Anda di halaman 1dari 16

INJEKSI SUBCUTAN

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Kebutuhan Dasar Manusia (KDM) dengan dosen pembimbing Susanti Niman

Oleh:

Andreas Simbolon (30120115009)


Chatarina Lintang DP (30120115002)
Cicilia Santi (30120115016)
Due Sowan (30120115024)
Karlita Tri Agustin (30120115032)
Siska Rappiyanti (30120115046)
Tirsa Uli Sitanggang (30120115039)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS

PADALARANG

2016
Bab II

Pembahasan

A. Anatomi dan fisiologi

Lapisan Kulit

1. Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel
berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan
merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling
tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 %
dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.Epidermis
terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) :
a) Stratum Korneum.
Terdiridariselkeratinosit yang bisamengelupasdanberganti.
b) Stratum Lusidum.
Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki
dan telapak tangan. Tidaktampakpadakulit tipis.
c) Stratum Granulosum

Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya ditengah
dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan
granulakeratohialin yang mengandung protein kaya akanhistidin.
Terdapat sel Langerhans.
d) Stratum Spinosum.
Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril, dianggap
filament filament tersebut memegang peranan penting untuk memperta
hankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis
pada tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan mempunyai
stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan
stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel
Langerhans.
e) Stratum Basale (Stratum Germinativum).
Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam
pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui
setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak,
usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung
melanosit.

Fungsi Epidermis :

 Proteksi barrier
 Organisasi sel
 Sintesis vitamin D dan sitokin
 Pembelahan dan mobilisasisel
 Pigmentasi (melanosit)
 Pengenalan alergen (sel Langerhans).
2. Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang seringdianggap
sebagai “True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan
menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang
paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :
a) Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.
b) Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga
mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea
dan kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat
epidermis di dalam dermis.

Fungsi Dermis :

 Struktur penunjang
 Mechanical strength
 Suplai nutrisi
 Menahan shearing forces dan respon inflamasi.
3. Subcutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari
lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit
secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-
beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi
menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi.

Fungsi Subkutis / hipodermis :

 Melekat ke struktur dasar


 Isolasi panas
 Cadangan kalori
 Kontrol bentuk tubuh
 Mechanical shock absorber.

Fisiologi kulit

Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya
adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai
barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan
metabolisme.

Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit,
trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme
patogen. Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam
merespon rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir,
puting dan ujung jari. Kulit berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan
cairan elektrolit. Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer
mengalami prosoes keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari kulit,
paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau
kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi vasodilatasi
pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi temperatur dengan melepas
panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat meningkatkan
aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit akan
vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas.

B. Pengertian Injeksi Subcutan


Injeksi subkutan adalah injeksi yang dilakukan dengan menempatkan obat ke
dalam jaringan ikat longgar dibawah dermis (subkutan).

Injeksi Subkutan adalah injeksi yang diberikan kedalam jaringan subkutan


atau adiposa (lemak) yang berada dibawah dermis. Metode ini digunakan untuk
medikasi dalam jumlah kecil yang perlu diabsobsi secara lambat dan sitemik. (
Caroline Bunker Rosdahl,2014)
Injeksi Subkutan adalah injeksi yang dilakukan dnegan menempatkan obat
kedalam jaringan ikat longgar dibawah dermis. (Potter & Perry, 2005).

Pemberian obat subkutan adalah pemberian obat melalui suntikan ke area


bawah kulit yaitu pada jaringan konektif atau lemak di bawah dermis
(Aziz,2006).

C. Tujuan
Tujuan dari injeksi subkutan adalah untuk memasukkan sejumlah obat pada
jaringan subkutan dibawah kulit untuk diabsorbsi.

D. Indikasi
 Pasien yang tidak sadar,
 Tidak mau bekerjasama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat
secara oral,
 Tidak alergi
 Lokasinya yang ideal adalah lengan bawah dalam dan punggung bagian atas.

E. KontraIndikasi
o Klien yang memiliki luka

o Klien yang memiliki banyak bulu


o Klien yang memiliki alergi
o Klien yang memiliki infeksi kulit

F. Keuntungan
Awitan obatlebihcepatdibandingkan oral

G. Kerugian
1. Harusmenggunakantekniksteril,

2. Lebih mahal dibandingkan oral

3. Hanya dapat diberikan dalam volume kecil


4. Lebih lambat dibandingkan pemberian intramuscular

5. Dapat menyebabkan ansietas,kelelahan,gangguan pencernaan

Area yang digunakanuntukinjeksisubkutaneus (SC) adalah:


1. Umumnya :
 Bagianterluarlenganatas (kliendudukatauberdiri)
 Bagian anterior paha (kliendudukditempattidurataukursi).

Area ini sesuai dan normalnya mempunyai sirkulasi yang baik.

2. Area lain yang dapatdigunakanadalah :


 Area abdomen (kliendudukatauterlentang)
 Scapula
 punggungatas
 Area ventroglutealatasdandorsogluteal.

H. Lokasi Pemberian Injeksi Subcutan


1. Otot trisep pada lengan samping dan belakang diantara siku dan bahu
2. Kaki dibagian paha depan luar diantara pinggul dan lutut.
3. Bagian perut dibawah rusuk dan tidak disebelah pusar.

I. Jenis jenis spuit


1. Spuit tuberkulin adalah tabung 1 mL . yang ramping dengan petanda dalam
sepersepuluh (0,1) dan seperseratus (0,01) tabung ini juga di tandai dengan minim.
Tabung ini dipakai jika jumlah cairan yang akan di berikan kurang dari 1 mL untuk
anak-anak serta dosis heparin.
Gambar :

2. Spuit insulin mempunyai kapasitas 1 mL tetapi insulin di ukur dalam unit dan dosis
insulin tidak boleh di hitung dalam milliliter. Spuit insulin dikalibrasi dengan
bertanda 2-U, dan 100U setara dengan 1 mL , spuit insulin harus dipakai untuk
pemberian insulin.

J. Jenis Obat Injeksi Subcutan

1. Vaksin
2. Narkotik
3. Heparin

Pemberian heparin subkutaneus memerlukan tindakan kewaspadaan khusus


karena memiliki sifat antikoagulan.

a. Pilih lokasi pada abdomen yang jauh dari umbilicus dan diatas ketinggian Krista
iliaka. Beberapa institusi mendukung injeksi heparin subkutaneus pada paha ata
lengan sebagai lokasi alternatif abdomen.
b. Gunakan jarum dengan panjang 3/8 inci, 25 atau 26 G, dan tusukkan jarum pada
sudut 900. Jika klien kurus, gunakan jarum yang lebih panjang dari 3/8 inci, dan
tusukkan pada sudut 450. Lengan atau paha mungkin digunakan sebagai lokasi
alternatif.
c. Jangan mengaspirasi ketika memberikan injeksi heparin subkutaneus.
Kemungkinan dapat merusak jaringan dan menyebabkan perdarahan serta memar.
d. Jangan memijat lokasi setelah diinjeksi. Dapat menyababkan perdarahan dan
ekimosis (memar) serta mempercepat absorpsi obat.
e. ganti lokasi untuk injeksi untuk injeksi selanjutnya.
4. Jenis Pokok Dan Masa Kerja Sediaan Insulin
1. Bekerja dalam jangka waktu sangat pendek (ultra – short - acting), dengan
mula kerja yang sangat cepat dan masa kerja yang pendek.
Contoh :
a. insulin lispro, U100.
saat disuntikan secara sc, dengan cepat terurai dan menjadi monomer dan
diabsorpsi dengan sangat cepat , sehingga mencapai puncak dalam serum
dalam waktu 1 jam. Waktu yang optimal untuk suntikan sc adalah 5 menit
sebelum makan pada dibetes tipe 1 yang mendapat terapi insulin yang
intensif.
b. Humalog (Lilly). U100.
2. Bekerja dalam jangka waktu pendek , dengan mula kerja cepat.
Contoh :
a. insulin regular , efek terjadi 30 menit setelah suntikan sc biasanya
berlangsung selama 5-7 jam. U100.
b. Rgular humulin (Lilly). U100, U500.
c. Regular lletin II (Lilly). U100.
d. Velosulin BR . U100.
3. Bekerja dalam jangka waktu menengah
a. Insulin lente humulin
b. Lente iletin II. U100.
c. Lente novo. U100.
d. NPH humulin. U100.
e. NPH lletin II. U100.
f. NPH. U100.
Insulin prs-campuran (premixed; %NPH, % reguler)
a. Novolin 70/30. U100.
b. Humulin 70/30 dan 50/50. U100.
4. Bekerja dalam jangka waktu panjang, dengan mula kerja lambat.
a. Ultralente Humulin U . U100.

Sistem Pemberian Insulin

1. Alat suntik berukuran pena yang portable.


2. Alat infuse insulin subkutan yang kontinu (CSII, pompa inisulin)
3. Insulin inhalasi

Injeksi Insulin

Diresepkan dan di ukur dalam unit USP. Kini banyak insulin diproduksi
dalam konsentrasi100 u/mL. insulin harus di berikan dengan spuit insulin yang
dikalibrasi sesuai dengan 100-U insulin. Konsentrasi insulin juga tersedia
dalam 40 U dan 500 U, Tetapi jarang di gunakan.
Botol dan spuit insulin mempunyai kode warana untuk mencegah kekeliruan.
Botol insulin 100U/mL dan spuit 100 U/mL mempunyai kode jingga. Botol
insulin 40 U/mL dan spuit 40 U/mL mempunyai kode merah. Selalu cocokan
kekuatan insulin dengan spuit insulin yang di kalibrasi ; unit pada botol insulin
dan spuit harus cocok. Pemberian insulin dengan spuit tuberculin harus di
hindari.

Pemberian obat-obatan membutuhkan perhatian yang rinci dan demikian pula


halnya dengan insulin. Insulin di minta dalam unit, contohnya jika dosis insulin
yang diresepkan adalah 50 U dengang menggunakan spuit insulin yang di
kalibrasi 100-u. Insulin di berikan dengan sudut 45,60 atau 90 kedalam jaringan
subkutan. Kecepatan absorbsi karena pada jaringan lemak terdapat lebih sedikit
pembuluh darah dari pada jaringan otot. Sudut pemberian insulin tergantung
pada banyak jaringan lemak bagi orang yang obese sudutnya mungkin 90°, dan
bagi orang yang sangat kurus sudut pemberiannya mungkin 45-60°.

Tipe-Tipe Insulin

1. Kerja cepat (humulin R, cristalin atau regular, dan semiliente).


2. Kerja sedang ( humulin N, NPH, dan lente).
3. Kerja panjang ( PZI dan ultralente).

Insulin dapat menjadi jernih dan keruh tergantung dari senyawa protamin
dan zinc, yang di maksudkan untuk memperpanjang kerja insulin dalam tubuh.
Hanya insulin yang jernih yang dapat di berikan melaui intravena maupun
subkutan. Sumber insulin adalah dari sapi, babi dan manusia(humulin).
Beberapa orang alergi terhadap insulin sapi sehingga insulin babi di pakai
karena sifat biologisnya mirip dengan insulin manusia.

K. Hal yang perlu diperhatikan


1. Untuk klien berukuran rata-rata, regangkan kulit secara keras pada tempat injeksi atau
cubit dengan tangan non dominan anda.
2. Untuk klien gemuk, cubit kulit pada tempat injeksi dan injeksi kan jarum dibawah
lipatan kulit.
3. Injeksikan jarum dengan cepat dan tepat pada sudut 90’ pada bagian abdomen
(kemudian lepaskan kulit bila dicubit).
4. Injeksikan jarum dengan cepat dan tepat pada sudut 45’ pada bagian 2/3 bagian luar
lengan atas dipertengahan antara siku dan bahu (kemudian lepaskan kulit bila dicubit).

5. Dosis obat hanya dosis kecil (0,5-1,0 ml) obat yang diberikan melalui rute
subkutaneus. Periksa kebijakan institusi.
6. Volume obat yang diberikan
7. Karakteristik obat
8. Lokasi struktur anatomic dibawah tempat injeksi.
9. Menentukan panjang jarum

Satu metode yang digunakan perawat untuk menentukan panjang jarum adalah
mencubit jaringan pada lokasi injeksi dan memilih panjang jarum setengah dari lebar
lipatan kulit.

10. Menentukan sudut injeksi

Untuk menentukan sudut injeksi, aturan umum yang diikuti bergantung


pada jumlah jaringan yang dapat dikumpulkan atau dipegang pada lokasi injeksi.
 Sudut 45’ digunakan ketika 2,5 cm jaringan dapat terkumpul.
 Sudut 90’ digunakan ketika 5 cm jaringan dapat terkumpul.
Klien yang kurus dan kakesia tidak memiliki cukup jaringan untuk injeksi SC.
Abdomen atas merupakan tempat injeksi yang paling baik untuk klien ini.

Ketika memberikan injeksi insulin kepada orang dewasa, jarum standar saat
ini adalah 30 G dan jarum pendek (5/16 inci) sekarang tersedia dalam spuit 40-, 80-,
dan 100- unit (Fleming, 1999). Sebagian besar klien memilih jarum yang lebih pendek
dan lebih tipis karena lebih sedikit menimbulkan nyeri. dan risiko menginjeksi
kedalam otot lebih kecil dengan jarum yang lebih pendek. Spuit insulin biasanya
tersedia dengan jarum 25G. Untuk memastikan insulin mencapai jaringan SC, perawat
mengikuti peraturan sederhana ini :
Jika 2 inci jaringan dapat dipegang, jarum harus dimasukkan pada sudut 90 derajat,
dan jika 1 inci jaringan dapat dipegang, jarum harus diinsersi pada sudut 45 derajat.

Area injeksi subkutaneus perlu dirotasi secara berurutan untuk meminimalkan


kerusakan jaringan , membantu absorpsi, dan menghindari ketidaknyamanan. Hal ini
terutama diperlukan oleh klien yang membutuhkan injeksi berulang, seperti diabetes.
Karena insulin di absorpsi dengan kecepatan yang berbeda pada bagian tubuh yang
berbeda, kadar glukosa darah klien diabetes dapat bervariasi ketika lokasi injeksi yang
digunakan berbeda. Insulin paling cepat diabsorpsi ketika diinjeksikan pada abdomen
dan lengan, dan paling lambat diabsorpsi ketika diinjeksikan pada paha dan bokong.
Rekomendasi saat ini meliputi rotasi injeksi dalam area anatomi (Fleming, 1999).
11. Aspirasi
Perawat sejak lama diajarkan untuk mengaspirasi dengan menarik plunger
setelah jarum masuk sebelum menginjeksikan obat. Dengan cara itu perawat dapat
menentukan apakah jarum telah memasuki pembuluh darah. Tidak adanya darah
mengindikasikan bahwa jarum masuk kedalam jaringan subkutaneus dan tidak
kedalam jaringan otot yang lebih vascular. Fleming (1999) menantang praktik
terdahulu, aspirasi pada injeksi insulin subkutaneus karena hal itu “tidak praktis,
jarang menghasilkan darah, dan bukan indicator yang dapat dipercaya dalam
penempatan jarum yang benar, serta tidak ada studi klini yang menguatkan atau
menolaknya”.

Jika ada aliran darah yang keluar saat aspirasi, lakukan :

 Tarik jarum dari kulit


 Beri tekanan pada area injeksi tersebut sekitar dua menit.
 Amati adanya hematoma dan memar
 Beri plester berperekat jika perlu.
 Sipakan obat baru, mulai dari langkah 1 (cuci tangan), dan pilih area iinjeksi
yang baru.
L. Penghitungan injeksi Subkutan
Untuk menghitung dosis injeksi subkutan di pakai rumus dasar

atau metode resio dan proporsi . Heparin adalah obat yang sering di berikan subkutan.
Heparin dapat di berikan dengan sudut 60-90° tergantung dari banyaknya jaringan lemak.
Jangan lakukan aspirasi , dan jangan menggosok tempat suntikan, karena gosokan
dapat mengakibatkan kerusakan pembuluh-pembuluh darah halus dan perdarahan.
M. Persiapan
a. Alat Bahan:
1) Spuit 3cc
2) NaCl
3) Nierbeken
4) Nampan
5) Jarum(sesuaijenis insulin dan ukuran klien)
6) subkutan: 25-27 danpanjang 3/8 s/d 5/8 inchi, spuit 1-2 inchi
7) Spuit Insulin 40/80/100 unit
8) Spuit insulin pen
9) Swab antiseptic (alkohol)
10) Obat ampul atau vial
11) Sarung tangan sekali pakai (disposible)
12) Catatan pemberian obat
b. Prosedur Kerja

NO Tindakan Keperawatan Rasional


1. Kaji indikasi untuk menentukan rute Memastikan absorpsi obat yang baik dan
pemberian obat yang tepat distribusi melalui jaringan untuk
meningkatkan kerja obat. Memastikan rute
yang sesuai untuk klien berdasarkan
2. Kaji riwayat medis dan riwayat alergi program dokter.
Membuat perawat waspada sebelum
3. Observasi respon verbal dan non verbal melakukan tindakan
ketika mendapat injeksi Injeksi dapat menyakitkan. Klien mungkin
merasa cemas dapat meningkatkan nyeri
4. Cuci tangan pakai sarung tangan Menghindari penyebaran mikroorganisme
5. Siapkan peralatan dan sumplai yang Tanggung jawab perawat menghindari
diperlukan: kesalahan
a.Spuit berukuran 1ml, 100 U insulin Menghindari klien yang salah
b.jarum berukuran sesuai 25 G sampai Menyuntikan pada posisi nyaman dan otot
27G dan panjang 3/8 sampai 5/8 inci rilek
c. swab antiseptik (Betadin atau alkohol) Mengidentifikasi dosis obat yang
d. sarung tangan sekali pakai diprogramkan dan nama klien
e. Obat ampul atau vial
f. Kartu, format, dan huruf cetak nama
obat.
5. Siapkan obat sesuai prosedur dari ampul Memastikan obat steril. Teknik meyiapkan
atau vial ampul dan vial berbeda
6. Identifikasi klien
7. Palpasi adanya nyeri tekan atau masa Tempat injeksi harus bebas dari anomali
ditempat injeksi. Untuk pemberian yang dapat mempengaruhi absorpsi obat.
insulin harian, rotasi tempat injeksi Tempat injeksi yang digunakan berulang
setiap hari. Pastikan ukuran jarum benar kali dapat mengeras akibat lipohipertropi
dengan memegang lipatan kulit dengan (peningkatan pertumbuhan lemak).
ibu jari dan telunjuk
8. Berikan posisi klien sesuai daerah yang
dipilih :
 Lengan atas bagian luar, duduk
 Bagian anterior paha, duduk
 Abdomen posisi terlentang semi
recumbent
 Daerah scapula, klien terlungkup
atau duduk
9. Bersihan daerah sekitar suntikan dengan Gosokkan membantu membersihkan kulit
kapas alkohol, gosok melingkar dari dari kotoran pada kulit
dalam keluar. Biarkan alkohol kering
dan pegang
kapas untuk digunakan waktu mencabut
jarum
10. Buka tutup jarum dengan tangan kiri Menghindari kontaminasi dan menghindari
kecelakaan

11. Pegang spuit dengan tangan kanan. Injeksi yang cepat dan lancar dilakukan
Sudut 45º-90º. Tergantung jumlah dan dengan memanipulasi bagian spuit dengan
turgor jaringan dan panjang spuit, jarum benar.
setelah jarum masuk lepaskan jaringan Rasa sakit dan reaksi yang serius dapat
dan pindahkan tangan kiri ke bagian terjadi bila obat subcutan diberikan
akhir spuit, tangan kanan memegang dipembuluh darah
ujung barel
12. Cubit atau rengangkan daerah yang akan
disuntik :
 Untuk klien yang ukuran tubuhnya  Jarum mempenetrasi kulit yang tegang
rata-rata gunakan tangan tidak dengan lebih mudah daripada kulit yang
dominan untuk meregangkan kulit kendur. Mencubit kulit mengangkat
supaya tegang ditempat injeksi. jaringan SC dan mengurangi kepekaan
 Untuk klien yang gemuk,cubit kulit tempat injeksi.
ditempat injeksi dan injeksikan jarum  Klien gemuk memiliki lapisan jaringan
dibawah lipatan jaringan lemak di atas lapisan SC. Mencubit kulit
 Pegang bagian ujung bawah badan mengangkat jaringan SC yang akan
spuit sampai ujung penghisap dengan diinjeksi.
tangan tidak dominan. Hindari  Untuk menginjeksi dengan benar,bagian-
penggerakan spuit ketika menarik bagian spuit perlu dimanipulasi . Gerakan
pengisap secara perlahan kebelakang spuit dapat menggeser jarum dan
untuk mengaspirasi obat. menimbulkan rasa tidak nyaman.

13. Aspirasi untuk memastikan masuknya


jarum. Bila masuk darah, cabut jarum ,
obat dan spuit dibuang diganti yang baru
Bila tidak tampak darah, suntikan obat
perlahan-lahan
14. Cabut jarum dengan cepat dan sudut  mencabut jarum perlahan menarik
sesuai waktu masuk jaringan dan menimbulkan nyeri
 menghindari adanya cedera

15. Masase hati-hati dengan kapas alkohol Membantu distribusi larutan dan
 Tidak dimasase pada injeksi mempercepat absorpsi
heparin dan insulin

Mengindari kontaminasi dan menghindari


16. Buang spuit dan jarum tanpa tutup kecelakaan
17. Bantu klien dalam posisi nyaman Menghindari penyebaran kontaminasi
mikroorganisme
Buka, buang sarung tangan dan cuci
tangan
18. catat pada kartu obat: dosis obat,rute Dokumentasi yang tpat dapat menghindari
pemberian ,tempat injeksi, dan waktu kesalahan
serta tanggal injeksi pada catatan
pengobatan
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz.H. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia 1. Jakarta: Salemba Medika


Priharjo, Robert. 1995. Teknik Dasar Pemberian Obat. Jakarta: EGC

Kusmiyati Yuni. 2004. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Yogyakarta:


Fitramaya

Perry, dkk. 2005. Buku Saku Ketrampilan dan Prosedur Dasar. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai