Makalah Jiwa Kel 9
Makalah Jiwa Kel 9
MAKALAH
Disusun Oleh :
KELOMPOK 9
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Keperawatan
Jiwa dengan judul “TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK DAN PSIKOFARMAKA ” dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam menuntut ilmu. Kami
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ermawati Dalami, S.Kp,M.Kes., selaku Dosen Mata Kuliah Keperawatan Jiwa.
2. Teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga ke
depannya dapat lebih baik. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang kami miliki sangat kurang.Oleh kerena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 9
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
gnaglia basalis dan sering juga menyebabkan gangguan pergerakan (efek ekstra
piramidal) yang menyebabkan stres dan kecacatan. (Mansjoer, 2000) Berbagai agen
farmakologis yang digunakan untuk menerapi berbagai gangguan psikiatrik disebut
dengan tiga istilah umumyang dapat saling menggantikan: obat psikotropik, obat
psikoaktif, dan obat psikoterapuetik. Dahulu agen tersebut dibagi dalam empat
kategori : 1.Obat antipsikotik atau neuroleptik, digunakan untuk menerapi psikosis.
2.Obat anti depresan, digunakan untuk menerapi depresi.3.Obat anti manik dan
penstabil mood, digunakan untuk menerapi gangguan bipolar. 4.Obat anti ansietas
dan anti ansiolitik, digunakan untuk menerapi keadaan ansietas. Meskipun demikian,
sekarang ini pembagian tersebut kurang sah disebabkan berbagai alasan yang
mendasari. Sedangkan pendapat lain mengemukakan klasifikasi obat psikotropika
yang baru. Berikut tabel yang menunjukkan klasifikasi obat psikofarmaka dengan
istilah dan obat acuan yang dipakai : Golongan Sinonim Obat acuan Antipsikosis
Neuroleptika, Major Tranquillizer, Ataractics Chlorpromazine Antidepresan
Thymoleptics,Psychic energizersAmitriptyline Anti manik Mood modulator, mood
stabilizer, Antimanics Lithium Carbonate Anti ansietas Psycholeptics, Minor
Tranquillizer, Anxyolitic Diazepam/ Chlordiazepoxide Anti insomnia Hypnotics,
Somnifacient, Hipnotika Phenobarbital Anti obsesif konvulsif Drugs used in
Obsesivecompulsive Disorder Chlomipramin Anti panik Drugs used in Panic
Imipraminedisorder (Andri, 2009)
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
b. Meningkatkan sosialisasi dengan memberikan kesempatan untuk berkumpul,
berkomunikasi dengan orang lain, saling memperhatikan memberikan
tanggapan terhadap pandapat maupun perasaan ortang lain.
c. Meningkatkan kesadaran hubungan antar reaksi emosional diri sendiri dengan
prilaku defensif yaitu suatu cara untuk menghindarkan diri dari rasa tidak
enak karena merasa diri tidak berharga atau ditolak.
d. Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti
fungsi kognitif dan afektif.
2.2.2 Tujuan Khusus
a. Meningkatkan identifikasi diri, dimana setiap orang mempunyai identifikasi
diri tentang mengenal dirinya di dalam lingkungannya.
b. Penyaluran emosi, merupakan suatu kesempatan yang sangat dibutuhkan oleh
seseorang untuk menjaga kesehatan mentalnya. Di dalam kelompok akan ada
waktu bagi anggotanya untuk menyalurkan emosinya untuk didengar dan
dimengerti oleh anggota kelompok lainnya.
c. Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk kehidupan sehari-hari,
terdapat kesempatan bagi anggota kelompok untuk saling berkomunikasi yang
memungkinkan peningkatan hubungan sosial dalam kesehariannya.
6
saja termasuk terapis. Terapis sebaiknya bersifat moderat dan menghindarkan kata-kata
yang dapat diartikan sebagai perintah.
Dalam prosesnya kalau terjadi bloking, terapis dapat membiarkan sementara. Bloking
yang terlalu lama dapat menimbulkan kecemasan yang meningkatoleh karenanya terapis
perlu mencarikan jalan keluar. Dari keadaan ini mungkin ada indikasi bahwa ada
beberapa klien masih perlu mengikuti terapi individual. Bisa juga terapis merangsang
anggota yang banyak bicara agar mengajak temannya yang kurang banyak bicara. Dapat
juga co-terapis membantu mengatasi kemacetan.
Kalau terjadi kekacauan, anggota yang menimbulkan terjadinya kekacauan
dikeluarkan dan terapi aktifitas kelompok berjalan terus dengan memberikan penjelasan
kepada semua anggota kelompok. Setiap komentar atau permintaan yang datang dari
anggota diperhatikan dengan sungguh-sungguh dan di tanggapi dengan sungguh-
sungguh. Terapis bukanlah guru, penasehat atau bukan pula wasit. Terapis lebih banyak
pasif atau katalisator. Terapis hendaknya menyadari bahwa tidak menghadapi individu
dalam suatu kelompok tetapi menghadapi kelompok yang terdiri dari individu-individu.
Diakhir terapi aktifitas kelompok, terapis menyimpulkan secara singkat pembicaraan
yang telah berlangsung / permasalahan dan solusi yang mungkin dilakukan. Dilanjutkan
kemudian dengan membuat perjanjian pada anggota untuk pertemuan berikutnya.
(Kelliat, 2005).
8
Pada akhir fase ini, anggota kelompok menyadari produktivitas dan
kemampuan yang bertambah disertai percaya diri dan kemandirian. Pada fase ini
kelompok segera masuk ke fase berikutnya yaitu perpisahan.
4. Fase terminasi
Terminasi dapat sementara atau akhir. Terminasi dapat pula terjadi karena
anggota kelompok atau pemimpin kelompok keluar dari kelompok. Evaluasi
umumnya difokuskan pada jumlah pencapaian, baik kelompok maupun individu.
Pada tiap sesi dapat pula dikembangkan instrument evaluasi kemampuan
individual dari anggota kelompok. Terminasi dapat dilakukan pada akhir tiap sesi
atau beberapa sesi yang merupakan paket dengan memperhatikan pencapaian
tertentu. Terminasi yang sukses ditandai oleh perasaan puas dan pengalaman
kelompok akan digunakan secara individual pada kehidupan sehari-hari.
9
2. Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori
TAK stimulasi sensori adalah TAK yang diadakan dengan memberikan
stimulus tertentu kepada klien sehingga terjadi perubhan perilaku.
Bentuk stimulus :
1) Stimulus suara: musik
2) Stimulus visual: gambar
3) Stimulus gabungan visual dan suara: melihat televisi, video
Tujuan dari TAK stimulasi sensori bertujuan agar klien mengalami :
1) Peningkatan kepekaan terhadap stimulus.
2) Peningkatan kemampuan merasakan keindahan
3) Peningkatan apresiasi terhadap lingkungan
Jenis TAK yaitu :
1) TAK Stimulasi Suara
2) TAK Stimulasi Gambar
3) TAK Stimulasi Suara dan Gambar
12
4. Model psikodrama
Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting sesuai dengan
peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang pernah lalu.Anggota memainkan
peran sesuai dengan yang pernah dialami. Contoh : Klien memerankan ayahnya yang
dominan atau keras.
13
2. Tugas sebagai leader dan coleader
Meliputi tugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi yang terjadi
dalam kelompok, membantu anggota kelompok untuk menyadari dinamisnya
kelompok, menjadi motivator, membantu kelompok menetapkan tujuan dan
membuat peraturan serta mengarahkan dan memimpin jalannya terapi aktivitas
kelompok.
3. Tugas sebagai fasilitator
Sebagai fasilitator, perawat ikut serta dalam kegiatan kelompok sebagai anggota
kelompok dengan tujuan memberi stimulus pada anggota kelompok lain agar
dapat mengikuti jalannya kegiatan.
4. Tugas sebagai observer
Tugas seorang observer meliputi : mencatat serta mengamati respon penderita,
mengamati jalannya proses terapi aktivitas dan menangani peserta/anggota
kelompok yang drop out.
5. Tugas dalam mengatasi masalah yang timbul saat pelaksanaan terapi
Masalah yang mungkin timbul adalah kemungkinan timbulnya sub kelompok,
kurangnya keterbukaan, resistensi baik individu atau kelompok dan adanya
anggota kelompok yang drop out. Cara mengatasi masalah tersebut tergantung
pada jenis kelompok terapis, kontrak dan kerangka teori yang mendasari terapi
aktivitas tersebut.
6. Program antisipasi masalah
Merupakan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengantisipasi keadaan
yang bersifat darurat (emergensi dalam terapi) yang dapat mempengaruhi proses
pelaksanaan terapi aktivitas kelompok.
Dari rangkaian tugas diatas, peranan ahli terapi utamanya adalah sebagai
fasilitator. Idealnya anggota kelompok sendiri adalah sumber primer
penyembuhan dan perubahan.
Iklim yang ditimbulkan oleh kepribadian ahli terapi adalah agen perubahan
yang kuat. Ahli terapi lebih dari sekedar ahli yang menerapkan tehnik; ahli terapi
memberikan pengaruh pribadi yang menarik variable tertentu seperti empati,
kehangatan dan rasa hormat (Kaplan & Sadock, 1997).
Sedangkan menurut Depkes RFI 1998, di dalam suatu kelompok, baik itu
kelompok terapeutik atau non terapeutik tokoh pemimpin merupakan pribadi yang
paling penting dalam kelompok. Pemimpin kelompok lebih mempengaruhi
tingkat kecemasan dan pola tingkah laku anggota kelompok jika dibandingkan
14
dengan anggota kelompok itu sendiri. Karena peranan penting terapis ini, maka
diperlukan latihan dan keahlian yang betul-betul professional
Stuart & Sundeen (1995) mengemukakan bahwa peran perawat psikiatri
dalam terapi aktivits kelompok adalah sebagai leader/co leader, sebagai observer
dan fasilitator serta mengevaluasi hasil yang dicapai dalam kelompok
Untuk memperoleh kemampuan sebagai leader/co leader, observer dan
fasilitator dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok, perawat juga perlu mendapat
latihan dan keahlian yang professional.
15
2.13 Klasifikasi Psikofarmaka
2.13.1 Antipsikotik
Obat ini dahulu disebut neuroleptika atau major tranqullizer. Indikasi utama obat
golongan ini adalah untuk penderita gangguan psikotik (skizofrenia atau psikotik
lainnya). Klasifikasinya antara lain sebagai berikut.
1. Derivat fenotiazin
a. Rantai samping alifatik
Contoh:
1) Chlorpromazine (Largatil, ethibernal)
2) Levomepromazine (Nozinan)
b. Rantai samping piperazin
Contoh:
1) Trifluoperazin (Stelazine)
2) Perfenazin (Trilafon)
3) Flufenazin (Anatensol)
c. Rantai samping piperidin
Contoh: Thioridazin (Melleril)
2. Derivat butirofenon
Contoh: Haloperidol (Haldol, Serenace)
3. Derivat thioxanten
Contoh: Klorprotixen (Taractan)
4. Deribat dibenzoxasepin
Contoh: Loksapin
5. Derivat difenilbutilpiperidin
Contoh Pimozide (Orap)
6. Derivat benzamide
Contoh: Sulpirid (dogmatil)
7. Derivat benzisoxazole
Contoh: Risperidon (Risperdal)
8. Derivat dibenzoxasepin (antipsikotik atipikal)
Contoh: Clozapin (Leponex)
Efek utama obat antipsikotik adalah menyupresi gejala psikotik seperti gangguan
proses pikir (waham), gangguan persepsi (halusinasi), aktivitas psikomotor yang
berlebihan (agresivitas), dan juga memiliki efek sedatif serta efek samping
ekstrapiramidal. Timbulnya efek samping sangat bervariasi dan bersifat individual.
Efek samping yang dapat terjadi antara lain sebagai berikut.
16
1. Gangguan neurologik
a. Gejala ekstrapiramidal
Akatisia
Kegelisahan motorik, tidak dapat duduk diam, jalan salah duduk pun tak enak.
Distonia akut
Kekakuan otot terutama otot lidah (protusio lidah), tortikolis (otot leher
tertarik kesatu sisi), opistotonus (otot punggung tertarik ke belakang), dan
okulogirikrisis (mata seperti tertarik ke atas).
Sindroma Parkinson/Parkinsonisme
Terdapat rigiditas otot/fenomena roda bergerigi, tremor kasar, muka
topeng,hipersalivasi, disartria.
Diskinesia tardif
Gerakan-gerakan involunter yang berulang, serta mengenai bagian
tubuh/kelompokotot tertentu yang biasanya timbul setelah pemakaian
antipsikotik jangka lama.
b. Sindroma neuroleptika maligna
Kondisi gawat darurat yang ditandai dengan timbulnya febris tinggi, kejang-kejang,
denyut nadi meningkat, keringat berlebihan, dan penurunan kesadaran. Sering terjadi
pada pemakaian kombinasi antipsikotik golongan Butirofenon dengan garam lithium.
c. Penurunan ambang kejang
Perlu diperhatikan pada penderita epilepsi yang mendapat antipsikotik.
2. Gangguan otonom
a. Hipotensi ortostatik/postural
Penurunan tekanan darah pada perubahan posisi, misalnya dari keadaan berbaring
kemudian tiba-tiba berdiri, sehingga dapat terjatuh atau syok/kesadaran menurun.
b. Gangguan sistem gastrointestinal
Mulut kering, obstipasi, hipersalivasi, dan diare.
c. Gangguan sistem urogenital
Inkontinensia urine.
d. Gangguan pada mata
Kesulitan akomodasi, penglihatan kabur, fotofobia karena terjadi mydriasis.
e. Gangguan pada hidung
Selaput lendir hidung edema sehingga pasien mengeluh hidungnya mampet.
3. Gangguan hormonal
a. Hiperprolaktinemia
17
b. Galactorrhoea
c. Amenorrhoea
d. Gynecomastia pada laki-laki
4. Gangguan hematologi
a. Agranulositosis
b. Thrombosis
c. Neutropenia
2.13.2 Antidepresan
Merupakan golongan obat-obatan yang mempunyai khasiat mengurangi atau
menghilangkan gejala depresif. Pada umumnya bekerja meningkatkan neurotransmitter
norepinefrin dan serotonin.
Klasifikasinya antara lain sebagai berikut.
1. Golongan trisiklik
Contoh:
a. Imipramin (Tofranil)
b. Amitriptilin (Laroxyl)
c. Clomipramin (Anafranil)
2. Golongan tetrasiklik
Contoh: Maprotilin (Ludiomil)
3. Golongan monoaminoksidase inhibitor (MAOI)
Contoh: Rima/Moclobemide (Auroric)
4. Golongan serotonin selective reuptake inhibitor (SSRI)
Contoh:
a. Setralin (Zoloft)
b. Paroxetine (Seroxal)
c. Fluoxetine (Prozax)
Untuk gangguan depresi berat dengan kecenderungan bunuh diri, perlu dipertimbangkan
penggunaan ECT sebagai pendamping pemberian antidepresan.
Efek samping yang sering terjadi pada pemberian antidepresan antara lain sebagai
berikut.
1. Gangguan pada sistem kardiovaskular.
a. Hipotensi, terutama pada pasien usia lanjut.
b. Hipertensi (sering terjadi pada antidepresan golongan MAOI yang klasik).
18
c. Perubahan pada gambaran EKG (kardiotoksik terutama pada antidepresan
golongan trisiklik).
2. Gangguan sistem atonom akibat efek antikolinergik.
Obstipasi, mulut dan tenggorokan kering, mual, sakit kepala, serta lain-lain.
2. Derivat gliserol
Contoh: Meprobamat (Deparon)
3. Derivat barbitrat
Contoh: Fenobarbital (Luminal) Obat-obat golongan Benzodiazepam paling
banyak disalahgunakan karena efek hipnotiknya dan terjaminnya keamanan
dalam pemakaian dosis yang berlebih. Obat obat golongan ini tidak berefek fatal
pada overdosis kecuali bila dipakai dalam kombinasi dengan antisiolitik jenis lain
atau dicampur alkohol. Efek samping yang sering dikeluhkan adalah sebagai
berikut.
1. Rasa mengantuk yang berat.
2. Sakit kepala.
3. Disartria.
4. Nafsu makan bertambah.
5. Ketergantungan.
19
6. Gejala putus zat (gelisah, tremor, bila berat bisa sampai terjadi kejang-kejang).
20
2. Golongan Fenotiazin (Klorpromazin, Stelazine)
a. Efek
Penenang dengan daya kerja antipsikotik, antisiolitik, dan antiemetik yang
kuat.
b. Efek samping
1. Efek antikolinergik: hipotensi orthostatik, konstipasi, mulut kering,
penglihatankabur.
2. Efek ekstrapiramidal pada pemakaian dosis tinggi atau pada pasien
berusia diatas 40 tahun seperti gelisah dan sukar tidur.
c. Tindakan keperawatan
1. Untuk efek antikolinergik
a. Observasi bising usus, beri diet tinggi serat, tingkatkan input cairan,
dan beriaktivitas untuk mencegah konstipasi.
b. Monitor tekanan darah, tingkatkan volume cairan untuk
mengembangkan pembuluh darah dan beritahu pasien untuk berpindah
posisi perlahan-lahan untuk mengontrol hipotensi orthostatik.
c. Beri pelembap mulut secara berkala untuk mengurangi rasa kering,
misalnya gliserin.
d. Anjurkan pasien untuk tidak bekerja dengan alat berbahaya, benda
tajam, dan tidak bepergian untuk mengurangi kecelakaan akibat
adanya kekaburan pandangan.
e. Kolaborasi: pemberian kolinergik agonis dan laksatif.
2. Untuk efek ekstrapiramidal
a. Prinsip tindakan sama dengan pada pemberian haloperidol.
b. Untuk mengatasi sulit tidur dapat diberi susu hangat sebelum tidur
atau dengan cara lain.
c. Cara pemberian: per oral
3. Trihexifenidil yaitu obat yang digunakan untuk mengatasi efek
ekstrapiramidal.
Cara pemberian: per oral
24
BAB III
GAMBARAN KASUS
A. Karakteristik Klien
a. Nama : Yogi
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Umur : 24 tahun
Alamat : Kroya
Hobi : Memasak, Menyanyi
Riwayat Halusinasi : Satu minggu sebelum dibawa kerumah sakit, kakak pasien
meninggal dunia dan pasien sering mendengar suara kakak yang sudah meninggal
memangil – manggil namanya.
b. Nama : Rosi
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 32 tahun
Alamat : Cilacap
Hobi : Menyanyi, Membaca, Menari
Riwayat Halusinasi : Empat hari sebelum dibawa ke rumah sakit pasien bertingkah
aneh, pasien sering melihat wanita cantik yang mengikutinya.
c. Nama : Dewi
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 20 tahun
Alamat : Kesugihan
Hobi : Menyanyi, Menari
Riwayat Halusinasi : Dua hari sebelum dibawa kerumah sakit pasien bertingkah
aneh, pasien merasa seluruh badannya di gerumuti belatung.
d. Nama : Fatimah
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 35 tahun
Alamat : Kroya
Hobi : Membaca, Menari
Riwayat Halusinasi : Lima hari sebelum dibawa kerumah sakit anak pasien
meninggal dunia, dan pasien merasa melihat anaknya yang sudah meninggal.
e. Nama : Nonik Ratna Palupi
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 40 tahun
Alamat : Maos
25
Hobi : Nonton film, Menyanyi, Menari
Riwayat Halusinasi : Tiga hari sebelum dibawa ke rumah sakit pasien bertingkah
aneh, pasien mendengar suara – suara yang menyuruhnya membunuh.
B. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan menurut keliat dkk ( 2005 ) menerangkan bahwa empat
masalah keperawatan pada gangguan halusinasi, diantaranya adalah resiko mencederai
diri, gangguan sensori atau persepsi, isolasi sosial: menarik diri, gangguan pemeliharaan
kesehatan.
C. Kreteria Evaluasi
1. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAK stimulasi persepsi halusinasi , kemampuan yang diharapkan adalah mengenal
halusinasi, waktu terjadinya, situasi terjadinya halusinasi, dan perasaan saat terjadi
halusinasi dan masukkan ke dalam formulir evaluasi pada tabel.
2. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti TAK stimulasi persepsi:
halusinasi s. Klien mampu menyebutkan isi (menyuruh memukul), waktu (pukul 9
malam), situasi (jika sedang sendiri), perasaan (kesal dan geram). Anjurkan klien
mengidentifikasi halusinasi yang timbul dan menyampaikan kepada perawat.
FORMULIR EVALUASI
TAK STIMULASI PERSEPSI: HALUSINASI
No Nama Klien Menyebut Menyebut Menyebut Menyebut
Isi waktu situasi perasaan
halusinasi terjadi terjadi saat
halusinasi halusinasi halusinasi
1. Yogi Hernawan ( Yogi )
4. Fatimah ( Fatimah )
26
Sumber: Keliat dan Akemat (2004). Keperawatan Jiwa: Terapi aktivitas
kelompok.Jakarta:EGC.
Petunjuk pengisian:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi: isi, waktu, situasi,
dan perasaan.
3. Jika klien mampu beri tanda √
4. Jika klien tidak mampu beri tanda X
D. Pengorganisasian Terapi Aktivitas Kelompok
1. Terapis
a. Leader : Rizka Nurmala Sari
b. Co Leader : Noti Mardiana Majid
c. Fasilitator :
1.) Nurul Laela Istiqomah
2.) Ani Safitri
3.) Halima Tusadiah
2. Peran Fungsi
a. Tugas Leader :
1. Memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok
2. Merencanakan, mengatur, mengontrol, dan mengembangkan jalannya terapi
aktivitas kelompok
3. Membuka acara terapi aktivitas kelompok
4. Memimpin diskusi kelompok
5. Memberikan informasi
6. Menutup acara
b. Tugas Co Leader :
1. Mendampingi leader
2. Mengambil posisi leader jika pasif
3. Mengarahkan kembali posisi peminpin kepada leader
4. Menjadi motivator
c. Tugas Fasilitator :
1. Membantu dan menjelaskan tugas yang harus dilakukan klien sebagai
anggota kelompok
2. Membantu mempersiapkan klien dan sarana yang menunjang ketika
kegiatan kelompok berlangsung
27
3. Memberikan motivasi kepada klien untuk tetap aktif dalam melaksanakan
terapi aktivitas kelompok
3. Seleksi Klien
Kegiatan terapi kelompok ini akan diikuti oleh :
1. Klien yang tenang dan kooperatif
2. Klien yang tidak mengalami proses fikir
3. Klien yang mempunyai emosi yang terkontrol
4. Klien yang tidak mengalami gangguan kesehatan fisik.
4. Nama Klien yang Ikut
1. Yogi Hermawan ( Yogi )
2. Rosiana Saputri ( Rosi )
3. Dewi Fatull Mutoharoh ( Dewi )
4. Fatimah ( Fatimah )
5. Ani Safitri ( Ani )
5. Waktu
Terapi Aktivitas Kelompok akan dilaksanakan pada:
Hari/ Tanggal : Senin, 6 Juni 2016
Waktu : 09.00 – 09.45 WIB
Tempat : Ruang Nakula Rumah Sakit Jiwa Serulingmas
6. Tempat
Setting tempat pada Terapi Aktivitas Kelompok
L CL
K
K
F
F
K K
K
F
Keterangan Gambar :
L : Leader
CL : Co Leader
K : Klien/ Pasien
F 28
: Fasilitator
7. Alat – alat :
a. Spidol
b. Papan tulis/whiteboard/flipchart
c. Papan nama
d. Balon
e. Peniti
f. Musik Box / Speaker
g. Kabel Pc
E. Proses Terapi Aktivitas Kelompok
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
1.) Leader memberikan salam kepada semua klien
2.) Leader memperkenalkan diri dan anggota kelompoknya seperti co leader,
fasilitator dan observer serta menyebutkan nama panggilan leader dan
anggotanya (pakai papan nama)
3.) Menanyakan nama dan nama panggilan semua klien (beri papan nama).
b. Evaluasi/validasi
1.) Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
1.) Leader menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu
mengenal pengalaman halusinasi.
2.) Leader menjelaskan aturan main, sebagai berikut:
a. Lamanya kegiatan 45 menit
b. Leader membacakan tata tertib
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
2. Fase Kerja
a. Leader menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu mengenal halusinasi
tentang isinya, waktu terjadinya, situasi terjadinya, perasaan klien pada saat
terjadi halusinasi dan jenis halusinasi.
b. Leader meminta klien untuk menceritakan isi halusinasi, kapan terjadinya,
situasi yang membuat terjadi, perasaan klien saat terjadi halusinasi. Klien di
tunjuk dengan permainan musik balon, yaitu pasien berdiri dibelakang garis
yang di tentukan, setelah itu co leader akan memainkan lagu dan pasien akan
berjoged, saat musiknya berhenti pasien berlari ke depan dan meletuskan balon
29
yang ada di depannya, pasien yang bisa memecahkan balon akan menceritakan
pengalaman halusinasinya, permainan musik balon akan dimainkan secara
berurutan sampai semua klien mendapat giliran, hasilnya akan ditulis di
whiteboard .
c. Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik.
d. Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien dari pengalaman
halusinasinya.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
1.) Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2.) Leader memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak Lanjut
1.) Leader meminta klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi dan perasaannya
jika terjadi halusinasi.
c. Kontrak yang akan datang
1.) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol halusinasi.
2.) Menyepakati waktu dan tempat.
F. Antisipasi Masalah
a. Tata Tertib
1.) Peserta bersedia mengikuti terapi aktivitas kelompok
2.) Peserta berpakaian rapi dan bersih
3.) Peserta tidak diperbolehkan makan, minum, merokok selama mengikuti terapi
aktivitas kelompok
4.) Peserta harus hadir 5 menit sebelum acara berlangsung
5.) Peserta tidak boleh meninggalkan ruangan selama terapi aktivitas kelompok
berlangsung
6.) Jika ada pertanyaan peserta mengangkat tangan terlebih dahulu dan berbicara
setelah dipersilahkan oleh leader
7.) Anggota harus berperan aktif dalam terapi aktivitas kelompok
8.) Anggota harus bersikap terbuka
9.) Waktu sesuai dengan yang sudah disepakati
G. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam Teraupetik
30
“ Selamat pagi semuanya ?”
“ Perkenalkan kami mahasiswa akper serulingmas cilacap, nama saya Rizka
Nurmala Sari saya paling suka di panggil Rizka, dari ujung kanan ada Ani
Safitri dia paling suka di panggil Ani, di sebelahnya ada Nurul Laela Itiqomah
paling suka di panggil Nurul, di sebelah Nurul ada Halima Tusadiah dia paling
suka di panggil Halimah, terakhir disebelah saya ada Noti Mardiana Majid, dia
paling suka di panggil Noti ( Memakai Papan Nama )“
“Saya ingin tahu siapa nama kalian semua, dari ujung kanan siapa namanya?
Dan paling suka di panggil siapa ? ( diberi nama )”
b. Evaluasi atau Validasi
“ Bagus semuanya, ngomong – ngomong bagaimana perasaan kalian semuanya
pagi ini ?”
“Apakah kalian masih ingat dengan kami dan janji kita kemarin, yaitu tentang
kegiatan terapi kelompok ?”
c. Kontrak
“Bagus kalian masih mengingatnya, baiklah pada Terapi Aktivitas Kelompok
kali ini kita akan mengenal pengalaman halusinasi”
“Baiklah semuanya saya akan membacakan peratutan aktivitas hari ini
1. Peserta bersedia mengikuti terapi aktifitas kelompok
2. Peserta berpakaian rapi dan bersih
3. Peserta tidak diperbolehkan makan, minum, merokok selama mengikuti
terapi aktivitas kelompok
4. Peserta harus hadir 5 menit sebelum acara berlangsung
5. Peserta tidak boleh meninggalkan ruangan selama terapi aktivitas kelompok
berlangsung
6. Jika ada pertanyaan peserta mengangkat tangan terlebih dahulu dan
berbicara setelah dipersilahkan leader
7. Anggota harus berperan aktif dalam terapi aktivitas kelompok
8. Anggota harus bersikap terbuka
9. Waktu sesuai dengan yang sudah di sepakati yaitu 45 menit
2. Fase Kerja
“ Baiklah Semuanya kegiatan ini kita mulai”
“Kami akan Membagikan kertas dan spidol kepada kalian, kemudian kalian tuliskan
pengalaman halusinasi seperti menyebutkan isi halusinasi, waktu halusinasi, situasi
saat halusinasi, perasaan saat halusinasi”
31
“ Bagus sekali semuanya sudah mengisi kertas yang kami bagikan, sekarang kita
mulai untuk membacakan pengalaman halusinasi yang sudah kalian tulis, nanti
kalian maju satu – satu dengan permainan musik balon, nanti kalian berdiri di
belakang garis yang sudah kami buat, kemudian kami akan bagi peniti untuk
memecahkan balon yang terpasang di dinding, ingat peniti itu untuk memecahkan
balon, setelah itu teman saya noti akan menyalakan musik setelah musik menyala
kalian harus berjoged, setelah musiknya berhenti kalian maju ke depan dan
memecahkan balon dengan peniti, peserta yang berhasil memecahkan balon akan
membacakan pengalaman halusinasinya di depan, permainan musik balon ini akan
dimainkan secara berurutan sampai semua peserta mendapat giliran membacakan
hasil pengalaman halusinasi di depan, bagaimana kalian setuju?”
“Baiklah kalau kalian setuju kita mulai permainannya”
“Terima kasih semuanya karena sudah membacakan pengalaman halusinasi, dan
semua yang kalian bacakan itu sangat baik”
“ Baiklah kalau pengalaman halusinasi muncul lagi kalian bisa melakukan
merhardik dengan cara jika kalian melihat atau mendengar sesuatu kalian harus
berbicara dengan keras husss... pergi dari saya,,, jangan dekat – dekat saya kalian
palsu atau ketika sedang makan kemudian pengalaman halusinasi kalian datang
kalian harus bilang makanan ini enak, sangat... sangat enak, begitu di ulang – ulang
sampai suara dan bayangan itu tidak terdengar atau tidak nampak lagi, apakah kalian
paham.“
“Bagus kalau kalian paham, coba kalian peragakan! Nah begitu,....bagus!Coba lagi,
Bagus kalian semua sudah bisa menghardik, ingat kalau pengalaman halusinasi
kalian muncul lagi lakukan menghardik seperti yang kami ajarkan.”
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan kalian setelah mengikuti kegiatan ini”
“Tepuk tangan untuk kalian semua, kalian semua sangat bagus”
“Mungkin dari kalian yang masih memiliki pengalaman halusinasi yang belum di
tulis, untuk itu sekarang kalian boleh menulisnya”
“Mas. Mas... Mba..mba besok kita ada akan ada terapi aktivitas kelompok sseperti
ini lagi dengan kegiatan mempraktekan cara menghardik dan cara mengontrol
halusinasi kalian semua dan dapat diterapkan dirumah sakit dan sampai kalian
pulang ke rumah.
32
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Terapi aktivitas kelompok merupakan bagian dari terapi modalitas dalam asuhan
keperawatan khususnya dalam memberikan tindakan keperawatan jiwa, terapi aktivitas
kelompok merupakan salah satu terapi yang dilakukan oleh perawat kepada sekelompok
klien yang memiiliki masalah keperawatan jiwa yang sama. Aktivitas digunakan sebagai
terapi dan kelompok sebagai target asuhan. Kelompok adalah kumpulan yang memilki
hubungan satu dengan yang lain, saling bergantung, dan mempunyai norma yang sama
(Stuart dalam Kelitat, 2009).
Salah satu somatik terapi (terapi fisik) pada klien gangguan jiwa adalah pemberian
obat psikofarmaka. Psikofarmaka adalah sejumlah besar obat farmakologis yang
digunakan untuk mengobati gangguan mental. Obat-obatan yang paling sering
digunakan di Rumah Sakit Jiwa adalah Chlorpromazine, Halloperidol, dan
Trihexypenidil. Obat-obatan yang diberikan selain dapat membantu dalam proses
penyembuhan pada klien gangguan jiwa, juga mempunyai efek samping yang dapat
merugikan klien tersebut, seperti pusing, sedasi, pingsan, hipotensi, pandangan kabur
dan konstipasi. Untuk menghindari hal tersebut perawat sebagai tenaga kesehatan yang
langsung berhubungan dengan pasien selama 24 jam, harus mampu mengimbangi
terhadap perkembangan mengenai kondisi klien terutama efek dari pemberian obat
psikofarmaka.
4.2 Saran
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan masukkan bagi mahasiswa
untuk mengetahui tentang terapi aktivitas kelompok serta dapat mengaplikasikannya dalam
praktik keperawatan.
.
33
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2000. Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Dirjen
Yanmed
Hartono,Yudi. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta : Salemba Medika
Purwaningsih, wahyu dan Ina Karlina. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta :NUHA
MEDIKA
Riyadi, Sujono.2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Graha Ilmu
iii