Anda di halaman 1dari 6

PENETAPAN KADAR PARASETAMOL DALAM TABLET

KOMBINASI PARASETAMOL DENGAN KOFEIN


SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET-SINAR TAMPAK

Tadjuddin Naid, Syaharuddin Kasim, dan Mieke Pakaya

Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar

ABSTRAK

Spektrofotometri ultra violet-visible dengan menggunakan metode zero crossing merupakan


metode alternatif dalam mengatasi penetapan kadar campuran dua komponen atau lebih senyawa yang
spektrumnya saling tumpang tindih. Dalam penelitian ini dilakukan dengan membuat spektra serapan
normal, spektra serapan derivat pertama, dan spektra serapan derivat kedua dari parasetamol dan kafein
dengan perbandingan konsentarsi 6:0,5. Berdasarkan spektra tersebut ditentukan panjang gelombang
zero crossing. Hasil penelitian menunjukkan tablet kombinasi parasetamol dan kafein dengan per-
bandingan konsentrasi 6:0,5, hanya penetapan kadar parasetamol yang dapat ditentukan. Nilai panjang
gelombang zero crossing parasetamol adalah 245 nm, rentang recovery adalah 80,19 – 96,52%, dan nilai
presisi pada tiga konsentrasi masing-masing 1,32%, 1,07%, dan 0,07%. Berdasarkan penelitian tersebut,
menghasilkan bahwa penetapan kadar parasetamol cara ini terhadap tablet kombinasi parasetamol dan
kafein memiliki akurasi dan presisi yang baik.

Kata kunci : paracetamol, kafein, spektrofotometer uv-sinar tampak

PENDAHULUAN relatif kecil. Selain itu metode kromatografi cair


kinerja tinggi juga merupakan metode alternatif
Sediaan farmasi yang beredar di pasaran yang memiliki kepekaan analisis tinggi namun me-
kebanyakan berupa campuran berbagai zat ber- merlukan biaya relatif mahal (4).
khasiat. Campuran ini bertujuan untuk meningkat- Dilihat dari strukturnya, parasetamol mem-
kan efek terapi dan kemudahan dalam pemakaian. punyai gugus kromofor dan ausokrom, yang dapat
Salah satu campuran zat aktif yang sering diguna- menyerap radiasi, sehingga dapat dilakukan de-
kan adalah parasetamol dan kafein yang berkha-- ngan metode spektrofotometri, tetapi kendala yang
siat sebagai analgetik dan antipiretik (1). sering dijumpai adalah terjadinya tumpang tindih
Campuran parasetamol dan kafein banyak spektra (overlapping) karena keduanya memiliki
ditemukan dalam produk antiinfluenza dengan ber- serapan maksimum pada panjang gelombang
bagai merek dagang. Parasetamol merupakan me- yang berdekatan sehingga diperlukan proses pe-
tabolit fenasetin dengan efek analgetik ringan sam- misahan terlebih dahulu (4,5).
pai sedang, dan antipiretik yang ditimbulkan oleh Berdasarkan hal tersebut di atas, perlu di-
gugus aminobenzen, sedangkan kafein adalah lakukan pengembangan metode spektrofotometri
basa lemah yang merupakan turunan xantin, me- ultra violet-sinar tampak dalam penetapan kadar
miliki gugus metil dan berefek stimulasi susunan parasetamol dalam tablet kombinasi parasetamol
saraf pusat serta dapat memperkuat efek analgetik dengan kafein tanpa pemisahan terlebih dahulu
parasetamol (2,3). yaitu secara spektrofotometri dengan aplikasi me-
Dalam pemasarannya, pemeriksaan mutu tode zero crossing. Permasalahan dalam peneliti-
suatu sediaan obat mutlak diperlukan untuk men- an ini adalah apakah penetapan kadar paraseta-
jamin bahwa sediaan obat mengandung bahan mol dalam tablet kombinasi parasetamol dengan
dengan mutu dan jumlah yang telah ditetapkan kafein secara spektrofotometri ultra violet-visible
dan mengikuti prosedur analisis standar, sehingga dengan aplikasi metode zero crossing memiliki
menunjang efek terapeutik yang diharapkan. presisi dan akurasi yang baik.
Pada beberapa literatur penetapan kadar Tujuan penelitian adalah untuk menetap-
parasetamol dalam tablet kombinasi parasetamol kan kadar parasetamol dalam tablet kombinasi
dengan kafein dapat dilakukan dengan beberapa parasetamol dengan kafein secara spektrofoto-
metode, di antaranya metode titrimetri yang meru- metri ultra violet-sinar tampak. Manfaat penelitian
pakan metode konvensional, dan dalam pelaksa- adalah memberikan alternatif metode penetapan
naannya memerlukan waktu yang lama, serta ku- kadar parasetamol dalam tablet kombinasi para-
rang peka dalam penentuan zat yang kadarnya setamol dengan kafein

77
78 Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 15, No. 2 – Juli 2011, hlm. 77 – 82

METODE PENELITIAN Penentuan Zero Crossing

Alat dan Bahan yang Digunakan Parasetamol (p.a.) dan kafein (p.a) ditim-
bang seksama masing-masing sebanyak 600 mg
Alat-alat yang digunakan adalah corong, dan 50 mg, dimasukkan ke dalam labu tentukur
gelas Erlenmeyer 250 mL (Pyrex), labu tentukur 100 mL, ditambah etanol hingga 100 mL (6000 bpj
10, 50, dan 100 mL (Pyrex), lumpang dan alu, dan 500 bpj). Dari larutan tersebut, sebanyak 1 mL
neraca analitik (Sartorius), pipet volume 1, 2, 3, 4, dipipet ke dalam labu tentukur 10 mL, ditambah
dan 5 mL (Pyrex), spektrofotometer UV-Vis etanol hingga 10 mL (600 bpj dan 50 bpj), lalu
(Shimadzu UV-1601). dipipet sebanyak 1 mL dan diencerkan hingga 10
Bahan-bahan yang digunakan adalah air mL (60 bpj dan 5 bpj), dipipet 1 mL dan diencerkan
suling, etanol 95%, kafein (p.a), parasetamol (p.a). kembali hingga 10 mL (6 bpj dan 0,5 bpj). Dari
larutan baku 600 bpj dan 50 bpj, dipipet 2 mL ke
Penyiapan Sampel dalam labu tentukur 10 mL, ditambah etanol hing-
ga 10 mL (120 bpj dan 10 bpj), lalu dipipet 1 mL
Sampel yang digunakan adalah sediaan dan diencerkan hingga 10 mL (12 bpj dan 1 bpj.)
tablet kombinasi parasetamol dengan kafein. Dari larutan-larutan tersebut di atas dibuat
Nomor bets produk yang diperoleh adalah 080660 kurva serapan derivat pertama. Kurva serapan
dengan batas kadaluarsa Agustus 2015. derivat pertama dari berbagai konsentrasi ditum-
pangtindihkan untuk masing-masing larutan zat.
Dari spektra derivat tersebut ditentukan zero cross-
Uji Kualitatif ing parasetamol oleh panjang gelombang yang
memiliki serapan nol.
Tablet diserbukkan kemudian dilarutkan
dengan kloroform, disaring, dan diuapkan. Sari
kloroform digunakan untuk uji kualitatif kafein yaitu Pembuatan Kurva Baku
dilarutkan dengan 2 mL air, ditambah larutan
iodum tidak menghasilkan endapan, dan pada saat Sebanyak 50 mg parasetamol (p.a.) yang
penambahan HCI encer terjadi endapan coklat ditimbang teliti dimasukkan ke dalam labu tentukur
yang larut dalam NaOH. Serbuk tidak terlarut 50 mL, ditambah etanol hingga 50 mL (1000 bpj),
dilarutkan dengan metanol, disaring, diuapkan dan lalu dipipet 1 mL ke dalam labu tentukur 10 mL,
digunakan untuk uji kualitatif parasetamol yaitu ditambah dengan etanol hingga 10 mL (100 bpj),
dengan penambahan larutan FeCI3 menghasilkan dipipet sebanyak 5 mL dan diencerkan hingga 50
endapan biru keunguan. mL (10 bpj), kemudian dipipet kembali sebanyak 2,
3, 4, 5, 6 dan 7 mL, masing-masing dicukupkan
Pembuatan Larutan Baku volumenya dengan etanol hingga 10 mL, hingga
diperoleh konsentrasi 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 bpj.
Parasetamol (p.a.) ditimbang teliti seba- Serapan masing-masing diukur pada gelombang
nyak 60 mg, dimasukkan ke dalam labu tentukur 245 nm.
10 mL, ditambah etanol hingga 10 mL (6000 bpj),
lalu dipipet 1 mL ke dalam labu tentukur 10 mL, Penetapan Kadar Sampel
dan ditambah etanol hingga 10 mL (600 bpj).
Kafein (p.a.) ditimbang teliti sebanyak 25 Dua puluh tablet merek dagang ditimbang
mg, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL, satu persatu dan dihitung bobot rata-ratanya.
ditambah etanol hingga 50 mL (500 bpj), lalu Tablet diserbukkan lalu ditimbang seksama 472,0
dipipet 1 mL ke dalam labu tentukur 10 mL, dan mg, dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer yang
ditambah dengan etanol hingga 10 mL (50 bpj). berisi 25 mL etanol, dikocok, lalu disaring, diulangi
sebanyak 3 kali, kemudian dicukupkan volumenya
Pembuatan Spektra Serapan Normal hingga 100 mL. Dari larutan tersebut dipipet 1 mL
ke dalam labu tentukur 10 mL, ditambah etanol
Sebanyak 1 mL larutan parasetamol baku hingga 10 mL, kemudian dipipet sebanyak 1 mL
(600 bpj) dicukupkan volumenya dengan etanol dan diencerkan hingga 10 mL, dipipet lagi 1 mL
hingga 10 mL (60 bpj), lalu dipipet sebanyak 1 mL dan diencerkan kembali hingga 10 mL, lalu diukur
dan diencerkan hingga 10 mL (6 bpj). Serapan serapannya pada gelombang 245 nm.
diukur pada panjang gelombang 200 - 400 nm,
dan dibuat spektra serapan normal. Pengujian Akurasi dan Presisi (13)
Sebanyak 1 mL larutan kafein baku (50
bpj) dicukupkan volumenya hingga 10 mL dengan Akurasi dievaluasi dengan metode penam-
etanol (5 bpj), lalu dipipet sebanyak 1 mL dan bahan bahan baku (standard addition method),
diencerkan hingga 10 mL (0,5 bpj). Serapan diukur dengan membuat 3 konsentrasi dengan rentang
dengan pada panjang gelombang 200 - 400 nm, spesifik 80, 100 dan 120%, dengan 3 replikasi dan
dan dibuat spektra serapan normal. setiap rentang spesifik mengandung 70% sampel
dan 30% baku pembanding.
Tadjuddin Naid, Penetapan Kadar Parasetamol Dalam Tablet Kombinasi dengan Kofein Secara Spektrofotometri UV-Vis 79

Sampel ditimbang dengan bobot setara babkan terjadinya tumpang tindih (overlapping)
336, 420, dan 504 mg parasetamol kemudian di- spektrum secara total. Spektrum yang tumpang
ekstraksi sebanyak 3 kali dan volumenya dicukup- tindih menyebabkan kesulitan dalam penetapan
kan dengan etanol secara berturut-turut hingga kadar kedua senyawa ini. Metode spektrofotometri
100 mL, 100 mL, dan 100 mL sehingga diperoleh ultra violet-visibel tertentu dapat digunakan untuk
total 9 hasil ekstraksi. Tiap hasil ekstraksi dipipet 1 meningkatkan pemecahan puncak yang saling
mL ke dalam labu tentukur 10 mL, ditambah etanol tumpang tindih. Pada penelitian ini sampel yang
hingga 10 mL, lalu dipipet sebanyak 1 mL dan digunakan adalah tablet kombinasi parasetamol
diencerkan hingga 10 mL, dipipet lagi 1 mL dan dengan kafein dengan perbandingan konsentrasi
diencerkan kembali hingga 10 mL. Larutan terakhir 6:0,5. Pada konsentrasi ini hanya penetapan kadar
ini diukur serapannya pada panjang gelombang parasetamol yang dapat ditentukan, karena serap-
245 nm an yang dihasilkan oleh kafein sangat kecil yaitu
Sampel ditimbang dengan bobot setara 0,021172. Penetapan kadar secara simultan untuk
336, 420, dan 504 mg parasetamol. Sampel yang kedua senyawa ini hanya dapat dilakukan pada
setara 336 mg ditambah parasetamol baku seba- konsentrasi 5 : 5.
nyak 144 mg, sampel setara 336 mg ditambah
parasetamol baku sebanyak 180 mg, dan sampel Tabel 1. Perbandingan Hasil Pegukuran Konsentrasi
setara 504 mg ditambah parasetamol baku seba- Parasetamol dan Kofein
nyak 216 mg. Tiap campuran diekstraksi sebanyak Serapan pada panjang
3 kali dan dicukupkan volumenya dengan etanol Konsentrasi gelombang
Larutan zat
(bpj)
secara berturut-turut hingga 100 mL, 100 mL, dan 249 nm 272 nm
100 mL sehingga diperoleh total 9 hasil ekstraksi.
12 1,07930 0,28574
Tiap hasil ekstraksi dipipet 1 mL ke dalam labu Parasetamol
tentukur 10 mL, ditambah etanol hingga 10 mL, 60 3,84580 1,39610
kemudian dipipet sebanyak 1 mL dan diencerkan 1 0,02014 0,05292
hingga 10 mL, dipipet lagi 1 mL dan diencerkan
Kofein 5 0,07805 0,24681
kembali hingga 10 mL. Larutan terakhir ini diukur
serapannya pada panjang gelombang 245 nm. 0.5 0,00775 0,02117
Pengujian akurasi dapat dihitung melalui 1:12 1,11230 0,34533
% perolehan kembali (% recovery) dengan rumus : Kofein :
5:60 4,00000 2,05320
Parasetamol
0.5:6 0,73293 0,22192

Tabel 2. Daftar serapan pada panjang gelombang 240


CF = konsentrasi sampel + baku parasetamol nm - 257 nm
CA = konsentrasi sampel sebenarnya Panjang Parasetamol Kofein Parasetamol :
C*A = konsentrasi parasetamol yang ditambahkan gelombang 6 bpj 0,5 bpj kofein
240 0,48038 0,00933 0,49050
Presisi dapat dihitung dengan urutan
sebagai berikut : 241 0,49781 0,00832 0,50736
1. Hasil analisis adalah X1, X2, X3 ….. Xn, maka
242 0,51429 0,00751 0,52342
simpangan bakunya adalah
243 0,52936 0,00694 0,53814
244 0,54233 0,00664 0,55111

– 245 0,55362 0,00655 0,56243

– 246 0,56261 0,00668 0,57158

247 0,56910 0,00694 0,57838

2. Simpangan baku relatif atau koefisien variansi 248 0,57283 0,00727 0,58251
(KV) adalah :
249 0,57391 0,00775 0,58408
250 0,57220 0,00830 0,58298

251 0,56725 0,00896 0,57865

252 0,55944 0,00970 0,57146


253 0,54878 0,01040 0,56152
HASIL PENELITIAN 254 0,53555 0,01116 0,54893
255 0,51976 0,01205 0,53397
Serapan maksimum dari parasetamol dan
kafein berada pada panjang gelombang yang ber- 256 0,50157 0,01282 0,51666
dekatan yaitu 249 nm dan 272 nm. Hal ini menye- 257 0,48129 0,01355 0,49721
80 Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 15, No. 2 – Juli 2011, hlm. 77 – 82

Penentuan Zero Crossing Indonesia Edisi IV tahun 1995 yaitu tidak kurang
dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% dari jumlah
Penentuan zero crossing parasetamol di- yang tertera pada etiket.
lakukan dengan membuat kurva serapan derivat Penetapan kadar parasetamol dengan
pertama masing-masing larutan dalam berbagai spektrofotometri ultra violet-visibel aplikasi metode
konsentrasi. Spektrum derivat pertama dibuat de- zero crossing ini dapat digunakan dengan melihat
ga m mpl t ilai d /dλ d ga pa ja g g l m- parameter akurasi dan presisi yang dihasilkan.
bang. Nilai d /dλ dip l h d ga m mbagi d lta
absorba si Δ λ 2- λ1) dengan delta panjang
g l mba g Δλ , Δλ a g digu aka pada d i at
pertama adalah 1 nm. Hasil penentuan menunjuk- Tabel 4. Perhitungan kadar parasetamol dalam sediaan
tablet kombinasi parasetamol dan kofein, dengan bobot
ka bahwa ilai a g m d kati λ zero crossing sampel setara dengan 336 mg parasetamol
parasetamol pada kurva serapan derivat pertama
Kadar
adalah 244 nm – 245 nm (Tabel 4), maka yang Replikasi Pengenceran Serapan
(%)
dipilih u tuk dijadika λ a alisis adalah λ zero
crossing yaitu : 1) serapan senyawa pasangannya I (10/1) x (10/1) x (10/1) x 100 0,53927 99,59
da ampu a a p sis sama, ka a pada λ II (10/1) x (10/1) x (10/1) x 100 0,55386 97,04
tersebut dapat secara selektif mengukur serapan
senyawa pasangannya, dan 2) memiliki serapan III (10/1) x (10/1) x (10/1) x 100 0,52807 97,88
yang paling besar, karena pada serapan yang
paling besar, serapannya lebih tepat sehingga Rata-rata 98,17
kesalahan analisis dapat diperkecil. Berdasarkan
u aia diatas maka λ zero crossing parasetamol
adalah 245 nm.
Akurasi (ketepatan)
Tab l 3. apa d /dλ pada panjang gelombang
derivat pertama (nm) Hasil pengujian akurasi menunjukkan bah-
Δλ Parasetamol Kofein Parasetamol : wa nilai rentang recovery keseluruhan adalah
nm 6 bpj 0,5 bpj kofein 80,19 – 96,52%.
Nilai perolehan kembali ini memenuhi per-
240-241 0,0174 -0,0010 0,0169
syaratan persen perolehan kembali pada analit de-
241-242 0,0165 -0,0008 0,0161 ngan konsentrasi 1 - 10 bpj, yaitu berkisar antara
80 - 110% (13). Hal ini menunjukkan bahwa pene-
242-243 0,0151 -0,0006 0,0147
tapan kadar parasetamol dengan spektrofotometri
243-244 0,0130 -0,0003 0,0130 derivatif metode zero crossing memiliki akurasi
244-245 0,0113 -0,0001 0,0113 yang baik.
245-246 0,0090 0,0001 0,0091
Tabel 5. Hasil Pengujian Akurasi Rentang Spesifik 80%,
246-247 0,0065 0,0003 0,0068
10 %, dan 12 %.
247-248 0,0037 0,0003 0,0041 Rrentang Kosentrasi (bpj)
%
Spesifik Replikasi
248-249 0,0011 0,0005 0,0016 Sampel recovery
(%) Sampel Baku
+ Baku
249-250 -0,0017 0,0005 -0,0011
1 3,3463 1,44 4,6930 93,52
250-251 -0,0050 0,0007 -0,0043
80 2 3,2607 1,44 4,5866 92,08
251-252 -0,0078 0,0007 -0,0072
3 3,2887 1,44 4,6084 91,65
252-253 -0,0107 0,0007 -0,0099 Rata-rata 92,41
253-254 -0,0132 0,0008 -0,0126 1 4,0782 1,8 5,6774 88,84
254-255 -0,0158 0,0009 -0,0150 100 2 4,0138 1,8 5,6208 89,28
255-256 -0,0182 0,0008 -0,0173 3 3,9959 1,8 5,6177 90,10
256-257 -0,0203 0,0007 -0,0195 Rata-rata 89,41
1 4,9008 2,16 6,7678 86,44
120 2 4,9051 2,16 6,9900 96,52
t lah dit tuka λ zero crossing, dilaku-
3 4,8987 2,16 6,6309 80,19
kanlah penetapan kadar parasetamol dalam tablet
kombinasi parasetamol – kafein dengan tiga kali Rata-rata 87,72
replikasi. Kadar terukur parasetamol rata-rata Rentang recovery : 80,19 – 96,52
98,17%. Kadar parasetamol dalam tablet kombi-
nasi parasetamol dengan kafein, memenuhi per-
syaratan kadar yang tertera dalam Farmakope
Tadjuddin Naid, Penetapan Kadar Parasetamol Dalam Tablet Kombinasi dengan Kofein Secara Spektrofotometri UV-Vis 81

Presisi (ketelitian) 2. Ganiswarna, S.G., (editor) 1995, Farmakologi


dan Te-rapi. ed. 5. Bagian Farmakologi,
Hasil pengujian presisi menunjukkan nilai RSD Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia,
(Relative standard deviation atau simpangan baku Jakarta.
relatif) pada sampel dalam 3 konsentrasi adalah 3. Sudjadi dan Rahman, A., 1994, Analisis Obat
1,32%, 1,07%, dan 0,07%. Nilai RSD ini memenuhi dan Makanan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
p s a ata pada a alit aitu ≤ 3 . Hal i i 4. Levent, M., 2002, HPLC Method for the Analy-
menunjukkan bahwa penetapan kadar sis of Paracetamol, Caffeine and Dipyrone.
parasetamol secara spektrofotometri derivatif TJC. 3 (1). [Serial on the internet]. [accessed 1
metode zero crossing memiliki presisi yang baik. October 2010]; Available from: http://journals.
tubitak.gov.tr/chem/issues/kim-02-26-4/kim-26-
4-8-0106-13.pdf
Tabel 6. Perhitungan presisi analisis kadar parasetamol 5. Wulandari, M.G.D., Friamita, R.D., Patramurti,
dalam sediaan tablet kombinasi parasetamol dan kofein,
dengan pengenceran masing-masing (10/1) x (10/1) x
C., 2006, Penetapan Kadar Kafein dalam
(10/1) x 100 Campuran Parasetamol, Salisilamida, dan
Bobot Kadar Kafein Secara Spektrofotometri Derivatif.
Serapan Konsentrasi
setara Replikasi
Sampel Sampel (bpj)
Sampel Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata
(mg) (%) Dharma. Yogyakarta.
1 0,30986 3,3463 99,59
80 2 0,30167 3,2607 97,04
6. Hayun, H., 2006, Penetapan Kadar Triprolidina
3 0,30435 3,2887 97,88 Hidroklorida Dan Pseudoefedrina Hidroklorida
Kadar Rata-rata (%) 98,17 Dalam Tablet Anti Influenza Secara Spektro-
Simpangan Baku (SD) 1,30 fotometri Derivatif. Majalah Ilmu Kefarmasian.
Koefisien Varian (KV), (%) 1,32 Vol.3, No.1. [Serial on the internet]. [dikutip 26
1 0,37991 4,0782 97,10
Februari 2011]; Available from: http://staff.ui.
100 2 0,37375 4,0138 95,57
3 0,37204 3,9959 95,14 ac.id/internal/131804013/material/hayun0302.p
Kadar Rata-rata (%) 95,94 df
Simpangan Baku (SD) 1,03 7. Huber, L., 2003, Validation of Analytical Me-
Koefisien Varian (KV), (%) 1,07 thods and Processes. Marcel Dekker, Inc.
1 0,45865 4,9008 97,24 Germany. Available as PDF File.
120 2 0,45906 4,9051 97,32
3 0,45844 4,8987 97,20
8. Torbeck L.D., (editor), 2007, Pharmaceutical
Kadar Rata-rata (%) 97,25 and Medical Device Validation By Experimen-
Simpangan Baku (SD) 0,06 tal Design. Informa Healthcare. New York.
Koefisien Varian (KV), (%) 0,07 Available as PDF File.
9. Goswami, L., Mukhopadhyay, S., Durgapal,
S., 2010, Simultaneous Estimation of Metfor-
min and Pioglitazone by Ultraviolet Spectro-
KESIMPULAN photometry. Indian Journal of Pharmaceutical
Sciences, July 2010. [Serial on the internet].,
Berdasarkan hasil penelitian dan pemba- [accessed 1 October 2010]. Available from:
hasan, maka dapat disimpulkan bahwa penetapan http://ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC30135
kadar parasetamol dalam tablet kombinasi parase- 69
tamol dengan kafein secara spektrofotometri ultra 10. Tan, H.T. dan Rahardja, K., 2002, Obat-obat
violet-sinar tampak dengan aplikasi metode zero
Penting. ed.5. PT Elex Media Komputindo
crossing memiliki akurasi dan presisi yang baik
Kelompok Gramedia. Jakarta.
dan memenuhi syarat.
11. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan, 1995, Farmakope Indonesia. ed. 4.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta
12. Dubey, R., Vidhya, K., Bhusari, and Sunil, R.D.
1. Damayanti, S., Ibrahim, S., Firman, K., and 2011, Validated RP-HPLC for Simultaneous
Tjahjono, D.H., 2003, Simultaneous Determin- Quantitation of Losartan Potassium and Meto-
ation of Paracetamol and Ibuprofene Mixtures lazone in Bulk Drug and Formulation. Sci.
By High Performance Liquid Chromatography. Pharm. [Serial on the internet]. [accessed 15
IJC. 3 (1); [Serial on the internet], [accessed 1 September 2011]; 79 (3) : 545 – 554.
Oktober 2010]; [13 screens]. Available from: Available from: http://ncbi.nlm.nih.gov/pmc/
http://ilib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?datald articles/PMC3163373
=750
82 Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 15, No. 2 – Juli 2011, hlm. 77 – 82

Halaman ini sengaja dikosongkan

Anda mungkin juga menyukai