Distribusi - JTM JTR
Distribusi - JTM JTR
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan bagian-bagian dan fungsi peralatan/bahan konstruksi dan
Jaringan Tegangan Menengah (JTM) dan Jaringan Tegangan Rendah
(JTR),
2. Mendeskripsikan panel hubung bagi (PHB) sistem distribusi
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem penyaluran energi listrik terbagi dalam beberapa bagian yang disebut
dengan Sistem Tenaga Listrik (STL) pada gambar 2.1 di mana sistem ini adalah
rangkaian instalasi penyaluran listrik yang terbagi menjadi :
1. Pembangkitan
3
ini diaktifkan dengan menggunakan berbagai sumber energi yang sangat
bemanfaat dalam suatu pembangkit listrik. Tegangan listrik yang dihasilkan
oleh generator pembangkit listrik sekitar 12 kV – 20 kV dan disalurkan ke
Transmisi, sebelum masuk ke Transmisi tegangan di naikkan (Step-up) oleh
Trafo Step Up.
2. Transmisi / Penyaluran
3. Distribusi
4
4. Konsumen
Distribusi tenaga listrik adalah tahap akhir dalam pengiriman tenaga listrik;
ini merupakan proses membawa listrik dari sistem transmisi listrik menuju ke
konsumen listrik. Gardu distribusi terhubung ke sistem transmisi dan menurunkan
tegangan transmisinya dengan menggunakan trafo. Distribusi ini dibagi menjadi
dua bagian yaitu:
5
Distribusi Sekunder yaitu jaringan distribusi dari gardu distribusi untuk di
salurkan ke pelanggan dengan klasifikasi tegangan rendah yaitu 220 V atau
380 V (antar fasa). Pelanggan yang memakai tegangan rendah ini adalah
pelanggan paling banyak karena daya yang dipakai tidak terlalu banyak.
Jaringan dari gardu distribusi dikenal dengan JTR (Jaringan Tegangan
Rendah), lalu dari JTR dibagi-bagi untuk ke rumah pelanggan, saluran yang
masuk dari JTR ke rumah pelanggan disebut Sambungan Rumah (SR).
Pelanggan tegangan ini banyaknya menggunakan listrik satu fasa, walau ada
beberapa memakai listrik tiga fasa.
6
5. Distribusi sekunder
Distribusi sekunder sering disebut Sistem jaringan Tegangan Rendah (JTR)
dengan tegangan operasi nominal 380/220 Volt.
1. Kontinuitas pelayanan
Yaitu meminimalkan jumlah dan lama padam daerah konsumen yang terjadi
akibat adanya gangguan ataupun sedang terjadi pemeliharaan.
2. Efesiensi
Efesiensi yang dimaksud adalah mengurangi rugi-rugi daya atau losser yang
terjadi pada jaringan distribusi dengan meningkatkan keandalan alat-alat
jaringan distribusi.
3. Fleksibilitas
Diharapkan agar sistem jaringan distribusi dapat berkembang sesuai
kemajuan teknologi yang berdampak pada meningkatnya kualitas
penyaluran tenaga listrik untuk konsumen.
4. Regulasi tegangan
Pengaturan tegangan baik dari Gardu Induk, saluran transmisi ataupun pada
pembagkit sangat penting agar kontinuitas tenaga listrik tetap terjaga.
7
5. Harga sistem
Dalam pembangunan jaringan distribusi perlu diperhatikan kualitas
komponen-komponen yang digunakan agar keandalan jaringan distribusi
tetap terjaga.
8
batu dan beton. Konstruksi bangunan gardu ini bertujuan untuk memenuhi
persyaratan terbaik bagi sistem keamanan ketenagalistrikan.
2. Gardu Tiang
Merupakan sebuh Gardu distribusi tenaga listrik yang komponen
kontruksi utamanya menggunakan Tiang, Tiang tersebut bisa berupa tiang
beton atau tiang besi, yang memiliki kekuatan beban kerja sekurang
kurangnya 500 dan dan memmiliki panjang 11, 12 bahkan 13 meter sesuai
dengan kebutuhan dan lokasi pendiriannya.
9
bagian bawah untuk memudahkan kerja teknis dan pemeliharaan. Contoh
fisik dari gardu portal dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut:
b. Gardu Cantol
Yaitu tipe gardu distribusi tenaga listrik dengan transformator,
proteksi, dan papan hubung bagi tegangan rendah ( PHBTR ) di cantokan
atau dipasang langsung pada tiang yang memiliki kekuatan minimal 500
dAn. Bentuk fisik dari gardu cantol dapat dilihat dari gambar 2.4 berikut:
10
3. Gardu Kios / Gardu Metal Clad
Yaitu gardu distribusi tenaga listrik yang kontruksi pembuatanya terbuat
dari bahan kontruksi baja, fiberglas atau kombinasinya. Gardu ini dibangun
di lokasi yang tidak memungkinkan didirikanya gardu beton atau gardu
tembok. Karna sifatnya mobilitas, maka kapasitas transformator yang
terpasang terbatas yakni maksimum 400 kva.
Ada beberapa jenis gardu kios ini, seperti gardu kios kompak, gardu kios
modular dan gardu kios bertingkat. Husus untuk gardu kompak, seluruh
komponen utama gardu sudah dirangkai selengkapnya di pabrik, sehingga
pembuatan gardu ini lebih cepat di banding pembuatan gardu beton.
a) Jumlah fasa
Berdasarkan jumlah fasanya transformator dibagi dibagi atas 2 (dua)
macam, yaitu :
· Transformator 3 fasa
· transformator 1 fasa
b) Tegangan nominal
Tegangan nominal adalah tegangan kerja yang mendasari perencanaan
dan pembuatan instalasi serta peralatan listrik. Berdasarkan tegangan
nominalnya, transformator distribusi dapat digolongkan ke dalam beberapa
bagian yaitu :
Tegangan primer Transformator distribusi harus disesuaikan dengan
tegangan nominal pada sistem jaringan distribusi primer yang berlaku.
11
Adapun tegangan jaringan distribusi primer yang berlaku adalah 6 kV, 12
kV, dan 20 kV.
Tegangan sekunder yaitu tegangan nominal pada sisi sekunder
transformator distribusi yang disesuaikan dengan tegangan distribusi
sekunder yang berlaku di Indonesia, yaitu 220/380 V.
c) Daya nominal
Daya nominal adalah daya yang mendasari pembuatan dan peralatan
listrik. Berdasarkan daya nominalnya dapat di kelompokkan transformator
distribusi sebagai berikut yaitu 50 kVA, 75 kVA, 100 kVA, 125 kVA, 160
kVA, 200 kVA, 250 kVA, 315 kVA, 400 kVA, 500 kVA, 630 kVA, 800
kVA, 1000 kVA, 1250 kVA, dan 1600 kVA.
Tiang berfungsi sebagai penyangga kawat agar berada di atas tiang dengan
jarak aman sesuai dengan ketetentuan. Terbuat dari bahan yang kuat menahan
beban tarik maupun tekan yang berasal dari kawat penghantar ataupun tekanan
angin. Menurut bahannya tiang listrik terdiri dari tiang kayu, tiang besi dan tiang
beton:
a. Tiang kayu
Tiang kayu terbuat dari kayu yang tahan perubahan cuaca(panas dan
hujan) dan tidak mudah rapuh oleh bahan-bahan lain yangada di dalam
tanah, tidak dimakan rayap atau binatang pangerat. Jeniskayu yang banyak
dipakai menjadi tiang antara lain kayu rasamala. Pada saat ini tiang kayu sudah
jarang digunakan lagi dengan alas an ekonomis, yaitu tiang dari bahan beton
lebih murah harganya.
12
b. Tiang besi
Tiang besi terbuat dari bahan baja (steel) terdiri dari 2 atau 3susun pipa
dengan ukuran berbeda yang bagian atas lebih kecil dari bagian di
bawahnya, setiap pipa disambung, bagian yang lebih kecil dimasukkan ke
dalam bagian yang lebih besar sepanjang 50 cmd ipasang pen dan dilas.
c. Tiang beton
Tiang beton terbuat dari bahan campuran semen, pasir dan batu split,
dicor dengan kerangka besi baja. Bentuk tiang beton ada 2 macam, yaitu
berbentuk profil H dan berbentuk bulat. Tiang berbentuk profil H konstruksi
kerangka besi yang diregangkan dengan kekuatan tertentu sesuai dengan
kekuatan tiang, dicor dengan bahan campuran beton menggunakan cetakan.
Bahan campuaran beton di pres sampai padat pada cetakannya, dipanasi
beberapa saat sampai mengeras.
2.7.2 Isolator
Fungsi utama isolator adalah sebagai penyekat listrik pada penghantar
terhadap penghantar lainnya dan penghantar terhadap tanah. Tetapi karena
penghantar yang disekatkan tersebut mempunyai gaya mekanis berupa berat dan
gaya tarik yang berasal dari berat penghantar itu sendiri, dari tarikan dan karena
perubahan akibat temperatur dan angin, maka isolator harus mempunyai
kemampuan untuk menahan beban mekanis yang harus dipikulnya. Untuk
penyekatan terhadap tanah berarti mengandalkan kemampuan isolasi antara kawat
dan batang besi pengikat isolator ke travers, sedangkan untuk penyekatan antar fasa
maka jarak antara penghantar satu dengan yang dilakukan adalah memberi jarak
antara isolator satu dengan lainnya dimana pada kondisi suhu panas sampai batas
maksimum dan angin yang meniup sekencang apapun dua penghantar tidak akan
saling bersentuhan.
13
Bahan isolator untuk SUTM adalah porselin/keramik yang dilapisi glazur
dan gelas, tetapi yang paling banyak adalah dari porselin ketimbang dari gelas,
dikarenakan udara yang mempunyai kelembaban tinggi pada umumnya di
Indonesia isolator dari bahan gelas permukaannya mudah ditempeli embun. Warna
isolator pada umumnya cokelat untuk bahan porselin dan hijau-bening untuk bahan
gelas. Berdasarkan beban yang dipikulnya isolator dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
14
Strain Clamp dengan pengencangan mur-bautnya. Dapat dilihat pada
gambar 2.6 contoh gambar fisik dari isolator Tarik.
2.7.3 Travers
Travers adalah bagian dari SUTM yang digunakan untuk tampat sangkutan
atau dudukan isolator sehingga dapat memisahkan penghantar/fasa yang satu
dengan yang lain pada jarak yang diizinkan. Travers dipasang pada ujung tiang,
kekuatan gaya tarik travers disesuaikan dengan beban kerja tiang yang telah
dihitung sedemikian rupa sehingga kuat terhadap gaya tarik kawat penghantar.
Dapat dilihat contoh fisik dari travers pada gambar 2.7 berikut:
15
2.7.4 Sekur
Sekur atau tupang adalah alat untuk memperkuat kedudukan tiang dan
menahan gaya lentur yang terjadi pada tiang akibat dari gaya tarik kawat-kawat
saluran udara tegangan menengah. Menurut bentuknya sekur/tupang dibagi dua
macam, yaitu :
a. Sekur/Tupang Tarik
Terbuat dari kawat baja dimana ujung-ujungnya diklem pada bagian
atas dan pada balok beton yang ditanam sebagai pondasi. Fungsi dari
sekur/tupang tarik ini adalah mengimbangi gaya tarik kawat tegangan
menengah maupun gaya tarik akibat dari perubahan arah trace tegangan
menengah sehingga tiang tetap berdiri lurus.
Sekur/tupang tarik ini digunakan pada medan yang berbentuk sudut
00 hingga 900 dimana daya tarik kawat memberi gaya vertikal berlawanan
arah dengan penarikan kawat. Pada gambar 2.8 dapat dilihat contoh dari
tupang Tarik.
16
b. Sekur/Tupang Tekan
17
mengalirkannya ketanah. Disebabkan oleh fungsinya, Arrester harus dapat
menahan tegangan system 50 Hz untuk waktu yang terbatas dan harus dapat
melewatkan surja arus ke tanah tanpa mengalami kerusakan. Pada gambar
2.10 dapat dilihat contoh fisik dari Lightning Arrester.
18
2.7.6 Proteksi Jaringan Tegangan Menengah
19
d) Recloser
Recloser merupakan suatu peralatan pengaman yang dapat mendeteksi
arus lebih, memutus arus dan menutup kembali secara otomatis dengan
selang waktu yang dapat diatur.
20
b) No fuse breaker
No Fused Breaker (NFB) adalah pemutus dengan sensor arus.
Apabila ada arus yang melewati peralatan tersebut melebihi kapasitas
breaker, maka sistem magnetik dan bimatalik pada peralatan tersebut
akan bekerja dan memerintahkan breaker melepas beban. Fisik dari
no fuse breaker dapat dilihat pada gambar 2.14.
21
BAB III
METODE KEGIATAN
Adapun peralatan yang digunakan dalam pengawatan PHB dapat dilihat pada
table 3.4 berikut.
3. Kunci 13 1 Buah
4. Kunci 14 1 Buah
7. Mur Secukupnya
8. Baut Secukupnya
22
3.2 Langkah Kerja
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan pengawatan PHB
yaitu sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan praktik.
2. Menggunakan alat safety.
3. Memasang sesuai gambar rangkaian.
23
BAB IV
SIMPULAN
1. Pada PHB jaringan distribusi terdapat beberapa alat ukur yang memiliki
fungsinya masing-masing serta terdapat pengaman lebur yaitu sekering
yang digunakan untuk proteksi arus lebih
2. Dalam proses pengawatan PHB aspek yang perlu diperhartikan adalah
bahan-bahan dan alat-alat yang akan digunakan serta selalu mengutamakan
keselamatan
24