Anda di halaman 1dari 58

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM

PENGUKURAN LISTRIK

Nama: ..............................................
NIM : ..............................................

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS JEMBER
2019

i
JADWAL PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Pertemuan 1 Kontrak Kuliah


Pertemuan 2 BAB I Penggunaan Alat Ukur
Pertemuan 3 Asistensi Percobaan 1
Pertemuan 4 BAB 2 Intrumentasi Bolak Balik
Pertemuan 5 Asistensi Percobaan 2
Pertemuan 6 BAB 3 Ohm Meter
Pertemuan 7 Asistensi Percobaan 3
Pertemuan 8 BAB 4 Volt Meter
Pertemuan 9 Asistensi Percobaan 4
Pertemuan 10 BAB 5 Watt Meter
Pertemuan 11 Asistensi Percobaan 5
Pertemuan 12 BAB 6 Lissa Jouse
Pertemuan 13 Asistensi Percobaan 6
Pertemuan 14 Tugas Besar
UJIAN PRAKTIKUM

iii
SOP & TATA TERTIB PRAKTIKUM

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Dosen hadir pada pelaksanaan praktikum
2. Teknisi dan asisten laboratorium harap selalu mengecek jadwal dan menyiapkan alat
maupun bahan praktikum
3. Pelaksanaan praktikum harus mengacu pada SOP & Tata Tertib Praktikum,
penjadwalan serta buku petunjuk praktikum yang telah disepakati bersama
4. Laporan praktikum berbentuk jobsheet/ LKS dengan nama "Buku Petunjuk Praktikum
(BPP)"
5. Data praktikum yang berupa angka atapun huruf dapat ditulis pada BPP
6. Data praktikum yang berupa gambar dapat dicetak kemudian ditempel pada BPP
7. Praktikum dilaksanakan 14 kali pertemuan ditambah ujian praktikum dengan jadwal
sesuai SISTER
8. Satu kali kegiatan praktikum sama dengan satu SKS sama dengan 150 menit dengan
kapasitas 20 mahasiswa
9. Kegiatan praktikum terdiri dari beberapa percobaan dengan jenis kegiatan antara lain
Pre-Test, Pengambilan Data, Post-Test, dan Asistensi
10. Tidak ada kegiatan praktikum yang diperbolehkan diluar jadwal praktikum

B. ASISTEN LABORATORIUM
1. Asisten laboratorium diperbolehkan memandu jalannya praktikum namun tetap dalam
pengawasan dosen
2. Asisten laboratorium tidak diperkenankan memberi hukuman/ sanksi serta penilaian
3. Asisten laboratorium diperbolehkan melakukan pengecekan data-data hasil praktikum

C. MAHASISWA
1. Mahasiswa wajib memakai jas lab saat pelaksanaan kegiatan praktikum. Bagi
mahasiswa yang tidak menggunakan jas lab dilarang mengikuti kegiatan praktikum.
2. Toleransi keterlambatan 15 menit bagi mahasiswa, terlambat lebih dari itu mahasiswa
dilarang mengikuti kegiatan praktikum
3. Jika dalam suatu percobaan mahasiswa tidak mengikuti salah satu dari kegiatan
tersebut, maka tetap diperbolehkan mengikuti kegiatan lain.
4. Tidak ada susulan bagi mahasiswa yang melewatkan pre-test, pengambilan data
maupun post-test. Hal ini berkaitan dengan tidak diperbolehkannya kegiatan praktikum
diluar jadwal praktikum. Namun, dosen diperbolehkan (tidak wajib) memberikan tugas
pengganti/ tambahan kepada mahasiswa untuk mengganti kegiatan yang dilewatkan.
5. Sama seperti perkuliahan, mahasiswa diperbolehkan mengikuti ujian praktikum jika
memenuhi 75% kehadiran
6. Mahasiswa WAJIB mengikuti setiap instruksi dosen pengampu. Setiap tindakan
mahasiswa dalam laboratorium yang diluar instruksi atau tanpa seizin dosen pengampu
dapat disanksi nilai nol.

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... ii
JADWAL PELAKSANAAN PRAKTIKUM ........................................................... iii
SOP & TATA TERTIB PRAKTIKUM .................................................................... iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................. v

BAB 1 PENGGUNAAN ALAT UKUR ………................................................... 1

BAB 2 INTRUMENTASI BOLAK BALIK.......................................................... 5

BAB 3 OHM METER............................................................................................ 12

BAB 4 VOLT METER........................................................................................... 24

BAB 5 WATT METER ......................................................................................... 25

BAB 6 LISSA JOUSE …………………………………………………………… 38

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 44

v
1 Penggunaan Alat Ukur

1.1 Tujuan Praktikum


1. Mahasiswa memahami dan mengerti penggunaan alat ukur
2. Mahasiswa mampu menggunakan alat ukur.

1.2 Landasan Teori


Multimeter adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur beda potensial
(tegangan), kuat arus dan tahanan. Alat ukur ini dilengkapi dengan suatu alat penyearah
sehingga dapat digunakan sebagai alat pengukur tegangan arus bolak-balik (AC/DC).
Pengukuran arus bolak-balik diperoleh dengan menggunakan sebuah penyearah untuk
mengubah arus bolak-balik menjadi arus searah. Dan menggunakan gerak arus searah
dengan menunjukkan bila arus bolak-balik. Elemen penyearah ini biasanya terdiri dari
dioda germanium atau silikon. Penyearah dalam instrument ini dengan menggunakan
rangkaian jembatan dan menghasilkan penyearah gelombang penuh. Kelebihan dari alat ini
dibandingkan dengan voltmeter dan amperemeter biasa adalah mempunyai banyak pilihan
batas ukur maksimum sehingga sangat praktisdalam penggunaannya.
Alat ukur dapat dirubah kemampuannya menjadi lebih besar batas ukur
maksimumnya. Akan sangat mudah apabila skala yang ditunjuk persis sama dengan nilai
yang telah di ukurnya. Masalahnya adalah ketika batas ukurnya telah berubah sedangkan
skalanya masih skala lama ada cara tersendiri untuk mengetahui nilai tersebut. Secara
umum cara untuk mendapatkan nilai tersebut adalah:
skala terbaca
nilai yang terukur = skala masksimum × batas ukur…………………. (2.1)

Sebagai contoh, batas ukur suatu alat adalah 250 volt, jarum penunjuk berada pada
skala 50 sedangkan skala maksimumnya 100, nilai terukurnya adalah 50/100 x 250 volt =

1 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
125 volt. Pada multimeter, biasanya disediakan skala pada masing-masing batas ukurnya.
Oleh karena itu perlu diusahakan menggunakan skala yang telah disediakan tersebut.
Namun jika tidak ada maka cara di atas dapat digunakan. Tetapi perlu dicatat skala untuk
DC tidak otomatis dapat digunakan sebagai skala AC atau sebaliknya. Hal ini terjadi karena
nilai pada AC adalah nilai efektifnya (karena besaran AC berubah secara periodik), yaitu
nilai setara dengan yang menghasilkan kalor yang sama ketika melalui suatu penghantar
dalam waktu yang sama.

1.3 Alat-alat dan Komponen


1. Multimeter Analog
2. Multimeter Digital
3. Power supply

1.4 Prosedur Percobaan


1. Siapkan Multimeter Analog dan Digital
2. Siapakan resistor 1K ohm, power supply 12 volt DC, dan sumber tegangan 220 AC.
3. Ukur masing-masing resistansi dan tengangan menggunakan multimeter analog dan
digital.
4. Bandingkan hasil pembecaan dari alat ukur.

1.5 Data Hasil Percobaan


No. Bahan Uji Multimeter Analog Multimeter Digital
1. Resistor 1 K
2. Sumber 12 V DC
3. Sumber 220 V AC

2 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
1.6 Analisis Data dan Pembahasan

3 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
4 Buku Petunjuk Praktikum
Pengukuran Listrik
1.7 Kesimpulan

1.8 Lembar Evaluasi


No Kegiatan Keterangan Nilai TTD/tanggal

1 Pre-Test

Pengambilan
2
Data

3 Asistensi

4 Post-Test

5 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
INSTRUMENTASI
2
BOLAK BALIK

2.1 Tujuan Praktikum


1. Mahasiswa memahami dan mengerti besaran-besaran dalam arus bolak-balik.
2. Mahasiswa memahami prinsip dan cara kerja arus bolak-balik.
3. Mahasiswa memahami cara pengukuran arus bolak-balik.
4. Mahasiswa mengetahui karekteristik penunjuk arus bolak-balik.

2.2 Landasan Teori


Multimeter adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur beda potensial
(tegangan), kuat arus dan tahanan. Alat ukur ini dilengkapi dengan suatu alat penyearah
sehingga dapat digunakan sebagai alat pengukur tegangan arus bolak-balik (AC/DC).
Pengukuran arus bolak-balik diperoleh dengan menggunakan sebuah penyearah untuk
mengubah arus bolak-balik menjadi arus searah. Dan menggunakan gerak arus searah
dengan menunjukkan bila arus bolak-balik. Elemen penyearah ini biasanya terdiri dari
dioda germanium atau silikon. Penyearah dalam instrument ini dengan menggunakan
rangkaian jembatan dan menghasilkan penyearah gelombang penuh. Kelebihan dari alat ini
dibandingkan dengan voltmeter dan amperemeter biasa adalah mempunyai banyak pilihan
batas ukur maksimum sehingga sangat praktisdalam penggunaannya.
Alat ukur dapat dirubah kemampuannya menjadi lebih besar batas ukur
maksimumnya. Akan sangat mudah apabila skala yang ditunjuk persis sama dengan nilai
yang telah di ukurnya. Masalahnya adalah ketika batas ukurnya telah berubah sedangkan
skalanya masih skala lama ada cara tersendiri untuk mengetahui nilai tersebut. Secara
umum cara untuk mendapatkan nilai tersebut adalah:
skala terbaca
nilai yang terukur = skala masksimum × batas ukur…………………. (2.1)
6 Buku Petunjuk Praktikum
Pengukuran Listrik
Sebagai contoh, batas ukur suatu alat adalah 250 volt, jarum penunjuk berada pada
skala 50 sedangkan skala maksimumnya 100, nilai terukurnya adalah 50/100 x 250 volt =
125 volt. Pada multimeter, biasanya disediakan skala pada masing-masing batas ukurnya.
Oleh karena itu perlu diusahakan menggunakan skala yang telah disediakan tersebut.
Namun jika tidak ada maka cara di atas dapat digunakan. Tetapi perlu dicatat skala untuk
DC tidak otomatis dapat digunakan sebagai skala AC atau sebaliknya. Hal ini terjadi karena
nilai pada AC adalah nilai efektifnya (karena besaran AC berubah secara periodik), yaitu
nilai setara dengan yang menghasilkan kalor yang sama ketika melalui suatu penghantar
dalam waktu yang sama.
Pengukuran arus bolak-balik diperoleh dengan menggunakan sebuah penyearah
untuk mengubah arus bolak-balik menjadi arus searah. Dan menggunakan gerak arus searah
dengan menunjukkan bila arus bolak-balik.
Instrument penyearah ini biasanya terdiri dari dioda germanium atau silikon.
Penyearah dalam instrumen ini dengan menggunakan rangkaian jembatan dan
menghasilkan penyearah gelombang penuh.Pada gambar dibawah ini ditunjukkan sebuah
rangkaian voltmeter arus bolak-balik yang terdiri dari tahanan pengali, penyearah rangkaian
jembatan dan gerak PMMC.
Penyearah rangkaian jembatan menghasilkan arus searah yang bergetar (pulsasi)
melalui gerak d’Arsonval (PMMC) selama satu siklus penuh dari tegangan masukan.
Disebabkan oleh inersia kumparan putar, maka alat ukur akan menunjukkan suatu
difleksi mantap yang sebanding dengan nilai arus rata-rata. Nilai arus dan tegangan bolak-
balik umumnya dinyatakan dalam nilai efektif (rms), oleh karena itu skala alat ukur
dikalibrasi dalam nilai efektif gelombang sinus.

Gambar 2.1. Rangakaian percobaan

7 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
Gambar 2.2. Arus yang disearahkan melalui gerak alat ukur
2.3 Alat-alat dan Komponen
1. VU-meter
2. KabelPenghubung
3. Dioda
4. Potensiometer
5. AVO-meter
6. Oskiloskop
7. Audio Generator
8. Project Board

2.3 Prosedur Percobaan


1. Rangkailah rangkaian seperti gambar diatas.
2. Pastikan rangkaian yang anda buat tersebut telah benar.
3. Masukkan 12Vpp dan 20 Vpp dari Function Generator melalui Oscilloscope.
4. Perhatikan apa yang terjadi pada VU Meter.
5. Bandingkan data yang ditunjukkan oleh VU Meter dengan Oscilloscope.
6. Buatlah sebuah kesimpulan dari percobaan tersebut.

Gambar 2.3. Gambar Kalibrasi VU.

8 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
Gambar 2.4. Gambar Rangkaian Dioda Bridge.
2.4 Data Hasil Percobaan
2.4.1 Range 10 Volt
VPP VDC(V) VU
2 0.4V

4 1.2V

9 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
6 2V

8 2.8V

10 3.5V

2.4.2 Range 50 Volt


VPP VDC(V) VU
2 0.4V

10 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
4 1.2V

6 2V

8 2.8V

10 3.7V

11 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
2.5 Analisis Data dan Pembahasan

12 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
13 Buku Petunjuk Praktikum
Pengukuran Listrik
2.6 Kesimpulan

2.7 Lembar Evaluasi


No Kegiatan Keterangan Nilai TTD/tanggal

1 Pre-Test

Pengambilan
2
Data

3 Asistensi

4 Post-Test

14 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
3 OHM METER

3.1 Tujuan Praktikum


1. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami prinsip kerja dari alat Ohmmeter.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengaplikasian dari alat
Ohmmeter.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara membaca Ohmmeter analog.

3.2 Landasan Teori


Alat ukur ini terdiri dari sebuah baterai yang dihubungkan seri dengan sebuah
tahanan pengatur R1. Tahanan yang akan diukur dihubungkan ke terminal A dan B, bila
tahanan yang tidak diketahui Rx = 0 ohm (A dan B terhubung singkat), arus melalui gerak
adalah 0 (nol). Jika Rx = ~ (A dan B terbuka) arus hanya mengalir ke gerak dan melalui
pengaturan R1 jarum dapat dibuat membaca skala penuh. Berarti ohm meter ini mempunyai
tanda 0 sebelah kiri (tanpa arus) dan tak terhingga disebelah kanan skala (deflesi paling
besar). Analisa Ohm Meter tipe Shunt dalam rangkaian bila Rx = ~, arus skala penuh
adalah :
E
Is =
R1+ Rm ………………………………….. (3.1)

Is = Jumlah arus yang melewati VUmeter


E = Tegangan Baterai
R1 = Tahanan Pembatas Arus
Rm = Tahanan dalam dari gerak

Ohmmeter digunakan untuk mengukur tahanan suatu sirkit atau komponen.


Sebelum melakukan pengukuran, lepaskan dahulu hubungan komponen yang akan diukur

15 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
dari bagian sirkit yang lain untuk menghindari kekeliruan dalam penunjukan yang mungkin
terjadi karena jalur-jalur tahanan yang paralel.
Ohmmeter yang sederhana memerlukan sumber listrik kering untuk mengalirkan
arus melalui suatu miliampermeter atau mikroampermeter. Secara proposional arus itu
berbanding terbalik dengan tahanan yang akan diukur. Suatu tahanan variabel akan
menyebabkan perubahan pada tegangan baterai dan penyesuaian indikasi tahanan nol ketika
kedua batang pengetes dipertemukan. Sebuah resistor tetap yang dihubungkan secara seri
membatasi arus sampai ukuran maksimum yang telah ditentukan, untuk menjaga kalau –
kalau resistor variabel tadi turun sampai nol.
Ketika kawat penguji dihubungkan secara singkat, maka jarum dari meter itu akan
menyimpang ke arah posisi skala penuh. Penunjukan skala penuh ini menunjukan bahwa
nilai harga tahanan itu sama dengan o ohm. Ini berarti tidak ada penambahan nilai tahanan
(terkecuali tahanan dalam diri ohm meter) itu telah dihubungkan dalam rangkaian.
Jika kawat penguji itu dilepaskan dari hubungan singkat, maka jarum dari meter tadi
akan melakukan gerakan penunjukan pada suatu harga atau tidak terhingga.
Dengan menambahkan tahanan kedalam rangkaian ohmmeter ini dapat
menyebabkan turunnya jumlah kuat arus yang mengalir kedalam rangkaian. Jadi, jarum
penunjuk tadi akan menyimpang kurang dari skala penuh.
Lain halnya pada beberapa tahanan tetap dengan nilai (harga) tahanan yang berbeda,
sebagaimana yang dipasang dan digunakan pada rangkaian ohmmeter secara paralel
(Shunt), pemakaian tahanan seperti ini dimaksudkan untuk mendapatkan penambahan batas
ukur.

3.3 Alat-alat dan Komponen


1 VU Meter
2 Jumper
3 Resistor 10 KΩ
4 Potensiometer
5 OHM Meter
6 Power Supply

16 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
3.4 Prosedur Percobaan
1. Menyusun rangkaian seperti pada gambar diatas.
2. Mengkalibrasi agar VU meter menunjukan angka maksimal
3. Mengukur R potensio dan R pada VU meter
4. Mengukur hambatan pada Rx dengan nilai Rx yang sudah di tentungan
menggunakan Ohm meter dengan skala yang di ubah-ubah ( x10, x100, x 1000)
5. Memuat kesimpulan dari data yang telah diperoleh.

Gambar 3.1. Rangkaian OhmMeter

3.5 Data Hasil Percobaan


No Rx VU AVO

1 1KΩ 10

17 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
100

1K

10

2 15kΩ
100

18 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
1K

10

100

3 6.8 KΩ

1K

19 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
10

100

4 22 KΩ

1K

10

5 10 KΩ
100

20 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
1K

10

100

6 5,6KΩ

1K

7 220KΩ 10

21 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
100

1K

10

100

8 330 Ω

1K

22 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
10

100

9 4.7 KΩ

1K

10

10 1.1 KΩ
100

23 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
1K

24 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
3.6 Analisis Data dan Pembahasan

25 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
26 Buku Petunjuk Praktikum
Pengukuran Listrik
3.7 Kesimpulan

3.8 Lembar Evaluasi


No Kegiatan Keterangan Nilai TTD/tanggal

1 Pre-Test

Pengambilan
2
Data

3 Asistensi

4 Post-Test

27 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
4 VOLT METER

4.1 Tujuan Praktikum


1. Mahasiswa mampu memahami tentang Volt Meter.
2. Mahasiswa mampu memahami cara menggunakan Volt Meter.
3. Mahasiswa mampu mengukur tegangan pada rangkaian listrik dengan benar.

4.2 Landasan Teori


Voltmeter terdiri dari galvanometer dan hambatan seri atau multiplier. Galvanometer
menggunakan prinsip hukum Lorentz, dimana interaksi antara medan magnet dan kuat arus
akan menimbulkan gaya magnetik. Gaya magnetik inilah yang menggerakan jarum
penunjuk sehingga menyimpang saat dilewati oleh arus yang melewati kumparan. Makin
besar kuat arus akan makin besar penyimpangannya, dan Volmeter DC dirancang dari
galvanometer.Pada dasarnya sebuah alat ukur kumparan putar seperti pada VU meter dan
Voltmeter menggunakan hukum dasar gaya elektromagnetik.kumparan tersebut akan
berputar di dalam medan magnet bila dialiri arus listrik. Fungsi kawat halus(serabut)
sebagai pembawa arus dari dan ke kumparan, keelastisan serabut halus tersebut
membangkitkan suatu torsi (gaya rotasional) yang melawan perputaran kumparan.
Kumparan akan terus berdefleksi (penyimpangan) sampai gaya elektromagnetiknya
menyeimbangi torsi mekanis lawan gantungan. Dengan demikian penyimpangan kumparan
merupakan ukuran bagi arus yang dibawa oleh kumparan tersebut.
Volmeter DC dapat kita dibangun dari sebuah galvanometer. Dapat kita lakukan dengan
menambah sebuah tahanan yang dipasang secara seri dengan galvanometer. Tahanan yang
kita pasang ini juga sering dikenal dengan tahanan pengali (multiplier). Fungsi dari tahanan
yang dipasang yaitu untuk membatasi arus yang mengalir pada alat ukur agar tidak
melebihi arus skala penuh (Idp).

28 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
Gambar 4.1 Rangkaian volt meter

Hukum Ohm menyatakan bahwa besarnya tegangan pada suatu cabang (V) yang
mengandung resistor (R) yang dialiri arus sebesar (I) adalah sama dengan hasil kali
resistansi dengan arus yang mengalir pada cabang tersebut atau dapat ditulis dalam bentuk
persamaan V = I . R. Hubungan antara I dan R adalah berbanding terbalik. Jika nilai I
semakin besar maka nilai R semakin turun.dan juga sebaliknya jika nilai R semakin besar
maka nilai I akan semakin kecil.

4.3 Alat-alat dan Komponen


1. VU meter
2. Kabel Penghubung
3. Resistor 1K5Ω
4. Potensio Meter
5. Ampere Meter
6. Power Supply

4.4 Prosedur Percobaan


1. Membuat rangkaian seperti gambar pada rangkaian percobaan.
2. Menghubungkan catu daya DC dengan rangkaian yang telah dirakit.
3. Menentukan Rm alat ukur terlebih dahulu.
4. Dengan dasar teori yang ada, kita menentukan dahulu nilai dari R1, R2, R3, R4 dan
R5.
29 Buku Petunjuk Praktikum
Pengukuran Listrik
5. Catat setiap perubahan yang terjadi.
6. Membaca gambar yang tertera pada VU Meterdan AVO Meter.
7. Membuat gambar yang tertera pada VU Meter dan Avo Meter.
8. Membandingkan antara nilai perhitungan dengan nilai alat ukur atau AVO Meter
yang telah digunakan.
9. Membuat sebuah kesimpulan.

Gambar 4.2. Kalibrasi rangkaian

Gambar 4.3. Rangkaian percobaan voltmeter

30 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
4.5 Data Hasil Percobaan
No Range VU AVO Osiloskop
1 2,5 0,5
volt volt

1,5
volt

2,5
volt

2 10 2 volt
volt

4 volt

31 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
6 volt

8 volt

10
volt

3 50 10
volt volt

15
volt

32 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
20
volt

33 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
4.6 Analisis Data dan Pembahasan

34 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
35 Buku Petunjuk Praktikum
Pengukuran Listrik
4.7 Kesimpulan

4.8 Lembar Evaluasi


No Kegiatan Keterangan Nilai TTD/tanggal

1 Pre-Test

Pengambilan
2
Data

3 Asistensi

4 Post-Test

36 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
5 WATT METER

5.1. Tujuan Praktikum


1. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara kerja dan prinsip kerja dari Watt meter
sebagai instrumen alat ukur.
2. Mahasiswa mampu menganalisa kebutuhan daya pada beban tertentu serta dapat
mengaplikasikan dengan benar.

5.2. Landasan Teori


Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir tiap satuan waktu. Muatan
listrik bisa mengalir melalui kabel atau penghantar listrik lainnya.
Hambatan listrik adalah perbandingan antara tegangan listrik dari suatu komponen
elektronik (misalnya resistor) dengan arus listrik yang melewatinya.
Tegangan listrik (kadang disebut sebagai Voltase) adalah perbedaan potensi listrik
antara dua titik dalam rangkaian listrik, dinyatakan dalam satuan Volt. Besaran ini
mengukur energi potensial sebuah medan listrik untuk menyebabkan aliran listrik dalam
sebuah konduktor listrik. Tergantung pada perbedaan potensi listrik satu tegangan listrik
dapat dikatakan sebagai ekstra rendah, rendah, tinggi atau ekstra tinggi.
Besarnya daya di dalam suatu rangkaian dapat ditentukan dengan mengalikan tegangan
dan arus. Bila jenis Watt-meter elektro dinamometer dihubungkan dengan kumparan
medannya secara seri dengan saluran, maka semua arus ke beban akan melewati kumparan
medan dan menghasilkan suatu medan magnetik yang sebanding dengan arus. Jika
kumparan gerak dan resistor dihubungkan sebagai Volt-meter dan terpasang pada saluran,
maka akan timbul medan magnetik di sekitar kumparan gerak yang sebanding dengan
tegangan pada rangkaian di dalam satu Watt-meter terdapat efek arus dan tegangan. Bila
arus diperbesar maka simpangan jarum penunjuk semakin besar. Dengan menaikkan

37 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
tegangan pada saluran, maka arus yang mengalir melalui kumparan gerak semakin besar,
mengakibatkan medan magnetik yang lebih kuat di sekitarnya, sehingga simpangan skala
semakin besar. Menaikkan arus atau tegangan atau keduanya akan menaikkan daya di
dalam rangkaian dan simpangan skala pada Watt-meter. Watt-meter dapat dikalibrasikan
dalam watt atau kilowatt. Watt-meter ini dapat digunakan untuk AC atau DC frekuensi
rendah.
Watt-meter selalu menunjukkan daya nyata (true power) pada rangkaian AC. Jika
tegangan dan arus saluran berlawanan fasa, maka kumparan medan pembawa arus dan
kumparan tegangan secara otomatis membiarkannya dan koreksi faktor daya tidak perlu.

5.3. Alat-alat dan Komponen


1 Watt-meter
2 Tang-meter
3 Kabel Penghubung
4 Bola Lampu
5 Saklar
6 MCB
7 AVO-meter

5.4. Prosedur Percobaan


1 Merangkai Watt-meter dengan bola lampu yang diinginkan seperti ditunjukkan
dalam gambar.
2 Dari rangkaian di atas berapa daya yang terpakai di Watt-meter.
3 Hubungkan bola lampu secara seri dan hitung serta ukurlah daya yang terpakai di
Watt-meter dengan mengetahui tegangan yang tertera.
4 Hubungkan bola lampu secara paralel dan hitung serta ukurlah daya yang terpakai
di Watt-meter dengan mengetahui tegangan yang tertera.
5 Nilai yang ditunjukkan akan mendekati perhitungan tapi tidak bisa diharapkan sama
persis.
6 Gambar semua rangkaian percobaan yang anda lakukan.
7 Membuat kesimpulan dari percobaan.

38 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
Gambar 5.1.. Rangkaian Watt-meter Seri

Gambar 5.2. Rangkaian Watt-meter Paralel

5.5. Data Hasil Percobaan


5.5.1. Rangkaian Seri
Lampu Tegangan (V) Arus (A) Hambatan (Ω) P perhitungan (W)
25 W
75 W
100 W

39 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
Lampu Cos ɸ P (W) Gambar

25 W

75 W

100 W

5.5.2. Rangkaian Paralel


Kondisi Tegangan (V) Arus (A)
25 W 75 W 100 W 25 W 75 W 100 W 25 W 75 W 100 W
N M M
M N M
M M N
N N N

Kondisi Hambatan (Ω) Cos ɸ


25 W 75 W 100 W 25 W 75 W 100 W 25 W 75 W 100 W
N M M
M N M
M M N
N N N

Kondisi P perhitungan (W)


Gambar
25 W 75 W 100 W 25 W 75 W 100 W
N M M

40 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
M N M

M M N

N N N

41 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
5.6. Analisis Data dan Pembahasan

42 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
43 Buku Petunjuk Praktikum
Pengukuran Listrik
5.7. Kesimpulan

5.8. Lembar Evaluasi


No Kegiatan Keterangan Nilai TTD/tanggal

1 Pre-Test

Pengambilan
2
Data

3 Asistensi

4 Post-Test

44 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
6 LISSA JOUSE

6.1 Tujuan Praktikum


1. Agar mahasiswa mengerti dan memahami serta dapat mengoperasikan
Oscilloscope sebagai sebuah alat ukur yang berfungsi untuk mengetahui pengaruh
sebuah gelombang
2. Mahasiswa mampu memahami tentang gelombang lissa jous
3. Dapat mengoperasikan osiloskop sesuai dengan fungsinya

6.2 Landasan Teori


Lukisan Lissa jous adalah lukisan hasil perpaduan antara dua getaran harmonik yang
saling tegak lurus. Fenomena fisis lukisan Lissajous ini merupakan gejala fisis yang
abstrak. Untuk mengetahui pengaruh besar frekuensi kedua getaran, pengaruh amplitudo
kedua getaran dan pengaruh beda fase antara kedua getaran terhadap lukisan Lissajous
diperlukan osiloskop. Solusi secara analitik dari model matematika lukisan Lissajous juga
bisa dilakukan. Memperdalam konsep lukisan Lissajous menggunakan simulasi, osiloskop
dan metode analitik masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Dua metode
terakhir sering mengalami kesulitan dalam memanipulasi variabel-variabelnya, apalagi
kalau ditinjau dari fleksibelitasnya, dua metode terakhir ini masih kalah dibanding dengan
metode eksperimen virtual (simulasi komputer). Dengan menggunakan Software Easy Java
Simulation kesulitan-kesulitan tersebut dengan mudah dapat diatasi. Karena dengan
menggunakan softaware Ejs tidak saja mudah dan menarik cara pengoperasiannya karena
sangat interaktif, tetapi juga mudah dalam membuat simulasinya. Jika ada dua gerak
harmonis sederhana dengan arah saling tegak lurus, masing-masing, x = A1 * cos(w1*t), (
arah horizontal) dan y = A2 * cos(w2*t + d), ( arah vertical). Dimana Ai adalah amplitude

45 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
masing-masing gerak harmonis sederhana, wi adalah kecepatan sudut masing gerak
harmonis sederhana dan d adalah beda fase antara kedua gerak tersebut, maka
superposisinya akan membentuk lukisan Lissajous. Hasil superposisi dari kedua gerak
tersebut bergantung dari perbandingan antara kecepatan sudut kedua gerak w1/w2 tersebut
dan beda fasenya (d).
Gambar Lissa Jous dihasilkan bila gelombang sinus dimasukkan secara bersamaan ke
plat-plat defleksi horizontal dan vertikal CRO. Frekuensi sinyal vertical adalah dua kali
frekuensi sinyal horizontal, sehingga bintik CRT bergerak dengan dua siklus dalam arah
vertical dibanding terhadap satu siklus dalam arah horizontal.
Bila sinyal horizontal lebih besar, sumbu panjang Elips akan terletak sepanjang sumbu
horizontal. Dalam hal elips yang terbentuk karena perbedaan fase selain dari 90 0 suatu
perubahan hubungan antara tegangan-tegangan defleksi mempunyai efek yang serupa

6.3 Alat-alat dan Komponen


1. Oscilloscope
2. 2 Function Generator
3. Probe
4. Jumper

6.4 Prosedur Percobaan


1. Susunlah rangkaian seperti pada gambar diatas.
2. Aturlah Function Generator sebesar 5 Vpp.
3. Tentukan frekuensi Function Generator pertama sebagai patokan sebesar 1 Khz.
4. Tentukan frekuensi Function Generator yang kedua sebagai pembanding.
5. Aturlah channel Oscilloscope pada posisi channel 2.
6. Aturlah posisi Time/Div pada posisi paling besar.
7. Amati apa yang terjadi pada Oscilloscope tersebut.
8. Buatlah sebuah kesimpulan dari percobaan tersebut.

46 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
Gambar 6.1. Rangkaian percobaan lissa jouse

6.5 Data Hasil Percobaan


Frekuensi Frekuensi
Rasio
NO Gelombang Gelombnag 2 Gamabr Gelombang
Gelombang
1(Hz) (Hz)
1 100 100 1:1

2 200 400 1:2

3 300 200 3:2

47 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
4 300 300 1:1

5 500 300 5:3

6 400 800 1:2

7 300 800 3:8

48 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
6.6 Analisis Data dan Pembahasan

49 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
50 Buku Petunjuk Praktikum
Pengukuran Listrik
6.7 Kesimpulan

6.8 Lembar Evaluasi


No Kegiatan Keterangan Nilai TTD/tanggal

1 Pre-Test

Pengambilan
2
Data

3 Asistensi

4 Post-Test

51 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik
DAFTAR PUSTAKA

Soedjana Sapiie, 1982, “ Pengukuran dan Alat-alat Ukur Listrik “,Pradnya


Paramita, Jakarta.

52 Buku Petunjuk Praktikum


Pengukuran Listrik

Anda mungkin juga menyukai