Anda di halaman 1dari 2

Aku tertawa terbahak-bahak mendengar lelucon Amal, sahabatku.

Seseorang
mencoba menegurku. “Woi, bisa diem ga? Rapatnya mau mulai nih!” Aku tidak
memandangnya sedikitpun walaupun, mendengar suara cemprengnya itu. Kak Intan. Dia ini
Sekertaris I di OSIS, dan aku Sekertaris II-nya. Males banget harus satu jabatan sama Kakak
Kelas songong campur jutek satu ini. Untung saja dia kakak kelas, kalau bukan, aku bentak
balik deh terus aku maki-maki dengan sumpah serampah selama lima menit. Yeah, stok
sumpah serampahku banyak kok, apalagi Amal mungkin lebih banyak! Akhirnya aku diam
sebentar sambil melihat seseorang berdiri dari kursinya. Dia Wakil Ketua OSIS. Teman
sekelasku namanya Caren. Anaknya pemalu dan tidak bisa bicara di depan umum. Tetapi, tak
tahu ya kok dia bisa jadi wakil ketos. Mungkin karena prestasi akademisnya kali yang
menurutku memang harus kuacungi empat jempol.

Ku lihat Caren yang menarik napas panjang lalu menghembuskannya. Tetapi setelah
itu tak ada suara? Caren melakukan ritual tarik-napas-buang-HAH nya beberapa kali. Aku
dan anggota-anggota OSIS yang lain tertawa melihat tingkahnya yang seperti ibu-ibu yang
mau lahiran. Ingin sekali aku nyeletuk cuman tidak enak aja karena dia ini salah satu teman
baikku di kelas. Aku dan anggota-anggota yang lain masih tertawa. Setelah tawa kami reda,
Caren akhirnya bersuara.

“Selamat pagi teman-teman. Hari ini kita akan membahas tentang MOPD untuk kelas 7.”
Katanya, aku masih bisa mendengar dia menghembuskan napas lega. Aku ingin tertawa
namun sekali lagi dia teman baikku.

Setelah mengatakan begitu, Caren kembali ke tempat duduknya. Cuman begitu


doang? Ngapain dia pake ritual tarik-napas-buang-HAH yang memalukan itu? Aku cuman
mengernyitkan alis makin bingung mengapa Caren bisa kepilih jadi wakil ketos kalau
berbicara di depan umum aja harus melakukan ritual aneh itu. Hih. Ka Dela, Ketua OSIS
berdiri dan mulai melanjutkan dengan acara doa bersama untuk memulai rapat. Setelah
selesai doa, Ka Dela mulai menjelaskan tentang perencanaan MOPD.

“Jadi MOPD tuh singkatan dari Masa Orientasi Peserta Didik. Peserta didik tersebut berasal
dari adik-adik kelas kita yang kelas 7....” dan blablabla semua penjelasan tak penting, tak
berguna, dan sudah menjadi pengetahuan umum bagi orang yang udah pernah di MOPD.
Anggota-anggota OSIS juga tahu kali yang begituan mah! Ga penting banget deh! Udah
ngomongnya eu-eu-an lagi.
Aku memandang bosan Kak Dela yang terus nyerocos tentang MOPD tuh apa, buat
apa, dan mengapa dilaksanakan. Oke sekarang aku berasa sedang di MOPD ‘LAGI’ oleh
Ketua OSIS-ku sendiri.

“Plis deh Jov. Penjelasan ga mutu banget! Amit-amit dah gue berasa di MOPD ulang ini
mah!” ujar Amal di sampingku. Aku hanya mengangguk setuju. Semua anggota-anggota
OSIS hanya diam dan tak ada yang nyeletuk. Pengin sih nyeletuk, tapi sekali lagi ‘Dia kakak
kelas, dan terkenal songong campur jutek’. Ogah deh gue kena semprot-nya apalagi aku
cuman adik kelas.

Aku memandang jam dinding yang sudah menunjukan 30 menitan penjelasan tak
berujung nan membosankan dari Kak Dela. Ya Tuhan kirimkan bala bantuan untuk
mengakhiri penjelasan tak berujung nan membosankan dari Kak Dela ini. Amin. Aku berdoa
dalam hati. Tiba-tiba Pak Dino, guru pembimbing OSIS masuk dan menyuruh kami untuk
latihan upacara pembukaan MOPD! Yes! Ingin sekali aku berteriak ‘YES... YES... YES...
HORE!’ dengan memakai nada Dora The Explore itu namun, bisa-bisa aku diketawain lagi
sama anggota-anggota lain.

Anda mungkin juga menyukai