bentuk bulat, merah pekat, Tidak ada kelainan
cairan berwarna hijau
Traktus
Sirkulatorius
Pericardii Terdapat darah sebanyak 1,5 Tidak ada kelainan
cc
Jantung Apex tidak runcing lagi, Tidak ada kelainan
liquor pericardii berisi
thrombus, sangat besar
Pembuluh darah Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Sistem
Limforetikuler
Limpa Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Traktus Urogenitalia
Ginjal Warna merah pekat, tidak Tidak ada kelainan
ada pengerasan.
Gonad Tidak berbintik, berwarna Terkena cairan empedu
putih susu, terdapat bercak
berwarna hijau
Sistem syaraf pusat
dan perifer
Otak Diselimuti oleh lemak yang Tidak ada kelainan
tebal

PEMBAHASAN
Nekropsi dilakukan terhadap seekor ikan mas di Rumah Sakit Hewan Pendidikan IPB.
Pemeriksaan post mortem terhadap kondisi umum pada hewan menunjukkan keadaan umum
luar pada ikan yang di nekropsi cukup baik. Mata kanan berwarna putih, pucat, ada darah , hal
ini disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur. Lubang kumlah lainnya tidak mengeluarkan
eksudat atau darah, semua terlihat normal. Insang berwarna merah, terdapat benda asing yang
menyangkut yang kemungkinan besar terdapat cacing pada insang. Ikan yang di nekropsi kali
ini terdapat beberapa kulit yang terkelupas, diantaranya ditutup insang, di atas mulut.
Kerusakan kulit diakibatkan karena transportasi yang dilakukan. Kemudian dilihat dilihat juga
permukaan mata. Mata kiri terlihat normal. Sedangkan mata kanan terlihat keruh.
Kemungkinan terjadi keratitis pada kornea mata kanan ini.
Gambar 1 aspek luar dan mata ikan

Insang merupakan organ respirasi pada ikan yang berhubungan langsung dengan air,
sehingga apabila air tercemar bahan berbahaya dapat menyebabkan kerusakan pada insang.
Insang ikan hasil nerkropsi memiliki 4 lembar masing masing kanan kiri. Hasil pemeriksaan
menunjukan insang bewarna merah, terdapat benda asing yang menyangkut. Yang
kemungkinan adalah parasite cacing, sering ditemukan Diphyllobothrium latum pada ikan air
tawar sebagai inang antara penyakit diphyllobothriosis. (Chervy 2002)

Gambar 2. Penampakan insang ikan

Pemeriksaan pencernaan ikan meliputi mulut, lambung, usus, hati dan empedu. Hasil
pemeriksaan inspeksi menunjukan tidak ada kelainan pada area mulut. Lambung dan usus
dibedakan berdasarkan ukurannya dan warna. Lambung lebih besar dari usus dan warnanya
lebih merah gelap dari usus. Bagian kolon bewarna merah kehijauan. Organ lambung dan usus
diinsisi tidak terdapat parasite dan eksudat. Hal ini berarti tidak ada kelainan pada system
pencernaan.
Gambar 3. Penampakan lambung dan usus ikan

Pemeriksaan pada organ ginjal dapat dilihat dari segi warna. Hasil nerkropsi menunjukan
ginjal ikan tersebut berwarna merah gelap seperti ginjal pada umumnya. Hal ini berarti dari
warna, ginjal ikan hasil nerkropsi adalah normal.

Gambar 4. Penampakan ginjal ikan

Jantung merupakan organ yang bekerja memompa darah keseluruh tubuh. Bentuk jantung
sendiri berbentuk lonjong dan agak runcing dibagian ujung. Saat baru dikeluarkan jantung
masih berkontraksi, karna memiliki serabut purkinje dan serabut his yang membuat jantung
tetap berdenyut secara otomatis. Berdasarkan pemeriksaan pada praktikum ikan yang diamati
mempunyai jantung yang berwarna merah tua, tidak ada gumpalan pada jantung, kenyal dan
tidak mudah hancur. Kondisi jantung ikan tersebut dalam keaadaan normal ditandai dengan
warna merah tua.

Gambar penampakan jantung ikan

Menurut Restu (2012), hati ikan mas berbentuk tidak beraturan, berwarna merah, dan
letaknya melebar mengelilingi usus. Hasil pemeriksaan secara inspeksi hati ikan mas
menunjukkan warna merah, aspek permukaan licin. Pemeriksaan palpasi menujukkan hati
yang diamati bertekstur kenyal. Tidak adanya kelainan pada hati ikan yang diamati. Kelainan
yang dimaksud seperti adanya lesio, adanya pembengkakan, dan pucat (Susanti et al. 2016).
Limpa merupakan organ hematopoietik pada ikan selain thymus dan ginjal (Farrel 2011).
Limpa berwarna merah gelap atau hitam dengan sudut tajam (Roberts dan Ellis 2012) dan
terletak di dekat kurvantura mayor lambung/ fleksura intestine (Morrison 2007). Hasil
pemeriksaan inspeksi pada limpa ikan mas tidak terlihat adanya abnormalitas, yaitu berwarna
merah kehitaman, tidak terjadi pembesaran, aspek licin.
Kantung
empedu
Hati

Limpa
Gambar hati, limpa, dan kantung empedu

Hasil inspeksi kandung empedu ikan mas berbentuk bulat, kecil, aspek permukaan
licin. Saat diinsisi, keluar cairan empedu berwarna hijau. Cairan empedu adalah cairan garam
berwarna hijau kekuningan yang mengandung kolestrol, fosfolipid, lesitin, serta pigmen
empedu (Muliani 2015). Warna hijau pada cairan empedu disebabkan karena mengandung
pigmen bilirubin, biliverdin, dan urobilin. yang disebabkan oleh hepatosit hati (Cahyono
2009).

Gambar cairan empedu

Otak ikan memiliki lapisan lemak yang tebal. Otak ikan berukuran kecil terdapat
sangat profundal. Tidak ada kelainan yang ditemukan pada otak ikan ini.

Gambar 2 otak ikan


Organ genital ikan memiliki bentuk yang berbeda dari hewan mamalia. Bentuk organ
genital ikan memanjang di sepanjang abdomen. Terlihat permukaan organ licin berwarna putih
susu. Di bagian anterior terdapat perubahan warna menjadi coklat. Ini disebabkan karena
berdekatan dengan kantong empedu. Dari organ genital yang diamati, diketahui jenis kelamin
hewan yang dinekropsi adalah jantan. Tidak ada kelainan dari organ genital yang diamati.

Gambar organ genital jantan.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil nekropsi pada seekor ikan mas, tidak ditemukan banyak kasus patologi.
Secara umum penampakan luar tubuh baik, namun ditemukan satu kasus kelainan, seperti
peradangan di mata kana infeksi bakteri dan dibagian insang ditemukan lendir yang
kemungkinan besar adalah parasit cacing Diphyllobothrium latum yang menjadikan ikan
sebagai inang antaranya.

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto E, Liviawati E. 2005. Pakan Ikan. Yogyakarta (ID) : Kanisius.


Alifia F, Djawad M. 2003. Kondisi histologi insang dan organ dalam juvenil ikan mas. Jurnal
Sains & Teknologi. 14(1): 50-73.
Chervy, L. 2002. The terminology of larval cestodes or metacestodes. Syst. Parasitol. 52:1–
33.
Kordi K. 2014. Panen Untung dari Akuabisnis Ikan Gurami. Yogyakarta (ID) : Andi Publish
Cahyono JBS. 2009. Batu Empedu. Jakarta (ID): Kanisius.
Farrell AP. 2011. Blood-Cellular Composition of The Blood. Di dalam: Farrell AP, editor.
Encyclopedis of Physiology: From Genome to Environment. Burlingston (US): Elsevier
Science. 2500 hlm.
Morrison J. 2007. Normal Histology. Di dalam: Mumford S, Heidel J, Smith C, Morrison J,
MacConnell B, Blazer V, editor. Fish Histology and Histopathology [internet]. [27 Nov
2012, diunduh 2013 Mei 7]. Tersedia pada :
http://training.fws.gov/EC/Resources/Fish_Histology/Fish_Histology_Manual_v4.pdf
Muliani H. 2015. Effect of turmeric (Curcuma domestica Vahl.) extract on broiler blood
cholesterol levels. Jurnal Sains dan Matemtika. 23(4): 107-111.
Priosoeryanto B , Ersa I , Tiuria R, Handayani S. 2010. Gambaran histopatologi insang, uus,
dan otot ikan mujair (Oreochromis mossambicus) yang berasal dari daerah Ciampea,
Bogor. Majalah Ilmu Kehewanan Indonesia. 11 (1) : 1-33
Restu A. 2016. Pengaruh pemberian bioflok terhadap tingkat kelangsungan hidup larva ikan
mas (Cyprinus carpio). [Skripsi]. Bandar Lampung (ID): Fakultas Pertanian Universitas
Lampung.
Roberts RJ, Ellis AE. 2012. The Pathophysiology of Teleost. Di dalam Roberts R.J. Fish
Pathology. Ed ke-4. Chicester (UK): Wiley-Blackwell. hlm 22.
Susanti W, Indrawati A, Pasaribu FH. 2016. Kajian patogenisitas bakteri Edwardsiella ictaluri
pada ikan patin Pangasionodon hypothalamus. Jurnal Akuakultur Indonesia. 15(2): 99-
107.

Anda mungkin juga menyukai