Anda di halaman 1dari 2

ASPEK ETIKA DARI INJIL LUKAS

Sama seperti penulis injil Matius, penulis injil Lukas pun mempergunakan bahan-bahan dari injil Markus.
Namun Lukas menyadur injil Markus, sehingga etikanya mempunyai tekanan yang juga berbeda, yaitu:
pemeliharaan dan perhatian terhadap orang yang miskin dan yang diperas.

Ciri khas Lukas ini menjadi nampak sejak penampilan Yesus yang pertama. Lukas telah merubah urutan
injil Markus dan menurunkan khotbah di Nazaret sebagai pidato Yesus yang pertama (Luk 4:16-30; bnd.
Mark 6:1-6). Dengan demikian khotbah inilah yang menjadi program yang menandai semua perbuatan
dan perkataan Yesus dalam injil Lukas. Menurut cerita tentang Yesus dalam sinagoge di Nazaret ini, Yesus
membaca sebuah nas dari kitab Yesaya yang bunyinya sebagai berikut: "RohTuhan ada padaKu, oleh
sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin..." (Luk 4:17-
19; Yes 61:1-2). Penjelasan Yesus yang menyusul adalah: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu
mendengarnya" (4:21). Ternyata di sini dengan disengaja nas dari Yesaya tidak dikutip secara lengkap.
Ungkapan "dan hari pembalasan Allah kita" (Yes 61:2b) terhadap orang-orang kafir tidak diambil ahli
oleh Lukas.

Lukas berusaha untuk membuktikan bahwa agama Kristen bukan agama yang mengancam negara atau
yang berusaha memberontak terhadap pemerintah. Karena itu terdapat beberapa bekas pembelaan atas
ajaran Kristen. Sampai pada akhir karyanya Lukas menekankan bahwa Kerajaan Allah dapat diberitakan
"tanpa rintangan apa-apa" dari pihak pemerintah Romawi (Kis 28:31). Pemerintah menyetujui
penyebaran Injil, dengan demikian Lukas menekankan bahwa Injil itu nyata dalam dunia yang sedang
berlangsung. Para pengikut Kristus tidak dituntut untuk meninggalkan dunia dan hidup secara pertapaan
(asketis). Perhatian terhadap dunia dan pemerintah ini juga nampak dalam pemberitaan Yohanes
Pembaptis (Luk 3:10-14). Tuntutan-tuntutan Yohanes bukan saja berlaku untuk rakyat biasa, tetapi juga
untuk orang-orang yang berhubungan dengan pemerintah, seperti pemungut-pemungut cukai dan
prajurit-prajurit: mereka dituntut untuk berbuat baik dalam kedudukan yang diberikan kepada mereka di
dalam struktur masyarakat. Mata pencaharian mereka tidak dikecam, akan tetapi di dalam melaksanakan
pekerjaan itu mereka harus bertindak adil dengan tidak menagih lebih dari yang ditentukan dan "jangan
merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu" (Luk 3:14). Peringatan ini tidak
menyatakan bahwa pekerjaan-pekerjaan seperti prajurit adalah terlarang bagi orang Kristen, tetapi justru
menyatakan bahwa apa yang dituntut adalah kesetiaan yang penuh tanggungjawab. Dalam rangka ini
Lukas juga menekankan bahwa Yesus tidak dianggap sebagai aib oleh pemerintah; sebaliknya raja
Herodes ingin bertemu dengan Yesus (Luk 9:7 dst). Juga wakil-wakil pemerintah Romawi tidak
mendapatkan cela dalam kelakuan Yesus, sehingga gubernur Romawi pun harus mengakui, bahwa tidak
terdapat kesalahan apapun pada Yesus (tiga kali: Luk 23:4, 14, 22). Pengakuan Pilatus ini dapat dinilai
penting, karena dalam injil Lukas ucapan-ucapan Pilatus diperhadapkan dengan dakwaan orang-orang
Yahudi.

Mereka justru ingin agar Yesus dihukum karena alasan politik, yaitu bahwa Yesus melarang murid-
muridNya membayar pajak kepada Kaisar dan telah menyatakan Diri sebaga raja (Luk 23:2, 5). Menurut
Lukas jelas tuduhan-tuduhan ini bersifat penipuan; sebenarnya gerakan pengikut-pengikut Yesus tidak
membahayakan stabilitas politik

Anda mungkin juga menyukai