Anda di halaman 1dari 2

“Gejolak Rindu”

Aku sudah katakan, aku benar – benar tak ingin menulis syair rindu
Angin datang membisikkan namamu
Senja datang melukis wajahmu
Aku lari membelakangi bayangmu
Entah
Mengapa awan berubah kelabu, seakan marah padaku
Gemuruh guntur mempertegas salahku
Herannya hujan dari kejauhan hanya memandangiku
Aku tetap bisu, enggan ucap rindu

Aku putuskan menanti malam datang menemaniku


Nyatanya, malam datang hanya sekedar basa – basi padaku
Hanya sampaikan pesan bintang dan bulan yang malam ini tak ingin
menemuiku
Aku mulai ragu, apakah harus kukatakan bahwa aku sedang merindu?

Ku mulai pejamkan mataku, masuk dalam ruang mimpiku


Tapi apa yang ku lihat? Kudapati tatap matamu dan juga senyum rayumu
Ku paksa diri bangun dari mimpiku
Kubangkitkan tubuh dari rebahku
Kutengadahkan tanganku
Air mata pun jatuh mengiringi lirihku
“Tuhanku, apa aku sedang merindu? Apa rasa sesak di dadaku ini rindu?”
Ku ulangi lagi lirihku, lagi dan lagi “ Ya Tuhan, apa benar harus ku ucap rindu?
Mohon beri jawabMu!”
Kuturunkan tengadahku
Desiran angin merengkuh tubuh lunglaiku
Gemuruh guntur bersama malam berseteru
Akhirnya
Hujan sudi menemuiku, mencoba bernegosiasi atas egoku
Memaksaku ucapkan rindu
Hujan kian berdebat keras dengan ku
Aku menyerah kalah atas argumen – argumenku
Tuhan kirimkan jawaban melalui perdebatan panjangku dengan hujan
Kini harus kukatakan “ Benar, aku rasakan sesak begitu menusuk dada, aku
sakit menahan rindu, aku merindukanmu, ya, kamu! Pradanaku!”

Tanggal pembuatan puisi : 16 Juli 2019


Nama penulis : Retno Ayu Pertiwi
Instagram : @retnoa_pertiwi
Wa : 08153896949
Email : retnoayupertiwi@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai