AKUNTANSI MANAJEMEN
“Analisis Biaya dan Volume Laba”
Dosen Pengampu:
Alfiana, SE, MSi
Disusun Oleh:
Kelompok 4 Kelas Regular B
Andy Prabowo 171611019150966
Dewi Tarvia 171611019150972
Linda Sukma 181611019115751
M. Izzul Fuadi 171611019151086
Sucik Yulia 171611019151087
A. Latar belakang
Analisis biaya volume laba (cost volume profit analysis – CVP analysis)
merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk perencanaan dan pengambilan
keputusan. Karena analisis biaya volume laba (CVP) menekankan keterkaitan
antara biaya, kuantitas yang terjual, dan harga, semua informasi keuangan
perusahaan terkandung di dalamnya. Analisis CVP dapat menjadi suatu alat yang
bermanfaat untuk mengidentifikasi cakupan dan besarnya kesulitan ekonomi yang
dihadapi suatu divisi dan membantu mencari pemecahannya.
Tujuan dari suatu perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang maksimal
agar kelangsungan hidup perusahaan terus berjalan dari waktu ke waktu. Besar
kecilnya laba perusahaan akan menjadi ukuran sukses tidaknya manajemen dalam
mengelola perusahaan. Sedang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat laba
adalah harga jual, biaya dan volume penjualan.
Dengan harga jual, volume yang dijual, serta pengklasifikasian biaya, maka
analisis Cost-Volume-Profit dapat dilaksanakan dengan menggunakan elemen-
elemen analisis. Elemen tersebut antara lain analisis peramalan penjualan yang
terdiri atas peramalan kuantitas penjualan dan harga jual, dasar-dasar analisis cost-
volume-profit yaitu analisis contribution margin, analisis operating leverage analisis
break even point, dan analisis margin of safety serta analisis cost-volume-profit
dalam pemanfaatannya dalam perencanaan yaitu analisis target laba dan analisis
sensivitas. Selanjutnya, makalah ini akan membahas mengenai analisis biaya
volume laba.
B. Rumusan masalah
1. Apa arti penting analisis biaya volume laba ?
2. Apa saja asumsi-asumsi yang mendasari analisis biaya volume laba?
3. Apa dasar analisis biaya-volume dan laba?
4. Bagaiman analisis dari titik impas (break-even point analysis)?
5. Bagaimana pemanfaatan analisis cost-volume profit untuk perencanaan?
6. Apa maksud dari dengan marjin keamanan?
7. Apa maksud dari pemilihan struktur biaya?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui arti penting analisis biaya volume laba
2. Untuk mengetahui asumsi-asumsi yang mendasari analisis biaya volume laba
3. Untuk mengetahui dasar analisis biaya-volume dan laba
4. Untuk mengetahui analisis titik impas (break-even point analysis)
5. Untuk mengetahui pemanfaatan analisis cost-volume profit untuk perencanaan
6. Untuk mengetahui maksud dari marjin keamanan
7. Untuk mengetahui maksud dari pemilihan struktur biaya
BAB II
PEMBAHASAN
Laba operasi akan berkurang sebesar $180, sehingga mary sebaiknya tidak
melakukan iklan .perhatikan bahwa mary seharusnya hanya berfokus pada angka
perbedaan yang diperlihatkan pada kolom (3) dan membuat kesimpulan berikut : jika
beriklan, marjin kontribusi akan mengikat sebesar $320 ($80 x 4 unit tambahan ),
sementara biaya tetap meningkat sebesar $500, yang mengakibatkan laba operasi
berkurang sebesar $180.
Keputusan menurunkan harga jual
Setelah memutuskan untuk tidak melakukan iklan ,mary mempertimbangkan
kemungkinan apakah akan mengurangi harga jual menjadi $175 .pada harga ini,
penjualan diperkirakan mencapai 50 unit. Jika harga jual mary pada angka ini ,
pemasok setuju untuk menjual setiap paket ke mary pada harga $115 ,bukan $120.
Apakah sebaiknya mary menurunkan harga jual ? tidak , karena analisis biaya-
volume-laba menghasilkan angka sebagai berikut
Berapa titik impas Mary? Berbeda dari situasi dengan produk (atau jasa) tunggal,
tidak ada titik impas unit penjualan yang unik untuk perusahaan yang menjual
beragam produk. Jumlah unit yang harus terjual untuk mencapai titik impas
tergantung pada bauran penjualan-jumlah unit Do-All terjual dibandingkan dengan
jumlah unit Superword terjual. Satu asumsi yang mungkin adalah bahwa bauran unit
terjual (misalnya 3 unit Do-All terjual untuk setiap 2 unit Superword terjual) tidak
akan berubah untuk setiap tingkat penjulan. Dengan kata lain, jika terjual 5 unit,
maka hal itu akan terdiri dari 3 unit Do-All dan 2 unit Superword. Jika terjual 10 x
unit produk (5x10=50 unit), maka hal tersebut berarti 3x10=30 unit Do-All dan
2x10=20 unit Superword. Secara umum, jika 5xS(3S) unit berupa Do-All dan 2xS
(2S) Superword. Untuk menghitung titik impas:
Karena rasio penjualan Do-All dengan penjualan Superword adalah 60:40, atau 3:2,
maka titik impasnya adalah 45 (0,6x75) unit untuk Do-All dan 30(0,4x75) unit
Superword.
Kita juga dapat menghitung titik impas penjualan untuk milti produk
menggunakan persentase marjin kontribusi rata-rata tertimbang.
Namun, tidak satupun dari bauran penjualan ini berisi titik impas seperti dalam
Contoh kita. Mengapa? Karena tidak ada yang dengan tepat berisi bauran 3 unit Do-
All berbanding 2 unit Superword. Jika bauran penjualan berubah menjadi 3 unit Do-
All untuk 7 unit Superword, Anda dapat melihatnya pada table sebelum ini dimana
titik impas meningkat dari 75 unit menjadi 100 unit, yang terdiri atas 30 unit Do-All
dan 70 unit Superword. Kuantitas titik impas meningkat karena bauran penjualan
bergeser kepada produk yang mempunyai marjin kontribusi lebih rendah,
Superword, sehingga menyebabkan marjin kontribusi rata-rata tertimbang per unit
menjadi lebih rendah.
Secara umum, jika hal lain berubah, untuk suatu jumlah unit penjualan total, jika
bauran penjualan bergeser kepada unit yang mempunyai marjin kontribusi tinggi,
maka laba operasi akan lebih tinggi. Jika bauran bergeser lebih banyak kepada Do-
All (misalkan menjadi 70% Do-All dari 60%), yang mempunyai marjin kontribusi lebih
dari dua kali Superword, maka laba operasi Mary akan meningkat.
Perhatikan dua karakteristik berikut dari hubungan BVL pada organisasi nirlaba:
1. Persentase penurunan jumlah orang yang dibantu (129 – 99) : 126 atau
21,4%
Sepanjang bab ini kita berasumsi bahwa jumlah unit output merupakan satu-
satunya
Pemicu pendapat (revenue driver) dan pemicu biaya (cost driver). Sekarang kita akan
Memberi gambaran bagaimana beberapa bagian analisis biaya-volume-laba dapat
digunakan pada kasus umum dengan multi pemicu biaya.
Perhatikan kembali contoh Do-All Software. Misalkan Mary akan menanggung
Biaya variabel sebesar $10 untuk menyiapkan dokumen (termasuk tagihan) untuk
setiap
konsumen yang membeli paker perangkat lunak Do-All. Dengan kata lain, pemicu
dari
biaya penyiapan dokumentasi adalah jumlah konsumen yang membeli Do-All
Software.
Laba operasi Mary selanjutnya dapat digambarkan dalam persamaan berikut:
Hanya sebesar 1x50% = 50% dari $1.200 menjadi $1.800 pada pilihan 3
(lihat Tampilan 3-5).Tingkat pegungkit operasi pada tingkat penjualan tertentu
membantu manajer menghitung dampak fluktuasi penjualan atas laba operasi.
Konsep dalam Tindakan pada halaman 85 menggambarkan bagaimana
perusahaan dapat mempengaruhi biaya tetap dan biaya variabel dalam struktur
biayanya serta bagaimana keputusan tersebut mempengaruhi dilema risiko-hasil
(risk-return tradeoffs)
MARJIN KONTRIBUSI VS MARJIN KOTOR
Marjin (laba) kotor = Pendapatan – Harga pokok penjualan
Marjin kontribusi = Pendapatan – Seluruh biaya variable
Harga pokok penjualan pada sector perdagangan terbentuk barang yang
dibeli lalu dijual. Harga pokok penjualan pada sektor manufaktur sepenuhnya terjadi
dari biaya manufaktur (termasuk biaya manufaktur tetap). Frasa “seluruh biaya
variable” mengacu pada biaya variable pada setiap fungsi bisnis dalam rantai nilai
perusahaan.
Perusahaan sector jasa dapat menghitung marjin kontribusi namun tidak
dapat menghitung marjin (laba) kotor. Hal ini karena perusahaan sector jasa tidak
mempunyai item harga pokok penjualan dalam laporan laba ruginya.
Sektor Perdagangan
Perbedaan paling umum antara marjin kontribusi dengan laba kotor adalah
item biaya variable yang tidak termasuk dalam harga pokok penjualan. Marjin
kontribusi dihitung dengan menghitung seluruh biaya variabel dari pendapatan,
sementara laba kotor dihitung dengan mengurangi hanya harga pokok penjuaan dari
pendapatan. Contoh berikut (gambar diasumsikan dalam ribuan) menggambarkan
perbedaan tersebut:
Lapran Laba rugi Kontribusi Laporan Laba Rugi Keuangan
Menekankan pada Marjin Kontribusi Menekankan pada Laba Kotor
Pendapatan Pendapatan
$200 $200
Harga pokok penjualan variabel $120 Harga pokok penjualan
Biaya operasi variabel 43 120
163 Laba kotor
Marjinkontribusi 80
37 Biaya operasi ($43+$19)
Biaya operasi tetap 62
19 Labaoperasi
Laporanoperasi $18
$18
CONTOH SOAL
Wembley Trevel Agency khusus melayani penerbangan antara los Angelea dan
London. Agen ini mengenakan tiket United airline untuk penerbangan pulang pergi
sebesar $900. Sampai bulan lalu, unaited Airline membayarkomisi sebesar 10% bagi
Wembley dari harga tiket yang dibayar setiap penumpang. Komisi ini merupakan
satu-satunya sumber pendapatan wembley. Biaya tetap wembley adalah $14.000
per bulan (untuk gaji, sewa dan sebagainya), dengan biaya variabel sebesar $20
atas setiap tiket yang dibeli calon penumpang. Biaya $20 ini termasuk biaya
pengiriman per tiket yang dibayarkan kepada Federal express. (agar anilisis ini tetap
sederhana, kita asumsikan setiap tiket pulang pergi akan dikirimkan sebagai paket
terpisah, sebagai biaya $15 akan dikenakan pada setiap tiket).
United Airlines baru saja mengumumkan revisi pembayaran bagi agen perjalanan.
United akan membayar sebesar 10% per tiket sampai maksimum $50 per tiket. Bagi
setiap tiket dengan harga lebih dari $500, united hanya akan membayar komisi
sebesar $50, berapapun harga tiket tersebut.
Diminta:
1. Berdasarkan struktur komisi yang lama sebesar 10%, berapa banyak tiket pulang
pergi yang harus dijual Wembley setiap bulannya agar (a) mencapai titik impas,
dan (b) agar mendapat laba operasi sebesar $7.000
2. Bagaimana revisi pembayaran komisi akan mempengaruhi jawaban atas
pertanyaan (a) dan (b) di atas?
Jawab:
1. Wembley menerima komisi sebesar 10% dari setiap tiket: 10% x $900 = $90,
maka.
SP = $90 per tiket
VCU = $20 per tiket
CMU = $90 - $20 = $70 per tiket
FC = $14.000 per bulan
FC $14.000 + $7.000
a. Q= = = 200 tiket per bulan
CMU $70 per tiket
2. Dengan system yang baru, Wembley akan menerima $50 untuk setiap tiket
seharga $900. Maka
SP = $50 per tiket
VCU = $20 per tiket
CMU = $50 - $20 = $30 per tiket
FC = $14.000 per bulan
FC $14.000
a. Q = = = 467 tiket per bulan
CMU $30 per tiket
Komisi tertinggi sebesar $50 per tiket menyebabkan titik impas yan dihadapi menjadi
lebih dari dua kali lipat (dari 200 menjadi 467 tiket) dan jumlah tiket yang haru terjual
setiap bulan untuk mendapatkan laba operasi sebesar $7.000 juga meningkat lebuh
dari dua kali lipat (dari 300 menjai 700). Agen perjalanan menghadapi dampak yang
sangat negative akibat kebijakan pembayaran komisi United Airlines yang baru.
POIN-POIN KEPUTUSAN
Keputusan Panduan
1. Asumsi apa yang harus dipegang Analisis biaya-volume-laba
untuk menerapkan analisis biaya- mensyaratkan asumsi penyederhanaan,
volume-laba seperti bahwa biaya adalah tetap atau
variabel ketika dikaitkan dengan jumlah
unit output (unit yang diproduksi atau
dijual) dan bahwa hubungan antara
pendapatan total dengan biaya total
adalah linier
2. Bagaimana perusahaan Titik impas adalah kualitas output
menentukan titik impas atau dimana pendapatan total sama dengan
output yang dibutuhkan untuk biaya total. Tiga metode untuk
mencapai target laba operasi? menghitung titik impas serta kuantits
output yang diperlukan untuk mencapai
laba operasi adalah metode pemasaran,
metode marjin kontribusi, dan mtode
grafik. Setiap metode pada dasarnya
merupakan pernyataan ulang metode
lainnya. Manajer sering memilih metode
yang dipandang paling mudah digunakan
dalam suatu sutuasi.
3. Bagaimana perusahaan Analisis sensitivitas, sebuah teknik
menghadapi ketidakpastian atau “bagaimana-jika” menguji bagaimana
pada perubahan asumsi yang hasil akan berubah jika data awal yang
digunakan diprediksi tidak tercapai atau jika asumsi
yang digunakan berubah. Ketuka
membuat keputusan, manajer
menggunakan analisis biaya-volume-
laba untuk membandingkan marjin
kontribusi dan biaya tetap dengan
asumsi yang berbeda
4. Bagaimana perusahaan memilih Analisis biaya-volume-lama menyoroti
antara struktur biaya variabel/ risiko kerugian ketika pendapatan
biaya tetap? melemah dan hasil yang lebih tinggi
ketika pendapatan menguat dari
berbagai proporsi biaya variabel dan
biaya tetap dalam struktur biaya
perusahaan
5. Dapatkah analisis biaya-volume- Analisis biaya-voume-laba dapat
laba ditetapkan dalam perusahaan diterapkan pada perusahan yang
yang menghasilkan multi produk? menghasilkan multi produk dengan
mengansumsikan bauran produk terjual
tetap konstan ketika kualitas total unit
terjual berubah. Tidak ada titik angka
yang impas yang unik untuk perusahaan
yang menghasilkan multi produk
Probabilitas untuk mendapatkan gambar kepala pada kasus pelemparan mata uang
adalah ½ sementara probabilitas untuk mendapatkan suatu gambar pada susunan
kartu yang lengkap dan standar adalah 1/52. Misalkan, Mary berdasarkan
pengalamannya memperkirakan 60% kemungkinan atau probabilitas 6/10 akan
menjual sebanyak 30 unit dan 40% kemungkinan akan menjual 60 unit perangkat
lunak. Dengan P(x) sebagai notasi untuk probabilitas terjadinya suatu kejadian maka
probabilitas adalah:
P(x1) = 6/10 = 0,6
P(x2) = 4/10 = 0,4
Probabilitas kedua kejadian ini jika dijumlahkan adalah satu karena merupakan
kejadian yang mutually exclusive dan ekshautif kolektif.
Nilai Diharapkan (Expected Value) adalah rata- rata tertimbang hasil, dimana
probabilitas setiap hasil digunakan sebagai timbangan. Ketika hasi diukur dalam
satu uang, nilai diharapkan sering disebut nilai moneter yang diharapkan.
Membayar biaya tetap 2000 : E(a1)=0,6(400) +0,4(2.800)=1.360
Membayar biaya tetap 800 ditambah
15%pendapatan : E(a2)= 0,6(700)+0,4(2.200)=1.300
Membayar 25% pendapatan
Tanpa biaya tetap : E(a3)=0,6(900)+0,4(1.800)=1.260
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Analisis biaya volume laba
(cost-volume-profit analysis) adalah analisis pola-pola prilaku biaya yang mendsari
hubungan-hubungan antara biaya,volume, dan laba. Analisi biaya-volume-laba
kerap pula disebut analisis impas (break-even analysis) karena signifikansiume
mengacu pada sebuah pemicu biaya aktivitas, seperti unit penjualan, yang
diasumsikan berkorelasi dengan perubahan-perubahan pendapatan, biaya, dan
laba. Analisis biaya-volume-laba merupakan persoalan yang kompleks karena
hubungan-hubungan tersebut kerap dipengaruhi oleh faktor-faktor yang seluruhnya
atau sebagian diluar kendali manajemen.
Titik impas merupakan tingkat aktivitas dimana suatu organisasi tidak
mendapatkan laba dan juga tidak mendapatkan rugi. Titik impas juga dapat
didefinisikan sebagai titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya atau
sebagai titik dimana total marjin kontribusi sama dengan total biaya tetap. Titik impas
ini selanjutnya dapat dihitung dengan menggunakan metode persamaan, metode
marjin kontribusi, dan metode grafik, baik dalam hitungan unit penjualan maupun
penjualan dalam satuan mata uang tertentu yang digunakan dalam transaksi bisnis.
Dalam perencanaan analisis biaya volume laba dapat dimanfaatkan dengan
menggunakan 2 cara yaitu, analisis target laba dan analisis sensitivitas.
Dengan mengetahui titik marjin keamanan tersebut maka manajemen dapat
merumuskan berbagai strategi, taktik, dan langkah-langkah operasional untuk
bertahan agar penjualan tidak mengalami abrasi sampai melebihi angka marjin
keamanan. Dalam rangka penerapan fungsi-fungsi manajemen pendekatan analisis
hubungan biaya, volume dan laba termasuk perhitungan seperti ini akan
memberikan isyarat kepada manajemen mengenai apa yang sedang terjadi dalam
pencapaian tujuan atau perolehan laba perusahaan.