Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN OBSERVASI MANAJEMEN KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA DI GEDUNG KEWIRAUSAHAAN


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Laporan Observasi Ini Disusun Sebagai Tugas Ujian Tengah Semester


Mata Kuliah Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dosen Pengampu:
1. Dr. Nina Oktarina, S.Pd., M.Pd
2. Hana Netti Purasani, S.Pd., M.Pd

Disusun oleh:
1. Endang Lestiyorini 7101417006
2. Fransisca Rahcmawati Indira 7101417072
3. Faniati 7101417099
4. Rusdiana 7101417120
5. Wahyu Ita Solihayati 7101417177

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


SEMARANG
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Swt. yang maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan observasi ini dengan baik.
Laporan observasi ini dibuat sebagai tugas Ujian Tengah Semester mata
kuliah Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan dosen
pengampu Dr. Nina Oktarina, S.Pd., M.Pd dan Hana Netti Purasani, S.Pd., M.Pd.
Laporan observasi ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga memperlancar pembuatan laporan observasi
ini. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan laporan observasi ini.
Terlepas dari itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki laporan observasi ini.
Akhir kata kami berharap semoga laporan observasi ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Semarang, 6 Mei 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 3
2.1 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ............................. 3
2.2 Merencanakan Sistem Manajemen K3 ...................................................... 4
2.3 Penerapan Sistem Manajemen K3 ............................................................. 5
BAB III METODE PENULISAN ........................................................................ 7
3.1 Metode Penulisan ..................................................................................... 7
3.2 Sasaran Penulisan ..................................................................................... 7
3.3 Jenis Data ................................................................................................. 7
3.4 Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 7
3.5 Tahap Hasil Analisis Data ........................................................................ 7
BAB IV HASIL OBSERVASI ............................................................................. 8
4.1 Gambaran Umum Gedung Kewirausahaan Universitas Negeri Semarang ..... 8
4.2 Kondisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Gedung Kewirausahaan
Universitas Negeri Semarang.................................................................... 8
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 21
5.1 Keimpulan ............................................................................................. 21
5.2 Saran ..................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 22
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 23
1. Surat Ijin Observasi ................................................................................ 23
2. Foto Dokumentasi .................................................................................. 24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan faktor
yang sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit
atau kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan
lingkungannya. Menurut Manajemen Rocket (2019) menyatakan bahwa
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
yang dapat melindungi dari kecelakaan kerja sehingga dapat meningkatkan
efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan
korban jiwa tetapi juga kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, dan dapat
mengganggu proses produksi secara menyeluruh yang merusak lingkungan. Pada
akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.
Dewasa ini, banyak instansi atau organisasi lainnya yang melalaikan
Undang-Undang keselamatan kerja padahal kita tahu bahwa undang-undang
undang-undang ini telah lama disahkan yaitu sekitar tahun 1970. Menurut
(Wirahadikusumah, 2007) menyatakan bahwa Undang-undang mengenai K3 ini,
amatlah penting disosialisasikan di lingkungan instasi taupun organisasi lainnya.
Hal ini dikarenakan untuk memicu penerapan K3 dalam instansi yang bisa
berdampak pada hasil produksi dan keselamatan tenaga kerja. K3 sendiri
merupakan kepanjangan dari kesehatan keselamatan kerja, hal ini membahas
mengenai hak serta kewajiban yang di tanggungkan pada suatu tempat kerja, bisa
juga meliputi jamsostek, cuti hamil, pemberian ganti rugi bagi pekerja yang
mengalami cacat fisik. Hal ini penting untuk di berikan kepada setiap anggota dari
tenaga kerja sehingga kesejahteraan tenaga kerja bisa tercapai. Keterjaminan
kesejahteraan tenaga kerja juga akan memberi dampak secara langsung maupun
tidak langsung pada hasil yang dihasilkan karena hal tersebut berkaitan dengan
kondisi psikis seseorang.

1
Mengacu pada pernyataan diatas penulis melakukan observasi di suatu
gedung yang berada di Unversitas Negeri Semarang yaitu Gedung Kewirausahaan
di Jalan Simpang 7 Universitas Negeri Semarang. Tujuannya guna mengetahui
seberapa jauh penerapan kesehatan keselamatan kerja di gedung tersebut.
Observasi ini dilakukan selain untuk mengetahui seberapa jauh tingkat penerapan
K3 di gedung tersebut juga untuk memenuhi tugas mata kuliah MK3 yang
kemudian disajikan dalam bentuk laporan observsi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran umum gedung kewirausahaan Universitas Negeri
Semarang?
2. Bagaimana kondisi keselamatan dan kesehatan kerja di gedung
kewirausahaan Universitas Negeri Semarang?

1.3 Tujuan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, kami memiliki tujuan
melakukan observasi ini. Adapun tujuan dari observasi ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah MK3.
2. Untuk mengetahui gambaran umum gedung kewirausahaan Universitas
Negeri Semarang.
3. Untuk mengetahui kondisi keselamatan dan kesehatan kerja di gedung
kewirausahaan Universitas Negeri Semarang.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Sistem manajemen adalah rangkaian kegiatan yang teratur dan saling
berhubungan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan
dengan menggunakan manusia dan sumber daya yang ada .
Menurut Asosiasi Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (A2K4)
Indonesia (2014) menyatakan bahwa Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja atau biasa disebut SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen
secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi perencanaan, prosedur proses
dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan pencapaian, pengkajian
dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka
pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat
kerja yang aman (Permenaker No : PER. 05/MEN/1996).
Jadi, sistem manajemen K3 merupakan rangkaian kegiatan yang teratur
dan saling berhubungan secara keseluruhan yang berguna dalam pengendalian
resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja agar dapat menciptakan suasana
tempat kerja yang aman.
Sistem manajemen K3 dalam pelaksanaannya juga memiliki pola tahapan
dalam kosep dasarnya. Pola tahapan pada konsep dasar tersebut disebut “Plan-Do-
Check-Action”, yang meliputi:
a. Penetapan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjamin
komitmen terhadap penerapan SMK3.
b. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan
SMK3.
c. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif
dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang
diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran.
d. Mengukur dan memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan
kesehatan kerja serta melakukan tindakan pencegahan dan perbaikan.
2. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3.
3
Dengan demikian sektor industri dapat memiliki dua dimensi yang sesuai
dengan kemampuan dan Policy Managementnya dalam penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yaitu :
a. Innovative Management dengan melakukan inovasi manajemen melalui
“Unsafe Condition Minimalizers” yang artinya adalah bagaimana kita
dituntut untuk memperkecil atau mengurangi insiden yang diakibatkan
oleh kondisi tempat kerja seperti, organisasi, peralatan kerja (mesin-
mesin), lingkungan kerja dan sistem kerja (Arifin Muhammad, 2014).
b. Raditional Sistem dalam penyelamatan pekerjaan melalui “Unsafe Act
Minimalizers” yang artinya adalah bagaimana kita dituntut untuk
memperkecil atau mengurangi tingkah laku orang yang tidak nyaman.

2.2 Merencanakan Sistem Manajemen K3


Dalam Sistem Manajemen K3 menurut OHSAS 18001 adalah perencanaan
(planning). OHSAS 18001 mewajibkan organisasi untuk membuat prosedur
perencanaan yang baik. Tanpa perencanaan, sistem hasil tidak optimal.
Perencanaan ini merupakan tidak lanjut dan penjabaran kebijakan K3 yang
telah ditetapkan oleh manajemen puncak dengan mempertimbangkan hasil audit
yang pernah dilakukan dan masukan dari berbagai pihak termasuk hasil
pengukuran kinerja K3. Hasil dari perencanaan ini selanjutnya menjadi masukan
dalam pelaksanaan dan operasional K3.
Perencanaan K3 yang baik, dimulai dengan melakukan identifikasi
bahaya, penilaian risiko dan penentuan pengendaliannya. Dalam melakukan hal
tersebut, harus diperimbangkan berbagai persyaratan perundangan K3 yang
berlaku bagi organisasi serta persyartan lainnya seperti standar, kode, atau
pedoman industri yang terkait atau berlaku bagi organisasi. Dari hasil perencanaan
tersebut, ditetapkan objektif K3 yang akan dicapai serta program kerja untuk
mencapai objektif yang telah ditetapkan tersebut.
Penyuluhan K3 ke semua karyawan, pelatihan K3 yang disesuaikan
dengan kebutuhan individu dan kelompok di dalam organisasi perusahaan.
Fungsinya memproses individu dengan perilaku tertentu agar berperilaku sesuai

4
dengan yang telah ditentukan sebelumnya sebagai produk akhir dari pelatihan.
Melaksanakan program K3 sesuai peraturan yang berlaku diantaranya:
a. Pemeriksaan kesehatan petugas (prakarya, berkala dan khusus),
b. Penyediaan alat pelindung diri dan keselamatan kerja,
c. Penyiapan pedoman pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat,
d. Penempatan pekerja pada pekerjaan yang sesuai kondisi kesehatan,
e. Pengobatan pekerja yang menderita sakit,
f. Menciptakan lingkungan kerja yang hygienis secara teratur, melalui
monitoring lingkungan kerja dari hazard yang ada,
g. Melaksanakan biological monitoring (pemantauan biologi)

2.3 Penerapan Sistem Manajemen K3


Dalam pasal 87 (1) : UU No 13 Tahun 2003 Tentang ketenagakerjaan
dinyatakan bahwa : setiap perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen K3
yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. Menurut Darma, Eka R
(2009) menyatakan bahwa ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen K3
diatur dalam Permenaker RI. NO.Per.05 / MEN / 1996 tentang sistem Manajemen
K3. Pada pasal 3 ( 1dan 2 ) dinyatakan bahwa setiap perusahaan yang
mempekerjakan Tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih dan atau
mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau
bahan produksi yang dapat mengekibatkan kecelakaan kerja seperti peledekan,
kebakaran, pencemaran lingkungan dan Penyakit Akibat Kerja WAJIB
menerapkan Sistem Manajemen K3.
Dengan demikian kewajiban penerapan Sistem Manajemen K3 didasarkan
pada dua hal yaitu ukuran besarnya perusahaan dan potensi bahaya yang
ditimbulkan. Meskipun perusahaan hanya mempekerjakan tenaga kerja kurang
dari 100 orang tetapi apabila tingkat resiko bahayanya besar juga berkewajiban
menerapkan Sistem Manajemen K3 di perusahaannya (Kurnia, 2005).
Berdasarkan hal tersebut maka, penerapan Sistem Manajemen K3 bukanlah suka
rela (voluntary), tetapi keharusan yang dimandatkan oleh peraturan perundangan
(Mandatory).

5
Selanjutnya untuk menerapkan Sistem Manajemen K3 seperti yang tertuang
dalam pasal 4 Permennaker RI. No. Per. 05/MEN/1996 beserta pedoman
penerapan pada lampiran 1 maka organisasi perusahaan diwajibkan untuk
melaksanakan 5 ketentuan pokok yaitu :
1. Menerapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap penerapan
Sistem Manajemen K3.
2. Adanya kebijakan K3 yang dinyatakan secara tertulis dan ditanda tangani
oleh pengurus yang memuat keseluruhan visi dan tujuan perusahaan,
komitmen dan tekat melaksanakan K3, kerangka dan program Kerja yang
mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh. Didalam membuat
kebijakan K3 harus dikonsultasikan dengan perwakilan pekerja dan disebar
luaskan kepada semua tenaga kerja, pemasok, pelanggan dan kontraktor.
3. Adanya komitmen dari pucuk pimpinan (top management) terhadap K3
dengan menyediakan sumber daya yang memadai yang diwujudkan dalam
bentuk (a) penempatan organisasi K3 pada posisi strategis; (b) penyediaan
anggaran biaya, tenaga kerja dan sarana pendukung lainnya dalam bidang
K3; (c) menempatkan personil dengan tanggung jawab, wewenang dan
kewajiban secara jelas dalam menangani K3; (d) perencanaan K3 yang
terkoordinasi; dan (e) penilaian kinerja dan tindak lanjut K3.
4. Adanya tinjauan awal ( Initial Review ) kondisi K3 di perusahaan, yang
dilakukan dengan cara: (a) identifikasi kondisi yang ada, selanjutkan
dibandingkan dengan ketentuan yang berlaku ( pedoman Sistem Manajemen
K3 ) sebagai bentuk pemenuhan terhadap peraturan perundangan (Law
Enforcement); (b) identifikasi sumber bahaya di tempat kerja; (c) penilaian
terhadap pemenuhan peraturan perundangan dan standar K3; (d) meninjau
sebab akibat kejadian yang membahayakan, kompensasi kecelakaan, dan
gangguan yang terjadi; (e) Meninjau hasil penilaian K3 sebelumnya; dan (f)
menilai efisiensi dan efektifitas sumber daya yang disediakan.
5. Merencanakan pemantauan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan sistem
manajemen K3
6. Adanya perencanaan tentang identifikasi bahaya, penilaian dan
pengendalian resiko.

6
BAB III
METODOLOGI PENULISAN

3.1 Metode Penulisan


Penulisan laporan observasi ini menggunakan metode kualitatif deskriptif
yaitu metode yang digunakan dalam menyusun laporan observasi berdasarkan
fenomena dalam konteks sosial yang dialami denga pendekatan kualitatif untuk
menghasilkan data deskriptif. Data deskriptif yang dihasilkan berupa uraian
mengenai Kondisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Gedung Kewirausahaan
Universitas Negeri Semarang.
3.2 Sasaran Lokasi Penulisan
Observasi mengenai Kondisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
dilakukan di Gedung Kewirausahaan Universitas Negeri Semarang, Sekaran,
Gunungpati, Kota Semarang, Jawa Tengah 50229.
3.3 Jenis Data
Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer didapatkan penulis dari hasil observasi langsung di Gedung
Kewirausahaan Universitas Negeri Semarang. Data sekunder didapatkan penulis
dari literature study, telaah pustaka, jurnal, buku-buku, dan sebagainya yang
berkaitan dengan tema yang diangkat oleh penulis.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan penulis adalah:
1. Observasi, metode observasi digunakan penulis untuk mengamati
langsung ke lokasi.
2. Wawancara, wawancara dilakukan penulis dengan pihak-pihak terkait.
3. Dokumentasi dilakukan penulis dengan mengambil gambar saat
pelaksanaan observasi di Gedung Kewirausahaan.
3.5 Tahap Hasil Analisis Data
Tahap hasil analisis data adalah tahap penyajian data sintesis terhadap
sumber-sumber data dalam laporan observasi. Hasil analisis data diperoleh dengan
cara mengkomparasikan dasar teori dengan hasil observasi di lapangan. Kemudian
disajikan melalui metode deskriptif.

7
BAB IV
HASIL OBSERVASI

4.1 Gambaran Umum Gedung Kewirausahaan Universitas Negeri Semarang


Mahasiswa terus didorong untuk menjadi wirausaha mengingat jumlah
pengusaha di Indonesia masih relatif kecil. Untuk mendorong bertambahnya
jumlah pengusaha, Universitas Negeri Semarang (Unnes) membuka Gedung
Kewirausahaan di Kampus Unnes Sekaran, Gunungpati. Gedung Kewirausahaan
diperuntukkan bagi mahasiswa untuk melatih jiwa kewirausahaan dan masyarakat
sekitar. Dalam gedung ini terdapat berbagai tenant (penyewa) usaha seperti It’s
Milk, D’Kwu Food Court & Bistro, toko buku dan alat tulis kantor, Animato
Music Course, Fik to Fit berisi sport center dan masih banyak lagi. Semua tenant
itu sebagian besar milik mahasiswa dan alumni Unnes. Gedung berlantai empat
itu dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor IV Prof Dr YLSukestiyarno PhD.
Ketua Badan Pengembang Bisnis Unnes Prof Dr Sucihatiningsih Dian Wisika
Prajanti menuturkan, pembukaan Gedung Kewirausahaan itu diharapkan bisa
menjadi mercusuar Unnes untuk pembelajaran kewirausahaan dan mendukung
internasionalisasi Unnes.
Gedung Pengembangan Bisnis atau yang sering disebut gedung
Kewirausahaan (KWU) yang terdiri dari 4 lantai merupakan sebuah gedung yang
berfungsi untuk mengembangkan bisnis-bisnis, seperti yang terdapat di gedung
KWU itu ada Cafe, pusat kesehatan, fitnes, stand makanan, baju bank btn dan
masih banyak lagi. Lokasinya sangat strategis di kawasan simpang 7 UNNES.
Gedung tersebut masih terlihat sangat bagus. Akan tetapi sebuah tempat atau
gedung yang bagus itu tidak lepas dari fasilitas keamanan yang baik pula.

4.2 Kondisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Gedung Kewirausahaan


Universitas Negeri Semarang
Dibawah ini merupakan beberapa ulasan mengenai kondisi keselamatan
dan kesehatan kerja di Gedung Kewirausahaan Universitas Negeri Semarang:
1. Toilet
a. Toilet Lantai 1

8
Kondisi :
Di lantai 1 pada gedung sebelah kanan terdapat toilet, namun toilet tersebut
antara wanita dan pria tidak ada pemisah atau di campur. Hal ini bisa
menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan. Selain itu kebersihannya juga kurang
terjaga, dan air terkadang mati sehingga tidak bisa digunakan sebagaimana
mestinya dan menyebabkan bau yang menyengat. Kemudian di dalam toilet
tersebut juga tidak terdapat fentilasi udara, sehingga bau tersebut dibiarkan
mengendap didalam toilet dan menyebabkan ketidaknyamanan konsumen.
Solusi :
- Sebaiknya di beri pemisah(gambar atau tulisan) antara toilet wanita dan toilet
pria sehingga dapat memudahkan dalam pemakaiannya dan tidak terjadi hal-
hal yang tidak diinginkan.
- Untuk CS lebih memperhatikan kebersihannya dengan rutin perhari atau
perminggu untuk selalu mengecek baik air, lantai maupun media bantu
wewangian di toilet. Karena toilet di lantai 1 itu sering digunakan konsumen.
- Lebih baik di beri fentilasi udara meskipun hanya sekotak, karena dengan
diberikannya fentilasi udara akan lebih baik untuk kesehatan si pengguna.
b. Toilet Lantai 2

9
Kondisi :
Dilantai 2 terdapat beberapa toilet dan kondisinya terbilang cukup baik
dapat dilihat dari kelancaran airnya, kebersihan toilet(lantai, korslet, dll) dan
tempat cuci tangan serta pemasangan kaca cukup baik. Terdapat juga fentilasi
udara diatasnya. Akan tetapi disayangkan terdapat stop kontak yang berada dekat
dengan pipa air. Akibatnya jika pipa air bocor akan menyebabkan kebakaran atau
hal-hal yang tidak diinginkan lainnya.
Solusi :
Kebersihan tetap rutin di jaga dan peletakan stopkontak lebih di
kesampingkan atau di ataskan sedikit agar jauh dari air.
c. Toilet Lantai 3

Kondisi :
Di lantai 3 juga terdapat bebrapa toilet, akan tetapi ada beberapa toilet
kondisinya yang tidak cukup baik. Karena kebersihan kurang terjaga, air tidak
lancar dan di dalam toilet kondisinya sangat bau. Serta tidak ada fentilasi
Udaranya.
Solusi :
Sebagai seorang karyawan lebih memperhatikan kondisi yang dimana sering
digunakan oleh konsumen. Menjaga kebersihan, kenyamanan dan kesehatan si
pengguna.

10
2. Hydrant
a. Hydrant di Lantai 1 dan 2

Kondisi :
Memang sudah terdapat hydrant di setiap lanati gedung KWU, hydrant
tersebut juga terbilang baru itu terbukti dari kondisinya masih sangat bagus. Akan
tetapi hydrant tersebut tidak ada isinya artinya kosong terbukti dari pipanya yang
masih terputus di belakang dan dari ungkapan satpam di gedung tersebut yang
mengatakan bahwa hydrant yang dipasang belum ada isinya atau hanya untuk
fomalitas saja. Dan para satpam di gedung tersebut belum mendapatkan pelatihan
an sosialisasi dalam penggunaan hydrant tersebut.
Solusi :
Lebih diperhatikan lagi saat mengelola sebuah MK3 di sebuah gedung. Di
fungsikan dan diisi hydrant tersebut dan yang paling utama di berikan pelatihan
terhadap pihak keamanan yang bertugas di gedung tersebut tujuannya agar mereka
siap siaga dalam mengatasi sebuah kejadian yang tidak terduga. Jangan hanya
untuk formalitas saja. Karena semua kejadian tidak ada yang bisa menduganya.

11
3. Apar

Kondisi :
Didalam semua lantai di gedung hanya terdapat beberapa Apar dengan
kondisi cukup baik, akan tetapi dalam perawatannya kurang diperhatikan, terdapat
debu dan isi dari Apar masih full karena jarang digunakan dan di cek. Karena
sudah ada splinker dan alat detektor asap jadi Apar yang disediakan hanya
beberapa saja dan hanya ada sekitar 2 atau 3 Apar saja.
Solusi :
Lebih di berikan lagi 2 atau 3 Apar di setiap gedung agar lebih mudah untuk
di jangkau dan digunakan saat dibutuhkan. Selalu diadakan pelatihan dan
pengecekan setiap berapa hari sekali atau berapa minggu sekali agar kegunaan
Apar tetap terjaga.

4. Tangga

12
Kondisi :
Tangga sudah terdapat pegangannya dan sudah ada penghalang di bawah
pegangan. Akan tetapi ukuran lebar tangga termasuk kurang lebar karena tangga
hanya bisa di buat jalan 2 orang saja sedangkan kalau terjadi suatu kejadian itu
membutuhkan tangga yang agak lebar untuk kecepatan dalam berlari dll. Dan
anak tangganya juga temasuk kurang lebar karena itu dapat menyebabkan
seseorag yang melaluinya akan terpeleset.
Solusi :
Saat membuat sebuah tangga di suatu gedung harus lebih di perhatikan
standar ukuran lebar sempitnya tangga. Agar tidak terjadi hal-hal yang tak
diinginkan. Selalu mengecek keadaan lantai di tangga.

5. Lantai di gedung KWU lantai 2

Kondisi :
Di gedung lantai 2 dekat samping tangga terdapat sebuah kabel yang
melintang di lantai, sehingga ketika ada orang yang lewat dapat mengakibatkan
seseorang tersandung atau terjatuh dan lebih parahnya bisa tersetrum kabel
tersebut apabila kabel tersebut dalam kondisi rusak atau terbuka.
Solusi :
Lebih di perhatikan lagi saat meletakkan kabel, atau bisa di letakkan di
bawah tembok dengan di beri tutup atau lebih dirapikan. Bertujuan agar tidak
menghalangi jalan dan lebih membuat nyaman orang yang melaluinya.

13
6. Jalur Evakuasi dan Tulisan keluar/ EXIT (tulisan atau gambar)

Kondisi :
Disemua tangga dari lantai 1-3 Tidak terdapat petunjuk tulisan atau gambar
jalur evakuasi, untuk menunjukan jalur evakuasi(jalan keluar) apabila terjadi
bencana alam, kebakaran atau gempa. Hanya ada tanda keluar di atas itupun juga
tidak semuanya dalam kondisi baik ada beberapa yang tidak terlihat karena rusak.
Dan itu menyulitkan orang yang ingin mencari jalan keluar karena itu berada di
atas dan dalam keadaan sulit untuk di lihat karena berwarna bening tulisan EXIT.
Sehingga jika orang yang mengalami masalah dengan penglihatannya itu nyaris
tdak akan terlihat sama sekali.
Solusi :
Segera di berikan jalur petunjuk evakuasi disetiap jalan keluar terutama di
dekat tangga. Yang berwarna mencolok seperti hijau contohnya atau warna lain.
Dan tulisan keluar (EXIT) lebih baik menggunakan warna dan tulisan yang
sederhana saja yang dapat dilihat jelas oleh orang yang melintas, jangan
menggunakan nyala lampu hijau karena jika terjadi kerusakan tulisan atau gambar
tersebut tidak dapat terlihat oleh mata langsung.

14
7. Jendela

Kondisi :
Disetiap jendela di gedung KWU sudah sangat baik. Karene sudah ada
penghalang atau pegangan di depan kaca jendelanya untuk melindungi orang yang
berdiri di depannya. Sehingga tidak mengakibatkan terjatuh atau hal-hal buruk
lainnya. Dan kaca yang digunakan juga sudah cukup tebal dan tidak
membahayakan. Selain itu juga ada jarak antara penghalang dengan kaca jendela
yang bertujuan untuk keselamatan oarang yang berada disekitar jendela tersebut.
Solusi :
Terus di rawat agar tetap pada kondisi baik. Dan di tambah penghalang di
bawahnya meskipun hanya 1 tiang atau 2 agar orang tidak bisa memasuki
penghalang tersebut.

8. Lift

15
Kondisi :
Lift yang berada di lantai 1 dalam kondisi mati atau tidak dapat di
gunakan(rusak) kata satpam di gedung tersebut lift yng berada di lantai 1 itu
sudah lama mati dan tidak di gunakan sudah sekitar 1 bulan belum diperbaiki.
Akan tetapi lift yang berada di lantai 2 – 4 itu dala kondisi baik dan dapat di
gunakan. Di samping atas lift tersebut juga ada simbol atau tanda peringatan
kapasitas atau maksimal orang yang termuat di dala lift yang harus di taati oleh
pengguna lift.
Solusi :
Segera di perbaiki agar dapat di gunakan beraktivitas agar tetap efisien
efektif, dari pada harus naik dan turun tangga itu juga memerlukan waktu dan
menguras tenaga. Tetap menaati peraturan pemakain lift agar terhindar ari suatu
kejadian yang tidak diinginkan.

9. Terdapat Splinker Atau Penyemprot Air Di Langit-Langit Ruangan dan


Terdapat alat detektor asap dengan jenis (photoelectric smoke detector
atau detektor asap fotolistik)

16
Kondisi :
Belum pernah di coba karena hydrant sendiri belum ada isinya. Splinker
tersebut Berguna atau berfungsi menyemprotkan air secara otomatis saat terjadi
suatu kebakaran dan bisa mendeteksi panas dan langsung memadamkan api
dengan menyemprotkan air dengan tekanan yang selalu terjaga dan stabil.
Detektor asap Berfungsi untuk mendeteksi asap dan kebakaran atau bisa juga
disebut alarm kebakaran karena kegunaannya untuk memberikan peringatan akan
adanya asap kebakaran.
Solusi :
Segera dilakukan percobaan dan perbaikan agar ketika dibutuhkan tidak
sulit untuk mengatasinya. Memberikan pelatihan kepada pihak keamanannya dan
selalu diperbaiki sistem pemakaiannya.

10. Gedung Dilantai 2

Kondisi :
Terdapat wastafel yang di bawahnya terdapat juga stop kontak yang bisa
menyebabkan konsleting listrik. Karena jarak keduanya yang tidak terlalu jauh,
maka apabila wastafel tersebut digunakan dan airnya menyiratkan dan masuk ke
dalam stop kontak maka akan terjadi konsleting listrik dan berdampak pada
kebakaran. Terdapat juga sebuah ruangan yang tepat di depan pintunya berjajar
korsi yang mengalami jalan selain itu terdapat pula di sampingnya sebuah meja
yang dapat menghalangi jalan.

17
Solusi :
Lebih di perhatikan lagi saat meletakkan stop kontak dan lebih dijauhkan
dari sumber air. Lebih baik di letakkan di atas dari pada di letakkan di bawah
wastafel yang tergolong rawan terkena air. Kursi sebaiknya tidak di letakkan di
depan pintu atau di pindahkan ke area yang tidak menghalangi pintu. Barang-
barang yang sudah tidak terpakai juga di pindahkan gudang. Agar didalam suatu
ruangan atau gedung terlihat rapi dan aman.

11. Selokan

Kondisi :
Untuk selokan di area sekitar kwu sudah berfungsi dengan baik namun
kurang dalam sehingga apabila terdapat debit air yang besar mungkin tidak akan
tertampung. Dan ditakutkan akan terjadi suatu kejadian yang tidak diinginkan.
Seperti banjir, terjatuh dll. Selokan tersebut juga belum diberikan tutup.
Solusi :
Diperiksa sumber aliran airnya agar tidak tersumbat dan tidak terjadi debit
air yang tinggi sehinggi tidak menyebabkan banjir. Selokan lebih baik ditutup
agar tidak mengganggu kenyamanan dan keselamatan umum.

18
12. Alat keamanan

Kondisi :
Terletak di atas pojok tepatnya di lantai 1 yang sebelah bank BTN. Kondisi
Masih dalam keadaan baik. Alat kemanan tersebut berfungsi sebagai alarm atau
peringatan ketika terjadi suatu yang membahayakan di gedung.
Solusi :
Tetap di rawat dan selalu di cek setiap hari atau setiap minggu.

13. Terdapat penghalang di atas gedung

19
Digedung tersebut terdapat sebuah sisa penghalang tembok seperti teras.
Bertujuan agar saat ada kejadian orang jatuh tidak langsung kebawah melainkan
dapat terdampar di penghalang tersebut.

14. Tempat Parkir

Kondisi :
Belum tertata dengan rapi, karena di gedung KWU ini belum ada tukang
parkirya sendiri, dan itu dapat memicu adanya pencurian motor karena tidak ada
yang menjaga. Area parkir juga kurang luas, apalagi kalau malam tertentu tempat
parkir di gedung tersebut selalu penuh dan otomatis parkiran pindah kedepan
gedung tersebut yang seharusnya sebagai jalan di gunakan para mahasiswa untuk
parkir kendaraan mereka nongkrong di tempat-tempat yang ada di gedung
tersebut. Kurang penerangan kalau malam.
Solusinya :
Lebih di perhatikan lagi keamanan konsumen dengan adanya tukang parkir
sendiri. Lebih ada pembatas mana tempat parkir dan mana yang tidak untuk
tempat parkir. Diluaskan lagi lahan untuk tempat parkir dan memberitahu para
konsumen digedung tersebut untuk memarkirkan kendaraannya dengan rapi agar
memudahkan orang lain dan enak untuk di pandang. Serta memberikan
penerangan di lokasi parkir tersebut sehingga tidak ada tindak kriminalitas.

20
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Demikian laporan hasil observasi kelompok 6 yang bertempat di Gedung
Pengembang Bisnis atau disebut sebagai Gedung Kewirausahaan tepatnya di
kawasan simpang 7 UNNES. Terkait dengan manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja di gedung tersebut sudah bagus namun masih terdapat beberapa
kekurangan, mengingat gedung tersebut tergolong gedung baru sehingga masih
terdapat beberapa peralatan keamanan yang masih kurang, selain itu terdapat
beberapa peralatan yang sudah ada namun belum di fungsikan sebagaimana
mestinya, kemudian terkait kebersihan di gedung tersebut masih kurang.

5.2 Saran
Kelompok kami memberikan saran terkait peralatan yang sudah ada
namun belum difungsikan diharapkan dapat segera difungsikan karena
dikhawatirkan apabila peralatan terlalu lama di diamkan akan rusak. Selain itu
kebersihan di gedung kewirausahaan harus lebih dijaga supaya pengguna gedung
tersebut bisa lebih nyaman.

21
DAFTAR PUSTAKA

Asosiasi Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (A2K4) Indonesia. 2014. Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sesuai PP. No. 50 Tahun
2012. Dikutip dari http://www.a2k4-ina.net/informasi/163-sistim-
manajemen-keselamatan-dan-kesehatan-kerja-smk3-sesuai-pp-no-50-
tahun-2012 (Diakses pada 7 Mei 2019).
Arifin Muhammad, Oktaviastuti Blima, 2014. Sistem Manajemen K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Dikutip dari
https://www.academis.edu/11671845/sistem_manajemen_k3_keselamata
n_dan_kesehatan_kerja/ (Diakses pada 3 Mei 2019).
Darma, Eka R. 2009. Identifikasi Penyebab Kecelakaan Kerja Menggunakan Fault
Tree Analysis Pada Proyek Pembangunan The Adiwangsa Surabaya.
Laporan Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan FTSP-ITS.
Surabaya.
Kurnia, A. 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dikutip
dari http://www.academia.edu/download/45967854/D066281472.doc
(Diakses pada 3 Mei 2019).
Manajemen Rocket. 2019. Pengertian Manajemen K3 Adalah: Keselamatan
Kesehatan Kerja. Dikutip dari https://rocketmanajemen.com
/manajemen-k3/ (Diakses pada 3 Mei 2019).
Wirahadikusumah, Reini D. 2007. Tantangan Masalah Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada Proyek Konstruksi di Indonesia. Fakultas Teknik
Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung. Dikutip dari
www.ftsl.itb.ac.id/ ...konstruksi/.../makalah-reini-d-wirahadikusumah.pdf
(Diakses pada 6 Mei 2019).

22
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Observasi

23
Lampiran 2. Foto Dokumentasi

24

Anda mungkin juga menyukai