Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan pada Allah SWT. Karena Dengan rahmat dan
karunia Allah SWT-lah penyusun dapat menyelesaikan karya tulis ini. Mengingat
perkembangan jaman yang semakin maju dan penduduk dimuka bumi ini semakin
bertambah dari jaman ke jaman tentu dibutuhkan berbagai penunjang demi
kelangsungan hidup manusia, karena manusia tidak bias bertahan hidup dalam
satu generasi melainkan hidup bergenerasi. Pada generasi-generasi tersebut
terdapat berbagai macam kebutuhan manusia dari berbagai bidang, salahsatunya
tak terlepas dari bidang MATERIAL. Mengapa demikian, sebab manusia dalam
memenuhi semua kebutuhan hidupnya dari jaman ke jaman selalu berhubungan
dengan material. Sebagai contoh, terciptanya suatu teknologi, transportasi, barang
barang rumahtanga, bangunan, infrastruktur dan masih banyak yang lainnya. Itu
semua tidak terlepas dari ilmu material. Hingga terdapat beberapa jaman seperti
jaman batu, jaman perunggu dan jaman besi. Itu semua menunjukan bahwa
manusia dari jaman kejaman selalu butuh engan material dan ilmu yang
mempelajari tentang material bahan tersebut yang berbeda sesuai dengan
perkembangan teknologi dari masa ke masa. Kami berterimakasih pada sumua
pihak yang terlibat dalam penyusunan, pembuatan, hingga penyerahan makalah
ini. Tanpa andil mereka makalah ini tidak akan tersusun dan selesai tepat waktu.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih pada semua pihak yang bersangkutan dan
semoga bermanfaat untuk para penulis dan pembaca.

Jakarta, Oktober 2019


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... 1


KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 3
BAB I – PENDAHULUAN ............................................................................................... 4
Latar Belakang ........................................................................................................... 4
Batasan Masalah ........................................................................................................ 5
Tujuan ........................................................................................................................ 5
Metode Penulisan....................................................................................................... 5
BAB II – LANDASAN TEORI ........................................................................................ 6
Pengertian Kristal ...................................................................................................... 6
Sistem Kristal............................................................................................................. 7
Kisi............................................................................................................................. 7
Struktur Kubik ........................................................................................................... 10
Struktur NonKubik .................................................................................................... 11
Ketidaksempurnaan pada Kristal (Cacat Kristal) ..................................................... 11
Arah Kristal ............................................................................................................... 12
Bidang Kristal ............................................................................................................
BAB III – PENUTUP ........................................................................................................ 12
Kesimpulan ............................................................................................................... 12
Saran ......................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 13
BAB I – PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sistem kristal merupakan bagian yang paling terpenting untuk dipelajari dalam
Ilmu Material Bahan. Untuk mempelajari Ilmu Material Bahan diperlukan
beberapa cabang ilmu pengetahuan yang di satukan yaitu Ilmu Kimia Bahan dan
Ilmu Fisika Bahan. Dalam mempelajari suatu susunan Kristal material pada
bahan, sangat perlu mempelajari Arah dan Bidang Kristal pada material, dari
semua bahan yang akan dipelajari atau dianalisis. Untuk itu disini penulis ingin
membahas dan mempelajari lebih mendalam tentang bagaimana mementukan
Arah dan Bidang Kristal pada suatu bahan. Karena dalam mempelajari sistem
Kristal sangat penting untuk menentukan arah dan bidang Kristal pada bahan.

Batasan Masalah
· Pembahasan masalah hanya mengenai sistem Kristal, arah dan bidang
kristal.

· Mempelajari cara menghitung titik Kristal, cara menentukan arah Kristal


dan cara membacanya.

Tujuan
· Agar penulis lebih memahai Ilmu Material Bahan tentang tatanan keristal.

· Untuk memenuhi tugas kelompok.

· Menyusun dengan sebaik mungkin agar bermanfaat bagi para pembaca.

· Memperdalam sistem Kristal, arah dan bidang Kristal pada suatu bahan.

Metode Penulisan
Dalam penulisan ini kami menggunakan metode pengutipan dari Buku dan
Browsing (pengumpilan beberapa contoh makalah dan artikel di internet) dengan
merangkum beberapa pokok bahasan penting dari masing-masing bahasan
tersebut.
BAB II – LANDASAN TEORI

Pengertian Kristal
Kristal adalah atom-atom atau ion-ion ataupun molekul-molekul yang
tersusun secara ber-ulang dan memiliki keteraturan jarak-jauh dalam ruang 3(tiga)
dimensi. Pada hakikatnya semua logam, sebagian besar material keramik, dan
beberapa polimer tertentu memiliki berkristalisasi ketika mereka memadat. Kristal
mempunyai periodisitas sehingga memiliki tatanan rentang panjang (ling rang
order). Maksudnya adalah susunan atomic lokalnya berulang dengan interval yang
teratur jutaan kali dalam dimensi ruang.
Tatanan yang dijumpai dalam keristal dapat digambarkan sebagian dengan
mengguanakan koordinasi-koordiansi atomic,

Sistem Kristal
Periodisitas 3 dimensi yang merupakan karakteristik Kristal dapat
dipahami dengan beberapa geometri yang merbeda. Sel satuan pada gambar diatas
merupakan sel kubik, ke tiga dimensinya sama dan saling tegak lurus sesamanya.
Keristal yang jenis seperti ini digolongkan kedalam Kristal sistem kubik.

Untuk mempermudah pemahaman dalam belajar, kita menggunakan


sumbu x, y dan z beserta titik aslinya pada sudut belakang kiri bawah. Sudut sudut
aksialnya diberi tanda huruf yunani, alpha (α), beta (β) dan gamma (γ). Variasi-
variasi sudut aksial dan pariasi ukuran relative dari dimensi a, b, dan c,akan
menghasilkan tujuh sistem keistal yaitu seperti yang ditunjukan pada table
dibawah:
KONSTANTA KISI Adalah jarak yang selalu terulang dalam pola jangkau
kristal yang menentukan sel satuan dalam kristal. Untuk sistem kubik konstanta
kisinya adalah a, sedangkan untuk sistem tetragonal konstanta kisinya adalah a, b,
dan c. Hal ini sesuai dengan sistem kristal sebagaimana tertera dibawah ini :

Sistem Sumbu (axes) Sudut sumbu (axial angles)


Kubik a = b = c a = b = g = 900
Tetragonal a = b ¹ c a = b = g = 900
Ortorombik a ¹ b ¹ c a = b = g = 900
Monoklinik a ¹ b ¹ c a - g - 900 ¹ b
Triklinik a ¹ b ¹ c a ¹ b ¹ g = 900
Hexagonal a = a ¹ c a = b = 900 ; g = 1200
Rombohedral a = b = c a = b = g ¹ 900

Konstanta kisi dapat dihitung dan diukur secara analitik dan dinyatakan dalam
jari-jari atom penyusun kristal tersebut. Konstanta kisi kristal juga dapat
ditentukan secara experimental, misalnya dengan difraksi sinar X.
Misalnya pada atom-atom BCC sebagaimana dibawah ini
Terlihat bahwa a sebagai konstanta kisi dan R sebagai jari-jari atom akan
memiliki hubungan sebagai berikut :
( √2 a )2 + ( a )2 = ( 4 R )2
3 a2 = ( 4 R )2
Sehingga akan didapat bahwa : a = (4/3 ) ( √3 ) R
Sistem kubik adalah sistem yang akan paling sering kita bahas karena
merupakan dasar dari pembelajaran sistem kristalin.

Kisi
Kisi keristal dapat dibagi menjadi tujuh ruang sistem pengisian ruang.
Sesuai dengan ketujuh sistem ini terdapat 14 pola titik, disebut kisi-kisi bravais
(Bravais Lattices). Tiga diantaranya adalah sistem kubik. Kubik sederhana
(sc/Simple Cubic), Kubik Pemuasatan Ruang (bcc), dan Kubik Pemusatan Sisi
(fcc). Sistem-sistem ini akan dibahas berulang kali sehingga dapat dipahami
dengan baik sebagai modal utama mempelajari sistem keristalin.

Kisi-kisi dibawah mendefinisikan suatu penglangan titik yang periodic,


setiap titik kisi memiliki lingkungan sekitar yang identic dengan titik- titik
lingkungan sekitar kisi yang lain. Jarak ke titik tetangga dana rah ke atom
tetangga selelu berulang. Pada kisi-kisi kubik yang sederhana, pengulangan terjadi
hanya ketiga arah orthogonal dari arah sumbu-sumbu kubik tersebut. Pada kisi
kubik pemuasatan ruang, pengulangan juga terdapat di pusat sel satuan. Pada sisi
kubik pemusatan sisi pengulangan terjadi pada pusat dari setiap bidang
permukaan kubus dan pada sudut-sudut kubus (tidak ada pengulangan dipusat
kubus).

Struktur Kubik
Besi berkristalisasi dalam sistem kubik, dalam suhu ruang terdapat atom
besi disetiap sudut dari sel satuan tersebut, dan sebuah atom yang lain dipust pusat
sel satua. Setiap atom besi didalam struktur logam bcc ini dikelilingi oleh delapan
atom terdekat, apakah atom ytersebut terletak di sudut ataupun dipusat sel satuan.
Oleh karena itu, setiap atom memiliki lingkungan sekitar yang sama. Ada dua
atom logam dalam setiap sel satuan bcc. Satu atom terletak dipsat dan delapan
oktan (seperdelapan bagian dari sebuah lingkaran) terletak pada kedelapan sudut.
Coba perhatikan gambar berikut ini :

Image result for jurnal kristal tatanan atomik

Gambar struktur Kubik Struktur kubik pemusatan ruang bcc logam dibuat model
skematik, struktur ini memiliki dua atom per sel satuandan factor tumpukan
atomic dan factor tumpukan atomic sebesar 0,68.
Struktur NonKubik
Yaitu memperllihatkan dua representasi dari sel satuan heksagonal, yang
artinya non kubik. Sudut-sudut didalam alasnya adalah 120º (dan 60º).
Representasi rhombik pada bagian (b) lebih mendasar, karena representasi ini
merupakan volume berulang yang terkecil; namun demikian, representasi
hexsagonal, yang sesungguhnya terdiri dari tiga sel rehombik, lebih sering
digunakan karena representasi ini memperlihatkan karakteristik-karakteristik
simetri hexagonal (lipat-enam) yang menjadi alasan bagi nama sel-satuan ini.

Ketidaksempurnaan pada Kristal (Cacat Kristal)


Berdasarkan struktur kristal, atom dalam setiap material tersusun secara teratur,
tetapi terdapat berbagai ketidaksempurnaan atau sering disebut dengan cacat
kristal. Cacat kristal ini terjadi pada suatu bahan padat yang dapat mempengaruhi
sifat fisis tertentu seperti mekanik atau sifat listrik. Cacat yang terdapat pada
kristal memiliki bermacam-macam bentuk di antaranya:

a) Cacat titik

Cacat titik terjadi karena adanya penyimpangan susunan periodik kisi terbatas
sekitar beberapa atom sehingga terjadi kekosongan atom (vacancy), sispan
(interstisi), dan perpindahan kedudukan atom tak murni disela kisi (anti site).
Penyimpangan susunan periodik kisi disekitar atom merupakan cacat dalam
konsentrasi yang besar dalam kesetimbangan termodinamika seiring
meningkatnya temperatur secara eksponensial. Kekosongan adalah kehilangan
sebuah atom dalam kristal yang disebabkan penumpukan yang salah ketika pada
proses kristalisasi, yaitu pada saat temperatur tinggi. Pada keadaan suhu tinggi,
energi thermal akan meningkat letak kisinya ke lokasi atomik terdekat. Sisipan
terjadi jika terdapat atom tambahan dalam struktur kristal, sedangkan untuk anti
site terjadi jika pemindahan ion dari kisi ke tempat sisipan.

b) Cacat garis

24 Cacat garis (planar), muncul karena adanya diskontinuitas struktural sepanjang


lintasan kristal (dislokasi), atau cacat akibat salah susun struktur kristal. Terdapat
dua bentuk dasar dislokasi yaitu: dislokasi tepi dan dislokasi sekrup. Pembentukan
dislokasi tepi akibat adanya gesekan antara kristal dengan arah slip secara sejajar.
Sedangkan dislokasi sekrup terjadi karena pergeseran atom dalam kristal secara
spiral.

c) Cacat planar

Dalam cacat planar terdapat batas butir, yaitu batas sudut kecil secara memadai
dapat digambarkan sebagai dinding vertikal terdiri dari dislokasi. Rotasi suatu
kristal relatif terhadap kristal lainnya seperti batas puntir, dihasilkan oleh jaringan
silang yang terdiri dari dua sel dislokasi ulir. Batas puntir ini adalah batas
sederhana yang memisahkan dua kristal yang memiliki perbaedaan orientasi kecil,
sedangkan batas butir memisahkan kristal yang mempunyai perbedaan sudut
orientasi besar.

d) Cacat volume

Cacat volume terjadi akibat pemanasan, iradiasi, deformasi sehingga terbentuk


void, gelembung gas dan rongga dalam kristal dimana sebagian berasal dari energi
permukaan (1 sampai 3 J/m3 ). Aliran plastis deformasi yang terjadi secara
berkesinambungan mengakibatkan jumlah dislokasi menjadi sangat besar dan
saling berkaitan sehingga menghambat gerak masing-masing dan mengakibatkan
plastis bahan semakin bertambah. Gejal ini disebut pengerasan, untuk
mengembalikan 25 kelentukan bahan yang mengalami pengerasan dilakukan
pemanasan kristal atau annealing. Kristal yang mengalami pengerasan
mengandung 1016 m dislokasi per meter kubik volumenya, hal ini dapat direduksi
dengan annealing menjadi sekitar 106 m (Arthur Beiser, 1992: 361)

Arah Kristal
Semua arah parallel menggunakan penandaan atau indeks yang sama oleh
karena itu untuk menandai suatu arah, ambil gari parallel yang melalui titik asal,
yaitu 0,0,0. Arah diberi tanda dengan koefisien dari suatu titik pad agaris tersebut.
Akan tetapi, Karen ajumlah titik pada garis tak terhingga banyaknya, kita secara
khusus memilih titik dengan set bilangan bulat terkecil. Jadi, arah [1 1 1] bergerak
dari 0, 0, 0 melewati 1, 1, 1 . namun perlu dicatat bahwa arah ini juga melalui ,
, (2, 2, 2). Begitu pula [ 1 1 2] melalui , , 1; tetapi demi kemudahan, kita
menggunakan notasi bilangan bulat. Untuk indeks arah digunakan tanda kurung-
siku [uvw], dan huruf u, v, dan w adalah koefisien yang berasal dari tiga arah
utama—x, y, dan z.Arah pararel selalu memiliki indeks yang
sama.Akhirnya,perhatikanlah bahwa kita mungkin saja memliki koefisien
negative,yang kita beri tanda garis atas; arah [ ] memiliki komponen dalam arah
minus-z. (Kita tidak menggunakan tanda koma di antara indeks.)

Bidang Kristal
Suatu kristal mengandung beberapa bidang atom; bidang-bidang ini
mempengaruhi sifat dan perilaku material,sehingga bermanfaat untuk
mengindentifkasi berbagai bidang dalam kristal.

Bidang isi yang paling mudah di kenali adalah bidang pembatas sel
satuan,tetapi terdapat pula banyak bidang lain.Bidang yang lebih penting bagi
pembahasan kita adalah bidang yang di gambarkan pada gambar di bawah.
Indeks Miller

Indeks miller adalah kebalikan dari ketiga perpotongan antara bidang dengan
sumbu,tanpa pecahan dan tanpa pelipatan yang sama.

Bidang yang mengandung sumbu atau melalui titik asal sepertinya dapat
menimbulkan masalah karena titik perpotongannya tidak dapat di identifikasi secara pasti.
Namun, karena semua bidang paralel memliki indeks yang sama, kita dapat mengatasi
maslah ini dengan titik asal.

BAB III – PENUTUP

Kesimpulan

System keistal merupakan padatan dengan periodisitas pentang panjang. Kristal-kristal


dapat dikelompokan dalam 7 didtem kristal berdasarkan sudut antara sumbu referensi,
dan periodisitas pola. Senagkan struktur kubik yaitu pemusatan ruang dan kubik
pemusatan sisi mendapatkan perhtian khusus, meski tidak menarik perhatian seluruhnya.

Pada bcc pola berulang degan tranlasi ± , ± , ± . Pada struktur fcc, dua diantara tiga
translasi ini menghasilkan replikasi. Berbagai sifat bergantung pada arah kristal. Indeks
arah sama dengan indeks garis melalui titik asal dan titik u, v, w. arah ini harus
merupakan bilangan bulat dengan kelipatan terkecil. Jadi, garis dari 0,0,0 ketitik pusat sisi
atas diberi

SARAN

Besar harapan kami terhadap bapak dosen khususnya dan umumnya pada para
pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun terhadap kami,
agar kami bisa lebih baik lagi dalam mendalami ilmu material bahan untuk
kedepannya.tanda [1 1 2] karena menuju titik : 1, 1, 2. Semua arah paralel memiliki
indeks yang sama. Kelompok arah <uvw> mecakup semua arah yang identic kecuali bila
kita memilih koordinat referensi lain. Bidang kristal diberi tanda indeks miller. Indeks
miller adalah kebalikan dari tiga perpotongan antara bidang dengan tiga sumbu, tanpa
pecahan dan tanpa kelipatan yang sama.

DAFTAR PUSTAKA
SITUS TERKAIT
http://www.matter.org.uk/matscicdrom/manual/xl.html
http://www.msm.cam.ac.uk/phase-trans/2001/intro.cryst.pdf

Anda mungkin juga menyukai