Anda di halaman 1dari 6

MODUL EKSPERIMEN FISIKA

PERCOBAAN MODULUS PUNTIR

Nama Praktikan : - Prima Vitra Varecha ( 1708026020 )


- Tria Nurmar’atin ( 1708026029 )
Kelas : Fisika-5
Tanggal Percobaan : 25 Oktober 2019
Nama Asisten :
Nama Dosen : Hartono, S.Pd, M.Sc

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN WALISONGO SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Modulus puntir dapat diartikan secara teoritis, yaitu adalah hubungan besaran
tegangan tarik dan regangan tarik. Atau lebih jelasnya adalah perbandingan antara
tegangan geser dan regangan geser. Modulus puntir sangat penting dalam ilmu fisika
karena dengan mempelajarinya, diharapkan kemudian kita bisa menggunakannya untuk
menentukan nilai kelastisan dari sebuah benda ( objek studi ).
Prinsip-prinsip tersebut telah dirumuskan secara sistematik dan percobaan ini
dilakukan untuk menerapkan kembali rumusan/teori yang telah ada dalam kasus-kasus
yang sederhana agar praktikan lebh cepat memahami rumusan atau teori tadi.
Pada kasus elastic, berdasarkan pengandaian-pengandaian dimana tegangan
adalah perbandingan lurus dengan regangan dan yang belakangan ini berubah pula
secara linear dari pusat sumbu puntiran, maka tegangan akan berubah pula secara linear
dari pusat sumbu puntiran, maka tegangan akan berubah pula secara linear dari sumbu
pusat batang melingkar. Tegangan tersebut yang disebabkan oleh penyimpangan-
penyimpangan yang disebut dalam pengandaian diatas adalah tegangan geser yang
terletak pada bidang yang sejajar dengan irisan yang diambil tegak lurus terhadap
batang.
Dalam eksperimen ini, praktikan akan melakukan percobaan mengenai modulus
puntir pada suatu material. Dari modulus puntir tersebut, praktikan akan dapat
memahami sifat elastisitas bahan dan momen gaya yang bekerja, serta dapat
memprediksi bahan yang terkandung dari material tersebut. Suatu batang yang ditarik
oleh suatu gaya dikatakan berada dibawah tegangan meregang (tensile stress),
sedangkan apabila benda diberi tekanan menekan maka benda berada dibawah tekanan
menekan (compressive streess) yang merupakan lawan dari tegangan meregang.
Apabila suatu benda diberi gaya yang sama tetapi arahnya berlawanan dan tidak segaris
maka benda tersebut berada dibawah tegangan memuntir (shear stress).
Dalam praktikum ini, kita akan memahami gejala puntiran pada suatu material.

B. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengamati bahwa puntiran diteruskan pada arah memanjang.
2. Untuk menentukan modulus puntir batang logam

C. Rumusan Permasalahan
Adapun Rumusan Permasalahan dari percobaan ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana hasil pengamatan puntiran yang diteruskan pada arah memanjang?
2. Bagaimana cara menentukan modulus puntir pada batang logam?
BAB II
LANDASAN TEORI
Modulus puntir disebut juga Modulus geser, dan hanya terjadi pada zat padat. Puntiran
adalah suatu perlakuan terhadap material yang diberikan torsi yang tegak lurus terhadap
diameter material tersebut pada kedua ujungnya secara berlawanan. Salah satu hal yang
berpengaruh pada percobaan ini adalah gravitasi, karena berkaitan dengan berat (massa), lalu
hukum yang menyatakan gaya tarik benda atau gaya tarik menarik benda berbanding lurus
dengan dua massa tersebut serta berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara pusat dengan
kedua benda tersebut.
Selain berhubungan dengan gravitasi, modulus geser atau modulus puntir pun berkaitan
dengan adanya gerak jatuh bebas dan gerak vertikal ke atas. Gerak jatuh bebas mempengaruhi
massa m dari benda juga oleh gravitasi, Sedangkan kecepatan sama dengan nol.

S = v . t .............................................M9.1

Gerak vertikal keatas berlawanan dengan gaya gravitasi suatu benda dalam hal ini
arahnya yang membedakan. Gerak vertikal keatas menunjukan gaya normal, yaitu gaya yang
berlawanan dengan arah gravitasi.
Besarnya suatu gaya normal sangat bergantung dengan besarnya gaya gravitasi suatu
benda. Kecepatannya adalah sebesar :

Vt = V0 – gt........................................M9.2

Kecepatan akhirnya:

Vt2 = Vo2 - 2gt ..................................M9.3


Sebuah benda yang bekerja pada batang katrol, digunakan pada sebuah katrol dengan
menggunakan seutas tali sehingga benda membentuk gaya ke atas lalu terjadi perubahan sudut.
Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi modulus puntir (modulus geser) :
1. Panjang benda
2. Sudut puntir yang diberikan pada suatu benda
3. Momen gaya pada benda
4. Jari-jari benda
Secara umum puntiran terjadi bila balok atau kolom mengalami perputaran terhadap
sumbunya. Perputaran demikian dapat diakibatkan oleh beban dengan titik kerja yang tidak
terletak pada sumbu simetri. Bila balok mengalami puntiran, maka lapisan-lapisan pada
penampang balok cenderung bergeser satu dengan yang lain. Karena kohesi maka bahan akan
melawan pergeseran tersebut sehingga timbullah tegangan geser puntir pada balok. Hal ini
dapat ditunjukkan dengan memuntir sebatang rokok pada sumbu memanjang, akan timbul
kerutan kerutan berbentuk spiral pada permukaan rokok, kerutan ini menunjukkan garis
geseran yang terjadi. Contoh lain adalah sebatang kapur tulis yang dipuntir pada sumbu
memanjang, kapur akan terputus, bidang patahan adalah bidang geser puntir.
Salah satu batang di jepit keras-keras di T, ujung lainya bebas berputar dan pada badanya di
pasang keras-keras roda p, maka roda itu akan menghasilkan momen M terhadap batang.
Dengan jarum penunjuk yang melekat pada batang dan pembagian skala s dapat di baca sudut
puntiran batang, maka modulus puntir dapat di hitung dari:

G = (2.m.l)/(π.θ.R^4 ) ……………..................................... M9.4


Atau
G = (360.g.r.l.m)/(π^2.a^2.R^2 ) …………................................... M9.5

Dimana :
G = Modulus Puntir
M = momen yang bekerja pada batang
l = panjang batang yang dipuntir
g = gaya gravitasi
r = jari-jari roda P
m = massa beban
= sudut puntir dalam radian
a = sudut puntiran dalam derajat

Mengenai jari-jari yang dihitung tersebut ada dua, yaitu jari-jari luar sehingga untuk
menentukan jari-jari luarnya dikurangi jari-jari dalam, dan momen gaya yang bekerja pada
batang ini mempunyai banyak momen gaya.
Suatu poros dijepit di salah satu ujungnya, ujung lainnya bebas, dan dibebani dengan
momen putir secara seragam disepanjang poros dengan besar t per satuan panjang.
Momen puntir per unit panjang dinyatakan dengan t, dan koordinat x mempunyai origin
disebelah kiri. Diagram porsi batang ujung sebelah kiri dan bagian x. Suatu elemen dengan
panjang dx kita akan menentukan sudut putar pada elemen silinder dengan panjang dx ini.
Untuk kesetimbangan momen terhadap sumbu batang, suatu momen puntir tx bekerja pada
bagian sebelah kanan bagian. Momen puntir tx ini menyebabkan elemen sepanjang dx terpuntir
dengan sudut putar. Total putaran pada ujung sebelah kiri diperoleh dengan integrasi
keseluruhan elemen sedemikian. Modulus Geser didefinisikan sebagi perbandingan tegangan
geser dan regangan geser.
Tegangan dibedakan menjadi dua jenis. Bila gaya internal tegak lurus pada bidang yang
diamati, maka didapat tegangan normal atau langsung, dan sesuai dengan arah gaya, dapat
bersifat tarik (tensile) atau mampat (compressive). Bila gaya internal sejajar dengan bidang
yang diamati, didapat tegangan tangensial atau geser. Seringkali resultan gaya pada elemen
luasan membentuk sudut dengan bidang luasnya. Dalam keadaan semacam itu, gaya tersebut
diuraikan menjadi komponen normal dan tangensial, serta menghasilkan kombinasi tegangan-
tegangan normal geser.
Perubahan bentuk benda yang terjadi pada keadaan tegang disebut regangan. Ada dua
macam regangan. Bahan dapat membesar atau mengecil dan menghasilkan regangan normal;
atau lapisan-lapisan bahan dapat bergeser yang satu terhadap yang lain dan menghasilkan
regangan geser. Karena regangan hanya merupakan bilangan satuan modulus yang sama
seperti satuan tegangan, yaitu gaya persatuan luas. Tegangan biasanya dinyatakan dalam pound
per inci kuadrat atau dyne persenti meter kuadrat.
Hubungan antara setiap jenis tegangan dengan regangan yang bersangkutan penting
perananya dalam cabang fisika yang disebut teori elastisitas pada kekuatan bahan dibidang
enginering. Apabila suatu jenis tegangan diluaskan grafiknya terdapat regangannya akan
ternyata bahwa diagram tegangan yang diperoleh akan berbeda-beda bentuknya menurut jenis
bahanya. Dua bahan yang termasuk jenis bahan yang sangat penting dalam ilmu dan teknologi
dewasa ini ialah logam dan karet yang divulkanisir, hubungan prororsional antara tegangan dan
regangan dalam hal ini bahan itu elastis atau memperhatikan sifat elastis dan titik lainya
dinamakan batas elastis.
Apabila momen puntir yang bekerja baik pada poros pejal maupun poros berlubang
dinaikkan terus, nilai momen puntir mungkin akan mencapai titik lelah geser dari bahan bagian
luar. Ini adalah batas maksimum untuk momen puntir elastis dan dinyatakan dengan Te.
Kenaikan selanjutnya dari momen puntir menyebabkan tercapainya titik-titik lelah pada bahan
untuk posisi lapis yang semakin kedalam, sampai keseluruhan lapisan bahan mencapai titik
lelahnya dan ini menunjukkan terjadinya momen puntir plastis penuh (fully plastic twisting
moment) Tp. Kita tidak bicarakan tegangan yang lebih besar dari batas titik lelah, karena ini
adalah batas momen puntir yang dapat diberikan oleh poros. Dari hasil beberapa pengujian
diperoleh bahwa Tp = 4/3(Te).

2.2 Artikel
Modulus puntir terjadi karena adanya perputaran pada salah satu ujung benda benda yang
dilakukan dengan cara dijepit. Perputaran itu terjadi karena torsi (momen puntir). Momen
puntir merupakan penyebab perubahan gerakan putar yang mempercepat atau memperlambat
gerak putar suatu benda. Besarnya gaya untuk menghasilkan tegangan dan regangan tiap-tiap
benda pada umumnya berbeda, tergantung pada jenis dan sifat benda.
Tegangan didefinisikan sebagai perbandingan antara pertambahan panjang dengan
panjang awalnya (L). Pertambahan panjang ini tidak hanya terjadi pada ujungnya saja, tetapi
pada setiap bagian batang yang terentang dengan perbandingan yang sama. Karena merupakan
hasil bagi dari dua besaran yang berdimensi sama, maka regangan tidak memiliki satuan.
Tegangan didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya tarik (F) yang dikerjakan pada
benda dengan luas penampangnya (A).
Modulus Elastisitas didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan, dengan
regangan suatu bahan selama gaya yang bekerja tidak melampaui batas elastisitasnya. Dalam
SI satuan modulus elastisitas sama dengan satuan tegangan. Semakin besar nilai E, berarti
semakin sulit untuk merentangkan benda, artinya dibutuhkan gaya yang lebih besar. Sebuah
batang atau poros (shaft) berpenampang lingkaran yang dipuntir oleh kopel-kopel T yang
bekerja pada ujung-ujung batang mengalami puntiran murni (pure torsion). Berdasarkan
pertimbangan simetri, maka dapat diperlihatkan bahwa penampang dari sebuah batang bundar
akan berputar seperti sebuah benda kaku terhadap sumbu longitudinalnya dengan jari-jarinya
tetap lurus dan penampangnya tetap berbentuk bidang dan bulat. Juga, bila sudut-
puntiran (the angle of twist) total batangnya kecil, maka baik panjang dan jari-jari batang
kedua-duanya tak ada yang mengalami perubahan.
Terdapat banyak peneliti yang melakukan studi tentang besarnya nilai modulus geser
maksimum (Gmax). Dan banyak parameter yang akan mempengaruhi besarnya nilai modulus
geser maksimum (Gmax), yang paling utama adalah jenis tanah (lempung atau pasir), effective
confining preassure, void ratio (e), dan derajat konsolidasi. Hardin dan Black (1969)
mengusulkan suatu rumus yang dipakai untuk menghitung nilai modulus.
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Alat-alat yang digunakan


Alat-alat yang digunakan pada percobaan M-9 adalah :
1. Mikrometer sekrup
2. Mistar dan jangka sorong
3. Batang Logam yang akan diteliti
4. Penyekat (Penjepit) batang T
5. Roda pemutar, katrol dan tali P
6. Jarum penunjuk dengan pembagian skala sudut S
7. Beban masing-masing 0.5 kg (7 keping)
8. Nomor 3 s.d 5 terletak pada statip

3.2 Prosedur percobaan


Berikut merupakan cara-cara melakukan percobaan M-9 :
1. Pasanglah satu batang yang akan dipuntir. Keraskan semua sekrup keras-keras.
2. Periksa kebebasan gerak puntir ujung batang yang beroda dan apakah momen sudah akan
diteruskan keseluruh batang.
3. Ukurlah l, R, r beberapa kali dan timbanglah m (perhatikan pengukuran m harus merata).
4. Tetapkan suatu harga L, amati kedudukan jarum penunjuk (awas paralaks dan perhatikan
kedudukan / keadaan bahan).
5. Berilah beban dan berturut-turut tambahkan beban satu persatu, setiap kali penambahan
beban amati kedudukan jarum penunjuk.
6. Kurangi beban satu persatu, setiap kali pengurangan beban amati kedudukan jarum
penunjuk.
7. Ulangi percobaan 4, 5 dan 6 untuk beberapa harga L (paling sedikit 3, tanyakan pada
assisten).

Anda mungkin juga menyukai