Anda di halaman 1dari 7

KECEPATAN PENYERAPAN AIR PADA KACANG TANAH, KACANG HIJAU, DAN

BIJI JAGUNG
Anggraini, Novi. Monica, Febri. Mufida, Intan. Rachman, Endina. Rizkiah, Syifa Fuji.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAKUAN

Abstrak

Imbibisi merupakan penyerapan air akibat potensial air yang rendah pada biji yang kering. Air yang
berimbibisi menyebabkan biji mengembang dan memecahkan kulit pembungkusnya dan memicu
perubahan metabolik pada embrio yang menyebabkan biji tersebut melanjutkan pertumbuhan. Pada
praktikum kali ini telah dilakukan percobaan mengenai penyerapan air pada kacang tanah, kacang hijau,
dan biji jagung yang bertujuan untuk mengetahui kecepatan penyerapan air pada kacang tanah, kacang
hijau, dan biji jagung. Metode yang digunakan dalam praktikum ini ialah metode eksperimen, dengan
menggunakan air, tissue, kacang tanah, kacang hijau, dan biji jagung sebagai bahan yang diuji dan alat yang
digunakan adalah gelas gelas beaker, gelas ukur, dan timbangan. Hasil yang didapatkan dari praktikum ini
terjadinya penambahan berat pada biji setelah perendaman dan biji masih aktif melakukan proses imbibisi.
Kecepatan penyerapan air pada kacang tanah paling besar dibandingkan dengan kacang hijau dan jagung.
Dengan penambahan berat pada jagung 0,52 gram, kacang hijau 0,02 gram, dan kacang tanah 1,43 gram.
Hal ini disebabkan oleh kondisi dari jenis bijinya yang berbeda.

Kata kunci: Imbibisi, Penyerapan, Air, Kacang Tanah, Kacang Hijau, Biji Jagung.

PENDAHULUAN
Suatu fenomena yang menjadi jalan penyerap air) dan air dari lingkungan
masuknya zat-zat kedalam tubuh tumbuhan sekitarnya.
adalah imbibisi. Imbibisi merupakan
peristiwa migrasi molekul-molekul air Imbibisi adalah penyerapan air (absorbsi)
kesuatu zat lain yang berlubang (berpori) oleh benda-benda yangpadat (solid) atau
cukup besar dan kemudian molekul-molekul agak padat (semi solid) karena benda-benda
air itu menetap didalam zat tersebut. Imbibisi tersebut mempunyai suatu zat penyusun dari
dapat berlangsung bila ada afinitas (daya bahan yang berupa koloid. Ada banyak hal
ikat) yang kuat antara imbiban (substansi yang merupakan proses penyerapan air yang
terjadi pada makhluk hidup, misalnya
penyerapan air dari dalam tanha oleh akar biji matang selalu terdiri paling kurang dua
tanaman. Namun, penyerapan yang bagian,yaitu: embrio dan kulit biji (Seed coat
dimaksudkan disini yaitu penyerapan air oleh atau testa). Kulit biji terbentuk dari
biji kering. integumen (satu atau lebih) dari ovule. Pada
legume umumnya terdapat dua lapis kulit
Hal ini juga banyak kita jumpai biji. Lapisan sebelah dalam tipis dan lunak,
dikehidupan kita sehari-hari yaitu pada sedangkan lapisan sebelah luar tebal dan
proses pembibitan tanaman padi, pembuatan keras fungsinya sebagai lapisan proteksi
kecambah tauge, biji kacang hijau terlebih terhadap suhu, penyakit dan sentuhan
dahulu direndam dengan air. Pada peristiwa mekanis. Setiap biji yang sangat muda dan
perendaman inilah terjadi proses imbibisi sedang tumbuh, selalu terdri atas tiga bagian
oleh kulit biji tanaman tersebut. Tidak hanya yaitu embrio, kulit biji (seed coat), dan
itu, proses imbibisi juga memiliki kecepatan endosperm. Endosperm yaitu suatu jaringan
penyerapan air yang berbeda-beda untuk penyimpanan makanan cadangan (storage
setiap biiji tanaman (Rezky, 2011). tissue) yang mana diserap oleh embryo
sebelum atau selama perkecambahan biji dan
Transportasi tumbuhan adalah proses
selalu terdapat di dalam biji yang sangat
pengambilan dan pengeluaran zat-zat ke
muda. Pada legumes (kacang-kacangan), biji
seluruh bagian tubuh tumbuhan. Pada
mempunyai 2 kotiledon tanpa endosperm.
tumbuhan tingkat rendah (misal ganggang)
Kulit biji pada legume pada umumnya mudah
penyerapan air dan zat hara yang terlarut di
dilepaskan dari biji setelah perendaman
dalamnya dilakukan melalui seluruh bagian
dengan air panas sehingga terlihat seluruh
tubuh. Pada tumbuhan tingkat tinggi (misal
biji atau embryo (Gardiner, 1991).
spermatophyta) proses pengangkutan
dilakukan pembuluh pengangkut yang terdiri Menurut Dahlia (2001), faktor yang
dari xilem dan floem (Rezky, 2011). Dua mempengaruhi kecepatan penyerapan air
kondisi yang cocok diperlukan untuk oleh Biji adalah:
terjadinya imbibisi yaitu :
kemiringan/gradien, potensi air harus ada  Permeabilitas kulit atau membran biji
antara permukaan absorbsi dan imbibisi air  Konsentrasi air, karena air masuk
dan affinier (gaya gabung) harus ada antara secara difusi (dari konsentrasi rendah
komponen absorbsi dan substrat (bahan) ke tinggi), maka konsentrasi larutan
imbibisi. (Devlin and Witham. 1992). di luar biji tidak lebih pekat dari
dalam biji.
Setalah air berimbibisi enzim mulai
 Suhu air, Suhu air tinggi=energi
berfungsi dalam sitoplasma yang mana telah
meningkat, difusi air meningkat
terhidrasi. Imbibisi kembali beberapa enzim
sehingga kecepatan penyerapan
yang mengubah protein menjadi asam amino,
tinggi
lemak dan minyak menjadi larutan sederhana
 Tekanan hidrostatik, ketika volume
atau campuran dan enzim-enzim lain yang
air dalam membrane biji telah sampai
merombak pati menjadi gula. Air dan oksigen
pada batas tertentu, akan timbul
adalah kebutuhan utama perkecambahan
tekanan hidrostatik yang mendorong
serta cahaya. (Stern,dkk. 1998).
ke luar biji, sehingga kecepatan
Biji adalah ovule yang dewasa.Terbentuk penyerapan air menurun.
satu atau lebih di dalam satu ovari pada  Luas permukaan biji yang kontak
legume,tapi tidak pernah lebih dari satu biji dengan air, Berbanding lurus dengan
terbentuk dalam ovari pada monokotil. Setiap kecepatan penyerapan air
 Daya intermolekuler, makin rapat
molekul-molekulnya, makin sulit air
diserap oleh biji
 Spesies dan varietas, Berhubungan
dengan faktor genetik yang
menentukan susunan kulit biji
 Tingkat kemasakan, biji makin
masak, kandungan air berkurang,
kecepatan penyerapan air meningkat
 Komposisi kimia biji
 Umur, Berhubungan dengan lama
penyimpanan makin lama disimpan,
makin sulit menyerap air.
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk
mengetahui kecepatan imbibisi pada kacang
tanah, kacang hijau dan jagung.
METODE PENELITIAN
Praktikum Imbibisi dilakukan di
Laboratorium 2 Gedung B Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Pakuan. Waktu pelaksanaan yaitu pada
tanggal 01 Oktober 2019 pukul 10.00 – 12.00
WIB. Alat yang digunakan pada praktikum
ini adalah gelas beaker, gelas ukur dan
timbangan. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah air, tissue, biji kacang
tanah, biji jagung dan biji kacang hijau.
Metode yang digunakan ialah metode
eksperimen. Langkah pertama yang
dilakukan adalah menimbang 20 biji kacang
tanah, jagung dan kacang hijau dengan
timbangan analitik. Kemudian merendam biji
tersebut dalam gelas beaker yang sudah diisi
air sekitar 150 ml. Lalu diangkat dan timbang
kembali biji tersebut dengan interval waktu
rendaman 15 menit sebanyak 3 kali. Setelah
itu membuat grafik hubungan waktu
perendaman dengan banyaknya air yang
diserap oleh biji, dengan rumus: jumlah air
yang diserap=berat biji (sesudah
perendaman-sebelum perendaman).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel Pengamatan Kecepatan Penyerapan Air
Berat Waktu (15 menit ke-)
X Wt ∆W (Wt – W0)
No. Jenis Biji Awal / W0 (gram)
(gram) (gram)
(gram) 1 2 3
1 Jagung 3,07 3,44 3,55 3,78 3.59 0.52
Kacang
2 1,20 1,22 1,21 1,22 1,22 0.02
Hijau
Kacang
3 7,34 8,44 8,71 9,17 8,77 1,43
Tanah

Berdasarkan hasil pengamatan yang dengan air, spesies dan varietas, tingkat
dilakukan didapatkan hasil yang berbeda- kemasakan, komposisi kimia dan umur.
beda kecepatan peyerapan air pada setiap
jenis biji. Kecepatan penyerapan air pada Dari pengamatan, didapatkan berat biji
kacang tanah paling besar dibandingkan kacang hijau pada 15 menit pertama sama
dengan kacang hijau dan jagung. Dengan dengan berat biji pada perendaman 15 menit
penambahan berat pada jagung 0,52 gram, ketiga yaitu sebesar 1,22. Tidak adanya
kacang hijau 0,02 gram, dan kacang tanah penambahan berat disebabkan sudah tidak
1,43 gram. Hal ini disebabkan oleh kondisi adalagi gaya tarik oleh senyawa higroskopik
dari jenis bijinya yang berbeda. Kecepatan (amilum dan protein) yang ada di dalam biji
peyerapan air pada ketiga jenis biji sangat tersebut karena sudah penuh dengan air yang
berbeda karena pada setiap biji mempunyai tadinya diserap. Hal ini terjadi karena adanya
tekanan atau potensial air yang berbeda, titik jenuh biji pada proses penyerapan.
selain itu daya serap air oleh masing-masing Ketika volume air dalam membran biji telah
biji juga berbeda, dan struktur dari masing- sampai pada batas tertentu, akan timbul
masing biji juga tidak sama. Penambahan tekanan hidrostatik yang mendorong ke luar
berat tersebut disebakan karena masuknya biji, sehingga kecepatan penyerapan air
air ke dalam biji pada saat perendaman. menurun. Berdasarkan hal inilah sehingga
Masuknya air ke dalam biji karena melewati dapat diketahui bahwa semakin lama proses
membran sel, serta adanya gaya tarik perendaman biji di dalam air, semakin besar
senyawa di dalam biji yang bersifat kecepatan penyerapan airnya. Begitupula
higroskopik, yaitu Kristal karbohidrat. Air sebaliknya, semakin sedikit waktu
yang berimbibisi menyebabkan biji perendaman, semakin lambat kecepatan
mengembang dan memecahkan kulit penyerapan air.
pembungkusnya dan juga memicu perubahan SIMPULAN
metabolic pada embrio yang menyebabkan
biji tersebut melanjutkan pertumbuhan Berdasarkan pembahasan di atas, maka
(Campbell,2002). dapat disimpulkan bahwa kecepatan
penyerapan air pada kacang tanah paling
Faktor yang mempengaruhi penyerapan besar dibandingkan dengan kacang hijau dan
air yaitu permeabilitas kulit atau membran jagung. Dengan penambahan berat pada
biji, konsentrasi air, suhu air, tekanan jagung 0,52 gram, kacang hijau 0,02 gram,
hidrostatik, luas permukaan biji yang kontak dan kacang tanah 1,43 gram. Hal ini
disebabkan oleh kondisi dari jenis bijinya
yang berbeda. Kecepatan peyerapan air pada
ketiga jenis biji sangat berbeda karena pada
setiap biji mempunyai tekanan atau potensial
air yang berbeda, selain itu daya serap air
oleh masing-masing biji juga berbeda, dan
struktur dari masing-masing biji juga tidak
sama. Faktor yang mempengaruhi
penyerapan air yaitu permeabilitas kulit atau
membran biji, konsentrasi air, suhu air,
tekanan hidrostatik, luas permukaan biji yang
kontak dengan air, spesies dan varietas,
tingkat kemasakan, komposisi kimia dan
umur.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, neil A. Dkk. 2002. Biologi Edisi
Kelima-Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Dahlia. 2001. Kimia dan Fisilogi Tumbuhan.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Devlin, R. M and F. H. Witham. 1992. Plant
Physiology. Wardsworth Publishing
Company. California.
Gardiner. Franklin P, dkk. 1991. Fisiologi
Tanaman Budidaya. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia UI Press.
Resky, Andi. 2011. Laporan Praktikum
Imbibisi.
Stern, K. R, S. Jansky and J. E. Bidlack.
1998. Introductory Plant Biology. Mc
Graw Hill. New York.
Pertanyaan
1. Apakah terjadi proses imbibisi pada biji yang di praktekan? Bagaimana ciri-ciri biji yang
mengalami imbibisi?
Ya, terjadi proses imbibisi pada biji. Dengan ciri-ciri sebagai berikut:
 Jika kulit dikupas, embrio tumbuh

 Embrio mengalami dormansi yang hanya dapat dipatahkan dengan suhu rendah

 Embrio tidak dorman pada suhu rendah, namun proses perkecambahan biji masih
membutuhkan suhu yang lebih rendah lagi

 Perkecambahan terjadi tanpa pemberian suhu rendah, namun semai tumbuh kerdil

 Akar keluar pada musim semi, namun epicotyl baru keluar pada musim semi
berikutnya (setelah melampaui satu musim dingin)
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi kecepatan imbibisi pada biji?
Faktor yang mempengaruhi penyerapan air yaitu permeabilitas kulit atau membran biji,
konsentrasi air, suhu air, tekanan hidrostatik, luas permukaan biji yang kontak dengan air,
spesies dan varietas, tingkat kemasakan, komposisi kimia dan umur.

3. Jelaskan mengenai hubungan waktu perendaman dengan banyaknya air yang diserap oleh
biji!
Berdasarkan pengamatan yg diamati waktu 15 menit perendaman pertama, semua biji
mengalami imbibisi yang ditandai dengan bertambahnya berat biji. Perendaman 15 menit
pertama, semua biji menyerap air lebih banyak dari pada perendaman ke 2 dan ke 3. Hal
ini terjadi karena beda potensial air pada biji lebih rendah dari pada potensial air di
lingkungan. Sehingga air masuk ke dalam biji. Air yang masuk mulai mengaktifkan enzim
enzim dan hormon hormon untuk menghidupkan kembali biji. Sedangkan pada
perendaman 15 menit kedua air yg diserap sedikit bahkan ada yang mengalami penururan
berat biji, karena biji mendekati titik jenuh dimana biji tidak bisa lagi menyerap air. Jadi,
biji akan mengalami imbibisi optimum pada waktu perendaman pertama sampai sebelum
biji mengalami titik jenuh. Berdasarkan hal inilah sehingga dapat diketahui bahwa semakin
lama proses perendaman biji di dalam air, semakin besar kecepatan penyerapan airnya.
Begitupula sebaliknya, semakin sedikit waktu perendaman, semakin lambat kecepatan
penyerapan air.
Lampiran

Proses Perendaman Rendaman jagung Rendaman kacang hijau

Rendaman kacang
tanah

Anda mungkin juga menyukai