Ada 2 konsep yang mendasari mengapa factor individu perlu untuk dipelajari dan dipahami sehubungan
dengan manajemen perusahaan, khususnya dalam fungsi implementasi dan fungsi pengarahan. Dua
konsep itu adalah kontribusi (contribution) dan dan kompensasi (inducement). Kontribusi adalah apa yang
bisa diberikan oleh individu bagi organisasi atau perusahaan. Sebaliknya, kompensasi adalah apa yang
dapat diberikan oleh organisasi atau perusahaan bagi individu.
Kontrak Psikologis (psychological contract): adalah kesepakatan yg tak tertulis yang muncul
ketika seseorang bergabung dalam sebuah organisasi atau ketika tenaga kerja bergabung dalam
sebuah perusahaan. Kontrak psikologis biasanya menyangkut harapan-harapan yang
berhubungan bagi individu ketika dia bergabung di suatu perusahaan.
Kesesuaian Tenaga Kerja yang Dibutuhkan Perusahaan (the person-job fit): proses seleksi
untuk mendapatkan tenaga kerja yang sesuai dilakukan dengan ketat, tetapi kadang-kadang tak
menghasilkan sesuai harapan. Hal ini membuat perusahaan harus berupaya untuk memahami
karakteristik individu dari tenaga kerja yang dimilikinya.
Keragaman Individu dalam Organisasi (the individual differences in organization): perusahaan
perlu memahami keragaman individu secara terbuka, karena manusia ditakdirkan tidak sama,
baik dari sisi latar belakang biologisnya, pendidikan, dll.
Kepribadian atau personality pada dasarnya merupakan karakteristik psikologis dan perilaku dari individu
yang sifatnya relative permanen (karena terbentuk oleh waktu yang cukup lama) yang membedakan satu
individu tenaga kerja dengan individu lainnya. Manajer dituntut untuk dapat memahami kepribadian dari
setiap individu agar manajer bisa mengetahui bagaimana cara terbaik untuk menghadapi mereka. Diantara
pemahaman yang harus diketahui oleh para manajer adalah apa yang dinamakan sebagai “ Model Lima
Dimensi Mengenai Kepribadian” (the big five model of personality) sebagaimana yang dikemukakan oleh
Griffin (2000). Model ini menjelaskan bahwa pada dasarnya kepribadian dapat di indentifikasi dari lima
jenis perilaku yang terdapat dalam setiap individu. Kelima jenis perilaku tersebut adalah tingkat
persetujuan (agreeableness), tingkat kesadaran dan keseriusan (conscientiousness), tingkat emosi yang
negative (negative emotion), tingkat keleluasaan dalam berinteraksi (extraversion), dan tingkat
keterbukaan (openness).
Tinggi Conscientiousness
Menurut French and Raven, Motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk menunjukkan
perilaku tertentu. Motivation is the set of forces that cause people to behave in certain ways.
Motivasi (Motivation) yaitu yang terkait dengan keinginan untuk melakukkan pekerjaan.
Kemampuan (Ability) yaitu kapabilitas dari tenaga kerja atau SDM utuk melakukan pekerjaan.
Lingkungan Pekerjaan (Work Environment) yaitu sumber daya dan situasi yang dibutuhkan untuk
melakukan pekerjaan tersebut.
Jika perusahaan berhadapan dengan persoalan lingkungan kerja, barangkali tidaklah terlalu sulit untuk
melakukan langkah antisipatif dan korektif terhadap persoalan tersebut, akan tetapi jika perusahaan
berhadapan dengan persoalan motivasi dari tenaga kerjanya, maka solusi atau langkah penyelesainya
menjadi tidak mudah karena motivasi terkait dengan sesuatu yang bersifat tidak dapat diukur (intangibles)
dan tidak dapat dilihat secara kasat mata (invisible).
a. Motivating Factors
kesempatan untuk berprestasi(achievement)
pengakuan dalam lingkungan pekerjaan (recognition)
kesempatan untuk bertanggungjawab (responsibility)
kesempatan untuk berkembang dan mengembangkan diri (advancement and growth).
b. Hygiene Factors
kebutuhan akan kebijakan dan administrasi perusahaan yang jelas dan adil (company policy and
administration)
supervisi yang memadai (supervision)
keserasian hubungan dengan supervisi (relationship with supervision)
kondisi pekerjaan yang kondusif (working condition)
gaji atau upah yang layak (salary)
hubungan yang baik antar pekerja (relationship with peers)
adanya penghargaan terhadap kehidupan pribadi (personal life)
hubungan yang serasi dengan bawahan (relationship with subordinates)
adanya kejelasan status pekerjaan (job status)
masa depan dari pekerjaan yang dijalani (job safety)
Merupakan kumpulan yang beranggotakan lebih dari satu orang, yang berarti adanya karakteristik
yang berbeda dari setiap orang
Adanya interaksi di antara kumpulan orang tersebut
Adanya tujuan bersama yang ingin dicapai
Berdasarkan karakteristik ini, jika kita memahami bahwa pekerjaan adalah sesuatu yang telah
direncanakan oleh organisasi untuk dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan, maka kelompok kerja
dapat didefenisikan sebagai kelompok yang disusun oleh organisasi dengan tujuan untuk menjalankan
berbagai pekerjaan yang terkait dengan pencapaian tujuan organisasi.
Kelompok kerja perlu disusun terutama jika organisasi atau perusahaan beranggotakan orang-orang dalam
jumlah yang sangat besar, ruang lingkup kegiatan luas, dan pengelolaan sumber daya yang banyak. untuk
orgsnisasi yang beranggotakan sedikit orang, katakanlah 5-10 orang, barangkali keseluruhan anggota
tersebut merupakan juga satu kelompok kerja, adapun untuk organisasi yang memiliki ribuan orang
anggota, maka kelompok kerja yang disusun dapat berjumlah lebih banyak. Kelompok kerja yang disusun
berdasarkan tujuan jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang, tergantung dari alasan dan
tujuan dari kelompok kerja tersebut disusun.
Secara teoritis maupun praktik, kelompok kerja dapat dibagi dua, yaitu kelompok kerja formal dan
kelompok kerja informal.
Kelompok kerja informal adalah kelompok kerja yang disusun atau tersusun dengan sendirinya ketika
beberapa anggota dari organisasi yang kegiatannya biasanya tidak terkait langsung dengan rencana-
rencana rutin dari organisasi, namun secara tidak langsung akan mempengaruhi kinerja dari orang-orang
dalam organisasi. Contohya adalah kelompok olahraga yang beranggotakan para pegawai termasuk juga
para manajer, kelompok hobi, dan lain-lain. Kelompok informal ini biasanya terbentuk dan dibentuk
untuk memelihara budaya organisasi tertentu yang akan mendukung terpeliharanya kekompakan,
persatuan, dan kinerja dari kelompok kerja formal. Paling tidak ada empat tujuan mengapa kelompok
kerja informal ini dibentuk :
Bagaimana agar kita dapat mengelola kelompok kerja dengan efektif ? Salah satu kunci pokoknya adalah
dengan mengenali karakteristik dari kelompok kerja tersebut. Di antara kerakteristik yanag akan dibahas
adalah bagaimana kelompok kerja terbentuk dan berinteraksi (team development), peran kepemimpinan
dalam kelompok kerja (leardship roles), norma (norms), serta tingkat solidaritas dan integritas dari
kelompok kerja (cohesiveness).
Paling tidak, sebagaimana yang dikemukakan oleh B.W. Tuckman yang dikutip oleh Stoner, Freeman,
Gilbert (1995) , terdapat 5 tahapan bagaimana sebuah tim kerja terbentuk dan berinteraksi. Kelima
tahapan tersebut adalah bagaimana kelompok kerja terbentuk dan berinteraksi (team development), peran
kepemimpinan dalam kelompok kerja (leardshiip roles), norma (norms), serta tingkat solidaritas dan
integritas dari kelompok kerja (cohesiveness).