Hari, Tanggal :
Kamis, 6 Desember 2018
Dosen Jaga :
Lusia Oktora R.K.S., S.Farm., M.Sc., Apt.
Oleh :
Kelompok D-3
i
DAFTAR ISI
JURNAL PRAKTIKUM ............................................................................................................ 1
I. Tujuan Praktikum ................................................................................................................ 1
II. Dasar Teori ...................................................................................................................... 1
2.1 Gel Na Dikofenak ............................................................................................................. 1
2.2 Kulit .................................................................................................................................. 2
2.3 Uji Penetrasi ..................................................................................................................... 3
2.4 Uji dufusi sediaan Gel ...................................................................................................... 3
2.5 Disolusi Gel ...................................................................................................................... 5
III. Komposisi Gel Na diklofenak ......................................................................................... 6
3.1 Metode Pembuatan Gel Na diklofenak ............................................................................. 6
IV. Komposisi Larutan Dapar Fosfat Saline (PBS pH 7,4) 5 L............................................. 7
4.1 Metode Pembuatan PBS pH 7,4 5 L ................................................................................ 7
V. Prosedur Pelaksanaan ...................................................................................................... 8
5.1 Pembuatan larutan baku.................................................................................................... 8
5.2 Penentuan panjang gelombang Maximum ....................................................................... 8
5.3 Penyiapan membran ......................................................................................................... 8
5.4 Preparasi sel difusi ............................................................................................................ 8
5.5 Pengukuran pelepasan bahan aktif ................................................................................... 8
5.6 Penentuan jumlah bahan aktif yang terlepas .................................................................... 9
5.7 Penentuan profil pelepasan bahan aktif ............................................................................ 9
5.8 Penentuan kecepatan pelepasan bahan aktif ..................................................................... 9
VI. Hasil Perhitungan Absorbansi ....................................................................................... 10
6.1 Uji Pelepasan Na Diklofenak dari Basis Gel CMC-Na .................................................. 10
6.2 Nilai Koreksi kadar Wurster ........................................................................................... 11
6.3 Kadar total [(C + Cw)x500] ........................................................................................... 11
6.4 Jumlah Kumulatif → Luas membran = 7,065 cm2 (r=1,49cm) ...................................... 11
6.5 Kurva Jumlah Kumulatif VS Akar Waktu ..................................................................... 12
VII. Pembahasan ................................................................................................................... 13
7.1 Prinsip pelepasan Na diklofenak dari basis gel CMC Na ............................................... 13
7.2 Hasil waktu pelepasan .................................................................................................... 13
7.3 Kurva jumlah kumulatif vs waktu .................................................................................. 14
7.4 Titik kritis ....................................................................................................................... 15
VIII. Kesimpulan ................................................................................................................ 16
Daftar Pustaka .......................................................................................................................... 17
Lampiran ................................................................................................................................... 18
ii
ii
JURNAL PRAKTIKUM
I. Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat memformulasikan sediaan gel Na-diklofenak.
Mahasiswa mengetahui metode evaluasi uji pelepasan Na-diklofenak dari sediaan gel.
Mahasiswa mampu melakukan uji pelepasan Na-diklofenak dari sediaan gel
menggunakan alat disolusi tipe 2 (tipe dayung).
1
Na –diklofenak merupakan salah satu obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS) dengan
golongan derivate asam fenilasetat. Na-diklofennak termasuk obat yang bersifat non-selektif
pada proses penghambatan siklooksigenase. Obat OAINS bekerja dengan jalan menghambat
biosintesis prostaglandin dimana produksi prostaglandin akan meningkat saat sel mengalami
keruskan. OAINS akan menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat
menjadi prostaglandin terganggu. Enzim siklooksigenase ada 2 macam, yaitu COX-1 dan COX-
2. COX-1 berperan dalam pemeliharaan berbagai fungsi fisiologis jaringan dan COX-2
berperan sebagai stimulus inflamasi, faktor pertumbuhan, dan proses perbaikan jaringan.
2.2 Kulit
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan organ
terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya 16% berat tubuh, pada orang dewasa
sekitar 2,7-3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 m2. Tebalnya kulit bervariasi mulai dari 0,5 mm
sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Secara umum kulit berfungsi
sebagai barrier pelingdung tubuh terhadap ppengaruh lingkungan luar. Selanjutnya secara
spesifik kulit diklasifikasikan diantaranya memberikan fungsi pelindungan, fungsi homeostasis
dan fungsi sensori.
Kulit tersusun atas 3 lapisan yaitu lapisan epidermis, dermis dan jaringan subkutan. Pada
kulit juga terdapat rambut, kelenjar sebaceous dan kelenjar keringat.
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel berlapis
gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal epidermis
berbeda beda pada berbagai tempat ditubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki.
Ketebalan epidermis hanya sekitar 5% dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-
6 minggu. Epidermis terdiri dari 5 lapisan yaitu stratum basale, stratum granulosum, stratum
lucidum dan stratum corneum.
Lapisan dermis merupakan komponen yang penting dengan ketebalan antara 3-5 mm.
pada lapisan dermis terdapat pembuluh darah, pembuluh limfa, gelombang rambut, kelenjar
lemak (sebacea), kelenjar keringat, kelenjar otot, serabut syaraf dan korpus pacini. Selain
berfungsi menyuplai gizi, pada lapisan dermis juga terdapat imun serta sensor panas, tekanan
dan rasa nyeri.
Subkutis merupakan lapisan dibawah dermis/hypodermis yang terdiri dari lapisan
lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan
jaringan dibawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda beda menurut daerah ditubuh dan keadaan
2
nutrisi induvidu. Fungsi subkutis sebagai cadangan kalori, isolasi panas, bantalan terhadap
trauma dan tempat penumpukan energy.
𝑑𝑄 𝐷𝑘𝐴
=
𝑑𝑡 ℎ
𝑑𝑄
= 𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑑𝑖𝑓𝑢𝑠𝑖
𝑑𝑡
keterangan:
D : koefisien difusi obatk
k : koefisien partisi obat dalam membran dan pembawa
A : luas permukaan membran
h : tebal membran
Cs : konsentrasi obat dalam pembawa
C : konsentrasi obat dalam medium reseptor
Difusi obat berbanding lurus dengan konsentrasi obat,koefisien difusi, viskositas dan
ketebalan membran. Disamping ini difusi pasif dipengaruhi oleh koefisien partisi, maka
semakin besar koefisien patisi maka makin cepat difusi obat. kemampuan berdifusi suatu zat
melalui kulit dipengaruhi oleh sifat fisikokimia dari zat aktif (bobot molekul, elarutan, koefisien
partisi) ataupun juga dipengaruhi oleh karakteristik sediaan basis dan zat-zat tambahan dalam
sediaan.
4
2.5 Disolusi Gel
Obat harus dapat larut terlebih dahulu pada tempat aksi agar dapat diabsorbsi dan masuk
pada tempat target proses ini disebut disolusi. proses pelepasan obat ini dapat dijelaskan melalui
difusi pasif. Difusi pasif merupakan bagian terbesar dari proses transmembran untuk obat secara
umum. Tenaga pendorong untuk difusi pasif adalah perbedaan konsentrasi obat pada kedua sisi
membran sel. Menurut hukum Fick, molekul obat berdifusi dari daerah dengan konsentrasi obat
tinggi ke daerah dengan konsentrasi obat rendah (Shargel dan Andrew,1995) berikut merupakan
persamaan hukum Fick pertama :
𝑑𝑀
J=
𝑆.𝑑𝑡
Keterangan :
J : fluks
M : jumlah bahan aktif yang tertranspor
S : luas penampang kulit
t : waktu
𝑞
Q= = [D(2A-Cs) Cs]1/2
𝑥
dimana H adalah jumlah obat (q) yang terlepas pada waktu (t) persatuan luas (x),D (adalah
koefisien difusi obat dalam pembawa, A adalah kadar permulaan obat dalam pembawa,C s
adalah kelarutan obat.
5
III. Komposisi Gel Na diklofenak
No Bahan Fungsi Jumlah dalam 10 Persentase dalam
g gel 10 g gel
1 Na diklofenak Bahan aktif 0,2 g 2%
2 CMC Na Gelling agent 4g 40%
3 Aqudest Pelarut 5,8 g 58%
CMC Na
- Ditimbang sebanyak 4 g
Basis gel
CMC Na
Na Di + sedikit sedikit
diklofena
k diaduk ad homogen ditambah aquadest ad 10 g
Gel Na
diklofenak
6
IV. Komposisi Larutan Dapar Fosfat Saline (PBS pH 7,4) 5 L
No Bahan Jumlah
1 NaCl 40 g
2 KCl 1g
3 Na2HPO4 7,2 g
4 KH2PO4 1,2 g
5 ddH2O ad 5 L
7
V. Prosedur Pelaksanaan
5.1 Pembuatan larutan baku
25 mg Na diklofenak
Sediaan di sekitar sel difusi dibersihkan dan ditimbang lagi, diatas membrane diberi ring
sekat agar tidak bocor. Lalu diklem dengan lempengan sel yang lain dengan rapat
8
Sel difusi dimasukkan ke bejana tabung uji yang berisi media disolusi.
Setiap kali pengambilan cuplikan bejana ditambah media disolusi dengan jumlah dan suhu
yang sama.
Sampel ditentukan kadar Na diklofenak dengan spektrofotometer uv-vis pada max dan
dikoreksi dengan rumus wuster.
Profil pelepasan obat ditentukan dari kurva jumlah bahan aktif Yng terlepas vs. akar
waktu.
5.8 Penentuan kecepatan pelepasan bahan aktif
Dibuat kurva jumlah kumulatif bahan aktif yang terlepas vs. akar waktu
Dari kurva, dibuat persamaan regresinya, slope persamaan regresi merupakan kecepatan
pelepasan.
9
VI. Hasil Perhitungan Absorbansi
6.1 Uji Pelepasan Na Diklofenak dari Basis Gel CMC-Na
Waktu Akar Abs Kadar Kadar Kadar Kadar Jumlah
(menit) waktu (ppm) kumul koreksi total Kumulatif
atif (ppm) (µg/cm2/menit1
/2
(ppm)
0 0 0 0 0 0 0 0
5 2,236 0,075 1,77 1,77 0 885 125,265
10 3,162 0,076 1,81 3,58 0,0177 913,85 129,350
15 3,873 0,080 1,96 5,54 0,0358 997,9 141,238
30 5,477 0,125 3,72 9,26 0,0554 1887,7 267,190
60 7,746 0,203 6,75 16,01 0,0926 3421,3 484,260
90 9,487 0,245 8,38 24,39 0,1601 4270,05 604,395
120 10,954 0,275 9,55 33,94 0,2439 4896,95 693,128
150 12,247 0,315 11,11 45,05 0,3394 5724,7 810,290
𝑌 = 0,0257 𝑥 + 0,0295
𝑡 = 0′ → 𝑦 = 0𝑥 = 0
𝑡 = 5′ → 0,075 = 0,0257𝑥 + 0,0295
𝑥 = 1,77 𝑝𝑝𝑚
′
𝑡 = 10 → 0,076 = 0,0257𝑥 + 0,0295
𝑥 = 1,81 𝑝𝑝𝑚
′
𝑡 = 15 → 0,080 = 0,0257𝑥 + 0,0295
𝑥 = 1,96 𝑝𝑝𝑚
𝑡 = 30′ → 0,0125 = 0,0257𝑥 + 0,0295
𝑥 = 3,72 𝑝𝑝𝑚
′
𝑡 = 60 → 0,203 = 0,0257𝑥 + 0,0295
𝑥 = 6,75 𝑝𝑝𝑚
′
𝑡 = 90 → 0,245 = 0,0257𝑥 + 0,0295
𝑥 = 8,38 𝑝𝑝𝑚
′
𝑡 = 120 → 0,275 = 0,0257𝑥 + 0,0295
𝑥 = 9,55 𝑝𝑝𝑚
′
𝑡 = 150 → 0,315 = 0,0257𝑥 + 0,0295
𝑥 = 11,11 𝑝𝑝𝑚
10
6.2 Nilai Koreksi kadar Wurster
t = 0’ → w = 0,01(0 ppm) = 0 ppm
t = 5’ → w = 0,01(0 ppm) = 0 ppm
t = 10’ → w = 0,01(0+1,77)ppm = 0,0177 ppm
t = 15’ → w = 0,01(0+1,77+1,81)ppm = 0,0358 ppm
t = 30’ → w = 0,01(0+1,77+1,81+1,96)ppm = 0,0554 ppm
t = 60’ → w = 0,01(0+1,77+1,81+1,96+3,72)ppm = 0,3394 ppm
t = 90’ → w = 0,01(0+1,77+1,81+1,96+3,72+6,75)ppm = 0,3394 ppm
t = 120’ → w = 0,01(0+1,77+1,81+1,96+3,72+6,75+8,58)ppm = 0,3394 ppm
t = 150’ → w = 0,01(0+1,77+1,81+1,96+3,72+6,75+8,58+9,55)ppm = 0,3394 ppm
11
Jumlah Akar Waktu
Kumulatif
2,236 125,265
3,162 129,35
3,873 141,238
5,477 267,19
7,746 484,26
9,487 604,395
10,954 693,128
12,247 810,29
600 604.395
500 484.26
400
300
267.19
200
100 125.265 129.35 141.238
0
2.236 3.162 3.873 5.477 7.746 9.487 10.954 12.247
Akar Waktu
12
VII. Pembahasan
7.1 Prinsip pelepasan Na diklofenak dari basis gel CMC Na
Pelepasan Na diklofenak dari basis gel CMC Na mengikuti hukum difusi Fick
dengan persamaan sebagai berikut
13
Uji pelepasan dilakukan untuk mengetahu pengaruh basis gel CMC-Na terhadap
pelepasan Na-diklofenak. Membran yang digunakan yaitu selofan. Hasil uji pelepasan
dengan alat disolusi didapatkan nilai rerata slope (fluks) sebesar 79,285 µg/ cm2/ menit1/2.
Pelepasan bahan obat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu afinitas bahan obat
terhadap basis, kelarutan difusan, dan viskositas sediaan itu sendiri. Kelarutan bahan obat
juga berpengaruh terhadap pelepasan bahan obat dari sediaan. Partikel obat harus dalam
bentuk terlarut agar dapat berdifusi.
Pada formula yang kami gunakan didapatkan konsistensi yang lebih encer sehingga
mobilitas molekul obat meningkat sehingga tidak ada hambatan dalam pelepasan natrium
diklofenak. Kelarutan Na diklofenak juga meningkat karena pada dasarnya Na diklofenak
ada dalam bentuk basa lemah dimana akan berada dalam bentuk tak terionkan (larut) dalam
kondisi basa. Hal tersebut juga menyebabkan Na diklofenak semakin mudah lepas dari
sediaan. Afinitas bahan obat terhadap basis rendah, karena natrium diklofenak cenderung
bersifat lipofil sedangkan basis gel CMC-Na bersifat hidrofil, dan tidak ada surfaktan yang
dapat berkatan dengan gugus hidrofil dari CMC-Na, sehingga afinitasnya rendah dan lebih
mudah terlepas dari sediaan.
900
800 810.29
700 693.128
Jumlah kumulatif
600 604.395
500 484.26
400
300
267.19
200
100 125.265 129.35 141.238
0
2.236 3.162 3.873 5.477 7.746 9.487 10.954 12.247
Akar Waktu
Dari kurva akar t vs. jumlah kumulatif didapatkan lag time ada pada akar waktu 125,265
hingga 141,238 dan berdasarkan kurva tersebut sampel dikatakan belum mencapai steady
state karena dianggap mencapai steady state ketika ada minimal 3 titik yang konstan.
14
7.4 Titik kritis
Titik kritis pada praktikum ini yang perlu diperhatikan adalah :
1. Pada saat mengambilan sampel di chamber harus pada tempat yang sama agar
konsentrasi yang didapat sesuai, karena jika diambil di tempat yang berbeda akan
mempengaruhi konsentrasi dan linearitasnya.
2. Suhu yang digunakan adalah suhu 37 C jadi harus dijaga suhu pada alat agar tetap 37
C untuk menyesuaikan suhu tubuh, namun pada praktikum ini setelah menit terjadi
pemadaman sehingga suhu tidak bisa dikontrol 37 C sehingga hal itu dapat
mempengaruhi pelepasan sediaan.
3. Penggunaan membran selofan harus pas menutupi permukaan gel dengan sempurna.
4. Pada praktikum ini seharusnya dilakukan pengadukan pada chamber oleh adukan tipe
dayung tetapi setelah menit ke 90 terjadi pemadaman sehingga tidak terjadi
pengadukan sehingga dapat mempengarhi kecepatan pelepasan gel.
15
VIII. Kesimpulan
1) Na –diklofenak merupakan salah satu obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS) dengan
golongan derivate asam fenilasetat dan bersifat non-selektif pada proses penghambatan
siklooksigenase.
2) Proses masuknya obat ke dalam kulit secara umum dengan proses difusi pasif yang
terjadi melalui stratum korneum (jalur transepidermal) tetapi dapat juga terjadi melalui
kelenjar keringat, minyak atau folikel rambut (jalur transpendagel/ transfolikuler).
3) Pelepasan Na diklofenak dari basis gel CMC-Na mengikuti hukum Higuchi karena
persamaan regresi linier pada kurva jumlah kumulatif vs akar waktu menunjukkan nilai
R yang mendekati satu yaitu 0,9979.
4) Hasil uji pelepasan dengan alat disolusi didapatkan nilai rerata slope (fluks) sebesar
79,285 µg/ cm2/ menit1/2.
5) Pada formula yang kami gunakan didapatkan konsistensi yang lebih encer sehingga
mobilitas molekul obat meningkat sehingga tidak ada hambatan dalam pelepasan
natrium diklofenak.
6) Kurva akar t vs. jumlah kumulatif didapatkan lag time ada pada akar waktu 125,265
hingga 141,238 dan berdasarkan kurva tersebut sampel dikatakan belum mencapai
steady state.
7) Titik kritis pada letak pengambilan sampel yang harus sama, suhu terkontrol sesuai suhu
tubuh, dan penggunaan memran selofan harus pas dengan sel difusi.
16
Daftar Pustaka
Anief, Moh. 1996. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta : Gadjah mada University
Press.
Anief, Moh. 2002. Formulasi Obat Topikal dengan Dasar Penyakit Kulit. Yogyakarta : Gadjah
mada University Press.
Reynolds, James E.F. 1982. Martindale the Extra Pharmacopoeia 28th Edition. London : The
Pharmaceutical Press.
17
Lampiran
18