Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini


menyebabkan tingginya kebutuhan akan pemanfaatan energi di berbagai aspek
kehidupan. Salah satu sumber energi yang paling banyak digunakan hingga saat ini
adalah sumber energi listrik. Energi listrik mempunyai banyak keunggulan
dibandingkan sumber energi lain, demikian juga sebaliknya. Hal inilah yang
menyebabkan energi listrik merupakan salah satu pilihan utama pemakaian energi.
Tingginya kebutuhan akan tenaga listrik tersebut, maka dibutuhkan suatu
sistem pengelolaan energi listrik, ini agar energi listrik tersebut dapat dimanfaatkan
secara maksimal guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan energi listrik saat ini
maupun di masa mendatang. Oleh karena itu, diperlukan suatu perencanaan sistem
tenaga listrik seperti desain sistem pembangkit, jaringan transmisi dan sistem
jaringan distribusinya.
Salah satu bagian dari sistem tenaga listrik yang menyalurkan energi listrik
dari pusat pembangkit sampai ke konsumen atau pelanggan adalah sistem distribusi.
Sedangkan salah satu komponen sistem distribusi yang memegang peranan cukup
penting dalam penyaluran daya adalah transformator dan jaringan distribusinya.
Sistem distribusi mempunyai fungsi yang penting sebagai komponen dari
sistem tenaga listrik khususnya dalam penyaluran tenaga listrik kekonsumen maka
perlu dilakukan suatu studi sebagai salah satu upaya memaksimalkan pemenuhan
kebutuhan energi listrik terhadap konsumen (masyarakat).

1
1.2 Tujuan
Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan bagian-bagian dan fungsi peralatan/bahan konstruksi dan
Jaringan Tegangan Menengah (JTM) dan Jaringan Tegangan Rendah
(JTR),
2. Mendeskripsikan panel hubung bagi (PHB) sistem distribusi

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Penyaluran Tenaga Listrik

Sistem penyaluran energi listrik terbagi dalam beberapa bagian yang disebut
dengan Sistem Tenaga Listrik (STL) pada gambar 2.1 di mana sistem ini adalah
rangkaian instalasi penyaluran listrik yang terbagi menjadi :

Gambar 2.1 Instalasi Penyaluran Listrik

1. Pembangkitan

Pembangkitan adalah proses di mana listrik dibangkitkan yang berasal dari


pengubahan energi, contohnya antara lain PLTA (Pusat Listrik Tenaga Air)
dari energi air, PLTU (Pusat Listrik Tenaga Uap) dari uap panas, PLTD (Pusat
Listrik Tenaga Diesel) yang memakai bahan bakar minyak dan masih banyak
lagi. Bagian utama dari pembangkit listrik ini adalah generator, yakni mesin
berputar yang mengubah energi mekanis menjadi energi listrik dengan
menggunakan prinsip medan magnet dan penghantar listrik. Mesin generator

3
ini diaktifkan dengan menggunakan berbagai sumber energi yang sangat
bemanfaat dalam suatu pembangkit listrik. Tegangan listrik yang dihasilkan
oleh generator pembangkit listrik sekitar 12 kV – 20 kV dan disalurkan ke
Transmisi, sebelum masuk ke Transmisi tegangan di naikkan (Step-up) oleh
Trafo Step Up.

2. Transmisi / Penyaluran

Sistem Transmisi berfungsi menyalurkan tenaga listrik dari pusat


pembangkit ke pusat beban melalui saluran transmisi. Saluran transmisi akan
mengalami rugi-rugi tenaga, maka untuk mengatasi hal tersebut tenaga yang
akan dikirim dari pusat pembangkit ke pusat beban harus ditransmisikan
dengan tegangan tinggi maupun tegangan ekstra tinggi atau yang lebih dikenal
dengan nama SUTT ( Saluran Udara Tegangan Tinggi) dan SUTET (Saluran
Udara Tegangan Ekstra Tinggi).

3. Distribusi

Sistem Distribusi berfungsi mendistribusikan tenaga listrik ke konsumen


yang berupa pabrik, industri, perumahan dan sebagainya. Transmisi tenaga
dengan tegangan tinggi maupun ekstra tinggi pada saluran transmisi di rubah
pada gardu induk (GI) menjadi Tegangan Menengah (TM) atau tegangan
distribusi primer, yang selanjutnya diturunkan lagi pada GARDU
DISTRIBUSI menjadi Tegangan Rendah (TR) atau tegangan distribusi
sekunder untuk konsumen. Prinsip kerja dalam sistem tenaga listrik dimulai
dari bagian pembangkitan kemudian disalurkan melalui sistem jaringan
transmisi kepada gardu induk dan dari gardu induk ini disalurkan melalui
saluran distribusi Tegangan Menengah ke gardu-gardu distribusi untuk
selanjutnya di salurkan ke pelanggan melalui saluran distribusi Tegangan
Rendah serta dilengkapi KWH meter dengan pembatas yang berfungsi untuk
membatasi dan mengukur atau menghitung pemakaian pelanggan.

4
4. Konsumen

Konsumen adalah pemakaian jasa tenaga listrik. Konsumen biasa (untuk


rumah tinggal atau kantor) biasanya memakai tegangan rendah yang disebut
Konsumen TR dengan tegangan pakai 380/220 Volt, konsumen TR ini
menerima suplai listrik dari Saluran Distribusi Sekunder. Pemakaian listrik
untuk bisnis seperti mall, hotel dan lain-lain, maupun industri menengah
biasanya menggunakan listrik tegangan menengah yang disebut dengan
konsumen TM, konsumen TM ini mendapat supply listrik langsung dari
penyulang Distribusi Primer. Konsumen Industri besar seperti pabrik semen
dan lain-lain yang membutuhkan daya listrik besar biasanya berlangganan
listrik tegangan tinggi yang disebut konsumen TT di mana supply listrik
biasanya langsung didapatkan dari saluran transmisi tegangan tinggi.

2.2 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

Distribusi tenaga listrik adalah tahap akhir dalam pengiriman tenaga listrik;
ini merupakan proses membawa listrik dari sistem transmisi listrik menuju ke
konsumen listrik. Gardu distribusi terhubung ke sistem transmisi dan menurunkan
tegangan transmisinya dengan menggunakan trafo. Distribusi ini dibagi menjadi
dua bagian yaitu:

 Distribusi Primer yaitu jaringan distribusi yang berasal dari jaringan


transmisi yang diturunkan tegangannya di Gardu Induk (GI) menjadi
Tegangan Menengah (TM) dengan nominal tegangan 20 kV yang biasa
disebut JTM (Jaringan Tegangan Menengah) lalu disalurkan ke lokasi-
lokasi pelanggan listrik kemudian di turunkan tegangannya di trafo pada
gardu distribusi untuk disalurkan ke pelanggan.

5
 Distribusi Sekunder yaitu jaringan distribusi dari gardu distribusi untuk di
salurkan ke pelanggan dengan klasifikasi tegangan rendah yaitu 220 V atau
380 V (antar fasa). Pelanggan yang memakai tegangan rendah ini adalah
pelanggan paling banyak karena daya yang dipakai tidak terlalu banyak.
Jaringan dari gardu distribusi dikenal dengan JTR (Jaringan Tegangan
Rendah), lalu dari JTR dibagi-bagi untuk ke rumah pelanggan, saluran yang
masuk dari JTR ke rumah pelanggan disebut Sambungan Rumah (SR).
Pelanggan tegangan ini banyaknya menggunakan listrik satu fasa, walau ada
beberapa memakai listrik tiga fasa.

Konsumen rumah tangga maupun komersil biasanya terhubung dengan


jaringan distribusi sekunder melalui sambungan rumah listrik. Konsumen yang
membutuhkan tegangan yang lebih tinggi dapat mengajukan permohonan untuk
langsung terhubung dengan jaringan distribusi primer, atam ke level subtransmisi.
Adapun bagian-bagian dari system distribusi yaitu:

1. Bulk power supply (Sumber daya besar)


Berupa gardu-gardu induk yang di-supply oleh pembangkit daya utama
melalui saluran transmisi atau dapat pula berupa suatu pembangkit tenaga
listrik.
2. Gardu induk
Biasanya melalui suatu daerah tertentu dan dari gardu ini tegangan sub
transmisi diturunkan ke tegangan distribusi primer.
3. Distribusi primer
Distribusi primer sering disebut Sistem Jaringan Tegangan Menengah
(JTM) dengan tegangan operasional nominal 20 kV.
4. Gardu distribusi
Berguna untuk menurunkan tegangan sampai ke tegangan pemakai.
Biasanya pada gardu distribusi ditempatkan alat ukur seperti voltmeter,
amperemeter, kWh-meter dan lain-lain.

6
5. Distribusi sekunder
Distribusi sekunder sering disebut Sistem jaringan Tegangan Rendah (JTR)
dengan tegangan operasi nominal 380/220 Volt.

2.3 Jaringan Distribusi Primer

Saluran distribusi primer atau biasa disebut Jaringan Tegangan Menengah


(JTM) terletak pada sisi primer trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder trafo
substation berada di Gardu Induk (GI) dengan titik primer trafo distribusi. Saluran
ini memiliki tegangan kerja menengah 20 kV.

Sistem distribusi primer digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari GI


distribusi ke pusat-pusat beban. Sistem ini dapat menggunakan kabel udara maupun
kabel tanah sesuai dengan tingkat keandalan yang diinginkan dankondisi serta
situasi lingkungan. Saluran distribusi ini direntangkan sepanjang daerah yang akan
disuplai tenaga listrik sampai ke pusat beban. Baik buruknya suatu sistem distribusi
dinilai dari bermacam-macam faktor, diantaranya menyangkut hal-hal seagai
berikut:

1. Kontinuitas pelayanan
Yaitu meminimalkan jumlah dan lama padam daerah konsumen yang terjadi
akibat adanya gangguan ataupun sedang terjadi pemeliharaan.
2. Efesiensi
Efesiensi yang dimaksud adalah mengurangi rugi-rugi daya atau losser yang
terjadi pada jaringan distribusi dengan meningkatkan keandalan alat-alat
jaringan distribusi.
3. Fleksibilitas
Diharapkan agar sistem jaringan distribusi dapat berkembang sesuai
kemajuan teknologi yang berdampak pada meningkatnya kualitas
penyaluran tenaga listrik untuk konsumen.
4. Regulasi tegangan
Pengaturan tegangan baik dari Gardu Induk, saluran transmisi ataupun pada
pembagkit sangat penting agar kontinuitas tenaga listrik tetap terjaga.

7
5. Harga sistem
Dalam pembangunan jaringan distribusi perlu diperhatikan kualitas
komponen-komponen yang digunakan agar keandalan jaringan distribusi
tetap terjaga.

2.4 Jaringan Distribusi Sekunder

Saluran Distribusi sekunder atau biasa disebut Jaringan Tegangan Rendah


(JTR) terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan
titik cabang menuju beban. Saluran ini memiliki tegangan kerja 380/220 Volt.
Sistem distribusi sekunder digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu
distribusi ke beban-beban yang ada di konsumen. Pada sistem distribusi sekunder,
bentuk saluran yang paling banyak digunakan adalah bentuk radial. Sistem
tegangan rendah ini langsung akan dihubungkan kepada konsumen/pemakai tenaga
listrik.

2.5 Gardu Distribusi


Pengertian umum Gardu Distribusi tenaga listrik yang paling dikenal adalah
suatu bangunan gardu listrik berisi atau terdiri dari instalasi Perlengkapan Hubung
Bagi Tegangan Menengah (PHB-TM), Transformator Distribusi (TD) dan
Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) untuk
memasok kebutuhan tenaga listrik bagi para pelanggan baik dengan Tegangan
Menengah (TM 20 kV) maupun Tegangan Rendah (TR 220/380V).

Secara garis besar gardu distribusi menurut konstruksi pembuatanya ada 3


jenis :

1. Gardu beton atau gardu tembok


Yaitu sebuah gardu yang seluruh komponen utama instalasinya seperti
transformator dan peralatan proteksi terangkai di dalam sebuah bangunan
sipil yang di rancang, di bangun dan di fungsikan dengan kontruksi pasangan

8
batu dan beton. Konstruksi bangunan gardu ini bertujuan untuk memenuhi
persyaratan terbaik bagi sistem keamanan ketenagalistrikan.

Cara mudah membedakanya yaiu Gardu ini lebih cendrung seperti


bangunan sipil dan memiliki halaman cukup luas. Contoh fisik dari gardu
tembok/beton dapat dilihat dari gambar 2.2 berikut.

Gambar 2.2 Gardu Beton

2. Gardu Tiang
Merupakan sebuh Gardu distribusi tenaga listrik yang komponen
kontruksi utamanya menggunakan Tiang, Tiang tersebut bisa berupa tiang
beton atau tiang besi, yang memiliki kekuatan beban kerja sekurang
kurangnya 500 dan dan memmiliki panjang 11, 12 bahkan 13 meter sesuai
dengan kebutuhan dan lokasi pendiriannya.

Secara garis besarnya, Gardu Tiang ini ada 2 jenis, yaitu :


a. Gardu Portal
Yaitu gardu distribusi tenaga listrik tipe terbuka ( out-door ), dengan
memakai kontruksi dua tiang atau lebih. Tempat kedudukan
Transformator sekurang kurangya 3 meter di atas permukaan tanah.
Dengan sistem proteksi di bagian atas dan papan hubung bagi tegangan di

9
bagian bawah untuk memudahkan kerja teknis dan pemeliharaan. Contoh
fisik dari gardu portal dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut:

Gambar 2.3 Gardu Portal

b. Gardu Cantol
Yaitu tipe gardu distribusi tenaga listrik dengan transformator,
proteksi, dan papan hubung bagi tegangan rendah ( PHBTR ) di cantokan
atau dipasang langsung pada tiang yang memiliki kekuatan minimal 500
dAn. Bentuk fisik dari gardu cantol dapat dilihat dari gambar 2.4 berikut:

Gambar 2.4 Gardu Cantol

10
3. Gardu Kios / Gardu Metal Clad
Yaitu gardu distribusi tenaga listrik yang kontruksi pembuatanya terbuat
dari bahan kontruksi baja, fiberglas atau kombinasinya. Gardu ini dibangun
di lokasi yang tidak memungkinkan didirikanya gardu beton atau gardu
tembok. Karna sifatnya mobilitas, maka kapasitas transformator yang
terpasang terbatas yakni maksimum 400 kva.
Ada beberapa jenis gardu kios ini, seperti gardu kios kompak, gardu kios
modular dan gardu kios bertingkat. Husus untuk gardu kompak, seluruh
komponen utama gardu sudah dirangkai selengkapnya di pabrik, sehingga
pembuatan gardu ini lebih cepat di banding pembuatan gardu beton.

2.6 Transformator Distribusi


Transformator distribusi adalah suatu transformator yang berfungsi menerima
tegangan dari jaringan distribusi primer yang bertegangan menengah dan
menurunkan tegangan tersebut ke tingkat tegangan rendah, yaitu 220/380 volt Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam transformator Distribusi yaitu, yaitu :

a) Jumlah fasa
Berdasarkan jumlah fasanya transformator dibagi dibagi atas 2 (dua)
macam, yaitu :
· Transformator 3 fasa
· transformator 1 fasa

b) Tegangan nominal
Tegangan nominal adalah tegangan kerja yang mendasari perencanaan
dan pembuatan instalasi serta peralatan listrik. Berdasarkan tegangan
nominalnya, transformator distribusi dapat digolongkan ke dalam beberapa
bagian yaitu :
 Tegangan primer Transformator distribusi harus disesuaikan dengan
tegangan nominal pada sistem jaringan distribusi primer yang berlaku.

11
Adapun tegangan jaringan distribusi primer yang berlaku adalah 6 kV, 12
kV, dan 20 kV.
 Tegangan sekunder yaitu tegangan nominal pada sisi sekunder
transformator distribusi yang disesuaikan dengan tegangan distribusi
sekunder yang berlaku di Indonesia, yaitu 220/380 V.
c) Daya nominal
Daya nominal adalah daya yang mendasari pembuatan dan peralatan
listrik. Berdasarkan daya nominalnya dapat di kelompokkan transformator
distribusi sebagai berikut yaitu 50 kVA, 75 kVA, 100 kVA, 125 kVA, 160
kVA, 200 kVA, 250 kVA, 315 kVA, 400 kVA, 500 kVA, 630 kVA, 800
kVA, 1000 kVA, 1250 kVA, dan 1600 kVA.

Kapasitas dari suatu transformator distribusi untuk 3 fasa ditentukan oleh


jumlah maksimum beban yang dilayani (daya yang terpasang) ditambahkan
dengan perkembangan beban dikemudian hari (cadangan).

2.7 Peralatan Penunjang


2.7.1 Tiang

Tiang berfungsi sebagai penyangga kawat agar berada di atas tiang dengan
jarak aman sesuai dengan ketetentuan. Terbuat dari bahan yang kuat menahan
beban tarik maupun tekan yang berasal dari kawat penghantar ataupun tekanan
angin. Menurut bahannya tiang listrik terdiri dari tiang kayu, tiang besi dan tiang
beton:
a. Tiang kayu
Tiang kayu terbuat dari kayu yang tahan perubahan cuaca(panas dan
hujan) dan tidak mudah rapuh oleh bahan-bahan lain yangada di dalam
tanah, tidak dimakan rayap atau binatang pangerat. Jeniskayu yang banyak
dipakai menjadi tiang antara lain kayu rasamala. Pada saat ini tiang kayu sudah
jarang digunakan lagi dengan alas an ekonomis, yaitu tiang dari bahan beton
lebih murah harganya.

12
b. Tiang besi
Tiang besi terbuat dari bahan baja (steel) terdiri dari 2 atau 3susun pipa
dengan ukuran berbeda yang bagian atas lebih kecil dari bagian di
bawahnya, setiap pipa disambung, bagian yang lebih kecil dimasukkan ke
dalam bagian yang lebih besar sepanjang 50 cmd ipasang pen dan dilas.

c. Tiang beton
Tiang beton terbuat dari bahan campuran semen, pasir dan batu split,
dicor dengan kerangka besi baja. Bentuk tiang beton ada 2 macam, yaitu
berbentuk profil H dan berbentuk bulat. Tiang berbentuk profil H konstruksi
kerangka besi yang diregangkan dengan kekuatan tertentu sesuai dengan
kekuatan tiang, dicor dengan bahan campuran beton menggunakan cetakan.
Bahan campuaran beton di pres sampai padat pada cetakannya, dipanasi
beberapa saat sampai mengeras.

2.7.2 Isolator
Fungsi utama isolator adalah sebagai penyekat listrik pada penghantar
terhadap penghantar lainnya dan penghantar terhadap tanah. Tetapi karena
penghantar yang disekatkan tersebut mempunyai gaya mekanis berupa berat dan
gaya tarik yang berasal dari berat penghantar itu sendiri, dari tarikan dan karena
perubahan akibat temperatur dan angin, maka isolator harus mempunyai
kemampuan untuk menahan beban mekanis yang harus dipikulnya. Untuk
penyekatan terhadap tanah berarti mengandalkan kemampuan isolasi antara kawat
dan batang besi pengikat isolator ke travers, sedangkan untuk penyekatan antar fasa
maka jarak antara penghantar satu dengan yang dilakukan adalah memberi jarak
antara isolator satu dengan lainnya dimana pada kondisi suhu panas sampai batas
maksimum dan angin yang meniup sekencang apapun dua penghantar tidak akan
saling bersentuhan.

13
Bahan isolator untuk SUTM adalah porselin/keramik yang dilapisi glazur
dan gelas, tetapi yang paling banyak adalah dari porselin ketimbang dari gelas,
dikarenakan udara yang mempunyai kelembaban tinggi pada umumnya di
Indonesia isolator dari bahan gelas permukaannya mudah ditempeli embun. Warna
isolator pada umumnya cokelat untuk bahan porselin dan hijau-bening untuk bahan
gelas. Berdasarkan beban yang dipikulnya isolator dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

a. Isolator Tumpu (Pin Isolator)


Beban yang dipikul oleh isolator berupa beban berat penghantar, jika
penghantar dipasang di bagian atas isolator ( top side ) untuk tarikan dengan
sudut maksimal 2° dan beban tarik ringan jika penghantar dipasang di
bagian sisi leher isolator untuk tarikan dengansudut maksimal 18°. Isolator
dipasang tegak lurus di atas travers. Pada gambar 2.5 contoh gambar fisik
dari isolator tumpu.

Gambar 2.5 Isolator Tumpu

b. Isolator Tarik (Strain Isolator)


Beban yang dipikul oleh isolator berupa beban berat
penghantar ditambah dengan beban akibat pengencangan (tarikan)
penghantar, seperti pada konstruksi tiang awal/akhir, tiang sudut,
tiang percabangan dan tiang penegang. Isolator dipasang di bagian sisi
Travers atau searah dengan tarikan penghantar. Penghantar diikat dengan

14
Strain Clamp dengan pengencangan mur-bautnya. Dapat dilihat pada
gambar 2.6 contoh gambar fisik dari isolator Tarik.

Gambar 2.6 Isolator Tarik

2.7.3 Travers
Travers adalah bagian dari SUTM yang digunakan untuk tampat sangkutan
atau dudukan isolator sehingga dapat memisahkan penghantar/fasa yang satu
dengan yang lain pada jarak yang diizinkan. Travers dipasang pada ujung tiang,
kekuatan gaya tarik travers disesuaikan dengan beban kerja tiang yang telah
dihitung sedemikian rupa sehingga kuat terhadap gaya tarik kawat penghantar.
Dapat dilihat contoh fisik dari travers pada gambar 2.7 berikut:

Gambar 2.7 Travers

15
2.7.4 Sekur
Sekur atau tupang adalah alat untuk memperkuat kedudukan tiang dan
menahan gaya lentur yang terjadi pada tiang akibat dari gaya tarik kawat-kawat
saluran udara tegangan menengah. Menurut bentuknya sekur/tupang dibagi dua
macam, yaitu :
a. Sekur/Tupang Tarik
Terbuat dari kawat baja dimana ujung-ujungnya diklem pada bagian
atas dan pada balok beton yang ditanam sebagai pondasi. Fungsi dari
sekur/tupang tarik ini adalah mengimbangi gaya tarik kawat tegangan
menengah maupun gaya tarik akibat dari perubahan arah trace tegangan
menengah sehingga tiang tetap berdiri lurus.
Sekur/tupang tarik ini digunakan pada medan yang berbentuk sudut
00 hingga 900 dimana daya tarik kawat memberi gaya vertikal berlawanan
arah dengan penarikan kawat. Pada gambar 2.8 dapat dilihat contoh dari
tupang Tarik.

Gambar 2.8 Sekur/Tupang Tarik

16
b. Sekur/Tupang Tekan

Terbuat dari tiang manasmen dimana fungsinya sama seperti


sekur/tupang tarik dan ukuran-ukuran tiang manasmen yang akan
dipergunakan disesuaikan dengan keperluan. Sekur/tupang tekan
digunakan pada sudut yang dibentuk oleh saluran distribusi antara 1800
sampai di bawa 3600. Pada contoh 2.9 merupakan contoh dari tupang
tekan.

Gambar 2.9 Sekur/Tupang Tekan

2.7.5 Proteksi Gardu Distribusi


a. Lightning Arrester
Lightning arrester adalah suatu alat pengaman yang melindungi
jaringan dan peralatannya terhadap tegangan lebih abnormal yang terjadi
karena sambaran petir (flash over) dan karena surja hubung (switching
surge) di suatu jaringan. Lightning arrester ini memberi kesempatan yang
lebih besar terhadap tegangan lebih abnormal untuk dilewatkan ke tanah
sebelum alat pengaman ini merusak peralatan jaringan seperti tansformator
dan isolator. Oleh karena itu lightning arrester merupakan alat yang peka
terhadap tegangan, maka pemakaiannya harus disesuaikan dengan tegangan
sistem.
Arrester petir atau disingkat arrester adalah suatu alat pelindung bagi
perala\tan system tenaga listrik terhadap surya petir. Alat pelindung
terhadap gangguan surya ini berfungsi melindungi peralatan system tenaga
listrik dengan cara membatasi surja tegangan lebih yang dating dan

17
mengalirkannya ketanah. Disebabkan oleh fungsinya, Arrester harus dapat
menahan tegangan system 50 Hz untuk waktu yang terbatas dan harus dapat
melewatkan surja arus ke tanah tanpa mengalami kerusakan. Pada gambar
2.10 dapat dilihat contoh fisik dari Lightning Arrester.

Gambar 2.10 Lightning Arrester

a. Fuse Cut Out (FCO)


Fuse cut out (sekring) adalah suatu alat pengaman yang melindungi
jaringan terhadap arus beban lebih (over load current) yang mengalir
melebihi dari batas maksimum, yang disebabkan karena hubung singkat
(short circuit) atau beban lebih (over load). Konstruksi dari fuse cut out
ini jauh lebih sederhana bila dibandingkan dengan pemutus beban
(circuit breaker) yang terdapat di Gardu Induk (sub-station). Akan
tetapi fuse cut out ini mempunyai kemampuan yang sama dengan
pemutus beban tadi. Fuse cut out ini hanya dapat memutuskan satu
saluran kawat jaringan di dalam satu alat. Apabila diperlukan pemutus
saluran tiga fasa maka dibutuhkan fuse cut out sebanyak tiga buah. Pada
gambar 2.11 dapat dilihat contoh fisik dari Fuse Cut Out.

Gambar 2.11 Fuse Cut Out

18
2.7.6 Proteksi Jaringan Tegangan Menengah

Adapun alat proteksi pada jaringan tegangan menengah yaitu:


a) Disconnecting switch
Disconnecting switch (DS) berfungsi sebagai pemisah atau penghubung
instalasi listrik 20 kV. Pemisah hanya dapat dioperasikan dalam keadaan
tidak berbeban.
b) Load break switch
LBS berfungsi sebagai pemutus atau penghubung instalasi listrik 20 kV.
Pemutus beban dapat dioperasikan dalam keadaan berbeban dan
terpasang pada kabel masuk atau keluar gardu distribusi. Kubikel LBS
dilengkapi dengan sakelar pembumian yang bekerja secara interlock
dengan LBS. Untuk pengoperasian jarak jauh dapat menggunakan
remote control. Remote Terminal unit (RTU) ini harus dilengkapi catu
daya penggerak. Pada gambar 2.12 dapat dilihat contoh gambaran fisik
dari LBS.

Gambar 2.12 Load Break Switch

c) Pemutus beban atau tenaga


Pemutus tenaga (PMT) disebut juga CB (Circuit Breaker). Peralatan ini
merupakan peralatan listrik yangberfungsi sebagai pemutus arus / daya
listrik dengan cepat dalam keadaan normal maupun gangguan hubung
singkat. CB ini sudah dilengkapi dengan rele proteksi arus lebih (Over
Current Relay) dan dapat difungsikan sebagai alat pembatas beban.

19
d) Recloser
Recloser merupakan suatu peralatan pengaman yang dapat mendeteksi
arus lebih, memutus arus dan menutup kembali secara otomatis dengan
selang waktu yang dapat diatur.

2.7.7 Proteksi Jaringan Tegangan Rendah

Adapun alat proteksi pada jaringan tegangan rendah yaitu:


a) NT Fuse
NT Fuse / NH Fuse adalah peralatan gardu distribusi yang digunakan
untuk melindungi trafo distribusi apabila terjadi gangguan di sisi JTR
akibat arus lebih maupun beban lebih. Fuse sama halnya dengan
MCB, yang membedakan hanyalah kapasitas arus fuse lebih besar
dibandingkan dengan MCB. Pada gambar 2.13 merupakan contoh
fisik dari komponen NT fuse dan NH fuse.

Gambar 2.13 NT Fuse

20
b) No fuse breaker
No Fused Breaker (NFB) adalah pemutus dengan sensor arus.
Apabila ada arus yang melewati peralatan tersebut melebihi kapasitas
breaker, maka sistem magnetik dan bimatalik pada peralatan tersebut
akan bekerja dan memerintahkan breaker melepas beban. Fisik dari
no fuse breaker dapat dilihat pada gambar 2.14.

Gambar 2.14 No Fuse Breaker

21
BAB III
METODE KEGIATAN

3.1 Alat dan Bahan

Adapun peralatan yang digunakan dalam pengawatan PHB dapat dilihat pada
table 3.4 berikut.

Table Error! No text of specified style in document..1 Alat dan bahan

No Alat dan Bahan Jumlah Satuan

1. Obeng Plat 2 Buah

2. Obeng Bunga 2 Buah

3. Kunci 13 1 Buah

4. Kunci 14 1 Buah

5. Tang Potong 2 Buah

6. Tang Kombinasi 1 Buah

7. Mur Secukupnya

8. Baut Secukupnya

9. Sepatu Kabel Secukupnya

10. Helmet 1 Buah

22
3.2 Langkah Kerja
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan pengawatan PHB
yaitu sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan praktik.
2. Menggunakan alat safety.
3. Memasang sesuai gambar rangkaian.

3.3 Rangkaian Percobaan

Gambar 3.1 Rangkaian Percobaan PHB

23
BAB IV
SIMPULAN

Setelah melakukan percobaan praktek pengawatan PHB maka dapat


disimpulkan bahwa:

1. Pada PHB jaringan distribusi terdapat beberapa alat ukur yang memiliki
fungsinya masing-masing serta terdapat pengaman lebur yaitu sekering
yang digunakan untuk proteksi arus lebih
2. Dalam proses pengawatan PHB aspek yang perlu diperhartikan adalah
bahan-bahan dan alat-alat yang akan digunakan serta selalu mengutamakan
keselamatan

24

Anda mungkin juga menyukai