Anda di halaman 1dari 6

Menyukai dengan sembunyi-sembunyi. Mungkin itu yang sedang aku lakukan saat ini.

Aku menyukai,
Taehyung. Dia sangat populer di sekolah. Dia juga penuh dengan kharisma. Matanya yang tajam
membuat siapa saja yang menatapnya akan benar-benar jatuh cinta padanya. Ini sangat konyol ketika
aku berusaha mendekatinya dan dia selalu mengacuhkanku. Tapi meskipun berkali-kali dia
mengacuhkanku, aku tetap menyukainya, sedikitpun aku tidak bisa membencinya dengan sikapnya itu.
Hari ini aku melihatnya lagi, dia sedang bermain basket di lapangan sekolah. Aku memandangnya
dengan terkagum-kagum dari balik pohon yang berada tidak jauh dari lapangan basket.
"Benar-benar sempurna," aku berdecak kagum melihat bagaimana dia melakukan slam dunk dengan
coolnya. Pohon ini menjadi saksi bisu yang mengetahui bahwa aku sering memperhatikan Taehyung
dengan diam-diam dan sesekali memotretnya. Aku tidak tahu bagaimana jadinya jika pihak sekolah
menebang pohon tempat persembunyianku ini, tidak mungkin kan jika aku harus mengecat tubuhku
menyerupai warna batang pohon dengan memberi dedaunan di kepalaku. Ah, benar-benar tidak bisa di
bayangkan. Aku menyumbulkan kepala dari balik pohon.

untuk melihat aksi Taehyung lagi, tapi kenapa dia sudah tidak ada disana. Benar-benar seperti
makhluk astral, beberapa detik yang lalu aku masih melihatnya bermain, tapi kenapa dia
langsung menghilang. Aku menenggelamkan lagi kepalaku ke balik pohon.
"Kemana dia?" aku menyumbulkan lagi kepalaku dari pohon untuk memastikan Taehyung
benar-benar tidak ada di sana. Tapi mendadak, seseorang berdiri di depanku. Saking terkejutnya
aku tidak bisa menyeimbangkan tubuhku hingga tubuhku terhuyung ke belakang dan akhirnya
mendarat di tanah, ini benar-benar membuatku hampir pingsan ketika menyadari seseorang itu
adalah Taehyung yang sudah berdiri di depanku. Dia berkacak pinggang dan menatapku dingin.
Bahkan aku hampir di buat beku oleh tatapannya. Ini benar-benar memalukan, lebih mamalukan
ketika aku harus berdiri di depan kelas karena tidak bisa mengerjakan soal Matematika dan
selanjutnya aku di jadikan bahan ejekan teman-temanku. Yah, aku memang lemah di mata
pelajaran sialan itu. Teman-temanku yang semuanya berjiwa iblis itu bahkan menganggap siapa
yang mendapat hukuman dari salah satu guru adalah sebuah lelucon.
Aku bahkan lupa cara berdiri ketika Taehyung mulai menatapku tajam. Aku tetap terduduk di
tanah, aku menelan ludah, mataku berusaha menghindari tatapan matanya. Detak jantungku
seakan berdetak lebih kencang saat Taehyung mulai menundukkan wajahnya dan medekatkan
wajahnya padaku hingga aku bisa merasakan hembusan nafasnya.
"Kenapa kau melakukan ini ?" tanyanya penuh penekanan di setiap kalimat yang dia ucapkan.
Aku berusaha tenang.
"Melakukan apa?" tanyaku pura-pura tidak tahu. Tapi tampaknya dia bisa membaca wajahku
yang sedang berbohong ini. Dia menatapku lebih tajam.
"Kenapa kau selalu mengikutiku? Dan kenapa kau selalu mengambil gambar ketika aku sedang
bermain? Kau tahu, itu sangat mengangguku?"
Astaga, dia benar-benar sudah mengetahui semuanya. Rasanya aku ingin memakai topeng
setelah ini.
"Aku tidak mengikutimu dan aku tidak pernah mengambil fotomu. Mengerti!" bantahku tegas.
Aku bangkit dari dudukku dan balik menatapnya tajam.
"Kau masih tidak mau mengaku?" tanyanya seolah tidak percaya dengan pengakuanku. Dia
melipat kedua tangannya di dada kemudian menengadahkan tangan kanannya tepat di wajahku.
"Apa?" tanyaku ketus sambil melihat tangannya yang melayang-layang di depan wajahku.
"Berikan ponselmu!" pintanya santai. Aku membulatkan mata. Astaga, ponsel ini juga menjadi
bukti bahwa aku sering mengambil fotonya. "Aku tidak mau!" aku menolaknya. Aku berusaha
memasukkan ponselku, tapi dia meraihnya dengan paksa. Setelah ponsel itu dia dapatkan, dia
tersenyum penuh kemenangan. Aku menundukkan wajahku, menghela nafas berat, dan
mempersiapkan mental untuk semua rahasia yang akan terbongkar ini.
"Kenapa ponselmu tidak bisa di hidupkan?" Aku mengangkat wajahku mendengar
pertanyaannya itu. Aku tersenyum lega. Lega sekali.
"Mungkin, ponselku tidak mau dipegang oleh orang yang baru dia kenal," ucapku sekenanya.
Taehyung mengernyitkan dahinya, kemudian melempar ponselku, aku buru-buru menangkapnya
sebelum ponsel kesayanganku itu jatuh dan hancur.
"Menyebalkan!" raut wajahnya tampak sangat kessal.
Saat bel pulang berbunyi aku berlari keluar dari dalam kelas. Tapi tampaknya hari ini adalah hari
yang sial bagiku. Aku menabrak seseorang.
"Aishh," desisnya kessal. Dan dari suara itu tampaknya aku kenal. Dan benar saja, orang yang
aku tabrak itu adalah Taehyung. Aku segera membungkukkan badanku meminta maaf. "Maafkan
aku,"
"Kau lagi, kau lagi," ucapnya kessal sebelum akhirnya dia pergi. Ah, dia benar-benar sangat cute
ketika sedang kessal.
17 Maret 2015 pukul 19:23 · Telah disunting · Suka

Maulinda Maulinda ***


Setelah bel pulang berbunyi, aku menunggu Taehyung di pintu kelasnya untuk memberikan buku
catatan yang di titipkan guru Kim untuknya. Saat dia keluar dan melihat keberadaanku, dia
menghela nafas.
"Kau lagi," ucapnya.
"Sebenarnya aku ..."
"Iya aku tahu, aku tahu kau adalah penggemarku. Aku bisa mengerti kenapa kau mengambil
fotoku secara diam-diam. Sekarang, kau mau minta tanda tangankan? Aku akan memberikannya,
tapi setelah itu jangan muncul di hadapanku lagi. Kau benar-benar seperti hantu," dia memotong
pembicaraanku, kemudian mengambil buku dan bolpoin yang aku pegang, dan menuliskan tanda
tangannya dan memberikan buku itu lagi padaku. "Maksudku, bukan ini... " aku berusaha
mengucapkan apa yang seharusnya ingin aku katakan padanya, tapi lagi-lagi dia memotong
pembicaraanku.
"Sudahlah, sekarang aku mau pulang." Taehyung melangkahkan kakinya pergi tanpa ingin
mendengar apa yang akan aku katakan. Aku hanya sedikit sedih mendengar ucapannya tadi. Dia
benar-benar tidak ingin melihatku.
***

Malam ini aku benar-benar tidak bisa tidur. Perkataan Taehyung yang menyuruhku untuk tidak
muncul di hadapannya lagi memantul-mantul di fikiranku. Aku merebahkan tubuhku di kasur
sambil memainkan ponsel dan iseng-iseng menuliskan pesan untuk Taehyung dan
menghapusnya lagi. Aku benar-benar seperti orang gila sekarang. Aku tidak akan benar-benar
berani mengiriminya pesan. Aku mulai mengetik lagi. "Taehyung, aku sangat menyukaimu, tapi
bukan hanya menyukaimu, tapi juga mencintaimu. Saat aku mendekatimu dan kau mulai
mengacuhkan ku, itu sangat membuat hatiku sakit. Dan kau tahu, hal terindah dalam hidupku
adalah ketika melihat senyum mu," tulisku. Saat akan menghapusnya lagi, jempolku tidak
sengaja menekan tombol send. Seketika aku berteriak histeris. Rasanya aku ingin menelfon
operator untuk membatalkan pesan yang tidak sengaja aku kirim tadi.
"Bagaiman ini?" ucapku berulang-ulang. Aku segera melepas baterai ponselku. Aku tahu ini
tidak berpengaruh, tapi aku benar-benar tidak bisa membayangkan saat Taehyung membacanya
dan kemudian membalasnya.
***
Keesokan paginya di sekolah, aku berjalan mengendap-ngendap seperti seorang maling, aku
takut bertemu dengan Taehyung. Aku melangkahkan kaki ku dengan buru-buru dengan kepala
yang aku tundukkan dalam-dalam. Saat akan sampai kelas, aku menabrak seseorang.
"Maaf," ucapku dan melihat siapa yang aku tabrak itu. Dan, oh Tuhan, dia Kim Taehyung. Aku
segera melangkahkan kaki ku lagi, tapi dia menarik lenganku dan menatapku dingin. Aku rasa,
dia sudah membaca pesan itu dan akan bertanya apa maksudku mengiriminya pesan seperti itu.
"Kau sudah membacanya. Dan aku tidak bisa berbohong," ucapku dengan wajah yang ku
tundukkan.
"Membaca apa?" tanyanya dan membuatku menatapnya. "Aku mengirimu pesan," jelasku.
"Ponselku hilang, seseorang telah mengambilnya saat aku di bus kemarin," rasanya sangat lega
sekali saat dia mengatakan itu semua.
"Huh, syukurlah!" desahku lega.
"Kau benar-benar keterlaluan. Ponselku hilang dan kau bersyukur untuk hal itu," tampaknya dia
salah paham akan apa yang aku ucapkan. Aku jadi merasa tidak enak. "Tidak, tidak, maksudku...
" saat akan menjelaskannya, dia melangkahkan kakinya pergi dan membuat mulutku kembali
terkatup.

***

Hari ini aku menyempatkan pergi ke toko buku untuk membeli beberapa buku yang akan aku
jadikan resensi untuk tugas sekolah, tapi pada akhirnya aku membeli novel. Sebenarnya aku
tidak terlalu suka membaca novel, tapi melihat covernya yang sangat menarik, aku jadi tertarik
untuk membelinya. Setelah membayar novel-novel yang aku beli tadi, aku segera meninggalkan
toko buku itu. Belum beberapa langkah aku melangkahkan kaki ku, aku melihat Taehyung keluar
dari sebuah kedai dan tersenyum sebelum akhirnya melambaikan tangannya padaku. Aku sangat
terkejut. Benar-benar terkejut. Kenapa dia bisa bersikap seperti itu? Apakah ponselnya sudah di
temukan, lalu dia membaca pesan yang tidak sengaja aku kirim itu, dan dia menerima pernyataan
semua isi hati ku itu. Tidak mau melewatkan kesempatan langka itu, aku membalas senyumnya
dan juga membalas lambaian tangannya. Aku kemudian merasa gugup ketika Taehyung
melangkahkan kakinya ke arahku, jantungku berdetak dengan kecepatan super hingga rasanya
aku tidak bisa bernafas. Saat dia semakin mendekat aku memasang senyum terbaikku. Tapi
sepertinya ada yang salah, kenapa Taehyung berjalan melewatiku dan tidak berhenti di depanku.
Aku menoleh, dan rasanya aku di jatuhkan dari gedung beratus-ratus lantai ketika aku tahu
Taehyung tersenyum dan melambaikan tangannya bukan padaku, melainkan pada seorang
perempuan berambut panjang dengan poni yang berada tidak jauh di belakangku.
"Ini memalukan!" ucapku pelan.
"Apa kau sudah menunggu lama?" aku bisa mendengar Taehyung bertanya pada perempuan itu
dengan lembut. "Lumayan, dan aku merasa sangat kedinginan sekarang," sahut perempuan itu
manja. Aku membulatkan mataku dan sekarang aku benar-benar di bakar rasa cemburu. Aku
tahu bahwa aku ini bukan siapa-siapa yang berhak untuk cemburu, tapi rasanya melihat
Taehyung memasangkan jaketnya untuk perempuan itu membuatku benar-benar merasa sangat
cemburu. Rasanya aku ingin mendorong perempuan itu dan membiarkan Taehyung
memasangkan jaketnya untukku. "Aku bisa gila jika terus di sini!" ucapku kessal sambil
memalingkan wajahku lagi ke depan. Aku menghela nafas sejenak, kemudian melanjutkan
17 Maret 2015 pukul 19:17 · Telah disunting · Suka

Maulinda Maulinda langkahku pergi dari tempat terkutuk itu. Di sepanjang perjalanan aku terus
menggumam kessal sambil menendang batu-batu kecil yang ada di tanah. Dan aku bisa
merasakan orang-orang mulai melihatku dengan tatapan aneh, tapi aku tidak memperdulikannya
karena rasa cemburuku telah mengalahkan rasa maluku sekarang ini.

***

Setelah melihat kejadian kemarin, aku merasa duniaku runtuh. Dari kemarin hingga malam aku
terus bertanya-tanya tentang siapa gadis yang bersama Taehyung kemarin itu.
"Aku berharap gadis itu adalah adiknya, tapi kalau dia pacarnya bagaimana?" sungguh ini
membuatku hampir gila. Aku melontarkan hal yang sama semalaman hingga saat ini.
"AAAA!" aku berteriak saking frustasinya, dan tanpa sadar siswa yang sedang belajar di ruang
perpustakaan melototiku Aku menatap mereka satu-persatu dengan senyum kaku yang terlihat
aneh.
"Maaf," ucapku kemudian, dan melanjutkan membaca buku yang aku ambil tadi.
jSetelah bel masuk berbunyi, aku kembali ke kelas dengan langkah malas. Saat akan memasuki
kelas, seseorang memegang pundakku. Aku menoleh.
"Guru Kim, ada apa?" tanyaku.
"Bisakah kau membantuku untuk membereskan peralatan olahraga ke gudang sekolah?"
"Oh, tentu saja, Guru Kim." aku tersenyum mengiyakan. Aku kemudian mengikuti langkahnya
menuju gedung olahraga untuk membereskan beberapa peralatan yang sudah di gunakan untuk
ujian praktek siswa kelas tiga. Sesampainya di sana aku terkejut melihat keberadaan Taehyung di
sana. Dan seperti biasa, dia selalu menghela nafas ketika melihatku.
"Taehyung, Suzy akan membantumu untuk membereskan semuanya. Dan sekarang saya tinggal
dulu." aku menelan ludah kasar ketika mendengar ucapan Guru Kim, tapi aku cukup senang
karena akhirnya aku bisa berduaan dengan Taehyung. Aku mulai mengambil posisi dengan
mengumpulkan semua bola volly dan basket yang berserakan. Sesekali aku melihat Taehyung
yang sedang menumpuk matras. "Melihatnya berkeringat seperti itu, rasanya aku mau meleleh,"
gumamku. Tiba-tiba dia mengehentikan aktiftasnya dan menunjuk ke arahku yang sedang
memperhatikannya, dan itu membuatku sedikit terkejut. "Ya! Kau? Siapa namamu?" tanyanya.
"Bae Suzy," sahutku dengan senyum.
"Daripada kau berdiri di sana, lebih baik kau membantuku mengangkat matras ini," setelah
Taehyung berkata seperti itu, aku segera menghampirinya dan membantunya mengangkat matras
itu ke gudang.
"Berat sekali," keluhku. Taehyung hanya berdecak mendengar setiap aku mengeluh dengan kata-
kata yang sama. Saat sampai di gudang dan menaruh matras itu, aku menghela nafas lega.
Sedangkan Taehyung, dia menyeka keringatnya dan membuatku tidak bisa menahan senyumku.
Dia terlihat sangat seksi. "Kenapa kau tersenyum?" tanyanya kemudian saat memergokiku
tersenyum tadi. Aku jadi gugup
"Tidak apa-apa," sahutku.
"Dasar aneh," ucapnya sambil menatapku dengan tatapan dinginnya, kemudian dia melangkah
kakinya pergi.
"Tunggu!" ucap ku tepat saat dia berdiri di ambang pintu, kemudian dia menoleh. "Ada apa?"
tanyanya dengan wajah datar. Aku meremas tanganku. Haruskah aku menyakannya sekarang,
batinku.
"Masih banyak peralatan yang harus di masukkan ke gudang, jadi jangan membuang waktuku,"
Taehyung tampak kessal saat aku hanya diam.
"Gadis yang kemarin itu siapa?" tanyaku cepat. Dadaku sekarang berdetak tidak karuan.
Adrenalinku untuk menanyakan hal itu hampir sama seperti aku akan menaiki role coaster. Dia
mengerutkan keningnya sambil berjalan mendekat ke arahku.
"Apa urusannya denganmu?" tanyanya, dan membuatku merasa tidak enak.
"Tidak ada, tapi aku hanya ingin tahu,"
"Dia manusia," sahutnya, kemudian pergi meninggalkanku dengan mulut menganga dengan
jawabannya yang ajaib itu.
"Aku tahu gadis itu manusia, haruskah dia menjawab seperti itu? Menyebalkan!" aku
menghentakkan kakiku sebelum akhirnya keluar dari gudang itu.
Setelah menyelesaikan semuanya, mereka duduk bersama di tribun gedung olahraga itu.
"Melelahkan!" desahnya, dan Suara desahannya itu benar-benar membuatku semakin
menyukainya. Aku meliriknya beberapa kali, tapi aku melihat sesuatu di tangannya. Itu luka
gores.
"Tanganmu!" seruku khawatir. Dia mengangkat kedua tangannya. Dia hanya memasang wajah
datar melihat luka gores yang cukup panjang di tangan kanannya.
"Ini luka kecil. Jangan berlebihan seperti itu,"
21 Maret 2015 pukul 10:30 · Telah disunting · Suka

Maulinda Maulinda "Itu bukan luka kecil! Aku akan ke ruang kesehatan dan mengambil kotak
P3K, kau tunggu di sini, oke!" aku berlari menuruni tribun menuju ruang kesehatan. Setelah
mendapatakan kotak P3K aku segera berlari lagi menuju gedung olahraga. Aku kembali duduk di
sampingnya dan mengambil tangannya, kemudian membersihkannya terlebih dahulu dengan
alkohol sebelum aku mengobati lukanya. Dan ini baru pertama kalinya aku bisa memengang
bagian tubuh Taehyung. Aku mulai meneteskan obat merah di bagian lukanya dan juga
melilitkan perban.
"Waktu itu kau mengatakan bahwa kau mengirimiku pesan, bagaimana bisa kau tahu no
ponselku," tiba-tiba saja Taehyung menanyakan hal itu padaku. Dia tampak curiga. Aku
menghentikan aktifitasku dan menatapanya.
"Aku mendapatkannya dari Guru Kim. Waktu itu beliau meminjam ponselku untuk
menelfonmu," padahal aku mengatakan sebenarnya, tapi entah kenapa setiap ingat tentang no
ponsel dan pesan yang tidak sengaja terkirim kepada Taehyung itu membuatku takut.
Karena Taehyung hanya diam, aku melanjutkan lagi mengobati lukanya.
"Gadis itu adalah adikku," aku menghentikan aktifitasku lagi saat dia tiba-tiba mengatakan hal
yang membuatku penasaran semalam, kemudian Aku menatapnya lagi.
"Benarkah?" tanyaku tidak percaya.
"Kau bertanya tentang siapa gadis itu, tapi setelah aku menjawabnya kau malah curiga seperti
itu," ucapnya kessal.
"Tidak, tidak, aku tidak bermaksud seperti itu," jelasku.
"Aku mau kembali ke kelas," Taehyung bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkanku tanpa
mengucapkan terimakasih, dia benar-benar laki-laki yang dingin.
"Aku baru tahu bahwa dia sangat sensitif, lain kali aku akan lebih hati-hati saat mengobrol
dengannya." gumamku.

Anda mungkin juga menyukai