Rangkuman tentang :
RANGKAIAN TERGABUNG SECARA MAGNETIK
DOSEN PENGAMPU:
Dr. Adi Sutopo, M.Pd. M.T/ Olnes Yosefa Hutatjulu, S.Pd. M.Eng.
Dirangkum OLEH :
Fadhil Ibnu Ardiansyah Situmorang
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK ELEKTRO A
(2019/2020)
1
Sub Pokok Bahasan
Induktansi diri dan induktansi saling.
koefisien penggandengan (K)
Aturan Titik (dot determination)
2
INDUKTANSI DIRI, L, DAN INDUKTANSI SALING, M
Bila ada dua loop (kumparan) tidak saling atau saling kontak antara
keduanya dan mempengaruhi satu sama lain karena medan magnet
yang dihasilkan oleh salah satu dari kumparan tersebut, maka kedua
kumparan itu tergabung
secara magnetik (magnetically coupled)
Contoh : transformator
Perangkat listrik yang dirancang berdasarkan konsep kopling magnetik.
Menggunakan penggabungan kumparan secara magnetik untuk
mentransfer energi dari satu sirkuit ke yang lain.
3
a) INDUKTANSI DIRI, L
Disebut induktansi diri karena berkaitan tegangan induksi dalam
kumparan dengan arus yang berubah terhadap waktu dalam kumparan
yang sama.
Perhatikan induktor tunggal dengan jumlah N kumparan. Bila arus, i
mengalir melalui kumparan, maka akan timbul fluks magnetik, Φ
disekitarnya.
Φ i(t)
4
Menurut Faraday Hukum, tegangan, v yang diinduksi
dalam kumparan sebanding dengan jumlah N kumparan
dan laju perubahan fluks magnetik, Φ
d
v N .......(1) dt
Tetapi perubahan fluks Φ disebabkan oleh perubahan
arus, i.
Jadi,
d d di
.......(2) dt di dt
pers (2) masuk ke pers (1) menghasilkan;
5
di
v N d .......(3) di dt
atau
di
v L .......(4)
dt
d
L N H ........(5) di
6
b) Induktansi Saling, M
Bila dua induktor atau kumparan berada di dekat satu sama lain, maka
menimbulkan fluks magnetik oleh arus dalam satu kumparan pada
kumparan lainnya, sehingga menghasilkan tegangan induksi.
Induktansi adalah kemampuan dari satu induktor untuk menginduksi
tegangan melingkupi induktor sekitarnya.
Perhatikan dua kasus berikut :
Kasus 1:
Dua kumparan dengan induktansi diri L1 dan L2 yang saling
berdekatan.
Kumparan 1 mempunyai N1 lilitan, dan kumparan 2
mempunyai N2lilitan.
7
+ L1 Φ12 L +
2
V1 V2
_ Φ11 _
i1(t)
N1 lilitan N2 lilitan
Fluks Magnetik Φ1 dari kumparan 1 mempunyai 2 komponen
9
Kasus 2:
Sama dengan rangkaian sebelumnya tetapi arus i2 mengalir di
kumparan 2.
Φ21
+ L1 L2 +
V1 V2 i2(t)
_ _
Φ22
N1 lilitan N2 lilitan
Oleh karena dua rangkaian dan dua arus adalah sama maka :
11
M 21 M 12 M
Induktansi saling M dengan satuan Henry (H)
12
Koefisien penggandengan (k)
Menentukan penggandengan secara magnetik antara dua
kumparan.
Range dari k : 0 ≤ k ≤ 1
• k = 0 berarti dua kumparan tidak tergandeng (not coupled).
• k = 1 berarti dua kumparan tergandeng sempurna (perfectly
coupled) .
• k < 0.5 berarti dua kumparan tergandeng secara longgar
(loosely coupled).
• k > 0.5 berarti dua kumparan tergandeng secara kuat (tightly
coupled).
Nilai k tergantung pada kedekatan kedua kumparan, inti kumparan,
orentasi dan penggulungannya.
Koefisien penggandengan, k dinyatakan oleh
13
M
k
L1 L2
atau
M k L1L2
ATURAN TITIK (DOT)
Diperlukan untuk menentukan polaritas dari tegangan
induksi saling
Suatu tanda titik (dot) diletakkan di setiap salah satu
ujung dari kedua kumparan yang tergabung secara
14
magnetik, untuk menunjukkan arah fluks magnetik bila
arus masuk pada titik tersebut..
15
Jika suatu arus masuk ke ujung bertitik dari suatu
kumparan, maka polaritas referensi dari tegangan saling
di kumparan kedua adalah positif pada ujung yang bertitik.
Jika arus meningglakan (keluar dari) ujung sautu
kumparan yang bertitik, maka polaritas referensi dari
tegangan saling di kumparan kedua adalah negatif pada
ujung yang bertitik.
Aturan Titik berikut dapat juga dipakai sebagai acuan :
Bila arus pada kedua kumparan masuk atau keluar
(meninggalkan) pasangan kumparan pada ujung bertitik
maka tanda M sama dengan tanda L (bertanda sama)
Bila suatu arus masuk ujung yang bertitik dari salah satu
kumparan, sedang pada kumparan lainnya, arus
meninggalkan (keluar dari) ujung yang bertitik maka tanda
M berlawanan dengan tanda L.
16
Bila polaritas dari tegangan saling telah diketahui maka
rangkaian tersebut dapat dianalisa dengan menggunakan
metoda mesh.
Aplikasi dari aturan titik :
Contoh 1
M
i1(t)
+ +
V1 L1 L2 V2 (t) = M di1/dt
_ _
V1 L1 L2 V2 (t) = -M di1/dt
_ _
+ +
_ _
18
Contoh 4
M i2(t)
+ +
_ _
i i
L1 (+) L2
L L1 L2 2M
M
19
i i
L1 (-) L2
L L1 L2 2M
Berikut ini adalah contoh dari persamaan hubungan
matematis yang berhubungan dengan indukatnsi saling.
M
rangkaian 1
R1
ja jb
Vs +
KVL
I1 I 1 : R2 R3
I2
Vs +
I1 jb I2 -jc
penyelesaian:
KVL I1 :
(R1 ja jb)I1 jbI2 M(I1 I2) MI1 Vs.......(1) KVL I2 :
21
M
Vs + R2
I1 ja
I2
penyelesaian:
KVL I1 :
(R1 ja)I1 jaI2 MI2 Vs.......(1) KVL I2
:
jaI1 (R2 ja jb)I2 MI2 M(I2 I1) 0.......(2)
22
rangkaian
-jc ja
4 R1 Penyelesaian:
Vs + I2
I1 R2 jb
M
KVL I1 :
(R1 R2 jc)I1 R2I2 Vs.......(1) KVL
I2 :
R2I1 (R2 ja jb)I2 2MI2 0.......(2)
rangkaian 5 M3
23
R1
ja jb
jc
M1 M2
Vs +
I1 -jd
R2 I2
penyelesaian:
KVL I1 :
(R1 R2 ja jc)I1 (R2 jc)I2 M3I2 M1(I1 I2) M1I1 M2I2 Vs.......(1) KVL I2 :
(R2 jc)I1 (R2 jc jb jd)I2 M1I1 M2I2 M3I1 M2(I2 I1) 0.......(2)
contoh 1
Hitung arus mesh dalam rangkaian berikut :
24
4Ω -j3Ω
j8Ω
j2Ω
100V + 5Ω
I1 j6Ω
I2
penyelesaian
4Ω -j3Ω
j8Ω
j2Ω
+ j6Ω
I1
I2
100V 5Ω
j8 5 j18 I2 0
Determinannya adalah :
4 j3 j8
30 j87
j8 5 j18 100 j8
1 500 j1800
26
0 5 j18
4 j3 100
2 j800
j8 0
Jadi :
1
I1
20.3 3.5 A
2
I2
8.7 19 A
27
contoh 2
Tentukan tegangan Vo dalam rangkaian berikut :
j3Ω +
5Ω j2Ω
+ 10V j6Ω Vo
I1 -j4Ω
_ I2
penyelesaian
j3Ω +
5Ω j2Ω
+ 10V j6Ω -j4Ω
I1 Vo
I2
28
_
5 j5 j4 I1 10
j4 j2 I2 0
29
Jawab :
I1 1.47 j0.88
I2 2.94 j1.76
V0 j6(I1 I2) j2I1 or
30
contoh 3
Hitung fasor arus I1 dan I2 in the rangkaian
berikut.
-j4Ω j3Ω
12 0 V + I1 I2 12Ω
j5Ω j6Ω
penyelesaian
Untuk kumparan 1, dengan KVL diperoleh
31
-12 + (-j4+j5)I1 – j3I2 = 0
1
atau jI1 – j3I2 = 12
Untuk kumparan 2,
-j3I1 + (12 + j6)I2 = 0
atau
2
I1 = (12 + j6)I2 = (2 – j4)I2 j3
Substitusi 2 ke 1 :
3
Dari pers. 2 dan ,
I1 (2- j4)I2 (4.472 -63.43) (2.91 14.04)
13.01 -49.39 A
33