Seorang laki-laki usia 50 tahun di rawat inap di rumah sakit karena diabetes
mellitus. Pada pasien dilakukan pemasangan i.v line dan urin kateter. Pada hari
kelima di rumah sakit pasien mengeluh demam dan nyeri di perut bagian bawah
setelah dipasang kateter, pasien mengalami kebingungan untuk melakukan ibadah
shalat. Pemeriksaan fisik didapatkan suhu 39oC, denyut nadi 90x/menit, frekuensi
nafas 20x/menit, pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri tekan pada region supra
pubis. Kemudian dilakukan pemeriksaan urin. Hasil pemeriksaan urin sebagai
berikut :
Hasil isolasi pada media diferensial Mc concey agar didapatkan koloni berbentuk
bulat kecil, warna merah, tepi rata, permukaan cembung, dan elevasi semi mucoid
Hasil uji biokimia dengan media uji fermentasi gula didapatkan adanya
gelembung udara di dalam tabung durham.
Pada kultur urin, hitung kuman terdapat bakteri per ml 150.000 colony forming
unit.
STEP 1 :
STEP 2 :
STEP 3 :
STEP 4 :
ISK
da
STEP 5 :
1. CAUTI
2. Struktur dan pathogenesis E.Coli
3. Pembentukan biofilm
4. Diagnosis laboratorium
5. Tata laksana
6. Pencegahan
7. AIK
STEP 7 :
3. Biofilum
Infeksi terkait dengan alat medis merupakan infeksi klinis pertama yang
disebabkan oleh biofilim dan menunjukkan bahwa pembentukan biofilm dapat
di fasilitasi oleh respon inflamasi hopes melalui adhesi ke permukaan alat
medis. Biofilm pada kateter urine disebabkan oleh bakteri yang memiliki
kemampuan untuk menghidrolisis urea dalam urin membentuk amonia bebas
melalui enzim urease. Amonia dapat meningkatkan pH di permukaan cairan
biofilm, sehingga terjadi pengendapan mineral seperti kalsium fosfat
(hidroksi-apatit) dan magnesium amonium fosfat (struvite). Mineral yang
mengendap dalam biofilm akan menyebabkan kerak pada kateter, seperti
kalsium karbonat, produk korosi seperti besi oksida, dan partikel tanah sering
terdeposit dalam biofilm yang berasal dari sistem air minum rumahan dan
industri, sebagai contoh lain interaksi partikel dengan biofilm.
Proses pembentukan biofilm
Terbentuknya biofilm dimulai degan perlekatan sel mikroba planklonik
pada permukaan substat. Sel-sel pada tahap perlekatan awal tidak melekat
dengan kuat karena hanya mengandalkan kekuatan ikatan van der waals.
Setelah itu, koloni akan mengikatkan diri lebih kuat pada permukaan dengan
menggunakan pili. Koloni awal berperan sebagai fasilitator bagi sel lainnya
untuk mencari sisi perlekatan selanjutnya sebagai tempat pembuatan matriks
biofilm. Bagi sel-sel yang tidak mampu untuk melekat pada permukaan, sel
tersebut memacu sel-sel dalam koloni untuk membentuk matriks melalui
quorum sencing
Alasan bakteri membentuk biofilm adalah karena daya tahan
hidup/sintasan (survival) meningkat dan pertumbuhan menjadi lebih baik.
Setidaknya ada empat alasan yang mendasari hal tersebut, yaitu pertahanan,
perlekatan pada relying, kolonisasi, cara hidup alami bakteri.
4. Diagnosis E. coli
Diagnosis keberadaan Escherichia coli dapat diidentifikasi dengan
beberapa teknik, beberapa diantaranya yaitu :
- Rectal Swab
Prosedur dimana kapas kecil steril dimasukkan kedalam rectum untuk
tujuan koleksi sampel yang akan diuji untuk penyakit dan infeksi tertentu.
Pemeriksaan specimen/sampel dilakukan dengan tujuan isolasi Escherichia
coli.
- Teknik ELISA ( Enzyimme- Linked Immunosorbent Essay )
Teknik ini sangat cepat dan sensitive serta praktis penggunaannya dalam
klinik. Cara ini didasrkan pada reaksi anatara antibody monoclonal
spesifik E.Coli dengan antigen E.Coli,. Kelemahannya kurang spesifik
karena akan terjadi reaksi silang dengan antibody dari bakteri lain.
5. Tata Laksana
Kultur urin tidak diperlukan pada pasien yang menggunakan kateter dan
tanpa gejala. Penggunaan antibiotik direkomendasikan hanya untuk ISK
karena kateter dengan gejala. Pengobatan awal menggunakan antibiotik
spektrum luas berdasarkan pola resistensi kuman, pilihan antibiotik perlu
disesuaikan menurut hasil kultur urin. Lama pemberian antibiotika minimal 7
hari tergantung kondisi klinis. Penggantian kateter harus dilakukan apabila
ditemukan kecurigaan ISK karena kateter. Sedangkan, penggunaan antibiotik
sistemik pada bakteriuria tanpa gejala direkomendasikan pada kasus (i) pasien
yang akan menjalani operasi urologi atau implantasi prostesis, (ii) pengobatan
sebagai bagian dari penatalaksanaan infeksi nosokomial yang disebabkan oleh
organisme virulen tertentu yang sering ditemukan pada unit tersebut, (iii)
pasien yang memiliki risiko tinggi terjadinya komplikasi infeksi berat seperti
pasien dengan imunosupresi, dan (iv) infeksi yang disebabkan kuman dengan
risiko tinggi bakteremia, seperti Serratia marcescens.
6. Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak terkena infeksi saluran kemih
akibat pemasangan kateter dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
- Gunakan peralatan steril dan teknik aseptik selama pemasangan dan
perawatan / perawatan.
- Tinjau kebutuhan kateter setiap hari dan lepaskan sesegera mungkin ketika
tidak lagi diperlukan (idealnya dalam 48 jam).
- Jangan menunda buang air kecil, sebab menahan buang air kecil
merupakan sebab terbesar dari infeksi saluran kemih.
- Perhatikan kebersihan secara baik, misalnya setiap buang air kecil
bersihkanlah dari depan ke belakang. Hal ini akan mengurangi
kemungkinan bakteri masuk ke saluran urin dari rektum.
- Ganti selalu pakaian dalam setiap hari, karena bila tidak diganti bakteri
akan berkembang biak secara cepat dalam pakaian dalam.
- Pakailah bahan katun sebagai bahan pakaian dalam, bahan katun dapat
memperlancar sirkulasi udara.
- Hindari memakai celana ketat yang dapat mengurangi ventilasi udara, dan
dapat mendorong perkembangbiakan bakteri.
- Minum air yang banyak.
7. AIK
Jika penggunaan kateter ini termasuk kondisi terpaksa, di mana kateter
harus tetap terpasang dan tidak bisa dilepas waktu shalat, atau jika sering
dilepas akan membahayakan orang yang sakit, maka tidak masalah shalat
dalam keadaan kateter tetap terpasang. Sebagaimana firman Allah:
َ َ َّللاَ َما ا ْست
ط ْعت ُ ْم َّ فَاتَّقُوا
saluran kemih pada pasien pengguna kateter urin di ICU RSUP dr.jamil
5(1).