Tugas 3 Sistem Sosial Budaya Indonesia
Tugas 3 Sistem Sosial Budaya Indonesia
masalah pertama yakni konsistensi pemerintah dalam bidang hukum atau pembuatan
peraturan dan sulitnya melakukan harmonisasi antara UU Pemerintahan Daerah dengan UU
terkait.
Kedua, persepsi sepihak daerah mengenai kewenangannya yang acap kali lebih
mementingkan daerah sendiri tanpa mempertimbangkan secara sungguh-sungguh manfaatnya
dalam konteks lebih luas. Masalah kedua ini menunjukkan bahwa kendala tidak hanya
berasal dari pelaku di pusat, tapi juga pelaku di daerah, yang acapkali menonjolkan ego
sehingga menghambat daerah untuk berkembang dan menyempitkan makna kerjasama
antardaerah,"
Ketiga, hal rinci menyangkut kerumitan pengelolaan hubungan kewenangan daerah dan
antardaerah, dan keempat, adanya kolaborasi elite dan pengusaha dalam mengeksploitasi
daerah guna mencari keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa mempedulikan kemaslahatan
umum dan kesehatan lingkungan.
Otonomi daerah, sesuai dengan tujuan dibentuknya diharapkan mempunyai dampak yang
baik bagi daerah. Beberapa daerah berhasil membuktikannya. Artinya, otonomi daerah
mempunyai dampak positif. Dampak positif otonomi derah, antara lain :
Karena sudah ada landasan hukum dan pelaksanaannya. Dasar pelaksanaannya adalah
undang-2 otonomi daerah. Ketika Indonesia merdeka, konsep otonomi daerah sudah
diundangkan sebagaimana termuat dalam UU No. 1 Tahun 1945 yang kemudian mengalami
penggantian melalui UU No. 22/1948, UU No. 1/1957, UU No. 18/1965, UU No. 5/1974, UU
No. 22/1999, dan erakhir melalui UU No. 32 Tahun 2004. Dengan otonomi daerah, daerah
memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan
peranserta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan
kesejahteraan rakyat. Sejalan dengan prinsip tersebut dilaksanakan pula prinsip otonomi yang
nyata dan bertanggungjawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk
menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban
yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai
dengan potensi dan kekhasan daerah. Dengan demikian isi dan jenis otonomi bagi setiap
daerah tidak selalu sama dengan daerah lainnya.