Anda di halaman 1dari 10

MENUMBUHKAN INOVASI BIROKRASI DENGAN PEMANFAATAN

TEKNOLOGI DAN INFORMASI DI ERA GLOBALISASI


Reftu Risma Julianty1, Resti astuti2, Reza Fatrisia Putri3

Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau;
12070521777@students.uin-suska.ac.id

ABSTRACT
In the era of globalization, developments in technology and information have changed the landscape
of businesses and organizations around the world. The bureaucracy, as an integral part of
governmental and organizational structures, needs to adapt to these changes to promote innovation
and efficiency. Utilization of technology and information can be the key to driving this transformation.
This study aims to explore ways to increase bureaucratic innovation through the use of technology and
information in the era of globalization. Through a literature review, this study identified several
approaches that can be used to achieve this goal. First, technology and information can be used to
speed up the decision-making process. Second, technology and information can also be used to
improve communication and collaboration between various bureaucratic units. Third, technology and
information can be used to build a culture of innovation within the bureaucracy. Finally, the use of
technology and information can also help bureaucrats gain better global market insights. In
conclusion, the use of technology and information in the bureaucracy can be an important driver in
developing innovation in the era of globalization. Through accelerating decision-making, improving
communication and collaboration, building a culture of innovation, and understanding global markets,
bureaucracies can optimize their potential and face challenges better. However, it is important to
remember that the use of technology and information must be balanced with the right policies, data
protection, and adequate training for bureaucratic staff for this use to be successful.
Keywords: Information Technology; innovation; bureaucracy; public service

ABSTRAK

Dalam era globalisasi, perkembangan teknologi dan informasi telah mengubah lanskap bisnis

dan organisasi di seluruh dunia. Birokrasi, sebagai bagian integral dari struktur pemerintahan dan

organisasi, perlu menyesuaikan diri dengan perubahan ini untuk mempromosikan inovasi dan efisiensi.

Pemanfaatan teknologi dan informasi dapat menjadi kunci untuk mendorong transformasi ini.

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi cara-cara dalam meningkatkan inovasi birokrasi melalui

pemanfaatan teknologi dan informasi di era globalisasi. Melalui tinjauan literatur, penelitian ini

mengidentifikasi beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan ini. Pertama,

teknologi dan informasi dapat digunakan untuk mempercepat proses pengambilan keputusan. Kedua,

1
teknologi dan informasi juga dapat digunakan untuk meningkatkan komunikasi dan kolaborasi antara

berbagai unit birokrasi. Ketiga, teknologi dan informasi dapat digunakan untuk membangun budaya

inovasi di dalam birokrasi. Terakhir, pemanfaatan teknologi dan informasi juga dapat membantu

birokrasi dalam memperoleh wawasan pasar global yang lebih baik. Dalam kesimpulannya,

pemanfaatan teknologi dan informasi dalam birokrasi dapat menjadi pendorong penting dalam

mengembangkan inovasi di era globalisasi. Melalui percepatan pengambilan keputusan, peningkatan

komunikasi dan kolaborasi, pembangunan budaya inovasi, dan pemahaman pasar global, birokrasi

dapat mengoptimalkan potensinya dan menghadapi tantangan yang ada dengan lebih baik. Namun,

penting untuk diingat bahwa penggunaan teknologi dan informasi harus diimbangi dengan kebijakan

yang tepat, perlindungan data, dan pelatihan yang memadai bagi pegawai birokrasi agar pemanfaatan

ini dapat berhasil. Kata kunci: Teknologi Informasi; inovasi; birokrasi; pelayanan publik

Pendahuluan

Dalam era globalisasi, kemajuan teknologi yang pesat dan ketersediaan informasi yang
melimpah telah signifikan mempengaruhi berbagai aspek masyarakat, termasuk sistem
birokrasi. Birokrasi, sebagai komponen fundamental pemerintah dan organisasi, memiliki
peran penting dalam melaksanakan kebijakan, memberikan pelayanan, dan menjaga
ketertiban. Namun, sistem birokrasi sering kali dikaitkan dengan ketidakefisienan, kekakuan,
dan ketidakmampuan beradaptasi dengan perubahan. Untuk dapat berkembang dalam dunia
yang terhubung dan bergerak cepat di era globalisasi, penting bagi birokrasi untuk
mendorong inovasi dan beradaptasi dengan kebutuhan dan tantangan yang terus berkembang.
Pemahaman terkait dengan penggunaan teknologi informasi di instansi pemerintah yang
cukup hanya menggunakan komputer dan situs tersendiri tidak menjadikan sebuah instansi
pemerintahan yang responsive terhadap kebutuhan masyarakat.

Perkembangan zaman juga telah menembus batas waktu percepatan perubahan


masyarakat serta inovasi masyarakat yang kadang terkendala oleh regulasi karena tidak
mampu mengikuti dengan cepat perubahan dan percepatan inovasi masyarakat.
Pengembangan inovasi pada birokrasi di Indonesia terkesan lambat dalam mengikuti
perkembangan masyarakat yang serba cepat karena pengaruh teknologi informasi. Maka tidak
herang jika masyarakat terkadang merasa paling malas jika harus berurusan dengan aparat
birokrasi baik dalam tingkatan paling rendah seperti kelurahan sampai pada tingkatan
kementrian/pusat. Hal ini dikarenakan oleh paradigma masyakarat yang cenderung
membangun anggapan bahwa berurusan dengan aparat birokrasi adalah hal yang berbelitbelit

2
dan panjang. Diperparah dengan kondisi oknum yang terkesan cuek dan mengabaikan,
jikalaupun melayani dengan setangah hati dan cenderung mepersulit. Sehingga pengguna
layanan merasa harus memberikan stimulus (suap) dalam mempercepat segala urusan yang
ada.

Pada sudah dipahami bersama bahwa tugas dan fungsi utama birokrasi adalah sebagai
lembaga pengabdi dan pelayan masyarakat. Namun, seringkali tidak terwujud dengan
optimal. Hal inilah yang menyebabkan disfungsi pada birokrasi (Dwiyanto, 2011:59) . Para
ahli seringkali mengatakan bahwa alasan lemahnya kinerja organisasi birokrasi tidak memilki
mekanisme penyesuaian diri (self adjusting mecanism) untuk mengatasi segalah
permasalahan serta tantangan atas segala perkembangan situasi di masyarakat dan kerja
birokrasi.

Perusahaan swasta memiliki alat deteksi kinerja berupa untung-rugi sehingga dalam
waktu tertentu mereka rugi akan segera tahu sehingga perlu memperbaiki kinerja, berinovasi
untuk menjaga kesetiaan konsumen (Setiyono, 2012:102). Dengan demikian perlu
membangun birokrasi yang lebih efisien dan efektif dalam menjawab segalah perkembangan
situasi dan kondisi yang ada dalam masyarakat. Pembangunan birokrasi dan inovasi harusnya
bisa dilakukan dengan memberikan perhatian seirus kepada penerapan e-government. Salah
satu yang memberikan harapan adalah adanya kerjasama dengan Korea Selatan yang
dianggap berhasil dalam menerapak teknologi informasi dalam percepatan reformasi
birokrasi (Menpan, 2015).

Pemanfaatan teknologi dan informasi muncul sebagai solusi potensial untuk


membangkitkan kembali sistem birokrasi dan mendorong praktik inovatif. Dengan
memanfaatkan kekuatan teknologi dan informasi secara efektif, birokrasi dapat
menyederhanakan proses, meningkatkan pengambilan keputusan, dan meningkatkan efisiensi
secara keseluruhan. Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi konsep membangkitkan
inovasi birokrasi melalui pemanfaatan teknologi dan informasi di era globalisasi. Dengan
merangkul teknologi dan informasi, sistem birokrasi memiliki kesempatan untuk mengatasi
hambatan tradisional dan memulai perjalanan menuju perbaikan yang berkelanjutan,
adaptabilitas, dan responsivitas terhadap tuntutan yang terus berubah dalam dunia yang
terglobalisasi.

Kajian Teori

Dalam kajian teori ini, akan dibahas beberapa konsep penting yang relevan dengan
penelitian tentang pemanfaatan teknologi dan informasi untuk menumbuhkan inovasi

3
birokrasi di era globalisasi.

1. Birokrasi: Konsep birokrasi mengacu pada struktur organisasi yang terdiri dari
aturan, hierarki, dan prosedur yang terorganisir dengan tujuan mencapai efisiensi
dan ketertiban. Birokrasi sering kali dianggap kaku dan lambat dalam merespons
perubahan, dan oleh karena itu, perlu diadopsi inovasi untuk meningkatkan
kinerjanya.

2. Inovasi: Inovasi mengacu pada pengembangan dan penerapan ide, produk, atau
proses baru yang memberikan nilai tambah. Inovasi dapat mencakup perubahan
dalam teknologi, metode kerja, kebijakan, atau pendekatan bisnis yang
menghasilkan perbaikan atau keunggulan kompetitif.

3. Teknologi dan Informasi: Teknologi dan informasi adalah alat penting dalam
menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang di era globalisasi. Teknologi
mencakup perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) yang
digunakan untuk mengolah dan mengelola informasi. Informasi merujuk pada data
yang relevan dan bermanfaat yang diperoleh melalui pengumpulan, pengolahan, dan
analisis data.

4. Era Globalisasi: Era globalisasi ditandai oleh integrasi ekonomi, sosial, dan politik
yang intensif di antara negara-negara dan pemangkasan batas-batas geografis.
Globalisasi telah mengubah cara bisnis dan organisasi beroperasi, memperluas akses
terhadap pasar global, dan meningkatkan persaingan di tingkat internasional.

5. Pengambilan Keputusan: Proses pengambilan keputusan merupakan elemen penting


dalam birokrasi. Dalam konteks ini, teknologi dan informasi dapat digunakan untuk
menyediakan data dan informasi yang diperlukan bagi para pemimpin birokrasi
untuk membuat keputusan yang tepat dan efektif.

6. Komunikasi dan Kolaborasi: Komunikasi dan kolaborasi yang efektif antara


berbagai unit birokrasi merupakan faktor kunci dalam mencapai inovasi. Teknologi
dan informasi dapat digunakan untuk memfasilitasi pertukaran informasi,
komunikasi yang lebih cepat, dan kolaborasi lintas departemen atau bahkan lintas
negara.

7. Budaya Inovasi: Membangun budaya inovasi di dalam birokrasi adalah penting.


Budaya inovasi mencakup sikap terbuka terhadap perubahan, penerimaan gagasan
baru, eksperimen, dan pembelajaran dari kegagalan. Teknologi dan informasi dapat

4
digunakan untuk mendorong komunikasi terbuka, berbagi pengetahuan, dan
menciptakan lingkungan yang mendukung inovasi.

Metodologi

Artikel ini akan membahas berbagai pendekatan yang dapat digunakan untuk
merangsang inovasi dalam sistem birokrasi dan menyoroti manfaat serta tantangan yang
terkait dengan implementasinya. Melalui tinjauan literatur dengan mencari referensi teori
yang relefan terhadap pemerintahan dalam motivasi terhadap sistem birokrasi, penelitian ini
bertujuan untuk memberikan wawasan dan rekomendasi praktis bagi pembuat kebijakan,
administrator, dan pemimpin organisasi yang ingin mentransformasikan birokrasi mereka
menjadi entitas yang dinamis dan inovatif. Penjelasan tentang fenomena masalah penelitian
ini perbandingan antar teori yang akan dikaji, penelitian-penelitian yang mendasari, tujuan
dan manfaat penelitian, teori/penjelasan konseptual mengenai hubungan/pengaruh inovasi
dalam sistem birokrasi di Indonesia.

Referensi teori yang diperoleh dengan jalan penelitian studi literatur dijadikan sebagai
fondasi dasar dan alat utama. Studi Literatur cara yang dipakai untuk menghimpun data-data
atau sumbersumber yang berhubungan dengan topik yang diangkat dalam suatu penelitian.
Studi literatur didapat dari berbagai sumber, jurnal, buku dokumentasi, internet dan pustaka.
Data-data yang sudah diperoleh kemudian dianalisis dengan metode analisis deskriptif.
Metode analisis deskriptif dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian
disusul dengan analisis, tidak semata-mata menguraikan, melainkan juga memberikan
pemahaman dan penjelasan secukupnya.
Pembahasan

Diberbagai perdebatan mengenai birokrasi yang seringkali muncul dalam diskusi yang
hangat adalah reformasi birokrasi. Salah satu yang harus didahulukan adalah memberikan
respon terhadap tuntutan yang begitu luas dari masyarakat dan sangat umum, yakni soal
pelayanan. Keluhan yang paling utama adalah lambatnya proses pelayanan birokrasi.
Ditambah dengan jalur pelayanan yang panjang hingga akhirnya mau tidak mau pengguna
pelayanan publik dengan terpaksa harus memberikan suap. Ada tiga alternatif dalam
merevitalisasi birokrasi, ketiga hal tersebut adalah masalah kepemimpinan birokrasi, masalah
tentang sistem, proses dan prosedur birokrasi publik, danmasalah kelembagaan birokrasi
Adapun ciri-ciri birokrasi yang harus dikembangkan pada masa pemerintahan sekarang ini
adalah (Toha, 1996) :
1. Pemerintah katalis yang lebih berfungsi sebagai fasilitator, bukan lagi sebagai

5
implementator.
2. Pemerintah sinergis yang mampu melihat kelemahan sendiri dan kebaikan.
3. pihak lain dan kemudian mengupayakan perbaikan yang lebih kompreshensif dan
produktif.
4. Pemerintah dari satu masyarakat yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat
bukan hanya untuk mengatur saja.
5. Pemerintah yang kompetitif yang mampu meng-energized semangat kompetitif dalam
pelayanan public.
6. Pemerintah yang lebih didorong oleh misi yang jelas, bukannya sekedar birokrasi yang
mendasarkan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis.
7. Pemerintah yang berorientasi kepada pengaruh ketimbang mengutamakan kekuasaan
saja.
8. Pemerintah yang mendorong timbulnya entrepreneurship ketimbang hanya
menekankan kepada hal-hal yang rutin.
9. Pemerintah yang menekankan dan mengutamakan adanya demokrasi dan desentralisasi
dari pada yang menekankan peranan yang hirarki.
10. Pemerintah yang lebih banyak menekankan betapa pentingnya adhocrasy, bekerja
dalam tim ketimbang menekankan peran sektoral.
11. Pemerintah yang lebih fleksibel dan mengurangi kekakuan aturan.
Sedangkan Menurut Max Weber (Dwiyanto, 2011:24), birokrasi adalah organisasi
rasional yang dibentuk untuk memperlancar aktivitas pemerintahan. Karena itu, birokrasi
yang baik harus memenuhi karakteristik sebagai berikut: spesialisasi, organisasi yang
hierarkis, sistem aturan (system of rules), impersonality, struktur karier, dan efisiens.
Tekanan terhadap birokrasi yang efiesien tentu harus menjadi komitemen birokrasi.
Seringkali yang muncul dalam instansi birokrasi adalah inefiesiensi. David Osborne dan Ted
Gaebler (Osborne dan Geabler, 2005) membangun argumentasi bahwa pemerintah itu harus
berorientasi terhadap pelanggan bukan kepada birokrasi sendiri.
Hal ini karena pemerintahan yang demokratis lahir untuk melayani warganya dan
bisnis ada untuk mendapatkan profit. Dan karena itulah tugas pemerintah adalah mencari
cara untuk menyeangkan warganya. Namun kebanyakan pemerintah buta terhadap pelanggan
dengan demikian tuduhan muncul bahwa pemerintah memang birokratis. Banyak kemudian
warga yang tidak peduli terhadap pemerintah karena anggapan bahwa kita terlalau sibuk
membuang-buang waktu untuk sesuatu yang tidak bisa diharapkan. Teknologi Informasi dan
Komunikasi dalam Birokrasi Era sekarang ini merupakan era revolusi teknologi yang cukup
canggih, manusia telah mampu merubah berbagai hal melalui technology dengan cepat dan

6
serbah digital.
Alat produksi technology komunikasi yang menjamin kecermatan dan akurasi serta
kecapatan hasil yang sempurna (Setiyono, 2012: 102). Pekerjaan yang dulunya dikerjakan
manusia dengan dokumen yang harus dikerjakan sampai berbulan-bulan kini bias dilakukan
dengan hitungan jam saja. Sama halnya dengan segi efektifitas dan efisiensi, jika dulunya
antara departemen atau pengiriman informasi dan lainnya harus ditunggu hingga
bermingguminggu kini bisa dilakukan dengan cepat melalui internet (email dan media
lainnya). Begitupun dengan pekerjaan kantor yang dulunya hanya bisa dilakukan di kantor
sekarang ini biasa dilakukan di rumah.
Perubahan pola dan gaya hidup yang begitu signifikan menjadikan birokrasi harus juga
dapat mengikuti segalah perubahan kondisi yang ada. Ketidakmampuan birokrasi dalam
mengikui segala perkembangan teknologi dalam menjadikan pemerintah seperti mesin tua
yang gampang macet karena tidak mampuan mengikuti segala perubahan yang ada dalam
masyarakat. Ketika organisasi swasta dengan cepat dalam menyesuaikan dan mengikuti
berbagai perubahan kemudahan dalam masyarakat maka organisasi atau perusahaan tersebut
bias dikatakan akan mampu untuk bisa survive ditengah revolusi teknologi. Hal ini
menjadikan berbagai dorongan dari masyarakat agar birokrasi pemerintah juga ikut terdorong
untuk dapat mengikuti segala perkembangan dan situasi masyarakat.
Dalam hal ini, Tapscott mengemukakan bahwa (Everard, 2000:3). Pentingnya
pembaruan birokrasi dalam organisasi pemerintahan menjadi hal yang lumrah mengingat
perubahan kondisi dan situasi masyarakat yang terus berkembang, apalagi dalam hal public
servis. Namun, pembaruan bukanlah berarti reorganisasi belaka, pembaruan bukanlah
memindahkan kotak-kotak struktur organisasi. Sebagaimana dijelaskan pembaruan berkaitan
dengan restrukturisasi organisasi dan system pemerintah dengan mengubah tujuan, insentif,
akuntabilitas, distribusi kekuasaan dan budaya mereka (Said, 2007). Osborn dan Geabler
berpendapat bahwa pembaruan tidak bisa parsial pembaruan juga tidak hanya sekedar
menghilangkan pemborosan dan kecurangan dan penyelewengan (Said, 2007:108). Akan
tetapi pembaruan merupakan penciptaan pemerintahan yang secara terus menerus mencari
cara untuk menjadi lebih efiesien.
Pembaruan pemerintah tidak sinonim dengan perampingan pemerintah. Sebagian
organisasi pemerintah akan lebih efektif jika memiliki anggaran dan staf yang lebih sedikit,
sementara sebagian lainnya tidak. Pembaruan birokrasi harus beriringan dengan
pengendalian birokrasi, menurut Setiyono pengendalian birokrasi adalah sebuah keharusan
untuk mencegah terjadinya penyalagunaan peran birokrasi (mal-administrasion) dalam proses
pelaksanaan tugas administrasi Negara (Setiyono, 2012:92). Birokrasi yang tidak terkontrol

7
akan dimanipulasi oleh proses demokrasi, serta dapat menkebiri hak kedaulatan ditangan
rakyat. Pengedalian ini dapat dilakukan secara preventive untuk mencegah dan
mengeleminasi penyalagunaan wewenan ataupun dengan cara represive yakni dengan
memberikan sanksi terhadap pelanggaran yang terjadi.
Untuk kriteria terbuka beberapa faktor yang perlu diperhatikan seperti, bagaimana
elemen kepemilikan (ownership). Hal ini harus dipastikan bahwa website yang dibuat oleh
institusi adalah tujuan meningkatkan kinerja organisasi. Jadi, sebaiknya bangunan website
yang digukanan adalah tidak hanya basa-basi semata. Kemudian harus ada contact
Information, dengan adanya kontak informasi memudahkan kepada publik untuk dapat
memberikan komentar serta tanggapan kepada para pejabat dan aparatur birokrasi. Pada
dasarnya dalam hal kontak sudah disediakan beberapa instansi pemerintah namun, terkadang
beberapa hanya menyediakan alamat email dan telepon yang sulit untuk dihubungi, bahkan
tidak direspon sama sekali. Hal yang tidak kalah penting adalah Freshness , perlunya instansi
birokrasi melakukan updating data. Sering sekali data dan informasi yang ditampilkan dalam
website merupakan informasi yang sudah sangat lama dan tidak diperbaharui. Harusnya
kondisi website selalu mengikuti perbaruan yang ada. Agar website yang mengadalami
updating mendapat kepercayaan publik dan sekaligus memberikan gambaran bahwa instansi
tersebut lebih memiliki perhatian terhadap website yang dimikilinya.
Kesimpulan

Pemanfaatan teknologi dan informasi dalam birokrasi di era globalisasi dapat menjadi
kunci untuk menumbuhkan inovasi. Dalam menghadapi perubahan yang cepat dan
kompleks, birokrasi perlu mengadopsi pendekatan yang progresif dan adaptif. Berdasarkan
kajian teori yang dilakukan, beberapa kesimpulan dapat diambil:
1. Pemanfaatan teknologi dan informasi dapat meningkatkan efisiensi birokrasi melalui
percepatan pengambilan keputusan dan akses yang lebih baik terhadap informasi yang
relevan.
2. Komunikasi dan kolaborasi yang ditingkatkan melalui teknologi dan informasi dapat
memfasilitasi pertukaran ide dan pengetahuan, baik di dalam maupun antar departemen
birokrasi.
3. Budaya inovasi perlu ditanamkan dalam birokrasi untuk mendorong ide-ide baru dan
eksperimen. Teknologi dan informasi dapat menjadi alat untuk memfasilitasi
pembelajaran dan berbagi pengetahuan di antara pegawai birokrasi.

Implementasi pemanfaatan teknologi dan informasi dalam birokrasi juga menghadapi


beberapa tantangan, seperti keamanan data, pelatihan pegawai, dan manajemen perubahan.

8
Oleh karena itu, penting bagi birokrasi untuk mengadopsi kebijakan yang tepat, melindungi
data dengan baik, memberikan pelatihan yang memadai, dan mengelola perubahan dengan
baik. Dalam kesimpulannya, pemanfaatan teknologi dan informasi dapat menjadi katalisator
untuk meningkatkan inovasi dalam birokrasi di era globalisasi. Dengan memanfaatkan
potensi teknologi dan informasi secara bijaksana, birokrasi dapat beradaptasi dengan
perubahan, meningkatkan efisiensi, dan menciptakan lingkungan yang inovatif.

Daftar Pustaka

Dwiyanto, Agus. (2011). Mengembalikan Kepercayaan Publik Melaluai Reformasi Birokrasi,

Jakarta: Gramedia.

Firman, Membangun Inovasi Birokrasi Melalui Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK),

2015, https://transformative.ub.ac.id/index.php/jtr/article/view/116/136 Vol. 1,

di akses pada tanggal 28 Mei 2023

Meita, Tajamkan Reformasi Birokrasi Dengan Inovasi Dan Digitalisasi Pelayanan Publik,

2022, https://disdukcapil.surabaya.go.id/2022/12/08/tajamkan-reformasi-

birokrasi-dengan-inovasi-dan-digitalisasi-pelayanan-publik/ di akses pada

tanggal 28 Mei 2023

Osborne, David & Geabler Ted. (2005). Mewirausahakan Birokrasi, Jakarta: PPM Press.

Said, M. M. U. (2007). Birokrasi di negara birokratis: makna, masalah, dan dekonstruksi

birokrasi Indonesia. UMM Press.

SETDA Mojokerto, Inovasi Pelayanan Publik, 2019,

https://organisasi.mojokertokab.go.id/artikel/Inovasi%20Pelayanan%20Publik

di akses pada tanggal 28 Mei 2023

Setiyono, Budi. (2012). Birokrasi dalam perspektif politik dan administrasi. Bandung: Nuansa

Press.

Toha, Miftah. (1996) . Revitalisasi Birokrasi Dalam Rangka Peningkatan Kualitas Pelayanan

Masyarakat, Dalam Demokrasi Indonesia. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,.

9
10

Anda mungkin juga menyukai