Anda di halaman 1dari 20

CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958

E-ISSN 2540-8674

MANAJEMEN PERUBAHAN DALAM


TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)
PEMERINTAHAN DI INDONESIA
Sebuah Pemikiran Dalam Menyongsong Peralihan
e-Government Menjadi e-Governance

T. Fahrul Gafar

Program Studi Ilmu Pemerintahan


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Abdurrab

email: gaffar@univrab.ac.id

ABSTRAK
Selama lebih dari satu dekade program e-Government atau penggunaan dan pemanfaatan
Teknonogi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Indonesia diimplementasikan sejak
dikeluarkannya Instruksi Presiden (Inpres) no 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi
Nasional Pengembangan e-Government indonesia. Namun, selama itu pula kinerja e-
Government Indonesia belum menemui performa yang ideal. Sebuah fakta dan data
menyatakan, bahwa pada tahun 2016 Indonesia mendapat peringkat ke 116 dunia versi e-
Government Development Index (EGDI), turun 10 peringkat dibandingkan tahun 2014 yang
menduduki peringkat ke 106. Kondisi ini masih jauh berada di bawah negara-negara di Asia
Tenggara lainnya seperti Singapura (peringkat ke-4), Malaysia (peringkat ke-60), Filipina
(peringkat ke-71), dan Brunei Darussalam (peringkat ke-83). Sementara itu, nilai Online
Service Index (OSI), dan Telecommunication Infrastructure Index (TII) Indonesia juga masih
berada di bawah rata-rata di regional Asia. Indonesia berada pada angka 0,3623 pada OSI, dan
0,3016 pada TII, sedangkan di kawasan Asia rata-rata OSI pada angka 0,5120 dan TII pada
angka 0,3730. Melalui tulisan ini, penulis berupaya menawarkan beberapa gagasan dengan
mengikuti rentak dan ritme kemunculan teori-teori baru dalam ilmu pengetahuan, bahwa
nampaknya pemerintah tidak bisa diharapkan lagi menjadi pemain atau agen tunggal dalam
program pengembangan e-Government, melainkan sinergitas satu dari empat pemain yang
mengitari orbit besar bernama governance (penata-kelolaan) bersama-sama dengan pihak
swasta yang memiliki kreatifitas, kalangan universitas-akademisi/ profesional yang memiliki
ide dan gagasan cerdas, serta masyarakat secara luas, sehingga pemerintah sang pemilik
otoritas mampu menjamin terlaksananya semua hajatan dengan tuntas dan dengan hasil yang
pantas.

Kata Kunci: Manajemen Perubahan, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), e-


Government, e-Governance, Indonesia

Vol.3 No.2 153


CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

ASBTRACT
For more than a decade the program e-Government or use and utilization of Teknonogi
Information and Communication Technology (ICT) in Indonesia implemented since the
issuance of the Presidential Instruction (Presidential Instruction no 3 of 2003 on the National
Strategy and Policy Development of e-Government of Indonesia. But then the performance of
the e-Government Indonesia has not yet found an ideal performance. A fact and data stated that
in the year 2016 Indonesia rated to 116 world version e-Government Development Index
(EGDI), down 10 stages compared to the year 2014 which ranked to 106. This condition is still
far under the countries in Southeast Asia such as Singapore (stages the 4), Malaysia (60th
stage), the Philippines (stages to-71), and Brunei Darussalam (ranked 83th birthday).
Meanwhile, the value of the Online Service Index (OSI), and Telecommunication
Infrastructure Index (BAWAH) Indonesia also is still below the regional average of Asia.
Indonesia is located on numbers 0,3623 on OSI, and 0,3016 on Transparency International
Indonesia, while in the Asian region the average OSI on numbers 0,5120 and Transparency
International Indonesia on numbers 0,3730. Through this writing, author attempt to offer some
ideas to follow rentak and rhythm of the emergence of new theories in science that seems to
the government cannot be expected to again be a player or single agent in e-Government
development program, but sinergitas one of four players going around the large orbit named
governance (styler-kelolaan) together with private parties who have creativity, among
universities academics/ professionals who have the ideas and the idea of smartphone, and
society widely, so that the government of the owner the authority is able to guarantee the
implementation of all celebration with unrest and with the result that deserves.

Keywords: management of transformation; information and communication technology; e-


Government; e-Governance; Indonesia

PENDAHULUAN manusia harus senantiasa berubah


Sebagai manusia, kita hidup sesuai dengan tuntutan perubahan itu
dalam sebuah kosmos yang teratur dan sendiri.
rapi, berubah dan berpindah mengikuti Sebagaimana layaknya manusia,
hukum dan peraturan alam yang teknologi pun mengalami perubahan
disiplin dan tepat waktu. Perubahan dan perkembangan yang sangat pesat,
merupakan suatu hal yang pasti terjadi merambah semua aspek dan sendi
dan akan terjadi pada rantai kontinum kehidupan manusia termasuk dalam
sejarah umat manusia sejak zaman bidang telekomunikasi, yakni suatu
bermula hingga sekarang. Hal itu dapat teknik pengiriman atau
diungkapkan dengan kata-kata “panta penyampaian infomasi dari suatu
rei” (dalam Bahasa Belanda: “alles tempat ke tempat lain sebagai bentuk
verandert” dan dalam Bahasa inggris: komunikasi dua arah jarak jauh secara
“everything change”). Dengan berkesinambungan.
meresapi makna tersebut berarti

Vol.3 No.2 154


CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

Berkaca pada keadaan manusia perkembangan mutakhir teknologi


dan teknologi sebagaimana diatas, informasi dalam bidang pemerintahan
pemerintahan juga merupakan sebuah yang pada awalnya berasal dari filosofi
proses perubahan. Proses tersebut kerja Sistem Infomasi Manajemen
bekerja dan bereaksi dalam lingkungan (SIM). Pada mulanya, SIM dijalankan
yang senantiasa berubah. Tetapi oleh manusia secara manual dengan
tentunya peristiwa perubahan pengertian bahwa SIM adalah
pemerintahan berbeda dengan sekumpulan informasi (fakta tercatat,
teknologi, baik itu cara, alat, maupun catatan tersebut dinamai dengan data,
lingkungan yang mudah berubah dan dan data yang diolah disebut informasi)
mudah diubah. Pemerintahan memiliki yang ter-manage/teratur secara
komponen dan nilai yang sukar berubah sistematis. Namun lagi-lagi dengan
atau sulit diubah, yaitu kekuasaan, adanya persentuhan dari anasir lain
kepentingan, monopoli, dan dalam hal ini adalah teknologi, yaitu
kenikmatan. Pada segmen itu, perangkat-perangkat Teknologi
pemerintahan bisa bergesekan bahkan Informasi dan Komunikasi (TIK),
bertabrakan dengan nilai-nilai yang sehingga secara utuh dan penuh SIM
berkembang dalam dunia teknologi dapat diartikan sebagai sebuah sistem
seperti teknokrasi, profesionalisme, manusia dan mesin secara terpadu
meritokrasi dan lainnya. Namun disisi (integrated system) untuk menyajikan
lain, terdapat juga segmen informasi guna mendukung fungsi
pemerintahan yang nilai-nilainya justru operasi, manajemen, dan pengambilan
memerlukan perubahan secara keputusan dalam organisasi, dan SIM
berkesinambungan dikarenakan merupakan serangkaian sub sistem
sasarannya yang unik dan selalu informasi yang menyeluruh dan
berubah-ubah. Pada keadaan tersebut terkoordinasi secara rasional dan
Ndraha (2003:539) menyatakan bahwa terpadu yang mampu mentransformasi
disitulah terjadinya persentuhan antara data sehingga menjadi informasi lewat
pemerintahan dengan seni dan teknik. serangkaian cara guna meningkatkan
Sentuhan seni dalam pemerintahan produktivitas yang sesuai dengan gaya
melahirkan seni pemerintahan dan dan sifat manajer atas dasar kriteria
sentuhan teknologi melahirkan mutu yang telah ditetapkan. Sebagai
teknonogi pemerintahan yang kini ilustrasi, alur perubahan terjadi pada
dikenal dengan sebutan e- narasi diatas, dapat kita lihat melalui
Geovernment. kontinum sebagai berikut :
Terminologi e-Government yang SIMTIKe-Government. Dari fase
kini kita kenal merupakan inilah diperlukan sebuah manajemen

Vol.3 No.2 154


CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

perubahan dalam rangka mengatur administrasi pemerintahan untuk


ritme perubahan yang terjadi dalam menggunakan TIK dalam
dunia pemerintahan yang sangat menyediakaan dan memberikan
dinamis. layanan kepada publik. Yang menjadi
Hingga tahun 2015, dasar pembahasan dalam tulisan ini
berdasarkan data terakhir yang dapat adalah EGDI terkini yaitu edisi 2014
dilihat pada laman web PeGI dan 2016 berdasarkan tiga sub index
(http://pegi.layanan.go.id/), pemerintah yaitu Online Service Index (OSI),
Republik Indonesia telah melakukan Telecommunication Infrastructuture
penilaian terhadap pengembangan e- Index (TII), dan Human Capital Index
Government pada setiap Kementrian, (HCI).
Lembaga Pemerintah Non Kementrian Pada tahun 2016 Indonesia
(LPNK), dan juga Provinsi di Indonesia mendapat peringkat ke 116 versi E-
yang diistilahkan dengan Government Development Index
Pemeringkatan e-Government (EGDI) atau turun 10 peringkat
Indonesia (PeGI). Melalui dibandingkan tahun 2014 yang
Pemeringkatan e-Government menduduki peringkat ke 106. Kondisi
Indonesia, setiap Kementrian, LPNK, ini masih jauh berada di bawah negara-
dan Pemerintah Daerah mendapatkan negara di Asia Tenggara seperti
penilaian yang dilakukan oleh Singapura (peringkat ke-4), Malaysia
Kementerian Kominfo sebagai bahan (peringkat ke-60), Filipina (peringkat
evaluasi bagi Pemerintah Pusat dalam ke-71), dan Brunei Darussalam
pengembangan e-Government (peringkat ke-83). Sementara itu, nilai
Indonesia selanjutnya. Online Service Index (OSI) dan
Sementara di tingkat dunia, Telecommunication Infrastructure
Persekutuan Bangsa-Bangsa (PBB) Index (TII) Indonesia juga masih
juga telah melakukan Indexing atau berada di bawah rata-rata di regional
pemeringkatan e-Government Sejak Asia. Indonesia berada pada angka
tahun 2003 (E-Government 0,3623 OSI dan 0,3016 TII, dan
Development Index-disingkat EGDI) sedangkan di kawasan Asia rata-rata
sebagai dasar pemeringkatan negara- OSI pada angka 0,5120, TII pada angka
negara yang menjadi anggota PBB. 0,3730 dan HCI pada angka 0.6545.
EGDI adalah indikator komposit yang Selengkapnya dapat kita lihat pada
mengukur kemauan dan kapasitas tabel 1, 2, dan 3 dibawah ini:

Vol.3 No.2 155


CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

Tabel 1. Perbandingan Rangking E-Government Development Index


(EGDI) 2014 & 2016

No Negara Rangking No Negara Rangking


Urut (2014) Urut (2016)
1 Singapura 3 1 Singapura 4
2 Malaysia 52 2 Malaysia 60
3 Brunei Darussalam 86 3 Filipina 71
4 Filipina 95 4 Thailand 77
5 Vietnam 99 5 Brunei 83
Darussalam
6 Thailand 102 6 Vietnam 89
7 Indonesia 106 7 Indonesia 116
8 Kamboja 139 8 Laos 148
9 Laos 152 9 Kamboja 158
10 Timor Leste 161 10 Timor Leste 160
11 Myanmar 175 11 Myanmar 169

Sumber : Data Hasil Olahan (United Nations E-Government Survey 2016, e-Government in
Support of Sustainable Development)1.

1
Lihat juga di http://workspace.unpan.org/sites/Internet/Documents/UNPAN96407.pdf

Vol.3 No.2 156


CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

Tabel 2. Rangking E-Government Development Index (EGDI) 2014

Online Telecomm. Human


Rangking Negara Rangking EDGI Service Infrastructure Capital
(Asteng) (Dunia) Index Index Index
(OSI) (TII) (HCI)
1 Singapura 4 0.8828 0.9710 0.8414 0.8360
2 Malaysia 60 0.6175 0.7174 0.4397 0.6953
3 Filipina 71 0.5765 0.3791 0.6667 0.6839
4 Thailand 77 0.5522 0.5507 0.4117 0.6942
5 Brunei D 83 0.5298 0.5072 0.3512 0.7310
6 Vietnam 89 0.5143 0.5725 0.3715 0.5989
7 Indonesia 116 0.4478 0.3623 0.3016 0.6796
8 Laos 148 0.3090 0.2826 0.1537 0.4907
9 Kamboja 158 0.2593 0.0507 0.2486 0.4785
10 Timor 160 0.2582 0.2174 0.0728 0.4843
Leste
11 Myanmar 169 0.2362 0.1594 0.0655 0.4837
Rata-rata Asia 0.5132 0.5120 0.3730 0.6545
Rata-rata Dunia 0.4922 0.4623 0.3711 0.6433

Sumber: Data Hasil Olahan (UNITED NATIONS e-Government SURVEY 2014 e-Government
for The futre we want)2.

2
Lihat juga di https://publicadministration.un.org/egovkb/Portals/egovkb/Documents/un/2014-
Survey/E- Gov_Complete_Survey-2014.pdf

Vol.3 No.2 157


CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

Tabel 3. Rangking E -Government Development Index (EGDI) 2016

Online Telecomm. Huan


Rangking Negara Rangking EDGI Service Infrastructure Capital
(Asteng) (Dunia) Index Index Index
(OSI) (TII) (HCI)
1 Singapura 3 0.9076 0.9921 0.8793 0.8515
2 Malaysia 52 0.6115 0.6772 0.4455 0.7119
3 Brunei D 86 0.5042 0.3622 0.3690 0.7815
4 Filipina 95 0.4768 0.4803 0.2451 0.7051
5 Vietnam 99 0.4705 0.4173 0.3792 0.6148
6 Thailand 102 0.4631 0.4409 0.2843 0.6640
7 Indonesia 106 0.4487 0.3622 0.3054 0.6786
8 Kamboja 139 0.2999 0.1732 0.2075 0.5189
9 Laos 152 0.2659 0.1417 0.1618 0.4941
10 Timor 161 0.2528 0.2047 0.0704 0.4941
Leste
11 Myanmar 175 0.1869 0.0236 0.0084 0.5288
Rata-rata Asia 0.4951 0.4652 0.3584 0.6615
Rata-rata Dunia 0.4712 0.3919 0.3650 0.6566
Sumber: Data Hasil Olahan (United Nations E-Government Survey 2016, e-Government in
Support of Sustainable Development)3.

Data-data yang termaktub strategi e-Government dinegara


diatas merupakan catatan dari EGDI tersebut diterapkan secara umum dan
(E-Government Development Index) secara spesifik pada sektor-sektor
yang didasarkan pada survei tertentu dalam penyampaian layanan
menyeluruh tentang kehadiran kepada publiknya. Penilaian kinerja e-
pemerintah secara online dari semua Government negara-negara tersebut
(193) Negara anggota Perserikatan relatif terhadap satu sama lain dan
Bangsa-Bangsa (PBB) dimana EGDI hasilnya ditabulasikan serta
menilai situs web nasional sebuah dikombinasikan dengan seperangkat
negara dan bagaimana kebijakan serta indikator yang mewujudkan

3
Lihat juga di http://workspace.unpan.org/sites/Internet/Documents/UNPAN96407.pdf

Vol.3 No.2 158


CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

kemampuan suatu negara untuk penggunaan dan pemanfaatan


berpartisipasi dalam masyarakat Teknologi Informasi dan Komunikasi
informasi. Adapun yang menjadi acuan (TIK) atau e-Government secara
terhadap indikator-indikator survei professional dan proporsional ternyata
EGDI (E-Government Development juga berkorelasi dengan kualitas
Index) adalah : Sumber Daya Manusia sebuah Negara,
1. Very High-EGDI (Greater than sehingga semua pihak (actor) harus
0.75) bersinergi.
2. High-EGDI (Between 0.50 and
0.75) PEMBAHASAN
3. Middle/Medium-EGDI 1. Diorama Teknologi Informasi
(Between 0.25 and 0.50) dan Komunikasi (TIK)
4. Low-EGDI (Less than 0.25) Pemerintahan di Indonesia
Pada tahun 2003, Presiden
Berdasarkan pada sumber
Indonesia mengeluarkan Instruksi
diatas, data pada tabel 1, 2, dan 3
Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang
menunjukkan bahwa posisi indonesia
Kebijakan dan Strategi Nasional
walaupun tidak merubah
Pengembangan e-Government.
kedudukannya pada posisi ke 7 negara-
Kemunculan Inpres ini tidak saja
negara Asia Tenggara, namun apabila
diartikan sebagai tindak lanjut Inpres
diperhatikan pada indikator Online
Nomor 6 Tahun 2001 tentang
Service Index (OSI),
Pengembangan dan Pendayagunaan
Telecommunication Infrastructure
Telematika Indonesia, tetapi juga
Index (TII) masih berada dibawah rata-
merupakan cetusan komitmen untuk
rata kecuali pada indikator Human
menerapkan sebuah konsep tentang
Capital Index (HCI) saja yang berada
pemanfaatan teknologi informasi yang
pada angka cukup memuaskan. Namun
telah dipraktekkan di negara-negara
secara keseluruhan Indonesia masih
maju yang telah melahirkan sebuah
berada dibawah rata-rata Asia dan
bentuk mekanisme birokrasi
Dunia yaitu berada pada kategori ke 3
pemerintahan yang efektif dan efisien,
atau Middle/Medium-EGDI, pada
yang diistilahkan sebagai Electronic
kisaran 0.25 - 0.50 berdasarkan laporan
Government (e-Government).
United Nations e-Government Survey
Secara tegas, Inpres Nomor 3
2016 (E-Government In Support Of
tahun 2003 merumuskan bahwa tujuan
Sustainable Development). Tentunya
pengembangan e-Government
catatan ini harus menjadi perhatian
merupakan upaya untuk
semua pihak dan bukan hanya
penyelenggara Negara saja, karena mengembangkan penyelenggaraan

Vol.3 No.2 159


CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

kepemerintahan yang berbasis sehingga mendorong munculnya


(menggunakan) perangkat elektronik anggapan bahwa suatu instansi
dalam rangka meningkatkan kualitas pemerintah sudah menerapkan e-
layanan publik secara efektif dan Government ketika sudah memiliki
efisien. Pencapaian tujuan strategis e- website. Padahal e-Government tidak
Government perlu dilaksanakan hanya menampilkan informasi
melalui 6 (enam) strategi yang pemerintahan melalui website semata,
berkaitan erat, yaitu : namun lebih dari itu, yakni adanya
1. Mengembangkan sistem tranformasi hubungan antara
pelayanan yang andal dan pemerintah dengan seluruh stakeholder
terpercaya, serta terjangkau yang semula menggunakan media
oleh masyarakat luas. konvensional digantikan dengan media
2. Menata sistem manajemen dan elektronik secara online (internet).
proses kerja pemerintah dan Pemanfataan e-Government
pemerintah daerah otonom bagi pemerintah adalah untuk
secara holistik. menciptakan pelayanan yang efektif
3. Memanfaatkan teknologi dan efisien. Efektifitas dan efisiensi
informasi secara optimal. dari pemerintah dapat dianalogikan
4. Meningkatkan peran serta dunia sebagai berikut; jika dahulu sebuah
usaha dan mengembangkan pemerintah terkenal dengan
industri telekomunikasi dan birokrasinya yang sangat lambat, boros,
teknologi informasi. dan sangat fungsional, maka
5. Mengembangkan kapasitas masyarakat saat ini membutuhkan
SDM baik pada pemerintah sebuah kinerja pemerintah yang cepat,
maupun pemerintah daerah murah, dan berorientasi pada proses
otonom, disertai dengan agar dapat memberikan dukungan yang
meningkatkan e-literacy signifikan dan kompetitif bagi para
masyarakat. customer-nya (individu, komunitas
6. Melaksanakan pengembangan bisnis, masyarakat, dan stakeholder
secara sistematik melalui yang lain). Tentu saja merubah
tahapan-tahapan yang realistik paradigma tersebut bukanlah
dan terukur. merupakan suatu hal yang mudah
namun disisi lain perubahan merupakan
Dalam perkembangannya,
suatu keharusan bukan pilihan, dan bagi
sebagian besar pengembangan e-
siapa yang dapat melakukan perubahan
Government yang ada pada saat ini
secara cepat akan semakin diuntungkan
masih terfokus pada penyediaan web
site dan layanan informasi saja, karena selain dapat beradaptasi dengan

Vol.3 No.2 160


CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

lingkungan yang baru, yang Namun Berdasarkan hasil studi


bersangkutan dapat menjadi pemain sejumlah praktisi e-Government di
kunci dalam mekanisme global berbagai negara, secara pokok terdapat
tersebut. 3 (tiga) tantangan terbesar yang
Di tingkat daerah, pemerintah dihadapi oleh pemerintah maupun
daerah juga dituntut untuk mengikuti masyarakat dalam mengembangkan
roadmap yang telah ditentukan oleh konsep e-Government di negaranya
pemerintah Republik Indonesia melalui masing-masing, yaitu
kementerian Informasi dan Komunikasi (Indrajit:2004:19) :
(Kominfo) sebagai kementerian yang 1. Tantangan yang berkaitan
memiliki kewenangan dan bertanggung dengan cara menciptakan dan
jawab terhadap pengembangan e- menentukan kanal-kanal akses
Government Indonesia. Berdasarkan digital (maupun elektronik)
roadmap Kementrian Kominfo, pada yang dapat secara efektif
tahap pertama atau tahun 2010-2012, dipergunakan oleh masyarakat
merupakan fase Indonesia Connected, maupun pemerintah;
dimana dalam tahap ini seluruh desa 2. Tantangan yang berkaitan
ada akses telepon, seluruh kecamatan dengan keterlibatan lembaga-
harus ada akses internet. Pada tahap lembaga lain di luar pemerintah
kedua atau tahun 2012-2014 (pihak komersial swasta
Kemkominfo memiliki misi Indonesia maupun pihak-pihak non
Informative, yaitu masyarakat komersial lainnya) dalam
Indonesia sudah masuk dalam mengembangkan infrastruktur
masyarakat Informasi. Pada fase ini, maupun superstruktur e-
diharapkan seluruh ibukota propinsi Government yang dibutuhkan;
terhubung dengan jaringan fiber optic dan
(serat optik), seluruh kabupaten/kota 3. Tantangan yang berkaitan
memilik akses broadband dan dengan penyusunan strategi
peningkatan e-Service, e-Health, e- institusi terutama yang
Education dan “e” lainnya bagi semua berkaitan dengan masalah biaya
lapisan masyarakat. Pada tahun 2014- investasi dan operasional
2018 diharapkan Indonesia masuk sehingga program manajemen
dalam Indonesia Broadband dan perubahan e-Government ini
masyarakat masuk dalam kategori
masyarakat pengetahuan4.

4
Diakses dari kemkoninfo-siapkan-road-map-indonesia-
http://news.viva.co.id/news/read/196405- digital/0

Vol.3 No.2 161


CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

dapat berjalan dengan lancar 2. Spektra Teoritika Pemerintahan


sesuai dengan yang diinginkan. Secara etimologis kata
pemerintah dan pemerintahan ditarik
Tantangan-tantangan diatas
dari kata “titah”. Dari sudut leksikal
membuat kita harus jeli dalam melihat
berarti amanat, amar (al-‘amr), sabda,
berbagai gejala, terutama perubahan
dan firman yang semuanya bermakna
paradigma dalam e-Government
“perintah” (Endarmoko, 2006:647).
memiliki tuntutan yang cepat dan
Kata “titah” dapat dikatakan sejajar
dinamis. Keterangan diatas juga
dengan kata gubernare
menunjukkan bahwa pemerintah saja
(Latin/Spanyol), kybern
tidak bisa diandalkan untuk menjadi
(Greek/Yunani), dan govern (Inggris).
agen tunggal dalam percepatan
Govern/ steering dalam bahasa latin
perbaikan performa e-Government
adalah gubernare, sedangkan dalam
Indonesia. Pergeseran orientasi telah
bahasa Gerika (Greek/Yunani) adalah
dan sedang dari Government Oriented
kybernan. Gubernare kemudian
kepada Citizen Oriented, selain itu Silo
berubah menjadi Gubernantia.
Resource atau sumber daya “silo” yang
Sedangkan dalam bahasa Belanda,
dipahami sebagai sebuah mentalitas
berasal dari kata besturen (mengemudi-
yang kaku dan tertutup akan berubah
Inggris: steering) di tambah kunde
menjadi Shared Resource atau sumber
(kepandaian-Inggris: craft, skill)
daya yang tersebarkan, dan layanan
(Ndraha, 2003: xxii). Namun yang
eletronik yang satu arah (tunggal)
sering kita dengar dan gunakan dalam
berubah menjadi Shared Service atau
berbagai kegiatan akademik baik lisan
layanan yang tersebar dimana-mana
maupun tulisan adalah derivasi
(Anggono, 2015:12). Dari gambaran
(turunan) kata gubernantia yang
tersebut, maka perlu pihak-pihak lain
kemudian menjadi cikal bakal (embrio)
agar dapat bekerja secara sinergis dan
dari kata governance (govern+ance)
harmonis dalam tata kelola TIK
yang berarti “pemerintahan” (peristiwa/
pemerintahan di Indonesia. Secara
kejadian). Sedangkan kata government
eksplisit penulis akan menjelaskan
(govern+ment) adalah badan atau
siapa saja pihak-pihak yang patut
lembaga yang melakukan kegiatan dan
berkolaborasi dalam mewujudkan
aktifitas perintah-memerintah sehingga
digitalisasi dunia pemerintahan melalui
dari kegiatan dan aktifitas tersebut
penelusuran teori-teori terkait.
menghasilkan gejala, peristiwa, dan
kejadian sebagai sebuah fenomena
sosial yang tak terbantahkan.

Vol.3 No.2 162


CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

Menerusi pengertian lagi sebagai e-Government (lembaga/


pemerintahan diatas, sebenarnya kajian agen pemerintah saja). Pandangan
dan pembahasan tentang e-Government Heeks tersebut menguraikan tiga
ini bermula dari dunia bisnis pada kontribusi utama e-Governance, yaitu:
dekade 80-90an, dimana Douglas Memperbaiki proses pemerintahan (e-
Holmes (2001) dalam bukunya yang Administration); Menghubungkan
berjudul e-Gov: eBusiness strategi for warga negara (e-Citizens dan e-
government yang mengatakan kelak Service); dan membangun interaksi
akan terhubungnya Administration, eksternal (e-Society) (Heeks, 2001:1).
Business, dan Citizen atau Selaras dengan itu, dasar pemikiran
menyebutnya dengan istilah ABC’s tentang governance juga dapat
Government (Ndraha, 2003: 544). mengacu kepada apa yang dikatakan
Selain Holmes, Rogers W’O Okot Uma Kooiman (2003: 4), yang juga
dalam bukunya Electronic mengemukakan hal yang hampir sama,
Governance: Reinventing Good bahwa governance/ tata kelola dapat
Governance (tanpa tahun) yang pada dilihat sebagai keseluruhan konsepsi
intinya mengatakan bahwa teoritis tentang pemerintahan, dimana
perkembangan e-Government akan ia mendefinisikan pemerintahan
terus bergantung pada realisasi e- sebagai sebuah totalitas interaksi publik
Business, dan e-Business yang dan juga aktor swasta yang
dimaksud oleh Okot-Uma adalah e- berpartisipasi dengan tujuan untuk
Commerce atau perniagaan/ transaksi memecahkan masalah sosial atau
yang dilakukan secara elektronik menciptakan kesempatan masyarakat,
(Ndraha, 2003: 543). Teori itulah yang menghadirkan institusi sebagai konteks
menjadi root theory dari e-Government yang mengatur interaksi, dan
yang berasal dari dunia bisnis sehingga membangun fondasi normatif bagi
wajar bila dunia usaha/swasta menjadi semua aktivitas tersebut. Dalam
leading dalam masalah ini. konteks ini, Negara tidaklah mengalami
Hal senada juga dikatakan oleh kerugian, justru Negara adalah salah
Richard Heeks (2001), bahwa satu dari berbagai aktor potensial.
perkembangan Teknologi informasi Dengan demikian, negara
dan komunikasi yang baru dapat (kemungkinan) hanya akan mengalami
memberikan kontribusi yang signifikan sedikit defisit kontrol saja namun tetap
terhadap tercapainya tujuan tata berpotensi memperoleh keuntungan
pemerintahan yang baik. Heeks bahkan dari segi sumber daya, keahlian dan
menyebutnya sebagai tata kelola secara pengetahuan (alih teknologi) yang
elektronis atau e-Governance bukan

Vol.3 No.2 163


CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

ditawarkan oleh entitas lain (Kooiman, inovasi Quintuple Helix, lingkungan


1993: 2). alami masyarakat dan ekonomi juga
Pada perkembangan berikutnya, harus dilihat sebagai pendorong untuk
Carayannis et al (2012:1), menjelaskan memproduksi pengetahuan dan inovasi,
muncul pula sebuah pendekatan model sehingga dapat menentukan peluang
inovasi disebut Triple Helix yang bagi kemajuan sebuah negara melalui
berfokus pada hubungan universitas- tata kelola pemerintahan yang
industri-pemerintah dan dilanjutkan terintegrasi. Hal ini bermakna bahwa
dengan model Quadruple Helix yang pemerintahan kedepan harus mampu
menyematkan Triple Helix dengan mengidentifikasi transisi sosioekologis
menambahkan "masyarakat berbasis sebagai tantangan besar bagi peta
media dan berbasis budaya" dan pembangunan masa depan. Quintuple
"masyarakat sipil" sebagai helix yang Helix mendukung pembentukan situasi
keempat. Dari model Quadruple Helix win-win solution antara ekologi,
tersebut, yang mutakhir berkembang pengetahuan, dan inovasi yang mampu
pula model inovasi Quintuple Helix menciptakan sinergi antara ekonomi,
yang bahkan lebih luas dan lebih masyarakat, dan demokrasi.
komprehensif dengan Berdasarkan pandangan
mengkontekstualisasikan Quadruple teleskopik terhadap beberapa lapisan
Helix melalui penambahan helix dari lensa teori diatas, sederhananya
perspektif "lingkungan alami aktifitas governance atau pemerintahan
masyarakat". Triple Helix mengakui atau juga dapat dimaknai dengan tata
secara eksplisit pentingnya pendidikan kelola sebagaimana yang telah
tinggi untuk inovasi. Quadruple Helix dijabarkan diatas apabila ia didukung
mendorong perspektif masyarakat dengan teknologi sebagai enabler (alat
pengetahuan, serta pengetahuan bantu) akan menjadikan ia
demokrasi untuk produksi pengetahuan bertransformasi dari e-Government
dan inovasi. Dalam pemahaman menjadi e-Governance yang mampu
Quadruple Helix, pengetahuan yang menata dan mengelola berbagai
berkelanjutan juga memerlukan sebuah aktifitas pemerintahan menjadi lebih
koevolusi dengan masyarakat yang efektif dan efisien serta membawa
berpengetahuan. Sedangkan Quintuple manfaat besar lainnya. Ini
Helix sebagai pendekatan terkini menunjukkan bahwa e-Governance
menekankan transisi sosio-ekologis adalah realitas terkini, yang akan
yang diperlukan masyarakat. Oleh menjadi urgen dilakukan untuk masa
karena itu, Quintuple Helix sensitif depan sesuai dengan keadaan zaman
secara ekologis. Dalam kerangka model yang menuntut sebuah perubahan yang

Vol.3 No.2 164


CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

bukan saja diperlukan oleh negara- besar atau 70% penyebab kegagalan
negara maju tapi juga oleh negara- implementasi e-Government yang
negara berkembang. Namun, sebagian diantaranya adalah aspek
besar inisiatif e-Governance hari ini kepemimpinan, budaya organisasi,
umumnya masih mengalami obstacle sumber daya manusia, manajemen
bahkan terancam gagal dikarenakan (terutama manajemen perubahan),
negara menghadapi dua rintangan rakayasa ulang proses urusan (business
besar. Pertama, rintangan secara process procedures) aspek regulasi atau
strategis untuk kesiapan: menyiapkan payung hukum, dan sisanya adalah
pra-kondisi yang teridentifikasi untuk aspek-aspek yang berkaitan dengan
e-Governance. Kedua, rintangan secara TIK baik hardware maupun software
taktis untuk menutup kesenjangan nya. Dalam dokumen Sistem infomasi
realitas desain: menerapkan praktik Nasional (Sisfonas) yang dikeluarkan
terbaik dalam program e-Governance oleh Kementrian Komunikasi dan
untuk menghindari kegagalan dan Informasi (2002), sebagaimana yang
meraih kesuksesan. Bagaimanakah dikutip oleh Hasibuan dan Santoso
sebaiknya sikap kita? berikut beberapa (2005:47), bahwa manajemen
butir pandangan yang dapat dijadikan perubahan berpengaruh sebesar 40%,
sebagai pertimbangan. dan rakayasa ulang proses urusan
(business process procedures)
3. Pandangan dan Gagasan berpengaruh sebesar 35%. Pada kondisi
Sebagaimana yang telah tersebut manajemen perubahan
dikatakan sebelumnya, bahwa selain memegang peranan penting dalam
tantangan dan rintangan dalam implementasi sistem e-Government
pelaksanaan e-Government, hasil-hasil sebagaimana disebutkan pada pilar
penelitian sebelumnya pun sudah pertama dalam Inpres No. 3 Tahun
menunjukkan gejala yang sama. 2003 tentang Kebijakan dan Strategi
Penulis juga telah beberapa kali Nasional Pengembangan e-
melakukan penelitian tentang performa Government. Dalam konteks
e-Government Indonesia yang secara pengembangan sistem informasi,
garis besar dapat dipilah menjadi dua dikatakan bahwa manajemen
aspek utama, yakni aspek TIK dan non- perubahan (change management)
TIK. Namun ternyata dari beberapa merupakan proses dalam membantu
pengalaman penulis dalam meneliti, individu terkait untuk mengadopsi dan
membaca hasil-hasil penelitian dan beradaptasi dengan sistem yang akan
mengamati secara langsung justru digunakan.
aspek non-TIK lah yang berpengaruh

Vol.3 No.2 165


CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

Akan tetapi, kendatipun keputusan dan kebijakan, data


manajemen perubahan (change merupakan sumber penelitian dan
management) dan rakayasa ulang pengembangan, data menjadi dasar
proses urusan (business process dalam melakukan evaluasi, data
procedures) yang merupakan aspek non merupakan bukti kinerja (sebagai
TIK memberikan pengaruh besar output kemudian menjadi input
terhadap kesuksesan implementasi e- perencanaan berikutnya), karena data
Government, namun sebagai antitesa, merupakan bahan dasar atau bahan
penulis berpandangan bahwa aspek mentah sebagai catatan dari sebuah
TIK bila dioperasikan dan dioptimalkan fakta dan peristiwa yang terjadi
penggunaannya secara profesional dan kemudian diolah menjadi sesuatu yang
proporsional justru akan mampu bermanfaat yang disebut informasi dan
memberikan pengaruh atau parubahan kemudian informasi itu dijadikan
terhadap perilaku dan resistensi sebagai dasar dan alasan seseorang
manusia atau individu. Hal tersebut dalam mengambil keputusan.
telah terbukti hari ini dimana mindset Berdasarkan life cycle tersebut, maka
atau pola pikir manusia justru telah kedudukan data memiliki tempat yang
banyak digiring dan di “framing” oleh penting dan strategis dalam
arus informasi yang bergerak deras implementasi e-Government sehingga
melalui perkembangan TIK dan perlahan mampu bertransformasi
menjadi dasar atau alasan seseorang menjadi e-Governance. Artinya,
untuk mengambil sebuah tindakan. berbicara e-Governance berarti
Salah satu contoh diantaranya adalah berbicara e-Government, berbicara e-
banyaknya orang memilih dan Government berarti berbicara TIK,
mengambil keputusan dalam hidupnya berbicara TIK berarti berbicara tentang
melalui persediaan atau “stock” SIM (Sistem Informasi Manajemen),
informasi yang mereka miliki dari dan berbicara SIM berarti berbicara
perangkat teknologi (gadget) pribadi tentang sistem dalam mengelola dan
yang mempunyai kemampuan dan daya mengatur informasi secara sistematis,
jelajah tinggi dalam mengakses dan berbicara tentang pengelolaan
informasi dengan cepat dan tepat informasi secara sistematis berarti
sehingga mereka memiliki data atau adalah berbicara tentang rekaman
catatan dan refrerensi sebelum peristiwa (baca:data) apakah ia tercatat
mengambil keputusan. atau tidak. Berkaca dari pandangan
Berangkat dari sebuah filosofis tersebut, ternyata kejadian
pandangan filosofis, bahwa data yang senyata-nyatanya terjadi adalah
merupakan sumber pengambilan adanya ketidaksesuaian antara “data

Vol.3 No.2 166


CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

lapangan” dengan “data administrasi” muncul bahkan yang belum munculpun


terutama bagi lembaga/ instansi/ agen harus dapat diprediksi. Sistem ini
pemerintah. Terjadinya gap atau bermula dari memanfaatkan teknologi
kesenjangan akan mengakibatkan Big Data sebagai sentralnya, dimana
kesalahan yang fatal dalam membuat sumber data didapat dari berbagai
perencanaan dan pengambilan peralatan teknologi pendukungnya
keputusan. Oleh karena itu justru kita sebagai alat bantu. Berdasarkan
memerlukan perangkat TIK mutakhir pemahaman tersebut, maka perlu
dalam rangka mengumpulkan dan sinergitas dengan semua pihak,
menertibkan arus data agar semua data terutama swasta yang memiliki
tercatat/ tercover, terlindungi/ terjaga, kreatifitas sekaligus finansial melalui
dan dapat terpakai kapan saja bila percepatan pembangunan infrastruktur
diperlukan. Dikarenakan kemampuan bersama seperti pusat data bersama
manusia yang memiliki keterbatasan (shared DataCenter) jaringan Fiber
dalam mencatat dan mengingat maka Optic bersama (shared FO network)
Bank Data atau Data Center menjadi dan Tower pemancar bersama (shared
sesuatu yang urgen dalam memulai Tower) antara swasta dan pemerintah.
program e-Government sebelum Mengapa ini urgen dilakukan? Bila
menjadi sebuah tata kelola yang dibreakdown menggunakan cost and
partisipatif dan kolaboratif dengan benefit analysist, maka program e-
menjunjung prinsip-prinsip smart atau Government memerlukan kesiapan
cerdas. yang matang dalam berhagai hal dan
Solusi dari berbagai keikutsertaan berbagai pihak
permasalahan-permasalahan (pemerintah-swasta-
pemerintahan diatas memerlukan akademisi/universitas-profesional-
sebuah pendangan dan gerakan masyarakat) sebagai sebuah kesatuan
perubahan yang progresif dan utuh dari governancy/ governability
komprehensif serta sesuai untuk masa (kepemerintahan) yang terpadu dan
sekarang dan masa yang akan datang. melibatkan semua pihak. Keadaan
Sudah tidak zamannya lagi tersebut dapat penulis gambarkan
menggunakan solusi tradisional dalam dalam sebuah bangunan TIK
menghadapi permasalahan yang pemerintahan dibawah ini:

Vol.3 No.2 167


CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

Gambar 1. Konsep Integrated Smart Governance


Sumber : Gafar dan Madrus (2016). Makalah Disampaikan Pada Seminar Pekanbaru Menuju
SmartCity.

Komponen dasar dari bangunan layanan digital yang memang tidak ada
diatas adalah Infrastruktur bersama atau dipasaran, namun harus dibuat
komponen tempat data tinggal (rumah mengikuti kebutuhan, dan kalaupun
data) dan tempat data berpindah (jalur sudah ada harus dilakukan modifikasi
data). Komponen diatasnya adalah sana-sini disesuaikan dengan kondisi
kesesuaian teknologi dengan business lapangan dan aturan yang berlaku.
process (proses urusan) merupakan Sedangkan komponen berikutnya
aplikasi umum yang sudah dibuat dan adalah komponen interaksi yang
dapat digunakan karena sebagian merupakan elemen-elemen pengguna
fiturnya telah sesuai atau dapat dari sistem Smart Governance.
disesuaikan kembali dengan kebutuhan Terakhir adalah komponen yang
penatakelolaan pemerintahan digunakan oleh beberapa orang tertentu
diberbagai tingkat pemerintahan yang digunakan untuk menjelaskan,
(pusat-daerah). Sedangkan komponen memonitor dan mengendalikan
diatasnya lagi adalah aplikasi-aplikasi berbagai permasalahan dalam sebuah

Vol.3 No.2 167


CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

pusat kendali dan informasi yang dapat menyatukan berbagai konsep dan asas
digunakan sebagai dasar pengambilan yang akan menjadikan kita “tau diri”
keputusan oleh decision maker atau dari mana kita (manusia) berasal dan
Pembuat Kebijakan. kemana akan kembali, dipadu-
padankan dengan perkembangan teori-
KESIMPULAN teori baru menjadi suatu pendekatan
Ilmu pengetahuan tanpa yang komprehensif dalam mengelola
falsafah adalah fakta tanpa perspektif sebuah negara modern sambil tetap
dan penilaian yang tak dapat menjaga keseimbangan alam.
menyelamatkan kita dari malapetaka Pada akhirnya, pendekatan ini
dan keputusasaan. Ilmu pengetahuan diharapkan akan menghasilkan bentuk
memberi kita pengetahuan, tapi hanya ideal yang bukan hanya mengacu pada
falsafah yang bisa memberi kita prinsip Good Governance tetapi juga
kebijaksanaan. Pembangunan bergerak kearah Great Governance
berkelanjutan disuatu negara yakni terkoneksinya semua lembaga/
membutuhkan paradigma utama institusi/ agen pemerintah, sektor
sebagai seperangkat nilai filosofis dan swasta, masyarakat sipil, akademisi/
inti dalam mengubah dan memperbaiki universitas, dan kalangan profesional
kondisi di semua wilayah kehidupan. melalui pemanfaatan TIK secara
Pada perspektif etika global, profesional dan proporsional serta
pembangunan didorong oleh empat memegang prinsip pembangunan
kekuatan yaitu Politik, Ekonomi, berkelanjutan sehingga menjadikan ia
Lingkungan Hidup, dan bahkan bukan hanya Good, Great, tetapi juga
Agama. Meski berbeda satu sama lain, menjadi prinsip Green Governance
namun keempat kekuatan tersebut dimana semua akses untuk memenuhi
menuju pada tujuan yang sama, penulis kebutuhan hidup akan mudah didapat
menyebutnya dengan “Green dan mengarah pada suatu penciptaan
Paradigm” melalui pemanfaatan harmoni antara yang "memerintah"
Teknologi Informasi dan Komunikasi dengan mereka yang "diperintah"
(TIK) dalam kegiatan tata kelola di era sehingga segala hak dan kewajiban
digital yang berwawasan lingkungan. dalam bernegara dapat terlaksana
Dalam kehidupan sehari-hari, warna dengan cepat, tepat, adil, berimbang,
hijau memberi sentuhan teduh dan dan berkesinambungan. Prinsip
sehat, dimana warna hijau berperan pemerintahan yang demikian penulis
pada proses produksi oksigen yang sebut sebagai “Health Governance”.
memang sangat dibutuhkan oleh semua
makhluk. Artikel ini telah berupaya

Vol.3 No.2 168


CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

DAFTAR PUSTAKA Premier Hotel Pekanbaru, 21


Anggono. Ibenk Dwi. 2015. November 2016
eGovernment Indonesia Update Hasibuan dan Santoso. 2005.
2015 – 2019. Kementrian Standardisasi Aplikasi E-
Komunikasi dan Infomasi Government Untuk Instansi
Republik Indonesia. Melalui Pemerintah. Prosiding
http://www.unosd.org/content/d Konferensi Nasional Teknologi
ocuments/1114eGovernment% Informasi dan Komunikasi
20Indonesia%20update%20for Indonesia. ITB, 3-4 Mei 2005
%20UN%20-%20Seoul%2024- Heeks, Richard. 2001. Understanding
28%20Maret%202015.pdf. e-Governance for Development.
(Diakses pada 30-03-2017) Institute for Development
Carayannis, Elias G, Policy and Management.
Thorsten D Barth and Manchester: UK
David FJ Campbell. 2012. The Indrajit, Ricardus Eko. 2004.
Quintuple Helix innovation Electronic Government :
model: global warming as a Strategi Pembangunan dan
challenge and driver for Pengembangan Sistem
innovation. Journal of Pelayanan Berbasis Teknologi
Innovation and Digital. Andi: Yogjakarta
Entrepreneurship - A Systems Kooiman, Jan. 1993. Modern
View Across Time and Space Governance: New Government-
2012 https://innovation- Society Interactions. Sage
entrepreneurship.springeropen. Publications: London
com/articles/10.1186/2192- Kooiman, Jan. 2003. Governing as
5372-1-2. (diakses pada 10-01- Governance. Sage Publication:
2017) London
Endarmoko, Eko. 2006. Tesaurus Ndraha, Taliziduhu. 2003. Kybernology
Bahasa Indonesia. PT. (Ilmu Pemerintahan Baru) Jilid
Gramedia Pustaka Utama: 1. Rineka Cipta: Jakarta
Jakarta Pemerintah Siapkan Road Map
Gafar, T. Fahrul Gafar dan Said Indonesia Digital. Melalui
Madrus. Pekanbaru Menuju http://news.viva.co.id/news/rea
SmartCity. Makalah d/196405-kemkoninfo-siapkan-
disampaikan pada seminar road-map-indonesia-digital/0.
Forum Pekanbaru Smart. (diakses pada tanggal 12 juni
2015).

Vol.3 No.2 169


CosmoGov: Jurnal Ilmu Pemerintahan ISSN 2442-5958
E-ISSN 2540-8674

United Nations e-Government Survey United Nations e-Government Survey


2014 e-Government For The 2016 e-Government in Support
Futre We Want). Melalui of Sustainable Development.
https://publicadministration.un. Melalui
org/egovkb/Portals/egovkb/Doc https://publicadministration.un.
uments/un/2014-Survey/E- org/egovkb/en-us/Reports/UN-
Gov_Complete_Survey- E-Government-Survey-2016.
2014.pdf (diakses pada 20-03- (diakses pada 20-03-2017).
2017).

Vol.3 No.2 170

Anda mungkin juga menyukai