THT Kanker Nasofaring
THT Kanker Nasofaring
• Gejala Hidung
• Epistaksis
• Terjadinya penyumbatan pada hidung akibat pertumbuhan
tumor dalam nasofaring dan menutupi koana. Gejala
menyerupai rinitis kronis.
• Tumor sign :
• Pembesaran kelenjar limfa pada lehertanda
penyebaran atau metastase dekat secara limfogen dari
karsinoma nasofaring.
• Cranial sign :
• Gejala cranial terjadi bila tumor sudah meluas ke otak dan mencapai saraf-
saraf kranialis.
• Gejalanya antara lain :
• Sakit kepala yang terus menerus, rasa sakit ini metastase
hematogen.
• Sensitibilitas daerah pipi dan hidung berkurang.
• Kesukaran pada waktu menelan
• Afoni
• Sindrom Jugular Jackson atau sindroma reptroparotidean
mengenai N. IX, N. X, N. XI, N. XII. Dengan tanda-tanda kelumpuhan pada:
• Lidah
• Palatum
• Faring atau laring
• M. sternocleidomastoideus
• M. trapezeus 14,15
• tuli konduktif +elevasi dan imobilitas dari palatum lunak +rasa nyeri
pada wajah dan bagian lateral dari leher (akibat gangguan pada nervus
trigeminal) bersamaan, Trotter’s Triad.
Proses perkembangan
KNF:
Tumor Confined in
Nasopharynx
Spread of tumor
Regional Lymph Hemmorhage in Infection in
Distant Metastis to nasopharyngeal
Node Metastasis Nasopharynx Nasopharynx
surrounding parts
Other
Symptomss
Virus Epstein-Barr
Group : Grup I (dsDNA)
Family : Herpesviridae
Subfamily :
Gammaherpesvirinae
Genus: Lymphocryptovirus
Species : Human Herpes
Virus 4 (HHV-4)
Infeksi Virus Epstein-Barr @ sel epitel kelenjar saliva dan sel
limfositbereplikasi laten dalam limfosit Bberikatan dengan
reseptor virus,(komponen komplemen C3d (CD21 atau CR2).
Glikoprotein (gp350/220) pada kapsul EBV berikatan dengan protein
CD21 di permukaan limfosit B3Masuknya EBV ke dalam DNA
limfosit B limfosit B menjadi immortal.
Mekanisme masuknya EBV ke dalam sel epitel nasofaring belum dapat
dijelaskan dengan pasti.
Ada dua reseptor yang diduga berperan dalam masuknya EBV ke dalam
sel epitel nasofaring yaitu CR2 dan PIGR (Polimeric Immunogloblin
Receptor).
Sel yang terinfeksi oleh virus epstein-barr mengalami beberapa
kemungkinan yaitu :
•sel menjadi mati bila terinfeksi dengan virus epstein-barr EBV
replikasi,
•Sel dapat membunuh EBV sel kembali menjadi normal atau dapat
terjadi transformasi sel mutasi sel yg ganas sel kanker.
• Gen EBV yang diekspresikan gen laten, yaitu
• EBERs,
• EBNA1 mempertahankan virus pada infeksi laten
• LMP1, transformasi sel
• Struktur protein LMP1 terdiri atas 368 AA 20 asam amino pada
ujung N, 6 segmen protein transmembran (166 AA) dan 200 AA
pada ujung karboksi (C).
• Protein transmembran perantara untuk sinyal TNF
(tumor necrosis factor) dan meningkatkan regulasi sitokin IL-10
yang memproliferasi sel B dan menghambat respon imun lokal. 1
•Keratinizing Squamousbentuk
Memiliki kesamaan Cell Carcinoma
dengan
yang terdapat pada lokasi
lainnya.5,13
• Adanya diferensiasi dari sel
squamous dengan intercellular
bridge atau keratinisasi.2,6 (bentuk
pulau-pulau yang dihubungkan dg stroma
yang desmoplastik dengan infiltrasi sel-sel
radang limfosit, sel plasma, neutrofil dan
eosinofil yang bervariasi. )
• Sel-sel tumor berbentuk poligonal
dan stratified.
• -Batas antar sel jelas dan
dipisahkan oleh intercellular
bridge. Sel-sel pada bagian tengah
pulau sitoplasma eosinofilik yang
banyak keratinisasi.
• Dijumpai adanya keratin pearls.19,20
Non Keratinizing Squamous Cell
Carcinoma
• memperlihatkan gambaran
stratified dan membentuk
pulau-pulau.2,12
• Batas antar sel yang jelas dan
terkadang dijumpai
intercellular bridge yang
samar-samar
• Dibandingkan dengan
undifferentiated carcinoma
ukuran sel lebih kecil,
• Rasio inti sitoplasma lebih
kecil, inti lebih hiperkhromatik
dan anak inti tidak menonjol
Undifferentiated Carcinoma
• Batas sel yang tidak jelas, Terdapat dua bentuk pola pertumbuhan
• inti bulat sampai oval dan tipe undifferentiated yaitu :
vesikular, dijumpai anak inti. • Regauds : kumpulan sel-sel
• -Sel-sel tumor sering tampak epiteloid dengan batas yang
terlihat tumpang tindih. jelas yang dikelilingi oleh
(dapat berbentuk spindel.) jaringan ikat fibrous dan sel-sel
• Dijumpai infiltrat sel radang limfosit.
dalam jumlah banyak,
khususnya limfosit • Schmincke : sel-sel epitelial
lymphoepithelioma. neoplastik tumbuh difus dan
• JARANG : bercampur dengan sel-sel
• sel plasma, radang.
• eosinofil, Tipe ini sering dikacaukan dengan
• epitheloid dan
• multinucleated giant cell large cell malignant
lymphoma
• Undifferentiated Carcinoma terdiri dari sel- • Undifferentiated Carcinoma terdiri sel-
selyang membentuk sarang-sarang padat sel yang tumbuh membentuk
• ( “Regaud type”). (Dikutip dari: Rosai J. Rosai gambaran syncytial yang difus
and Ackermans Surgical Pathology,Volume • (Schmincke type). (Dikutip dari: Rosai
one,Ninth Edition, Philadelphia: Mosby, J. Rosai and Ackermans
2004). SurgicalPathology,Volume one, Ninth
Edition, Philadelphia: Mosby, 2004).
PERBEDAAN
large cell malignant
KARSINOMA NASOFARING lymphoma,:
• gambaran vesikular, dengan • pinggirnya lebih iregular,
• pinggir inti yang rata dan \ • khromatin kasar dan anak
inti lebih kecil dan
• berjumlah satu, • berwarna basofilik atau
• dengan anak inti yang jelas amphofilik.
berwarna eosinophil.
• Terkadang undifferentiated
memiliki sel-sel dengan
bentuk oval atau spindle
Basaloid Squamous Cell
Carcinoma
• Komponen yaitu
• sel-sel basaloid
• berukuran kecil
• inti hiperkhromatin dan
• ≠ dijumpai anak inti dan
sitoplasma sedikit.
• pola solid dengan konfigurasi
lobular dan pada beberapa
kasus dijumpai adanya
peripheral palisadin
• sel-sel squamous.
• Dapat in situ atau invasif.
• Batas antara komponen Basaloid Squamous Cell Carcinoma pada nasofaring.
basaloid dan squamous jelas Sel-sel basaloid menunjukkan festoonin growth pattern, sel-sel
basaloid berselang-seling dengan squamous differentiaton.
(Dikutip dari: Barnes L. Eveson JW. Reichart P. Sidrasky D.
Pathology and Genetic Head andNeck Tumours. Lyon: IARC Press,
2003).
Pemeriksaan radiologi
• Dapat dilakukan • Tujuan utama :
• foto polos, • Diagnosis yang lebih pasti
>
• CT Scan Modalitas utama• Menentukan lokasi yang
• MRI lebih tepat dari tumor
tersebut
• Mencari dan menentukan
luasnya penyebaran
tumor ke jaringan
sekitarnya
Computed Tomography Scan (C. T
Scan)
Magnetic Resonance Imaging
(MRI)
CT SCAN MRI
• Pemeriksaan serologi.
• IgA anti EA (early antigen) dan igA anti VCA (capsid antigen) untuk infeksi virus E-B
telah menunjukan kemajuan dalam mendeteksi karsinoma nasofaring.
• Senstivitas IgA VCA adalah 97,5% dan spesifitas 91,8% dengan titer berkisar
antara 10 sampai 1280 dengan terbanyak titer 160.
• IgA anti EA sensitivitasnya 100% tetapi spesifitasnya hanya 30,0%, prognosis
pengobatan, titer yang didapat berkisar antara 80 sampai 1280 dan terbanyak 160.
DIAGNOSIS BANDING
• Hiperplasia adenoid
• Angiofibroma Juvenilis
• Tumor Sinus Sphenooidalis
• Neurofibroma
• Tumor kelenjar Parotis
• Chordoma
• Meniongoma basis cranii
STADIU
M
STADIUM
Stadium
Factors That Can Affect the Chances of Being Cured
Type and Grade The type and grade of tumor show how
aggressive a tumor is.
The Tumor Margins (edges) Some say the ability to completely remove
the tumor is the single most important
factor in whether a person will be cured.
Spread into Nearby Body Parts Spread into large nerves, skin and bone has
been shown to indicate a worse prognosis.
Prognosis
• Ditemukan bahwa karsinoma • Prognosis diperburuk oleh
nasofaring tipe 1 (karsinoma beberapa faktor, seperti :
sel skuamosa) memiliki • Stadium yang lebih lanjut.
prognosis yang lebih buruk
dibandingkan dengan • Usia < 40 tahun
karsinoma nasofaring tipe 2 • ♂>♀
dan 3. • Ras Cina dari pada ras kulit
• karsinoma nasofaring tipe putih
1, mestastasis lebih mudah • Adanya pembesaran KGB
terjadi. • Adanya kelumpuhan saraf
• Secara keseluruhan, angka otak adanya kerusakan
tulang tengkorak
bertahan hidup 5 tahun
adalah 45 %. • Adanya metastasis jauh
Komplikasi
• Petrosphenoid sindrom (neuralgia
trigeminus,ptosis,Ophthalmoplegia)
• Sindrom Horner (penyempitan fisura palpebralis, onoftalmus
dan miosis)
• Retroparidean sindrom
• Disfagia ,g3 pengecapan hiper / hipoanestesi mukosa palatum mole,
• gangguan respirasi dan saliva
• atrofi otot trapezius otot SCM, hemiparese palatum mole
• hemiparalisis dan atrofi sebelah lidah.
• Metastase
• paru-paru 20%
• tulang 20%
• hati 10%
• ginja1 0,4%
• otak 0,4%
Penatalaksanaan
• Radioterapi :IMRT ( Intersified Modulated Radiotion Therapy )
• pesawat kobal (Co60 ) atau dengan akselerator linier ( linier Accelerator
atau linac)
• Radiasi Kuratif
• U/semua tingkatan penyakit, kecuali pada penderita dg
metastasis jauh.
• Sasaran radiasi = tumor primer, KGB leher dan supra klavikular.
• Dosis total radiasi adalah 6600-7000 rad dengan fraksi 200 rad,
5 x pemberian per minggu.
• < dosis 4000 rad medulla spinalis di blok dan < 5000 rad
lapangan penyinaran supraklavikular dikeluarkan.
• Radiasi Paliatif
• u/ metastasis tumor pada tulang dan kekambuhan lokal.
• Dosis radiasi untuk metastasis tulang 3000 rad dengan fraksi
300 rad, 5 x per minggu. Untuk kekambuhan lokal, lapangan
radiasi terbatas pada daerah kambuh
Respon radiasi
• Penilaian respon radiasi berdasarkan kriteria WHO :
• Complete Response : menghilangkan seluruh kelenjar
getah bening yang besar.
• Partial Response : pengecilan kelenjar getah bening
sampai 50% atau lebih.
• No Change : ukuran kelenjar getah bening yang
menetap.
• Progressive Disease : ukuran kelenjar getah bening
membesar 25% atau lebih.
Komplikasi radioterapi
• Komplikasi dini • Komplikasi lanjut
• selama atau beberapa • setelah 1 tahun :
minggu • Kontraktur
• Mukositis (nyeri telan, mulut • Penurunan pendengaran
kering, dan hilangnya cita rasa) • Gangguan pertumbuhan
kadang diperparah dengan infeksi
jamur pada mukosa lidah dan •
palatum
• Anoreksia
• Xerostamia (kekeringan mukosa
mulut akibat disfungsi kelenjar
parotis yang terkena radiasi)
• Eritema
• Mual muntah
Indikasi :
Kemoterapi berdasarkan waktu
pemberiannya
• kankernya masih ada, dimana • neoadjuvant atau induction
biopsi masih positif chemotherapy sebelum
• kemungkinan besar pembedahan dan radiasi
kankernya masih ada, • concurrent, simultaneous
meskipun tidak ada bukti
secara makroskopis. atau concomitant
• pada tumor dengan derajat chemoradiotherapy
keganasan tinggi ( oleh diberikan bersamaan
karena tingginya resiko • post definitive
kekambuhan dan metastasis
jauh). 15,18,23 chemotherapy terapi
tambahan paska
pembedahan dan atau
radiasi
EFEK SAMPING :
• sel rambut rontok
• sumsum tulang depresi sumsum mudah infeksi
• traktus gastro intestinalmual-muntah, anokresia
• perdarahan
• Jangka panjang :
• toksisitas terhadap jantung,
• Toksisitas pada paru= kronik fibrosis pada paru.
• Toksisitas pada hepar dan ginjal lebih sering terjadi dan
sebaiknya dievalusi fungsi faal hepar dan faal ginjalnya.
• Kelainan neurologI
Manfaat
• Mengecilkan massa tumor
• Mengontrol metastasis jauh dan mengontrol
mikrometastase.
• Modifikasi melekul DNA oleh kemoterapi menyebabkan
sel lebih sensitif terhadap radiasi yang diberikan
(radiosensitiser)
Operasi
• berupa diseksi leher radikal dan nasofaringektomi.
• dilakukan jika masih ada sisa kelenjar pasca radiasi atau
adanya kelenjar dengan syarat bahwa tumor primer
sudah dinyatakan bersih yang dibuktikan dengan
pemeriksaan radiologik dan serologi.
• Nasofaringektomi operasi paliatif (kasus kambuh
,residu, dan nasofaring yang tidak berhasil diterapi
dengan cara lain)
Imunoterapi
• Yaitu dengan mengambil sampel darah tepi dari
penderitamelalui suatu proses imunohistokimia, =
vaksin yang kemudian diinjeksikan kembali ke tubuh
pasien diharapkan melalui injeksi vaksin tersebut,
tubuh akan memberikan reaksi imunitas baru terhadap
EBV.
• Teknik ini masih dalam penelitian sehingga
belum dapat digunakan dalam terapi kanker nasofaring.
PENCEGAHAN
• Penerangan akan kebiasaan hidup yang salah, mengubah
cara memasak makanan untuk mencegah akibat yang
timbul dari bahan-bahan yang berbahaya.
• Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang tidak sehat,
meningkatkan keadaan sosial ekonomi dan berbagai hal
yang berkaitan dengan kemungkinan-kemungkinan faktor
penyebab.
• Melakukan tes serologik IgA anti VCA dan IgA anti EA
secara massal di masa yang akan datang bermanfaat
dalam menemukan karsinoma nasofaring secara lebih dini.