Anda di halaman 1dari 3

MAUMERE, NNC - Salah satu suku yang cukup unik dan terkenal di Nusa Tenggara

Timur, khususnya di pulau Flores adalah suku Sikka. Suku Sikka ini mendiami
kabupaten Sikka dengan ibukotanya Maumere.

Dengan kata lain, suku Sikka, adalah suatu masyarakat adat yang mendiami kabupaten
Sikka, di Flores timur-tengah, pulau Flores provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
Populasi orang Sikka diperkirakan lebih dari 350.00.000 orang.

Suku Sikka disebut sebagai bagian dari etnis Mukang yang terdiri dari beberapa
suku, yaitu suku Sikka, Krowe, Mukang dan Muhang.

Orang Sikka terkenal karena tenun ikat halus mereka yang berakar dalam masyarakat
Sikka, yang memiliki nilai ekonomi dan sosial yang tinggi. Produksi kain tenun ikat Sikka
mungkin yang terbaik di Flores.

Perempuan Sikka banyak yang berprofesi dalam pembuatan tenun ikat. Tenun ikat
merupakan kekayaan budaya yang dipakai dalam setiap upacara adat maupun
kehidupan sehari-hari.

Keunikan tenun ikat ini merupakan ciri khas dan juga bagi suku-suku lain yang berada
di wilayah ini, termasuk ragam motif, warna maupun proses warnanya.

Selain seni tenun ikat, Sikka juga memiliki sejarah yang menarik dari kerajaan kuno dan
integrasi pengaruh luar awal dalam budaya lokal mereka.

12
Nama Sikka juga menjadi nama sebuah desa di kecamatan Lela yang jaraknya kurang
lebih 30 kilometer dari Maumere.

Desa Sikka ini menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Sikka zaman dahulu dan menjadi
titik awal kedatangan bangsa Portugis di Flores.
Etnis lain yang juga menetap di kabupaten Sikka ini adalah Tana 'Ai yang berada di
bagian timur pegunungan kabupaten dan masyarakat Sikka-Krowe yang berdiam di
daerah pusat, serta di bagian utara dan pantai selatan.

Sikka adalah nama dari kelompok etnis serta domain sebelumnya diperintah oleh Raja
Sikka. Selain berbicara bahasa yang berbeda, orang Sikka dan Tana 'Ai juga memiliki
beberapa perbedaan budaya.

Masyarakat Sikka pada awal abad 17 sering berhubungan dengan Portugis, yang
meninggalkan jejak kaki budaya yang masih terlihat serta agama Kristen Katolik yang
berkembang di tengah masyarakat Sikka. Di Sikka pernah berdiri sebuah kerajaan
dengan desa Sikka Natar di pantai selatan sebagai pusatnya kekuasaan.

Raja Sikka yang pertama Sikka pada pertengahan abad 17 adalah Mo'ang atau Don
Alésu Ximenes da Silva. Selama era Portugis di Flores Timur, masyarakat Sikka Natar
mengambil nama marga Portugis, dengan nama 'da Silva'.

Setelah Don Alésu, Sikka berada di bawah kekuasaan berikutnya dari 17 keturunannya.
Selama abad 19 dan 20, wilayah kepulauan Asia Tenggara yang dikuasai Belanda
berubah menjadi negara semi-otonom, berdasarkan kebijakan pemerintahan sendiri.

Dengan berlalunya raja terakhir, Don Josephus Thomas Ximenes da Silva pada tahun
1952, aturan rumah kerajaan Sikka berakhir, dan harus memberi jalan kepada negara
Indonesia, yang tinggal dalam ingatan rakyat Sikka sebagai elemen yang menonjol dari
sejarah budaya mereka.

Sumber: Diolah dari Protonelayan


Adat meminang sikka – krowe

Gong Waning, Alat Musik Tradisional Sikka


netralnews.com

Anda mungkin juga menyukai