Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUIDA DAN SEMISOLIDA


“UJI PELEPSAN GEL Na Diklofenak”

Hari, Tanggal :
Kamis, 6 Desember 2018

Dosen Jaga :
Lusia Oktora R.K.S., S.Farm., M.Sc., Apt.

Oleh :
Kelompok D-3

M. Febrian Bachtiar (162210101096)


Rachman Adji P (162210101100)
Ragil Putri Mega Pratiwi (162210101101)
Silka Annisa Shania (162210101103)
Ain Nur Rofiko (162210101113)

LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUIDA DAN SEMISOLIDA


BAGIAN FARMASETIKA FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2018

i
DAFTAR ISI
JURNAL PRAKTIKUM ............................................................................................................ 1
I. Tujuan Praktikum ................................................................................................................ 1
II. Dasar Teori ...................................................................................................................... 1
2.1 Gel Na Dikofenak ............................................................................................................. 1
2.2 Kulit .................................................................................................................................. 2
2.3 Uji Penetrasi ..................................................................................................................... 3
2.4 Uji dufusi sediaan Gel ...................................................................................................... 3
2.5 Disolusi Gel ...................................................................................................................... 5
III. Komposisi Gel Na diklofenak ......................................................................................... 6
3.1 Metode Pembuatan Gel Na diklofenak ............................................................................. 6
IV. Komposisi Larutan Dapar Fosfat Saline (PBS pH 7,4) 5 L............................................. 7
4.1 Metode Pembuatan PBS pH 7,4 5 L ................................................................................ 7
V. Prosedur Pelaksanaan ...................................................................................................... 8
5.1 Pembuatan larutan baku.................................................................................................... 8
5.2 Penentuan panjang gelombang Maximum ....................................................................... 8
5.3 Penyiapan membran ......................................................................................................... 8
5.4 Preparasi sel difusi ............................................................................................................ 8
5.5 Pengukuran pelepasan bahan aktif ................................................................................... 8
5.6 Penentuan jumlah bahan aktif yang terlepas .................................................................... 9
5.7 Penentuan profil pelepasan bahan aktif ............................................................................ 9
5.8 Penentuan kecepatan pelepasan bahan aktif ..................................................................... 9
VI. Hasil Perhitungan Absorbansi ....................................................................................... 10
6.1 Uji Pelepasan Na Diklofenak dari Basis Gel CMC-Na .................................................. 10
6.2 Nilai Koreksi kadar Wurster ........................................................................................... 11
6.3 Kadar total [(C + Cw)x500] ........................................................................................... 11
6.4 Jumlah Kumulatif → Luas membran = 7,065 cm2 (r=1,49cm) ...................................... 11
6.5 Kurva Jumlah Kumulatif VS Akar Waktu ..................................................................... 12
VII. Pembahasan ................................................................................................................... 13
7.1 Prinsip pelepasan Na diklofenak dari basis gel CMC Na ............................................... 13
7.2 Hasil waktu pelepasan .................................................................................................... 13
7.3 Kurva jumlah kumulatif vs waktu .................................................................................. 14
7.4 Titik kritis ....................................................................................................................... 15
VIII. Kesimpulan ................................................................................................................ 16
Daftar Pustaka .......................................................................................................................... 17
Lampiran ................................................................................................................................... 18

ii
ii
JURNAL PRAKTIKUM

I. Tujuan Praktikum
 Mahasiswa dapat memformulasikan sediaan gel Na-diklofenak.
 Mahasiswa mengetahui metode evaluasi uji pelepasan Na-diklofenak dari sediaan gel.
 Mahasiswa mampu melakukan uji pelepasan Na-diklofenak dari sediaan gel
menggunakan alat disolusi tipe 2 (tipe dayung).

II. Dasar Teori


2.1 Gel Na Dikofenak
Gel merupakan sistem semipadat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organic yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Gel
umumnya merupakan sediaan semipadat yang jernih, tembus cahaya dan mengandung zat aktif.
Gel merupakan disperse koloid yang mempunyai kekuatan yang disebabkan pengikat dalam
granulasi, koloid pelindung dalam suspensi, dan pengental untuk sediaan oral dan sebagai basis
suppositoria.
Menurut FI IV, penggolongan sediaan gel dibagi menjadi dua :
1) Gel sistem dua fase
Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relative besar, massa gel
kadang-kadang dinyatakan sebagai magma, misalnya magma bentonit.
2) Gel sistem fase tunggal
Terdiri dari makromolekul organic yang tersebar sama dalam suatu cairan sedemikian rupa
hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel
fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik, misalnya karbomer atau gom alam
(tragakan).
Gel dapat dikelompokkan menjadi lipophilic gels dan hydrophilic gels. Lipophilic gels
(oleogen) merupakan gel dengan basis yang terdiri dari paraffin cair, polietilen atau minyak
lemak yang ditambah dengan silica koloid. Sedangkan, hydrophilic gels basisnya terbuat dari
air, gliserol, atau propilen glikol yang ditambah gelling agent, seperti amilum, turunan selulosa,
karbomer, dan Aluminium-Magnesium-Silika.
Komponen gel dibagi menjadi 3 yaitu bahan aktif, gelling agent, dan bahan tambahan.
Sejumlah polimer digunakan untuk membentuk struktur berbentuk jaringan yang merupakan
bagian penting dalam sistem.

1
Na –diklofenak merupakan salah satu obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS) dengan
golongan derivate asam fenilasetat. Na-diklofennak termasuk obat yang bersifat non-selektif
pada proses penghambatan siklooksigenase. Obat OAINS bekerja dengan jalan menghambat
biosintesis prostaglandin dimana produksi prostaglandin akan meningkat saat sel mengalami
keruskan. OAINS akan menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat
menjadi prostaglandin terganggu. Enzim siklooksigenase ada 2 macam, yaitu COX-1 dan COX-
2. COX-1 berperan dalam pemeliharaan berbagai fungsi fisiologis jaringan dan COX-2
berperan sebagai stimulus inflamasi, faktor pertumbuhan, dan proses perbaikan jaringan.

2.2 Kulit
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan organ
terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya 16% berat tubuh, pada orang dewasa
sekitar 2,7-3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 m2. Tebalnya kulit bervariasi mulai dari 0,5 mm
sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Secara umum kulit berfungsi
sebagai barrier pelingdung tubuh terhadap ppengaruh lingkungan luar. Selanjutnya secara
spesifik kulit diklasifikasikan diantaranya memberikan fungsi pelindungan, fungsi homeostasis
dan fungsi sensori.
Kulit tersusun atas 3 lapisan yaitu lapisan epidermis, dermis dan jaringan subkutan. Pada
kulit juga terdapat rambut, kelenjar sebaceous dan kelenjar keringat.
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel berlapis
gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal epidermis
berbeda beda pada berbagai tempat ditubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki.
Ketebalan epidermis hanya sekitar 5% dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-
6 minggu. Epidermis terdiri dari 5 lapisan yaitu stratum basale, stratum granulosum, stratum
lucidum dan stratum corneum.
Lapisan dermis merupakan komponen yang penting dengan ketebalan antara 3-5 mm.
pada lapisan dermis terdapat pembuluh darah, pembuluh limfa, gelombang rambut, kelenjar
lemak (sebacea), kelenjar keringat, kelenjar otot, serabut syaraf dan korpus pacini. Selain
berfungsi menyuplai gizi, pada lapisan dermis juga terdapat imun serta sensor panas, tekanan
dan rasa nyeri.
Subkutis merupakan lapisan dibawah dermis/hypodermis yang terdiri dari lapisan
lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan
jaringan dibawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda beda menurut daerah ditubuh dan keadaan

2
nutrisi induvidu. Fungsi subkutis sebagai cadangan kalori, isolasi panas, bantalan terhadap
trauma dan tempat penumpukan energy.

2.3 Uji Penetrasi


Penetrasi melintasi stratum korneum dapat dilakukan melaluidua mekanisme, yaitu:
1) penetrasi Transepidermal
Sebagian besar obat berpenetrasi melintasi stratum korneum melalui ruang
intraseluler dan ekstraseluler. pada kulit normal, jalur penetrasi umumnya melalui
transepidermal dibandingkan dengan transapendageal pada prinsipnya, masuknya
penetrasi ke dalam stratum korneum adalah adanya koefisien partisi dari penetrasi obat-
obatan yang bersifat hidrofilik akan berpartisi melalui jalur transeluler sedangkan obat-
obatan yang bersifat lipofilik akan masuk ke dalam stratum korneum melalui
intraseluler. (Swarberick,1995)
Penetrasi transepidermal berlangsung melalui 2 tahap : pertama, pelepasan obat
dari pembawa ke stratum korneum. Tergantung koefisien partisi obat dalam pembawa
dan stratum korneum. kedua, difusi melalui epidermis dan dermis dibantu oleh aliran
pembuluh darah dalam lapisan dermis Droelos,2010).
2) Penetrasi Transapendageal
Penetrasi melalui rute transapendageal adalah jalur masuknya obat melalui
kelenjar folikel yang ada pada kulit. dimana penetrasi transapendageal akan membawa
senyawa obat melalui kelenjar keringat dan kelenjar rambut yang berhubungan dengan
kelenjar sebalus disebabkan adanya pori-pori diantaranya. penetrasi obat melalui jalur
trasepidermal lebih baik daripada jalur transapendageal karena luas permukaan pada
jalur transapendageal lebih kecil (Swarbrick,1995).

2.4 Uji dufusi sediaan Gel


Membran dalam kajian formulasi dan biofarmasi merupakan suatu fase padat setengah
padat, atau cair dengan ukuran tertentu, tidak larut atau tidak tercampurkan dengan lingkungan
sekitarnya dan dipisahkan satu dan lainnya, umumnya oleh fase cair. dalam biofarmasi ini,
membran padat digunakan sebagai model untuk mempelajari kompleks atau interaksi antara zat
aktif dan bahkan tambahan serta proses pelepasan dan pelarutan.perlintasan dalam membran
sintesis pada umumnya berlangsung dalam dua tahap:
1. Tahap awal adalah proses difusi zat aktif menuju permukaan yang kontak dengan
membran
3
2. Tahap kedua adalah pengangkutan.
Proses masuknya obat ke dalam kulit secara umum terjadi melalui proses difusi pasif.
Difusi tersebut secara umum terjadi melalui stratum korneum (jalur transepidermal) tetapi dapat
juga terjadi melalui kelenjar keringat, minyak atau folikel rambut (jalur transpendagel/
transfolikuler). penetrasi transpendagel ini sangat sedikit digunakan untuk transport molekul
obat, karena hanya mempunyai daerah yang kevil (,0,1 %, dari total permukaan kulit). akan
tetapi penetrasi ini berperan penting pada beberapa senyawa polar dan molekul ion yang hampir
tidak berpenetrasi melalui stratum korneum.
Difusi pasif yaitu proses dimana suatu subtansi bergerak dari daerah suatu sistem
kedaerah lain dan terjasi penurunan kadar gradien diikuti bergeraknya molekul. Difusi pasif
merupakan bagian terbesar dari proses trans-membran bagi umumnya obat. Tenaga pendorong
untuk difusi pasif ini adalah perbedaan konsentrasi obat pada kedua sisimembran sel. Menurut
hukum difusi Fick, molekul obat berdifusi dari daerah dengankonsentrasi obat tinggi ke daerah
konsentrasi obat rendah

𝑑𝑄 𝐷𝑘𝐴
=
𝑑𝑡 ℎ

𝑑𝑄
= 𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑑𝑖𝑓𝑢𝑠𝑖
𝑑𝑡

keterangan:
D : koefisien difusi obatk
k : koefisien partisi obat dalam membran dan pembawa
A : luas permukaan membran
h : tebal membran
Cs : konsentrasi obat dalam pembawa
C : konsentrasi obat dalam medium reseptor
Difusi obat berbanding lurus dengan konsentrasi obat,koefisien difusi, viskositas dan
ketebalan membran. Disamping ini difusi pasif dipengaruhi oleh koefisien partisi, maka
semakin besar koefisien patisi maka makin cepat difusi obat. kemampuan berdifusi suatu zat
melalui kulit dipengaruhi oleh sifat fisikokimia dari zat aktif (bobot molekul, elarutan, koefisien
partisi) ataupun juga dipengaruhi oleh karakteristik sediaan basis dan zat-zat tambahan dalam
sediaan.

4
2.5 Disolusi Gel
Obat harus dapat larut terlebih dahulu pada tempat aksi agar dapat diabsorbsi dan masuk
pada tempat target proses ini disebut disolusi. proses pelepasan obat ini dapat dijelaskan melalui
difusi pasif. Difusi pasif merupakan bagian terbesar dari proses transmembran untuk obat secara
umum. Tenaga pendorong untuk difusi pasif adalah perbedaan konsentrasi obat pada kedua sisi
membran sel. Menurut hukum Fick, molekul obat berdifusi dari daerah dengan konsentrasi obat
tinggi ke daerah dengan konsentrasi obat rendah (Shargel dan Andrew,1995) berikut merupakan
persamaan hukum Fick pertama :
𝑑𝑀
J=
𝑆.𝑑𝑡

Keterangan :
J : fluks
M : jumlah bahan aktif yang tertranspor
S : luas penampang kulit
t : waktu

Persamaan Higuchi merupakan persamaan yang diturunkan dari hukum fick.persamaan


ini digunakan untuk menentukan jumlah obat yang lepas dari basis yang digambarkan sebagai
pelepasan obat dari suatu matriks yang homogen.

𝑞
Q= = [D(2A-Cs) Cs]1/2
𝑥

dimana H adalah jumlah obat (q) yang terlepas pada waktu (t) persatuan luas (x),D (adalah
koefisien difusi obat dalam pembawa, A adalah kadar permulaan obat dalam pembawa,C s
adalah kelarutan obat.

5
III. Komposisi Gel Na diklofenak
No Bahan Fungsi Jumlah dalam 10 Persentase dalam
g gel 10 g gel
1 Na diklofenak Bahan aktif 0,2 g 2%
2 CMC Na Gelling agent 4g 40%
3 Aqudest Pelarut 5,8 g 58%

3.1 Metode Pembuatan Gel Na diklofenak

CMC Na

- Ditimbang sebanyak 4 g

- Ditaburkan pada aquadest panas yang berada dalam


mortir

- Ditunggu ± 15 menit hingga mengembang

Basis gel
CMC Na

Na Di + sedikit sedikit
diklofena
k diaduk ad homogen ditambah aquadest ad 10 g

Gel Na
diklofenak

6
IV. Komposisi Larutan Dapar Fosfat Saline (PBS pH 7,4) 5 L
No Bahan Jumlah
1 NaCl 40 g
2 KCl 1g
3 Na2HPO4 7,2 g
4 KH2PO4 1,2 g
5 ddH2O ad 5 L

4.1 Metode Pembuatan PBS pH 7,4 5 L

NaCl 40 g + KCl 1 g + Na2HPO4 7,2 g + KH2PO4


1,2 g
Dilarutkan dalam 4 L aquabidestillata
pH diatur ad 7,4
Ditambah aquabidest ad 5L

Dapar Fosfat pH 7,4 5L

7
V. Prosedur Pelaksanaan
5.1 Pembuatan larutan baku
25 mg Na diklofenak

Baku Induk 2500 ppm.

10 ppm 15 ppm 20 ppm 25 ppm 30 ppm

5.2 Penentuan panjang gelombang Maximum

Larutan blanko (PBS 7,4) dalam kuver


Larutan baku 10 ppm discanning pada  200-400 nm.

Absorbansi max merupakan panjang gelombang maksimum yang terpilih.

5.3 Penyiapan membran

Membran selofan dipotong seukuran sel difusi.

Membran selofan direndam dalam aquadest semalam.

Setelah direndam, membran aseton ditiriskan dengan tissue.

5.4 Preparasi sel difusi


Menyiapkan sel difusi, kemudian ditara dalam kondisi kosong dengan timbangan analitik.

Sel difusi diisi dengan gel diratakan dengan sudip.

Tutup sediaan dengan membrane yang ukuran sesuai sel difusi.

Sediaan di sekitar sel difusi dibersihkan dan ditimbang lagi, diatas membrane diberi ring
sekat agar tidak bocor. Lalu diklem dengan lempengan sel yang lain dengan rapat

5.5 Pengukuran pelepasan bahan aktif


Media solusi sebanyak 500 ml dihangatkan pada suhu 37°C.

8
Sel difusi dimasukkan ke bejana tabung uji yang berisi media disolusi.

Sel difusi dimasukkan di dasar bejana disolusi dengan bagian cover


menghadap ke atas.

Paddle diputar 50 rpm, segera dicatat sebagai menit ke 0.

Pada tiap waktu tertentu diambil sampel sebanyak 5 ml.

Setiap kali pengambilan cuplikan bejana ditambah media disolusi dengan jumlah dan suhu
yang sama.

Sampel ditentukan kadar Na diklofenak dengan spektrofotometer uv-vis pada  max dan
dikoreksi dengan rumus wuster.

5.6 Penentuan jumlah bahan aktif yang terlepas


Jumlah bahan aktif yang terlepas persatuan luas membra setiap waktu = konsentrasi setiap
waktu x jumlah media / luas permukaan membrane.

Dibuat kurva jumlah bahan aktif kumulatif vs. akar waktu.

5.7 Penentuan profil pelepasan bahan aktif

Profil pelepasan obat ditentukan dari kurva jumlah bahan aktif Yng terlepas vs. akar
waktu.
5.8 Penentuan kecepatan pelepasan bahan aktif
Dibuat kurva jumlah kumulatif bahan aktif yang terlepas vs. akar waktu

Dari kurva, dibuat persamaan regresinya, slope persamaan regresi merupakan kecepatan
pelepasan.

9
VI. Hasil Perhitungan Absorbansi
6.1 Uji Pelepasan Na Diklofenak dari Basis Gel CMC-Na
Waktu Akar Abs Kadar Kadar Kadar Kadar Jumlah
(menit) waktu (ppm) kumul koreksi total Kumulatif
atif (ppm) (µg/cm2/menit1
/2
(ppm)
0 0 0 0 0 0 0 0
5 2,236 0,075 1,77 1,77 0 885 125,265
10 3,162 0,076 1,81 3,58 0,0177 913,85 129,350
15 3,873 0,080 1,96 5,54 0,0358 997,9 141,238
30 5,477 0,125 3,72 9,26 0,0554 1887,7 267,190
60 7,746 0,203 6,75 16,01 0,0926 3421,3 484,260
90 9,487 0,245 8,38 24,39 0,1601 4270,05 604,395
120 10,954 0,275 9,55 33,94 0,2439 4896,95 693,128
150 12,247 0,315 11,11 45,05 0,3394 5724,7 810,290

𝑌 = 0,0257 𝑥 + 0,0295
𝑡 = 0′ → 𝑦 = 0𝑥 = 0
𝑡 = 5′ → 0,075 = 0,0257𝑥 + 0,0295
𝑥 = 1,77 𝑝𝑝𝑚

𝑡 = 10 → 0,076 = 0,0257𝑥 + 0,0295
𝑥 = 1,81 𝑝𝑝𝑚

𝑡 = 15 → 0,080 = 0,0257𝑥 + 0,0295
𝑥 = 1,96 𝑝𝑝𝑚
𝑡 = 30′ → 0,0125 = 0,0257𝑥 + 0,0295
𝑥 = 3,72 𝑝𝑝𝑚

𝑡 = 60 → 0,203 = 0,0257𝑥 + 0,0295
𝑥 = 6,75 𝑝𝑝𝑚

𝑡 = 90 → 0,245 = 0,0257𝑥 + 0,0295
𝑥 = 8,38 𝑝𝑝𝑚

𝑡 = 120 → 0,275 = 0,0257𝑥 + 0,0295
𝑥 = 9,55 𝑝𝑝𝑚

𝑡 = 150 → 0,315 = 0,0257𝑥 + 0,0295
𝑥 = 11,11 𝑝𝑝𝑚

10
6.2 Nilai Koreksi kadar Wurster
t = 0’ → w = 0,01(0 ppm) = 0 ppm
t = 5’ → w = 0,01(0 ppm) = 0 ppm
t = 10’ → w = 0,01(0+1,77)ppm = 0,0177 ppm
t = 15’ → w = 0,01(0+1,77+1,81)ppm = 0,0358 ppm
t = 30’ → w = 0,01(0+1,77+1,81+1,96)ppm = 0,0554 ppm
t = 60’ → w = 0,01(0+1,77+1,81+1,96+3,72)ppm = 0,3394 ppm
t = 90’ → w = 0,01(0+1,77+1,81+1,96+3,72+6,75)ppm = 0,3394 ppm
t = 120’ → w = 0,01(0+1,77+1,81+1,96+3,72+6,75+8,58)ppm = 0,3394 ppm
t = 150’ → w = 0,01(0+1,77+1,81+1,96+3,72+6,75+8,58+9,55)ppm = 0,3394 ppm

6.3 Kadar total [(C + Cw)x500]


t = 0’ → Ctotal = 0 ppm
t = 5’ → Ctotal = (1,77+0)ppm x 500 = 885 ppm
t = 10’ → Ctotal = (1,81+0,0177)ppm x 500 = 913,85 ppm
t = 15’ → Ctotal = (1,96+0,0358)ppm x 500 = 997,9 ppm
t = 30’ → Ctotal = (3,72+0,0554)ppm x 500 = 1887,7 ppm
t = 60’ → Ctotal = (6,75+0,0926)ppm x 500 = 3421,3 ppm
t = 90’ → Ctotal = (8,38+0,1601)ppm x 500 = 4270,05 ppm
t = 120’ → Ctotal = (9,55+0,2439)ppm x 500 = 4896,95 ppm
t = 150’ → Ctotal = (11,11+0,3394)ppm x 500 = 5724,7 ppm

6.4 Jumlah Kumulatif → Luas membran = 7,065 cm2 (r=1,49cm)


t = 0’ → Ʃ = 0 µg/cm2
t = 5’ → Ʃ = 885 / 7,065 = 125,265 µg/cm2
t = 10’ → Ʃ = 913,85 / 7,065 = 129,35 µg/cm2
t = 15’ → Ʃ = 997,85 / 7,065 = 141,238 µg/cm2
t = 30’ → Ʃ = 1887,7 / 7,065 = 267,19 µg/cm2
t = 60’ → Ʃ = 3421,3 / 7,065 = 484,26 µg/cm2
t = 90’ → Ʃ = 4280,05 / 7,065 = 604,395 µg/cm2
t = 120’ → Ʃ = 4896,95 / 7,065 = 693,128 µg/cm2
t = 150’ → Ʃ = 5724,7 / 7,065 = 810,290 µg/cm2

11
Jumlah Akar Waktu
Kumulatif
2,236 125,265
3,162 129,35
3,873 141,238
5,477 267,19
7,746 484,26
9,487 604,395
10,954 693,128
12,247 810,29

Pers regresi ( t = 15 menit – t = 150 menit)


r = 0,9979 a = -157,77 b= 79,285
y= 79,285 x - 157,77

6.5 Kurva Jumlah Kumulatif VS Akar Waktu


900
800 810.29
700 693.128
Jumlah kumulatif

600 604.395
500 484.26
400
300
267.19
200
100 125.265 129.35 141.238

0
2.236 3.162 3.873 5.477 7.746 9.487 10.954 12.247
Akar Waktu

12
VII. Pembahasan
7.1 Prinsip pelepasan Na diklofenak dari basis gel CMC Na
Pelepasan Na diklofenak dari basis gel CMC Na mengikuti hukum difusi Fick
dengan persamaan sebagai berikut

keterangan : Mt = jumlah kumulatif obat yang terlepas (µg/cm2/t1/2)


A = luas permukaan film
C = konsentrasi obat
Cs = kelarutan obat
t = waktu
Yang kemudian dikembangkan oleh Higuchi menjadi =

keterangan : Mt = jumlah kumulatif obat yang dilepasakan dari matriks gel


(µg/cm2/menit1/2)
K = kontansta laju pelepasan obat
t = waktu
Berdasarkan Hukum Higuchi ini, jumlah kumulatif obat yang terlepas dari matriks
berbanding lurus dengan akar waktu. Nilai slope dari persamaan regresi jumlah kumulatif
vs akar waktu merupakan fluks atau kecepatan pelepasan obat dari matriks. Pelepasan Na
diklofenak dari basis gel CMC-Na mengikuti hukum Higuchi karena persamaan regresi
linier pada kurva jumlah kumulatif vs akar waktu menunjukkan nilai R yang mendekati satu
yaitu 0,9979.

7.2 Hasil waktu pelepasan


Uji pelepasan zat aktif Na-diklofenak dalam sediaan gel dilakukan menggunakan alat
disolusi tipe 2 (tipe dayung). Kompartemen reseptor diisi dengan dapar fosfat salin pH 7,4
dan dijaga suhunya 37℃ serta didaduk dengan stirrer. Sampel sebanyak 2 g diaplikasikan
pada permukaan membrane, kemudian membrane diletakkan di antara kompartemen donor
dan kompartemen reseptor. Sampel diambil sebanyak 5 ml pada menit ke 5, 10, 15, 30, 60,
90, 120, dan 150 dan segera digantikan dengan dapar fosfat salin pH 7,4 sejumlah volume
yang sama. Setelah itu, sampel diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometri UV-
Vis.

13
Uji pelepasan dilakukan untuk mengetahu pengaruh basis gel CMC-Na terhadap
pelepasan Na-diklofenak. Membran yang digunakan yaitu selofan. Hasil uji pelepasan
dengan alat disolusi didapatkan nilai rerata slope (fluks) sebesar 79,285 µg/ cm2/ menit1/2.
Pelepasan bahan obat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu afinitas bahan obat
terhadap basis, kelarutan difusan, dan viskositas sediaan itu sendiri. Kelarutan bahan obat
juga berpengaruh terhadap pelepasan bahan obat dari sediaan. Partikel obat harus dalam
bentuk terlarut agar dapat berdifusi.
Pada formula yang kami gunakan didapatkan konsistensi yang lebih encer sehingga
mobilitas molekul obat meningkat sehingga tidak ada hambatan dalam pelepasan natrium
diklofenak. Kelarutan Na diklofenak juga meningkat karena pada dasarnya Na diklofenak
ada dalam bentuk basa lemah dimana akan berada dalam bentuk tak terionkan (larut) dalam
kondisi basa. Hal tersebut juga menyebabkan Na diklofenak semakin mudah lepas dari
sediaan. Afinitas bahan obat terhadap basis rendah, karena natrium diklofenak cenderung
bersifat lipofil sedangkan basis gel CMC-Na bersifat hidrofil, dan tidak ada surfaktan yang
dapat berkatan dengan gugus hidrofil dari CMC-Na, sehingga afinitasnya rendah dan lebih
mudah terlepas dari sediaan.

7.3 Kurva jumlah kumulatif vs waktu

900
800 810.29
700 693.128
Jumlah kumulatif

600 604.395
500 484.26
400
300
267.19
200
100 125.265 129.35 141.238

0
2.236 3.162 3.873 5.477 7.746 9.487 10.954 12.247
Akar Waktu

Dari kurva akar t vs. jumlah kumulatif didapatkan lag time ada pada akar waktu 125,265
hingga 141,238 dan berdasarkan kurva tersebut sampel dikatakan belum mencapai steady
state karena dianggap mencapai steady state ketika ada minimal 3 titik yang konstan.

14
7.4 Titik kritis
Titik kritis pada praktikum ini yang perlu diperhatikan adalah :
1. Pada saat mengambilan sampel di chamber harus pada tempat yang sama agar
konsentrasi yang didapat sesuai, karena jika diambil di tempat yang berbeda akan
mempengaruhi konsentrasi dan linearitasnya.
2. Suhu yang digunakan adalah suhu 37 C jadi harus dijaga suhu pada alat agar tetap 37
C untuk menyesuaikan suhu tubuh, namun pada praktikum ini setelah menit terjadi
pemadaman sehingga suhu tidak bisa dikontrol 37 C sehingga hal itu dapat
mempengaruhi pelepasan sediaan.
3. Penggunaan membran selofan harus pas menutupi permukaan gel dengan sempurna.
4. Pada praktikum ini seharusnya dilakukan pengadukan pada chamber oleh adukan tipe
dayung tetapi setelah menit ke 90 terjadi pemadaman sehingga tidak terjadi
pengadukan sehingga dapat mempengarhi kecepatan pelepasan gel.

15
VIII. Kesimpulan
1) Na –diklofenak merupakan salah satu obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS) dengan
golongan derivate asam fenilasetat dan bersifat non-selektif pada proses penghambatan
siklooksigenase.
2) Proses masuknya obat ke dalam kulit secara umum dengan proses difusi pasif yang
terjadi melalui stratum korneum (jalur transepidermal) tetapi dapat juga terjadi melalui
kelenjar keringat, minyak atau folikel rambut (jalur transpendagel/ transfolikuler).
3) Pelepasan Na diklofenak dari basis gel CMC-Na mengikuti hukum Higuchi karena
persamaan regresi linier pada kurva jumlah kumulatif vs akar waktu menunjukkan nilai
R yang mendekati satu yaitu 0,9979.
4) Hasil uji pelepasan dengan alat disolusi didapatkan nilai rerata slope (fluks) sebesar
79,285 µg/ cm2/ menit1/2.
5) Pada formula yang kami gunakan didapatkan konsistensi yang lebih encer sehingga
mobilitas molekul obat meningkat sehingga tidak ada hambatan dalam pelepasan
natrium diklofenak.
6) Kurva akar t vs. jumlah kumulatif didapatkan lag time ada pada akar waktu 125,265
hingga 141,238 dan berdasarkan kurva tersebut sampel dikatakan belum mencapai
steady state.
7) Titik kritis pada letak pengambilan sampel yang harus sama, suhu terkontrol sesuai suhu
tubuh, dan penggunaan memran selofan harus pas dengan sel difusi.

16
Daftar Pustaka

Allen L.V. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipient, Sixth Edition. London:Pharmaceutial


Press and American Pharmacist Association.

Anief, Moh. 1996. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta : Gadjah mada University
Press.

Anief, Moh. 2002. Formulasi Obat Topikal dengan Dasar Penyakit Kulit. Yogyakarta : Gadjah
mada University Press.

Depkes RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta : Depkes RI.

Reynolds, James E.F. 1982. Martindale the Extra Pharmacopoeia 28th Edition. London : The
Pharmaceutical Press.

17
Lampiran

18

Anda mungkin juga menyukai