Anda di halaman 1dari 42

PERAWATAN PASIEN DENGAN VENTILASI MEKANIS

PELATIHAN VENTILATOR APRIL 2017


HIPERCCI JAWA TENGAH
MENINGKATKAN KEADEKUATAN SISTEM PERNAFASAN

PENCEGAHAN INFEKSI PRIMER MAUPUN SEKUNDER

TUJUAN
MENGURANGI KETERGANTUNGAN PASIEN-MESIN VM

MENINGKATKAN PERASAAN SEJAHTERA, NYAMAN, AMAN


PERAWATAN PASIEN DENGAN
VENTILASI MEKANIS

FISIK PSIKOLOGIS
FISIK:
SINKRONISASI RESPON PASIEN-SETTING VM

PENCEGAHAN INFEKSI: VAP BUNDLE

PERAWATAN JALAN NAFAS BUATAN: ETT DAN TT

REHABILITASI PERNAFASAN: EXERCISE, EDUKASI,


PERUBAHAN PERILAKU
SINKRONISASI PASIEN-MESIN VM
ALARM:
TITRASI SETTING
SELESAIKAN PENYEBAB,
MESIN-NAFAS PASIEN
BUKAN ALARM

Work of Breathing
MONITOR HASIL DIAFORESIS
PEMERIKSAAN HR ↑RR↑
PENUNJANG: BGA- LAB LOW/ HIGH VTE.
–RO.THORAX Ppeak ↑
SUARA NAFAS
SAW-TOOTH PATTERN
Pencegahan dan penanggulangan infeksi

1. Pencegahan VAP 2. Perawatan ETT


dengan ventilator dan TT
bundle

4. Rehabilitasi
3. Perawatan mulut pernafasan (breathing
exercise)
Klasik (Kultur)
Modifikasi
https://www.mdcalc.com/clinical-pulmonary-infection-score-cpis-ventilator-
associated-pneumonia-vap
PENCEGAHAN INFEKSI
1. Hand hygiene- chlorhexidine
2. Gunakan APD
3. HOB 30-45 DERAJAT, hindari
SUPINASI
4. Manajemen Kondensasi Pada Sirkuit
VM (jaga sirkuit tetap tertutup)
5. Pantau tekanan CUFF ETT dan TT
6. Oral Hygiene/ 4 jam
7. Suction Tertutup
8. Pause Sedasi Harian (SAT’s)-
Spontaneous Breathing Trial (SBT’s)
9. Enteral Feeding daripada TPN
10.Profilaksis GI: Pencegahan ulcer
peptikum
11.Monitor Ketat Gula darah
12.Lakukan subglotic suctioning
sebelum mengempeskan cuff- pada
pasien dengan ventilasi mekanik
lebih dari 72 jam.
13.Mengganti kateter suction tertutup hanya
bila diperlukan.
14.Mengganti sirkuit ventilator jika rusak
atau kotor
15.Mengubah penukar panas dan
kelembaban setiap 5-7 hari dan sesuai
indikasi klinis
16.Menyediakan akses mudah ke peralatan
non-invasif ventilasi dan memperkenalkan
17.Menggunakan protokol mobilitas awal.
18.Menggunakan intubasi orotracheal
daripada nasotracheal.
19.Hindari penggunaan profilaksis
antimikrobial sistemik.
20.Hindari suction trakea yang tidak penting.
21.Menghindari distensi lambung berlebihan.
AS

MANFAAT
1. Mengurangi insiden
pneumonia nosokomial
2. Meningkatkan kesehatan
oral
3. Meningkatkan kenyaman
pasien
A. Perawatan Endotracheal Tube (ETT)

Reposisi ETT/24 jm
Tujuan
• Menjaga keamanan dan patensi jalan nafas
• Meminimalisir erosi trakea dengan
mengurangi pergerakan pipa
• Meminimalisir trauma oral dengan merubah
posisi dari satu sisi ke lain
PERAWATAN ETT
REPOSISI ETT/ 24 JAM

AUSKULTASI (DWASA/ 4 JAM, ANAK/ 2 JAM

PANTAU KERUSAKAN-KOMPLIKASI: OKSIGENASI,


OBSTRUKSI, PNEUMOTHORAX, KEGAGALAN
VENTILASI

LAKUKAN SUCTION SESUAI INDIKASI

POSISI ETT- SIRKUIT VENTILATOR: CEGAH


KONDENSASI MASUK KE PASIEN

ORAL CARE

MONITOR CUFF ETT – AIR LEAK

CEGAH TERJADINYA SELF-EXTUBATION


Bila tekanan Cuff tetap tidak tercapai dan
BOCOR?

1.TT terlalu kecil shg butuh pengembangan cuff


ekstra
2.Malposisi TT
3.Kerusakan Tube
SUARA GURGLING

AIR
VOKALISASI
LEAK

VTE <<
CEGAH SELF-EXTUBATION:
EDUKASI PASIEN-
KELUARGA TTG PMBERIAN
KEBERADAAN ETT SEDASI

PASTIKAN ETT
DLM KONDISI PROSEDUR
AMAN TIAP RESTRAIN
WAKTU

HINDARI KONDISI
SALING MENARIK
ANTARA ETT-
VENTILATOR
DOKUMENTASI
• FLOWCHART: batas kedalaman ETT (CM),
posisi ETT ( kiri, kanan, tengah)
• Status Respirasi: RR, Ritme, Sekresi, SpO2
• Aliran Udara masuk sebelum-sesudah reposisi
ETT
• Kondisi kulit-mukosa sekitar bibir dan rongga
mulut
• Tingkat toleransi pasien selama prosedur
• Jumlah, tipe, warna sekresi bila ada suction
PERAWATAN TT
MANFAAT Kaji : sekret berlebih di peristoma,
intra-trakea, dressing dan tali pengait
1. Mempertahankan Kepatenan TT kotor/ tdk
2. Menjaga Integritas Kulit
Status pernafasan: suara nafas, RR,
3. Mencegah Infeksi Sekitar Stoma Dan
Sistem Pernafasan retraksi intercostal, nafas cuping
4. Membersihkan TT dari Sumbatan Ekskresi hidung, warna kulit, BGA
Lendir Yang Berlebihan IDENTIFIKASI FAKTOR TERKAIT:
1.STATUS NUTRISI
2.INFEKSI PERNAFASAN
3.STATUS CAIRAN
4.KELEMBABAN
5.IDENTIFIKASI JENIS TT, INNER
CANUL, PASTIKAN CUFF
TERKEMBANG

TUBE TIE
DRESSING
CHANGE CHANGE
Rekomendasi yang diberikan untuk penggantian TT
tanpa inner lumen sebaiknya dilakukan setiap 5-7 hari.

TT pertama kali diganti semenjak pemasangan pertama


adalah pada hari 3-7 hari setelah pemasangan
WAKTU
PENGGANTIAN TT

Pasien dengan secret berlebih mungkin membutuhkan


penggantian TT lebih sering

Pasien dengan TT dobel lumen bisa bertahan hingga


lebih dari 29 hari
FREKUENSI MINIMUM PERAWATAN TT
IMST
(Inspiratory Muscle Strength Training)
Martin et all, Critical Care 2011, Florida
PAGI HARI
(07.00-09.00) ± 5 HARI/ MINGGU

3-5 SET PERNAFASAN/


SESI
6 SESI LATIHAN/HARI 18-30 SET
PERNAFASAN/ HARI
1. Memposisikan pasien dengan posisi head tilt 30º
2. Alat IMST dihubungkan dengan trakeostomy tube
3. Pasien dihubungkan dengan terapi suplemen oksigen
4. Instruksikan pasien untuk memaksimalkan ekspirasi sebelum
mengambil nafas untuk mengisi paru secara maksimal pada saat
inspirasi
5. Instruksikan pasien untuk inspirasi maksimal dan ekspirasi. Dilakukan
sebanyak 6 sesi per hari. Setiap sesi terdiri dari 3-5 set pernapasan.
Sehingga total 18-30 set pernapasan per hari. IMST dilakukan 5-7 hari
per minggu.
6. Setiap jeda antar set pasien disambungkan kembali dengan ventilator
untuk istirahat
7. Pada tiap set latihan, pasien akan di nilai kemampuan pernafasan
dengan rentang skala 0-10 dengan penjelasan nilai 0 tidak ada usaha
untuk bernafas dan nilai 10 untuk maksimal usaha nafas yang
dilakukan pasien (ketentuan outcomes yaitu jika nilai dibawah 6 maka
takanan akan dinaikkan tetapi jika nilai di atas 8 maka takanan akan
diturunkan)
8. Lakukan secara bertahap dengan tetap memperhatikan gambaran
cardiac aritmia, SaO2 turun ≥ 5% dari batas yang sudah ditentukan,
tekanan darah tidak stabil dan distress maka latihan dihentikan
sebelum ke 6 sesi latihan dan harus disambungkan kembali dengan
ventilator.
Rehabilitasi pernafasan pada pasien
ventilasi mekanik
Pursed-
Lips
Breathing

Breathing
exercise
Diaphragmatic
(Abdominal/Belly)
Breathing
Rehabilitasi Pernafasan:
PURSED-LIPS BREATHING
1. Memperlambat pernafasan dengan bernafas secara
perlahan
2. Menjaga airway tetap terbuka agar paru paru dapat
menyingkirkan udara yang terjebak.
3. Mengurangi kerja pernafasan
4. Meningkatkan jumlah perfasan waktu melakukan
aktifitas exercise.
5. Meningkatkan pertukaran oxygen dan carbon dioxide
Diaphragmatic (Abdominal/Belly) Breathing
TERBAIK BILA KONDISI
RILEKS/ISTIRAHAT, DUDUK-BERBARING

1. Upayakan bahu rileks


2. Tempatkan satu tangan di atas dada dan
tangan yang lainnya diatas perut Anda.
3. Hiruplah udara melalui hidung selama
dua detik.
4. Ketika Anda inhalasi, perut Anda akan
bergerak keluar. Pergerakan perut harus
lebih dari dada Anda.
5. Ketika Anda ekshalasi perlahan-lahan
melalui purse lips, tekan lembut pada
perut Anda. Ini akan mendorong
diafragma Anda untuk membantu udara
keluar.
Ulangi prosedur No 1 – 5 sesuai kebutuhan
PSIKOLOGIS:
KEBUTUHAN KOMUNIKASI-TOUCH RESPON NYERI,
TERAPEUTIK KETIDAKNYAMANAN
Kesimpulan
• Perawatan pasien dengan ventilasi mekanik
bertujuan untuk membantu pasien melalui fase
kritisnya dan mengembalikan fase kualitas hidup
pasien dalam peran sosialny di keluarga atau
masyrakat.
• Perawatan berkelanjutan yang dilakukan oleh
perawat melalui pencegahan infeksi, perawatan ETT
dan TT, serta edukasi teknik pernafasan, akan
mempercepat proses penyembuhan pasien dan
mengurangi lama rawat.
1

Referensi
Bolton, C. E., Bevan-Smith, E. F., Blakey, J. D., Crowe, P., Elkin, S. L., Garrod, R., ... &
Morgan, M. D. (2013). British Thoracic Society Guideline on pulmonary rehabilitation in
adults. Thorax, 68, ii1.
Chahoud, J., Semaan, A., & Almoosa, K. F. (2015). Ventilator-associated events prevention,
learning lessons from the past: A systematic review. Heart & Lung: The Journal of Acute
and Critical Care, 44(3), 251-259. doi:http://dx.doi.org/10.1016/j.hrtlng.2015.01.010
Chulay M. Suctioning: endotracheal or tracheostomy tube. (2010). In: Wiegand DJ, Carlson KK,
Eds. AACN Procedure Manual for Critical Care. 6th ed. Philadelphia, PA: Elsevier
Saunders; 62-70.
COPD Foundation. Breathing Technique. Available from http://www.copdfoundation.org/What-
is-COPD/Living-with-COPD/Breathing-Techniques.aspx
Dennis-Rouse MD, Davidson JE. (2008). An evidence-based evaluation of tracheostomy care
practices. Critical Care Nursing Quarterly; 31(2):150-160.
Dunford dan Gunner (2014). Tracheostomy Clinical Management Procedures for Adults
Inpatients. Health South Eastern Sydney Local Health District. Available from
https://www.aci.health.nsw.gov.au/__data/assets/pdf_file/.../seslhd-tracheostomy.pdf
Edgtton-Winn M, Wright K. Tracheostomy: a guide to nursing care. (2005). Australian Nursing
Journal. 13(5):1-4.
Harkreader H, Hogan MA, Thobaben M. (2007). Fundamentals of Nursing: Caring and Clinical
Judgment. 3rd ed. Philadelphia, PA: Saunders.
Klockare M, Dufva A, Danielsson AM, et al. (2006). Comparison between direct humidification
and nebulization of the respiratory tract at mechanical ventilation: distribution of saline
solution studied by gamma camera. Journal of Clinical Nursing; 15(3):301-307.
Kuriakose A. Using the Synergy Model as best practice in endotracheal tube suctioning of
critically ill patients. (2008). Dimension Critical Care Nursing; 27(1):10-15.
Lewis SL, Dirksen SR, Heitkemper MM, Bucher L, and Camera I. (2010). Medical-Surgical
Nursing: Assessment and Management of Clinical Problems. 8th ed. St. Louis, MO:
Mosby.
Speck, K., Rawat, N., Weiner, N. C., Tujuba, H. G., Farley, D., & Berenholtz, S. (2016). A
systematic approach for developing a ventilator-associated pneumonia prevention bundle.
American Journal of Infection Control, 44(6), 652-656.
doi:http://dx.doi.org/10.1016/j.ajic.2015.12.020
Smith-Miller C. Graduate nurses’ comfort and knowledge level regarding tracheostomy care.
(2006). Journal of Nurses Staff Development; 22(5):222-229.
Spruit, M. A., Singh, S. J., Garvey, C., ZuWallack, R., Nici, L., Rochester, C., ... & Pitta, F. (2013).
An official American Thoracic Society/European Respiratory Society statement: key
concepts and advances in pulmonary rehabilitation. American journal of respiratory and
critical care medicine, 188(8), e13-e64.
Wiegand DJ, Carlson KK, eds. (2010). AACN Procedure Manual for Critical Care. 6th Ed.
Philadelphia, PA: Elsevier Saunders.
SEMOGA SUKSES

Anda mungkin juga menyukai