Anda di halaman 1dari 10

PERENCANAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN AIR

Topik: Tipologi Rumah Saat Ini dan Preferensi

DISUSUN OLEH:

CORNELIA PRICILYA (03061381722066)

DOSEN PEMBIMBING:

DR. MAYA FITRI OKTARINI, S.T., M.T.


HARRINI MUTIARA HAPSARI, S.T., M.SC, M.SI.

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
IDENTIFIKASI KOMPARASI TIPOLOGI RUMAH DAN PREFERENSI
MASYARAKAT TEPIAN SUNGAI MUSI PADA KAWASAN 35-36 ILIR
PALEMBANG
Cornelia Pricilya / 03061381722066
Mahasiswa S1 Prodi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Email: pricilcornelia@yahoo.co.id

ABSTRAK

Indonesia yang merupakan Negara maritime memiliki salah satu sungai yang menjadi ikon
tersendiri bagi wilyahnya yaitu Sungai Musi di Kota Palembang. Sebagai wilayah yang dikenal
dengan sungainya, kota Palembang menjadikan sungai Musi sebagai denyut nadi aktifitas
masyarakatnya terutama masyrakat di tepian sungai Musi. Adanya ketergantungan terhadap sungai
tersebut menjadi contoh sistem ekologi yang merupakan adanya hubungan timbal balik antara
masyarakat dengan lingkungannya. Dengan hubungan tersebut masyarakat melakukan berbagai
penyesuaian. Salah satu penyesuaian yang dilakukan adalah bentuk rumah yang menyesuaikan
dengan lingkungannya yang berada di tepian sungai Musi. Maka penulisan ini dimaksudkan untuk
mengidentifikasi komparasi tipologi kondisi rumah saat ini dan preferensi masyarakat terhadap
rumahnya yang berada di tepian sungai Musi yang dapat menjadi pertimbangan dalam membangun
permukiman tepian sungai Musi yang berkelanjutan.

Kata Kunci : Sungai Musi, Rumah, Tipologi, Kondisi Saat Ini, Preferensi Masyarakat

I. PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari terdapat suatu sistem ekologi yang merupakan hubungan
timbal balik antara organisme dan sesamanya serta lingkungan tempat tinggalnya (Miller,1975).
Adanya hubungan timbal balik tersebut membentuk suatu tatanan menyeluruh yang saling
mempengaruhi satu sama lain. Salah satu lingkungan yang dapat mudah ditemukan diperkotaan
yaitu lingkungan air seperti sungai. Sungai sebagai open space dari kawasan perairan yang juga
berperan sebagai sumber penghidupan dan sarana trasportasi utama bagi masyarakat setempat, hal
ini dianggap penting terlebih lagi jika sungai tersebut terletak di pusat kota dan merupakan bagian
dari perkembangan kota itu sendiri (Anta Sastika, 2017). Hal tersebut dapat diindentifikasi pada
perkotaan yang terkenal dengan sungainya yaitu Kota Palembang dengan sungai Musi. Sungai
Musi dikenal sebagai denyut nadi aktivitas masyarakat dengan membelah Kota Palembang
menjadi 2 bagian yaitu seberang Ulu dan seberang Ilir. Pada bagian seberang Ulu dan seberang
Ilir dibedakan karena adanya perbedaan topografi, namun masyarakatnya cenderung sama dimana
masyarakatnya memanfaatkan keberadaan sungai Musi untuk melakukan berbagai aktivitas di
kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, masyarakat cenderung bermukim mendekati sungai hingga
terbentuk hunian di sepanjang tepian sungai Musi.
Suatu aktivitas manusia terbentuk karena adanya kebutuhan ataupun keinginan manusia itu
sendiri. Menurut Santoso (2013), keinginan masyarakat atau konsumen tentang kebutuhan
hidupnya ditransformasikan dalam kebutuhan fungsional yang kemudian dituangkan ke dalam ide
berupa tipe-tipe tertentu (ilmu tipologi) yang menghasilkan wujud dan bentuk. Dalam konteks
arsitekur, bentukan yang terjadi akibat fungsi tersebut biasanya berupa bangunan atau rumah.
Sedangkan menurut Husnul Hidayat (2014), kebanyakan area terbangun mengambil bentuk
arsitektur vernacular yang menunjukkan tiga tanggapan (respon) mendasar, yaitu: respon terhadap
tempat atau lingkungan setempat, respon terhadap masyarakat, dan respon terhadap sungai sebagai
jalur pergerakan. Dengan begitu dapat diketahui bahwa adanya keterkaitan antara aktivitas dan
beberapa faktor lingkungan tersebut mempengaruhi masyarakat dalam menyesuaikan bentuk
rumahnya termasuk masyarakat di tepian sungai seperti sungai Musi.

Permukiman tepian sungai di Kota Palembang merupakan permukiman yang mempunyai


karakter yang khusus, karena sebagian besar lahannya masih berupa rawa yang terpengaruh pasang
surut air (Tutur Lussetyowati, 2018). Respon terhadap permasalahan tersebut berupa bentuk rumah
masyarakat tepian sungai musi yang beragam. Rumah rakyat tepian sungai Musi di kota
Palembang menurut letak dan kondisi lokasi dibagi menjadi 3 katagori : 1. Rumah yang letaknya
di badan sungai, selalu terapung di atas air, disebut rumah rakit. 2. Rumah yang letaknya di tepian
sungai yang kondisi lokasinya tergantung dari pasang surut air sungai disebut rumah panggung
(rumah limas/rumah gudang). 3. Rumah yang letaknya di tepian sungai yang lokasinya pada daerah
relatif kering dengan kondisi tanah lembek/lunak serta berair apabila ada banjir musiman, disebut
rumah panggung (rumah limas/rumah gudang/rumah deret) (Dwinasari, 1997).

Keberagaman rumah tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan alami sekitar tetapi
juga dapat ditinjau melalui wujud rumah itu sendiri seperti bentuk rumah, material yang
digunakan, jarak antara rumah dengan sungai dan jenis rumah. Aspek juga ditinjau melalui
preferensi masyarakatnya untuk mengetahui perbandingan antara kondisi rumah sekarang dan
keinginan masyarakat yang dapat menjadi pertimbangan dalam membangun permukiman tepian
sungai Musi yang berkelanjutan.

II. METODE PENELITIAN


Lokasi penelitian berada di Kelurahan 35 dan 36 Ilir, Kecamatan Gandus, Kota Palembang.
Lingkup kawasan penelitian hanya mengambil pada rumah-rumah yang berada pada tepian Sungai
Musi. Pertimbangan pemilihan lokasi objek studi ini dikarenakan masih terdapat rumah di tepian
sungai yang merupakan hasil dari budaya sungai masyarakat Palembang, sehingga terdapat
keberagaman jenis rumah yang tersisa pada area objek studi ini.
Penelitian ini menggunakan metode berupa observasi dan survey kuisioner yang disebar
ke-108 respoden pada 35 rumah dengan analisa statistik deskriptif berupa sasaran masyarakat yang
bertempat tinggal ditepian Sungai Musi pada kawasan 35-36 Ilir kota Palembang. Kuisioner yang
dilakukan berupa kuisioner tertutup dimana di setiap pertanyaan disertai beberapa pilihan jawaban
sehingga respoden hanya perlu menjawab yang menurutnya pilihan yang paling tepat dengan
tujuan untuk mengetahui perbandingan pilihan dari beberapa pertanyaan mengenai kondisi dan
preferensi masyarakat terhadap rumah dan lingkungan yang ditempat tinggalkan.

III. HASIL ANALISIS

Gambar.1 Lokasi Sampel Rumah Kel.35 Ilir

Gambar.2 Lokasi Sampel Rumah Kel.36 Ilir

Pengamatan dilakukan di Kelurahan 35-36 Ilir, Kecamatan Gandus, Kota Palembang,


dengan mengambil sampel rumah sebanyak 35 rumah pada 108 respoden menghasilkan
keberagaman jenis rumah dan preferensi masyarakat terhadap rumah dan lingkungan yang
ditempat tinggalkan yang didasarkan pada beberapa aspek seperti bentuk rumah, jenis rumah,
material yang digunakan dan jarak rumah dengan sungai. Hasil pengamatan tersebut sebagai
berikut:

KEPEMILIKAN RUMAH
BENTUK RUMAH PERSENTASE BANYAK RUMAH
Dempet 50%
Rusun 0%
Tunggal 50%
Tabel.1 Kepemilikan Bentuk Rumah
KEINGINAN BENTUK RUMAH
TYPE DEMPET RUSUN TUNGGAL
Suka 20,37% 6,48% 53,70%
Cukup Suka 14,81% 6,48% 20,17%
Netral 47,22% 54,63% 22,22%
Kurang Suka 13,89% 28,70% 2,78%
Tidak Suka 3,70% 3,70% 0,93%
Tabel.2 Keinginan Bentuk Rumah

Berdasarkan table di atas dapat diketahui bahwa mayoritas bentuk rumah yang ada di
kawasan 35-36 Ilir kota Palembang adalah rumah dempet dan tunggal dengan persentase masing-
masing 50%. Sedangkan bentuk rumah yang paling diingingkan oleh masyarakat berupa rumah
tunggal dengan persentase 74% dan 35% lainnya menyukai rumah dempet. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa sebagian respoden telah memenuhi keinginannya dengan memiliki rumah
tunggal dan sebagian lainnya belum. Adanya beberapa masyarakat yang belum memenuhi
keinginannya untuk memiliki rumah tunggal karena lahan yang tersedia pada kawasan tersebut
tidak luas sehingga beberapa rumah memiliki jarak antar rumah yang kecil atau dempet. Ketiadaan
bentuk rumah susun dan kurangnya minat masyarakat untuk tinggal di bentuk rumah susun
dikarenakan kondisi lingkungan kawasan yang berada di tepian lingkungan air seperti Sungai Musi
dengan kondisi tanah yang cenderung basah tidak memungkinkan masyarakat untuk membangun
rumah dengan tingkat rumah yang tinggi.

KEPEMILIKAN RUMAH
MATERIAL RUMAH PERSENTASE BANYAK RUMAH
Kayu 77,8%
Batu 22,2%
Tabel.3 Kepemilikan Material Rumah

KEINGINAN MATERIAL RUMAH


TYPE KAYU BATU
Suka 35,19% 62,96%
Cukup Suka 18,52% 19,44%
Netral 35,19% 15,74%
Kurang Suka 10,19% 1,85%
Tidak Suka 0,93% 0%
Tabel.4 Keinginan Material Rumah

Pada table.3 menunjukkan bahwa sebagian besar rumah yang dimiliki pada kawasan
tersebut bermaterial kayu dengan persentase tertinggi yaitu 77,8%. Rumah yang bermaterial kayu
tersebut mayoritas merupakan rumah yang sudah terbangun sejak lama dengan mempertahankan
kekhasan rumah yang menjadi karakter tersendiri bagi kota Palembang.
Lebih banyaknya rumah yang bermaterial kayu berbanding terbalik dengan keinginan
masyarakat yang cenderung memilih untuk memiliki rumah bermaterial batu dengan persentase
rata-rata 82% menyukai batu dan 54% menyukai kayu. Hal ini dikarenakan adanya pertimbangan
terhadap biaya perawatan batu yang lebih murah dan mudah sebab material kayu memiliki
kekuatan yang relative kecil sehingga mudah lapuk serta rentan terhadap serangga. Namun,
sebagian masyarakat yang memilih lebih menyukai rumah bermaterial kayu karena menyesuaikan
dengan lingkungannya dan memberikan nuansa alami serta sejuk.

KEPEMILIKAN RUMAH
JARAK RUMAH PERSENTASE BANYAK RUMAH
Tepi Sungai 32,4%
30m Dari Sungai 49,1%
Daratan 18,5%
Tabel.5 Kepemilikan Jarak Rumah

KEINGINAN JARAK RUMAH DARI SUNGAI


TYPE TEPI SUNGAI 30M DARI SUNGAI DARATAN
Suka 9,26% 35,19% 32,41%
Cukup Suka 10,19% 22,22% 25,00%
Netral 44,44% 38,89% 38,89%
Kurang Suka 30,56% 1,85% 1,85%
Tidak Suka 5,56% 1,85% 1,85%
Tabel.6 Keinginan Jarak Rumah

Berdasarkan table.5 diketahui bahwa jarak rumah dengan sungai paling banyak yaitu
rumah yang tidak terlalu mendekati sungai (30m dari sungai) dengan persentase 49,1% dan
terbanyak lainnya yaitu rumah yang dekat dengan sungai berupa 32,4%. Kondisi ini disebabkan
oleh perkembangan zaman yang sudah tidak terlalu memanfaatkan sungai sebagai mata pencarian
menyebabkan masyarakat bertempat tinggal agak menjauhi sungai. Sedangkan sebagian rumah
yang berada dekat dengan sungai merupakan masyarakat yang sebagian besar berprofesi berkaitan
dengan sungai dan masih memanfaatkan sungai sebagai pemenuh kebutuhan dalam kehidupan
sehari-hari seperti gambar di bawah ini:

Gambar.3 Rumah yang Berada Dekat Sungai


Banyaknya rumah yang memiliki jarak dekat dengan sungai dan cukup dekat dengan
sungai (30m dari sungai) berbanding terbalik dengan keinginan masyarakat yang tidak ingin
bertempat tinggal dekat dengan sungai. Hal ini dikarenakan semakin majunya perkembangan
zaman, profesi yang berkaitan dengan sungai dan pemanfaatannya sudah berkurang sehingga
masyarakat yang berprofesi lain membutuhkan akses yang mudah dan cepat dengan lebih
membutuhkan transportasi darat dibanding air. Maka dari itu, masyarakat cenderung memilih
untuk bertempat tinggal jauh dari sungai dan dekat dengan sungai dengan persentase 60%.

KEPEMILIKAN RUMAH
JENIS RUMAH PERSENTASE BANYAK RUMAH
Rakit 0%
Panggung 75,9%
Tapak 24,1%
Tabel.7 Kepemilikan Jenis Rumah

KEINGINAN JENIS RUMAH


TYPE RAKIT PANGGUNG TAPAK
Suka 0.93% 27,78% 46,30%
Cukup Suka 13,89% 30,56% 23,15%
Netral 64,81% 37,04% 28.70%
Kurang Suka 16,67% 3,70% 1,85%
Tidak Suka 3,70% 0.93% 0%
Tabel.8 Keinginan Jenis Rumah

Dengan data yang ditampilkan pada table.5 terlihat bahwa mayoritas jenis rumah pada
kawasan tersebut adalah panggung dengan persentase 75,9%. Data tersebut didapat pada beberapa
rumah yang berada dekat dengan tepian sungai dan merupakan rumah yang sudah terbangun sejak
lama. Sedangkan 24,1% lainnya merupakan rumah berjenis tapak dimana merupakan rumah yang
baru terbangun dan cenderung sudah tidak dekat dengan sungai.
Kondisi sekarang yang terlihat lebih banyak rumah berjenis panggung berbanding terbalik
dengan minat masyarakat yang lebih tertarik untuk memiliki rumah tapak dengan persentase
sebesar 70%. Hal itu dikarenakan sebagian besar rumah yang berjenis panggung merupakan rumah
yang bermaterial kayu sehingga masyarakat lebih tertarik jika rumahnya yang dimilikinya
merupakan rumah tapak dengan material batu. Selain itu, banyaknya yang lebih memilih rumah
tapak karena seiring perkembangan zaman, rumah tapak dianggap lebih modern dibanding rumah
panggung. Namun, tak sedikit juga masyarakat memilih rumah kayu karena untuk
mempertahankan ciri khas kota Palembang yang terkenal dengan rumah panggungnya karena
kondisi topografinya yang dekat dengan sungai.
IV. DISKUSI

Berdasarkan hasil diskusi berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap kawasan


permukiman di tepian Sungai Musi di Kelurahan 35-36 Ilir Kota Palembang didapatkan
bahwa tipologi rumah di kawasan tersebut cenderung sama yaitu rumah panggung. Hal
ini tidak hanya didasarkan pada karakter tersendiri yang dimiliki Kota Palembang yang
terkenal dengan sungainya sehingga budayanya menghasilkan sebagian besar rumah
berjenis rumah panggung tetapi juga untuk menjaga agar air pasang dari sungai tidak
masuk kedalam rumah yang merupakan hasil dari penyesuaian terhadap
lingkungannya.

Selain jenisnya, rumah tepian Sungai Musi memiliki beberapa aspek yang beragam
seperti material rumah, jarak rumah dengan sungai, dan bentuk rumah. Aspek-aspek
tersebut juga merupakan sebuah penyesuaian terhadap lingkungannya yang berada
dekat dengan Sungai Musi seperti :

 Sebagian besar rumah bermaterial kayu karena mudah didapatkan dan memiliki
ketahanan yang baik saat terendam.
 Sebagian besar rumah berjarak dekat dengan sungai karena sebagian besar
rumah yang dihuni masyarakat merupakan warisan keluarga yang dulunya
memiliki ketergantungan terhadap Sungai Musi.
 Sebagian besar rumah berbentuk rumah dempet dan tunggal karena keadaan
lingkungan yang cenderung memiliki tanah yang basah sehingga rumah susun
sulit untuk dibangun di kawasan tersebut.

Sedangkan berdasarkan preferensi masyarakatnya, terdapat beberapa perbedaan yang


cukup signifikan seperti :

 Sebagian besar masyarakat menginginkan rumah bermaterial batu karena rumah


kayu saat ini dianggap masyarakat cenderung kuno.
 Sebagian besar masyarakat menginginkan rumah berjarak jauh dari sungai
karena aktifitas masyarakat tidak lagi bergantung pada sungai.
 Sebagian besar masyarakat menginginkan rumah berjenis tapak karena material
batu dianggap lebih kokoh dan perawatannya tidak sesulit material kayu.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan dalam mengidentifikasi komparasi tipologi rumah dan preferensi
masyarakat tepian sungai Musi pada kkawasan 35-36 Ilir Kota Palembang dapat
disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan bentuk rumah, kondisi rumah saat ini dan preferensi masyarakat
berbanding lurus dimana bentuk rumah saat ini dan keinginan masyarakat adalah
bentuk rumah tunggal.
2. Berdasarkan material rumah, kondisi rumah saat ini dan preferensi masyarakat
berbamding terbalik dimana rumah pada kondisi saat ini cenderung bermaterial kayu
sedangkan masyarakat menginginkan rumah bermaterial batu.
3. Berdasarkan jarak rumah dengan sungai, kondisi rumah saat ini dan preferensi
masyarakat berbanding terbalik dimana sebagian besar rumah saat ini memiliki jarak
yang cukup dekat dengan sungai sedangkan masyarakatnya menginginkan rumah yang
cenderung menjauhi sungai.
4. Berdasarkan jenis rumah, kondisi rumah saat ini dan preferensi masyarakat berbanding
terbalik dimana sebagian besar rumah merupakan rumah panggung sedangkan
masyarakatnya menginginkan rumah tapak.
DAFTAR PUSTAKA
Husnul, Hidayat. 2014. Konteks Ekologi Kota Tepian Sungai dalam Perspektif Lokalitas Bahan
Bangunan.
file:///C:/Users/User/Documents/Jurnal%20Perbanglir/print%20perbanglir/Konteks_Ekol
ogi_Kota_Tepian_Sungai_dalam_Perspektif_Lokalitas_Bahan_Bangunan.pdf

Sastika, Anta dan Abdul Yasir. 2017. Karakteristik Masyarakat Tepian Sungai.
file:///C:/Users/User/Documents/Jurnal%20Perbanglir/Isi_Artikel_424074888462.pdf

Maya, Fitri Oktarini.2018. Tipe Rumah pada Permukiman di Lahan Basah Tepian Sungai;
Kondisi Faktual dan Rekomendasi.
file:///C:/Users/User/Documents/Jurnal%20Perbanglir/print%20perbanglir/1373-4782-1-
PB.pdf

Lussetyowati, Tutur. 2018. Analisis Elemen-elemen Penataan Ruang pada Permukiman Tepian
Sungai. file:///C:/Users/User/Documents/Jurnal%20Perbanglir/IPLBI-2018-D070-076-
Analisis-Elemen-elemen-Penataan-Ruang-pada-Permukiman-Tepian-Sungai.pdf

Rizqi, Amar Afdholy, dkk. 2019. Tipologi Fungsi Rumah Tepian Sungai di Pinggiran Kota
Banjarmasin. file:///C:/Users/User/Downloads/246-290-1407-1-10-20190306.pdf

Anda mungkin juga menyukai