Skripsi Mira - Alhamdulillah Done
Skripsi Mira - Alhamdulillah Done
PENDAHULUAN
Bahan-bahan kedokteran gigi merupakan salah satu media penularan agen infeksi
kepada dokter gigi. Menurut Miller dan Cottone yang dikutip oleh Ghahramanloo,
setetes saliva mengandung 50.000 bakteri yang berpotensi patogen. Bakteri patogen ini
dapat dengan mudah menyebar melalui bahan cetak, terutama hidrokoloid ireversibel
yang menjadi tempat berkumpul bakteri lebih banyak daripada bahan cetak lainnya.1
dicuci terlebih dahulu dengan air untuk menghilangkan saliva dan darah yang melekat
pada bahan cetak kemudian direndam dalam larutan disinfektan untuk menghindari
kedokteran gigi. Keakuratan dari model kerja atau die selain tergantung kepada sifat-
sifat fisik dan mekanik dari bahan model, juga tergantung kepada sifat-sifat fisik dan
Cetakan alginat yang mengandung 85% air dapat mengalami penyusutan yaitu
menguapnya air bila terjadi kenaikan suhu atau bila disimpan di udara terbuka dalam
waktu tertentu sehingga cetakan alginat akan mengalami kontraksi. Cetakan alginat
bersifat imbibisi yakni menyerap air bila berkontak dengan air dalam waktu tertentu
sehingga akan mengembang. Selain itu, alginat juga dapat mengalami sineresis yaitu
reaksi sol yang terus berlanjut. Karena rawan terjadi ekspansi maka perlu diwaspadai
alginat.3-6,19
Salah satu disinfektan yang tidak mahal namun efektif adalah sodium hipoklorit,
yang selama ini dikenal sebagai bahan pemutih. Hipoklorit telah terdaftar oleh ADA
sebagai disinfektan bahan cetakan dan merupakan bahan disinfeksi cetakan yang paling
merupakan hal yang penting. Idealnya waktu perendaman sesingkat mungkin, tetapi
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka dapat diambil rumusan
permasalahan, yaitu apakah ada pengaruh lama perendaman cetakan alginat di dalam
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis dan pembaca dan
yang berbeda.
3
1.5 Hipotesis
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
membuat tiruan dari jaringan oral dan ekstraoral harus memenuhi beberapa
kriteria, yaitu (1) bahan tersebut harus cukup cair untuk beradaptasi dengan
jaringan mulut serta cukup kental untuk tetap berada dalam sendok cetak yang
menghantar bahan cetak ke dalam mulut, (2) bahan tersebut harus berubah atau
mengeras menjadi padat menyerupai karet dalam waktu tertentu selama di dalam
mulut, dan (3) cetakan yang mengeras harus tidak berubah atau robek ketika
stuktur oral yang ketika digunakan untuk mencetak harus dalam bentuk plastis.
bentuk semula karena telah terjadi reaksi kimia, sedangkan reversibel berarti bahan
karena tidak terjadi perubahan kimia. Menurut perubahan fisik, reaksi kimia, atau
Bahan cetak elastis dapat secara akurat mereproduksi struktur keras dan lunak
rongga mulut, sedangkan bahan cetak non-elastis harus dipatahkan atau diubah
1. Gips Cetak
Sekarang Gips Paris jarang digunakan sebagai bahan cetak sejak bahan
membersihkan cetakan edentulous. Gips cetak bersifat rigid dan lebih mudah
patah daripada bengkok.10 Bahan ini kaku setelah mengeras dan dimensinya
stabil, dan karena itu paling cocok digunakan bila tidak ada undercut tulang.3
Gips ini harus disimpan dalam kantung kedap udara karena akan menyerap
6
2. Kompound
dipanaskan dalam uap air dengan suhu 55-700C.3 Terdapat dua jenis
kompound yang ditentukan oleh ADA. Tipe I digunakan untuk mencetak dan
kompound dapat dipakai untuk pencetakan mahkota penuh (tipe I), cetakan
rahang edentulous sebagian atau seluruhnya (tipe I), dan membuat cetakan
pada sendok cetak di mana cetakan akhir dibuat dengan menggunakan bahan
lainnya (tipe II). Kompound tidak dapat digunakan untuk mencetak undercut
Bahan ini kaku setelah mengeras dan dimensinya stabil. Karena itu bahan
ini lebih disukai dibandingkan dengan alginat pada semua kasus yang tidak
cetak untuk gigitiruan pada lingir edentulous dengan undercut kecil atau
tanpa undercut. OSE juga dapat digunakan sebagai cetakan pembersih di atas
kompound pada sendok cetak atau pada sendok cetak individual akrilik.6
7
2.1.2.2 Bahan Cetak Elastis
Hidrokoloid reversible adalah bahan cetak yang paling akurat. Bahan ini
tiruan tunggal dan gigi tiruan cekat sebagian karena akurasinya yang tinggi.4,8
kedokteran gigi. Bahan ini dipakai untuk membuat cetakan untuk gigi tiruan
dan model studi. Bahan ini tidak cukup akurat untuk cetakan gigitiruan
sebagian cekat.6
3. Elastomer
mudah kembali ke bentuk semula dengan baik, dan stabil dimensinya, tetapi
yang sangat encer, menghasilkan kelompok bahan cetak yang cocok untuk
8
berbagai penerapan klinis. Bahan-bahan ini bersih dan mudah
penggunaannya, serta memiliki rentang waktu yang cukup untuk bekerja dan
2.2 ALGINAT
Garam asam alginat yang diperoleh dari rumput laut jika dicampur
dengan air dalam proporsi yang tepat akan membentuk hidrokoloid ireversibel,
relatif murah, proses pengerasan yang cepat, serta keakuratan yang memuaskan.16
karena derajat kecermatan model yang dihasilkan tidak dituntut setinggi seperti
yang diperlukan bagi model kerja yang akan digunakan untuk membuat
geligitiruan atau sewaktu membuat cetakan akhir yang bertujuan untuk mencatat
seakurat mungkin bentuk mukosa sekaligus sulkus secara fungsional. Selain itu
9
lepasan, alat ortodontik, dan model studi. Akan tetapi, alginat tidak cukup akurat
Komposisi bahan cetak alginat, fungsi, dan persentase berat dari masing-
Persentase
Komponen Fungsi
Berat
Sodium atau potassium alginat Reaktan 12-15
pasta. Dua reaksi utama terjadi ketika bubuk bereaksi dengan air selama proses
10
setting. Tahap pertama, sodium fosfat bereaksi dengan kalsium sulfat yang
Tahap kedua, setelah sodium fosfat telah bereaksi, sisa kalsium sulfat
bereaksi dengan sodium alginat membentuk kalsium alginat yang tidak larut, yang
H2O
(bubuk) (gel)
jenis, yakni:8
pemakaian rutin.
Gelasi alginat yang normal tercapai dalam 3 menit. Gerakan pada waktu
gelasi berlangsung, misalnya pasien batuk, bergerak, muntah, atau menelan akan
11
2.2.4 Penyimpanan
faktor utama yang mempengaruhi lama penyimpanan bahan cetak alginat. Bahan
yang sudah disimpan selama satu bulan pada 650C tidak dapat digunakan dalam
perawatan gigi, karena bahan tersebut tidak dapat mengeras sama sekali atau
mengeras terlalu cepat. Simpan persediaan alginat pada lingkungan yang dingin
dan kering.8
dengan berat bubuk yang sudah ditakar untuk membuat satu cetakan, atau dalam
jumlah besar di kaleng. Bubuk yang dibungkus per kantung lebih disukai karena
bubuk lebih terjamin karena dilengkapi dengan takaran plastik untuk mengukur
banyaknya air.8
2.2.5.1 Manipulasi
mempengaruhi hasil adonan alginat. Perbandingan bubuk dan air yang kurang
12
akan meningkatkan kekuatan, mengurangi waktu kerja, waktu setting, dan
fleksibilitas. Pengadukan yang tidak adekuat tidak mencetak secara detail dan
sehingga reaksi kimia berlangsung secara tidak seragam di massa adukan. Pada
penempatan alginat ke dalam sendok cetak, usahakan jangan sampai ada udara
terjebak, semua bagian sendok terisi dengan baik, dan perforasi sendok cetak
terisi semua. Bila tidak, alginat dapat terlepas pada saat sendok dikeluarkan dari
mulut.5,6,8
berubah bentuk, sedangkan terjebaknya udara atau cairan pada permukaan gigi
atau jaringan akan menyebabkan cetakan jadi porus. Bahan cetak yang terlalu
2.2.5.2 Pencetakan
pekerjaan profilaksis, karena bila masih ada perdarahan pada gusi, pengerasan
13
suatu bahan perekat. Lubang-lubang tersebut juga memungkinkan alginat
mengalir keluar.4
penutupan tepi pada sisi kiri atau kanan, tetapi hendaknya hal ini dilakukan
permukaan cetakan dengan mencuci cetakan di bawah aliran air. Kelebihan air
Bila ada saliva berlendir dan tidak dapat dibersihkan dengan air,
cetakan dapat ditaburi bubuk atau adonan gips yang sangat encer. Sesudah itu
14
2.2.5.4 Pemeliharaan Cetakan Alginat
mengeras. Cetakan alginat harus segera diisi dengan dental gipsum sesegera
mungkin dan tidak lebih dari 30 menit atau bila tidak cetakan akan menjadi
tidak akurat dan perlu dilakukan pencetakan ulang karena dimensi yang tepat
telah hilang.16,17 Jika masih ada sisa air di permukaan cetakan atau cetakan
terlalu lama direndam di dalam cairan yang mengandung air selama lebih dari
terjadi penguapan air dengan akibat mengerutnya alginat. Untuk mencegah hal-
hal tersebut, letakkan cetakan dalam udara lembab, bungkus dengan kain basah
atmosfir 100%.4,5
menit setelah cetakan selesai. Selama cetakan menunggu untuk diisi, hendaknya
tidak diletakkan bersandar pada kelebihan alginat yang mengalir ke luar di tepi
15
2.2.6 Pengecoran
Dalam proses pengecoran, rasio antara bubuk gipsum dan air harus
model yang rapuh. Sebaliknya, adonan yang terlalu kental akan menyebabkan
reaksi kimia pada model dan menghasilkan permukaan kasar pada model. Hal ini
dapat dihindarkan dengan penggunaan larutan pengeras K2SO4 2%. Larutan ini
bahan gipsum, dan memperoleh konsistensi permukaan model yang lebih padat.
Alginat masa kini biasanya tidak perlu lagi direndam dalam larutan seperti ini.5
Waktu penyimpanan cetakan alginat sampai diisi oleh gips tidak boleh
lebih dari 30 menit.17 Setelah cetakan diisi, sendok cetak harus diletakkan pada
supporting jig atau sendok bagian posterior diberi alas gulungan kapas supaya
Cara melepas model dari cetakan tergantung dari bahan cetak yang
alginat, segera setelah gipsum mengeras, kurang lebih 30-60 menit, model harus
16
segera dilepas dari cetakan sehingga permukaan model akan tetap halus. Bila
cetakan dibiarkan dan baru besoknya dilepas, alginat biasanya mengerut dan
Pada dasarnya, danger zone in dental practice berawal dari tiga hal
penting dalam transmisi, yaitu droplet infection atau aerosol infection, smear
infection atau indirect infection, dan yang terakhir adalah direct contact
disertai dengan respons imunologik dengan gejala klinik atau tanpa gejala klinik.6
Infeksi silang adalah transmisi bakteri patogen dari seorang pasien ke pasien lain.9
human immunodeficiency virus (HIV) disebut bicod borne disease, yaitu penyakit
yang dapat ditularkan melalui darah atau cairan tubuh. Tingkat potensialisme
17
penularan penyakit hepatitis ternyata lebih tinggi dibandingkan HIV karena daya
hidup virus hepatitis yang lebih tinggi di luar tubuh. Akan tetapi baik dokter gigi
maupun pasien biasanya lebih takut pada HIV, padahal hepatitis lebih banyak
menyebabkan kematian bagi orang yang tertular akibat risiko pekerjaan. Jenis
larutan sodium hipoklorit atau iodophor.6 Namun jenis disinfektan ini nampaknya
18
hanya berpengaruh kecil terhadap perubahan dimensi yang diukur pada model
gips.14
sodium hipoklorit merupakan larutan disinfeksi bahan cetak yang paling banyak
digunakan dokter gigi swasta (73%), diikuti oleh glutaraldehid (15%), alkohol
(8%).11
Sodium Hipoklorit
baik oleh ahli teknik gigi maupun oleh dokter gigi. Kunci untuk mencegah
penyebaran infeksi ini adalah dengan adanya disinfeksi yang biasanya terdiri atas
pencucian yang bersih dengan air, pencelupan ke dalam larutan hipoklorit, dan
Salah satu disinfektan yang tidak mahal namun efektif adalah sodium
hipoklorit, yang selama ini dikenal sebagai bahan pemutih. Hipoklorit telah
terdaftar oleh ADA sebagai disinfektan bahan cetakan.1 Selain itu sodium
hipoklorit aman digunakan dan bersifat bakterisid. Disinfektan ini dipakai dengan
19
Sodium hipoklorit termasuk golongan halogenated yang oxygenating.
Larutan ini merupakan disinfektan derajat tinggi karena sangat aktif pada semua
bakteri, virus, jamur, parasit, dan beberapa spora. Bahan tersebut bekerja cepat,
juga digunakan untuk bahan irigasi saluran akar. Pemakaian sodium hipoklorit
lempeng akrilik.13
20
Berdasarkan aplikasi praktisnya, disinfeksi dengan teknik perendaman
dianggap sebagai metode yang paling sesuai dan aplikatif untuk dokter gigi.
sprayer dianggap sebagai metode yang paling efektif dan praktis bila jarak
sebagian sebagian besar dokter gigi swasta di Hong Kong merendam cetakannya
ke dalam disinfektan (69%). Sementara itu, teknik lain yang juga dipakai yakni
21
BAB III
METODE PENELITIAN
Sodium
Bakteri Infeksi silang
hipoklorit
patogen
Kontrol infeksi Iodofor
Disinfeksi Fenol
cetakan
cetakan Memakai
sprayer
Teknik disinfeksi
Merendam
Silikon
Bahan cetak
Polieter
Agar
Alginat
3.2 KERANGKA KONSEP
Cetakan alginat
Perubahan dimensi
Variabel bebas
Variabel akibat
Variabel kontrol
Variabel perancu
Variabel penghubung
23
3.3 ALUR PENELITIAN
Pengadukan
alginat
Hasil cetakan
Pengecoran dengan
Perendaman
dental stone
Model stone
Pengumpulan data
Analisis data
Kesimpulan
24
3.1 JENIS PENELITIAN
longitudinal.
3.1.3 Substansi
analitik.
3.1.5 Perlakuan
penelitian eksperimental.
25
3.3 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Universitas Hasanuddin.
3.4 SAMPEL
Sampel pada penelitian ini adalah model gips hasil cetakan alginat yang
tidak direndam dan model gips hasil cetakan alginat yang direndam di dalam
menit.
3.5 VARIABEL
26
d. Teknik pengadukan alginat
- Rubber bowl
- Spatula
- Master Die
- Kaliper
- Stop Watch
27
A B C
B
B
- Alginat
- Akuades
- Sodium Hipoklorit 1%
28
A B C
a. Menakar dan mengaduk bahan cetak dengan menggunakan rubber bowl dan
d. Setelah bahan cetak mengeras, master die dilepas dan segera diisi dengan
29
e. Membuat 10 sampel seperti di atas, tapi hasil cetak tidak segera diisi
f. Membuat 10 sampel seperti di atas, tapi hasil cetak tidak segera diisi
g. Membuat 10 sampel seperti di atas, tapi hasil cetak tidak segera diisi
direndam di dalam larutan disinfektan sodium hipoklorit 1%, dalam penelitian ini
terjadi pada cetakan alginat sebelum dan sesudah direndam oleh larutan
30
hipoklorit 1% dengan variasi perendaman 5, 10, dan 15 menit maka dilakukan uji
data secara anova satu arah yang mempunyai nilai kemaknaan α = 0,05.
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN
terhadap stabilitas dimensi dengan variasi waktu yang berbeda dapat dilihat pada tabel
IV.1.
Berdasarkan analisis data dengan uji anova satu arah dengan tingkat kemaknaan
direndam ke dalam larutan disinfeksi (kontrol) dengan die hasil cetakan alginat setelah direndam selama
Lama
Perendaman N Rerata 95% Estimasi Interval Std. Deviasi
(menit)
0 10 37.06400
37.05085 - 37.07715 .018379
5 10 37.06200
37.05388 - 37.07012 .011353
10 10 37.06080
37.04978 - 37.07182 .015411
15 10 37.07800
37.05839 - 37.09761 .027406
Total 40 37.06620
37.05993 - 37.07247 .019616
Tabel IV.2 menunjukkan lama perendaman model gips, jumlah subjek masing-
masing kontrol dan perlakuan, rerata diameter model gips, estimasi interval dengan nilai
Berdasarkan hasil uji statistik dengan anova satu arah, didapatkan hasil
probabilitas 0,174 dengan F hitung 1,749. Dari nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p>0,05) antara perubahan stabilitas dimensi
antara die hasil cetakan alginat yang tidak direndam ke dalam larutan disinfeksi
(kontrol) dengan die hasil cetakan alginat setelah direndam selama 5,10, dan 15 menit di
33
Gambar IV. Hasil cetakan alginat pada gips dengan lama perendaman 0, 5, 10, dan 15 menit
34
BAB V
PEMBAHASAN
Hasil cetakan dapat dikatakan baik bila keakuratannya terjamin dan memiliki
kestabilan dimensi sampai nanti akan diisi oleh gips. Akurat adalah kemampuan untuk
banyak faktor. Imbibisi dan pengerutan disebabkan penguapan air yang terjadi pada
dipengaruhi oleh material yang terkandung di dalam alginat itu sendiri yang terjadinya
tidak dapat dicegah bahkan bila cetakan disimpan di dalam humidor. Kesalahan yang
bersifat random juga dapat menjadi penyebabnya dan dapat berasal dari mana saja.
Misalnya rasio bubuk gips dan air yang tidak tepat, alginat yang tidak terdukung alat
cetak, gerakan selama proses gelasi berlangsung, atau gerakan melepas alginat dari
cetakannya yang tidak tepat.19 Selain itu metode disinfeksi juga ikut berpengaruh.18
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan die kontrol sebanyak sepuluh buah
dengan 3 jenis perlakuan yaitu cetakan alginat yang direndam selama 5, 10, dan 15
menit untuk kemudian dicor dengan gips agar memudahkan perhitungan dan diharapkan
angka yang dihasilkan juga cukup akurat. Hal ini seperti yang dikemukakan Rusfian dkk
yang dikutip oleh Sastrodihardjo bahwa gips tidak terlalu berperan besar dalam
perubahan dimensi hasil cetakan dibandingkan dengan peran bahan cetak.15 Penelitian
serupa mengemukakan bahwa ekspansi maksimal dental gipsum adalah sebesar 0,12%.19
Seperti yang dinyatakan oleh Joseph bahwa salah satu disinfektan yang sesuai
untuk bahan cetak alginat adalah sodium hipoklorit.6 Selain itu sodium hipoklorit
positif dan kuman gram negatif.1 Disinfektan ini dipakai dengan cara perendaman
selama 10 menit.18
Perubahan dimensi yang tidak bermakna terjadi pada cetakan alginat, baik yang
direndam selama 5,10, dan 15 menit terlihat jelas setelah dilakukan pengujian sampel
dan analisis statistik dengan menggunakan uji anova satu arah. Terjadi hanya sedikit
perubahan dimensi tampaknya berkaitan dengan lamanya waktu perendaman yang relatif
singkat. Namun demikian, perubahan dimensi tetap terjadi disebabkan struktur alginat
yang berbentuk serat dengan air yang mengisi ruangan kapiler tersebut, seperti yang
Hal ini juga telah ditunjukkan oleh percobaan yang dilakukan oleh Hiraguchi
yang menyatakan bahwa perendaman cetakan alginat pada 0,5% atau 1% larutan sodium
hipoklorit selama 15 menit tidak menunjukkan deformasi ukuran yang mencolok yang
36
Pengaruh disinfeksi dengan menggunanakan larutan sodium hipoklorit 1% atau
larutan glutaraldehid 2% pada ketepatan dan kualitas telah diteliti setelah perendaman
10-30 menit. Hasilnya adalah perubahan dimensi yang terjadi hanya sebesar 0,1% yang
tidak signifikan untuk aplikasi klinis seperti preparasi model studi dan model kerja
menyebabkan cetakan menjadi tidak akurat lagi. Ditambah lagi bahan cetak alginat
mengandung banyak air yaitu sekitar 85% sehingga cenderung untuk terjadi distorsi
yang disebabkan oleh ekspansi yang berhubungan dengan sifat sineresis dan imbibisi
37
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
praktik dokter gigi maupun di laboratorium teknik gigi harus ditingkatkan untuk
memutus mata rantai terjadinya infeksi silang. Oleh karenanya perlu dilakukan
disinfeksi, termasuk pada bahan cetakan alginat tanpa mengubah dimensi dan
keakuratannya.
didapatkan hasil analisis statistik yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang bermakna antara perendaman cetakan alginat selama 5, 10, maupun 15 menit di
dalam larutan disinfektan yang kemudian dicor dengan gipsum terhadap keakuratan
hasil cast yang dihasilkan. Dengan demikian pemakain disinfektan pada bahan cetak
6.2 Saran
Penelitian ini hanya menggunakan metode dan peralatan yang sederhana seperti
jangka sorong manual serta cara mengaduk alginat dan gips yang masih manual dengan
menggunakan rubber bowl dan spatula. Oleh karena itu diharapkan pada
penelitian selanjutnya digunakan alat pengukuran dan metode yang lebih canggih untuk
mencegah terjadinya human error di dalamya serta mencapai tingkat keakuratan yang
lebih tinggi.
39
DAFTAR PUSTAKA
2. Bhat VS, Shetty MS, Shenoy KK. Infection control in the prosthodontic
laboratory. J Indian Prosthodont Soc [serial online] 2001 [cited 2010 Dec 22];
7(2): 62-5. Available from
http://www.adldental.com/resources/Infection%20Control.pdf?phpMyAdmin=qk
%2Cl9c-CLBG-A3l-ODiEAfRI2I1. Accessed December 22, 2010.
4. Basker RM. Perawatan prostodontik bagi pasien tak bergigi edisi ke-3. Alih
bahasa: Soebekti TS, Arsil H. Jakarta: EGC; 1994, h. 70-1; 131-2.
5. Haryanto G. Buku ajar ilmu geligi tiruan sebagian lepasan jilid II. Jakarta:
Hipokrates; 1991. h. 52; 63; 67; 70; 72-3; 75; 77.
6. Joseph WO, editor. Dental materials and their selection 3rd ed. Chicago:
Quintessence Publishing Co, Inc.; 2002. p. 90, 96.
8. Anusavice KJ. Phillip’s buku ajar ilmu bahan kedokteran gigi edisi ke-10. Alih
bahasa: Budiman JA, Purwoko S. Jakarta: EGC; 2004. h. 94; 109.
9. Baum, Phillips, Lund. Ilmu konservasi gigi edisi ke-3. Alih bahasa: Tarigan S.
Jakarta: EGC; 1994. h. 107.
40
10. Kamus kedokteran gigi. Alih bahasa: Sumawinata W. Jakarta: EGC; 1993.
Alginate; h. 9.
11. Siu Kei Pang, Millar BJ. Cross infection control of impressions: a questionnaire
survey of practice among private dentists in Hong Kong. Hong Kong Dent J
[serial online] December 2006; 3(2): 89-93. Available from
http://www.hkda.org/hkdj/V3/N2/v3N2_P89_OA2.pdf. Accessed December 5,
2010.
12. Wibowo T, Parisihni K, Haryanto D. Proteksi dokter gigi sebagai pemutus rantai
infeksi silang, Jurnal PDGI 2009; 58(2): 6-9.
13. David, Munadziroh E. Perubahan warna lempeng resin akrilik yang direndam
dalam larutan disinfektan sodium hipoklorit dan klorhexidin. Dent J [serial
online] January 2005; 38(1): 36-40. Available from
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/DENTJ-38-1-10.pdf. Accessed November 23,
2010.
16. Jeddy. Pengaruh empat macam perlakuan pada bahan cetak alginat terhadap
perubahan dimensi, dentika Dental Journal 2001; 6(1): 1-5.
17. Walker MP, Burckhard J, Mitts DA, Williams KB. Dimensional change over
time of extended-storage alginate impression material. Angle Orthodontist [serial
online] 2010; 80(6): 1110-4. Available from
http://www.scribd.com/doc/45323472/Dimensional-Change-Over-Time-of-
Extended-storage-Alginate. Accessed June 5, 2011.
41
18. Febriani M, Herda E. Pemakaian desinfektan pada bahan cetak elastomer,
JITEKGI 2009; 6(2): 41-4.
19. Imbery TA, Nehring J, Janus C, Moon PC. Accuracy and dimensional stability of
extended-pour and conventional alginate impression materials. J Am Dent Assoc
[serial online] 2010; 141(1): 32-9. Available from
http://jada.ada.org/content/141/1/32.full. Accessed November 23, 2010.
20. Craig RG, Power JM. Restorative Dental Material 11th ed. St. Louis: CV Mosby
Co; 2002. p. 339-40.
42
LAMPIRAN
43