Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan kewaspadaan masyarakat, kesadaran masyarakat akan hak-
haknya di muka hukum, terbukanya era pasar bebas, meningkatnya persaingan
nasional dan internasional, dan peningkatan kualitas pendidikan dasar menjadi
sebuah tantangan yang perlu dijawab oleh dunia keperawatan. Saat ini dunia
telah mulai bergerak ke arah kewirausahaan, dimana setiap anak bangsa harus
memulai menjual kreativitas dan kemampuan yang dimilikinya. Tampaknya
hal tersebut akan semakin sulit direalisasikan oleh generasi keperawatan jika
trends dunia tersebut tidak diikuti oleh arahan penyelenggara pendidikan
keperawatan dengan baik. Satu hal yang sangat terlihat membedakan
keperawatan dengan profesional kesehatan lain saat ini adalah bahwa sampai
dengan saat ini keperawatan masih belum menemukan bentuk layanan pokok
yang hanya dapat dilakukan dan menjadi kewenangan perawat semata.
Kewirausahaan erat kaitannya dengan upaya mandiri untuk menghasilkan
uang tanpa harus banyak bergantung kepada pihak-pihak tertentu. Mungkin
pernyataan tersebut membuat sebagian orang berpikir tentang perdagangan.
Lebih dari itu, sebenarnya kewirausahaan tidak hanya berbicara soal penjual –
pembeli, namun ke arah pengembangan kreativitas dalam membuka peluang
baru untuk menciptakan lapangan kerja sendiri, menjual ide baru,
mengembangkan ide – ide dan peristiwa sehari-hari, dan mengkombinasikan
hal-hal biasa menjadi sesuatu yang luar biasa dan memiliki selling point and
value yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Selama ini rutinitas perawat di ruangan saat pasien telah selesai diberikan
tindakan dan asuhan kaperawatan, seringkali menggunakan waktu luangnya
untuk menyiapkan kasa dan kapas untuk disterilisasi, menyiapkan set untuk
perawatan klien harian dan hal-hal minor yang lain. Boleh menjadi bayangan
bagaimana jika contoh tersebut dikelola sehingga bernilai jual.

1
Jika peluang itu dapat ditangkap, maka seharusnya perawat mampu
meningkatkan peranannya baik di rumah sakit maupun di luar. Oleh karena
itu, pengembangan kewirausahaan perlu ditanamkan agar kreatifitas pelaku
keperawatan dapat tumbuh dan menjadi nilai jual dan daya saing tersendiri
bagi pemiliknya kelak sebagai bekal memulai untuk terjun ke dunia kerja.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian kewirausahaan dalam keperawatan?
2. Apa saja jenis-jenis kewirausahaan?
3. Bagaimana kewirausahaan dalam bidang keperawatan?
4. Bagaimana kewirausahaan dalam bidang pendidikan?
5. Bagaimana kewirausahaan dalam bidang penelitian?
6. Bagaimana kewirausahaan dalam bidang pengabdian masyarakat atau
sosial?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui makna kewirausahaan dalam keperawatan
2. Untuk mengetahui kewirausahaan dalam bidang keperawatan
3. Untuk mengetahui kewirausahaan dalam bidang pendidikan
4. Untuk mengetahui kewirausahaan dalam bidang penelitian
5. Untuk mengetahui kewirausahaan dalam bidang pengabdian masyarakat
atau sosial

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kewirausahaan Dalam Keperawatan


Kewirausahaan dalam keperawatan atau yang biasa disebut nursepreneur
terdiri dari dua kata nurse dan entrepreneur. Entrepreneur adalah seorang
individu yang memiliki kemampuan untuk menciptakan, mencari, dan
memanfaatkan peluang dalam menuju apa yang diinginkan sesuai dengan
yang diidealkan. Nursepreneur merupakan istilah baru dalam mempopulerkan
entrepreneurship yang dikaitkan dengan perawat atau dunia keperawatan.
Seiring dengan gencarnya program gerakan nasional kewirausahaan pada
masyarakan luas, kalangan kampus adalah salah satu sasarannya. Para calon
intelektual yang tengah dalam studi pada berbagai bidang ilmu berusaha
dikenalkan pada dunia wirausaha. Hal ini merupakan langkah usaha
membekali wawasan dan pengetahuan dasar kepada mereka agar kelak setelah
meninggalkan kampus tidak selalu berorientasi pada keinginan untuk menjadi
pegawai atau karyawan, tetapi justru menjadi pencipta lapangan pekerjaan.
Khusus untuk para mahasiswa ilmu keperawatan, maka istilah nursepreneur
dipakai untuk mengenalkan dan memberi pengetahuan dasar tentang
kewirausahaan.
Nurse entrepreneur adalah seorang pemilik bisnis yang menawarkan
pelayanan keperawatan meliputi perawatan langsung, pendidikan, penelitian,
administratif atau konsultasi. Perawat yang bekerja secara mandiri atau
perawat wirausaha bertanggung jawab langsung kepada klien, kepada siapa,
atau atas nama siapa, pelayanan keperawatan yang disediakan (ICN, 2004).
Kewirausahaan dalam keperawatan akan baik untuk perawat professional
dan perusahaan pelayanan kesehatan, karena akan menciptakan kemandirian
dan termotivasi untuk berpikir, lebih produktif, kreatif, dan lebih dapat
bersaing dalam pemasarannya. Mereka akan seperti perusahaan lainnya

3
mempunyai keinginan yang tinggi untuk mengontrol kariernya sendiri (ICN,
2004).
B. Jenis-jenis Kewirausahaan
1. Bidang Pelayanan Keperawatan
Dalam bidang ini perawat dapat berperan sebagai penggagas ide,
pengelola, pemilik modal, pemilik saham ataupun sebagai owner.
a) Home care
Home care adalah pelayanan kesehatan yang bekesinambungan
dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan keluarga di
tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan,
mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan
tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit. Selain
itu, home care merupakan pelayanan yang dikelola oleh suatu unit atau
sara ataupun institusi baik aspek administrasi maupun aspek pelayanan
dengan mengkoordinir berbagai kategori tenaga profesional dibantu
tenaga non profesional di bidang kesehatan maupun non kesehatan
(Depkes, 2002).
b) Konsultan Keperawatan
Konsultan adalah seorang tenaga professional yang menyediakan
jasa nasehat ahli dalam bidang keahliannya. Perbedaan antara seorang
konsultan dengan ahli biasa adalah konsultan bukan merupakan
karyawan di perusahaan, melainkan seseorang yang menjalankan
usahanya sendiri serta berurusan dengan berbagai klien dalam satu
waktu. Tidak hanya menyediakan jasa, konsultan juga bisa
memberikan layanan konsultasi atau konseling secara langsung pada
klien.
Konseling adalah proses membantu pasien untuk menyadari
dan mengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial, untuk
membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk
meningkatkan perkembangan seseorang dimana di dalamnya diberikan

4
dukungan emosional dan intelektual. (Mubarak dan Nur Chayatin,
2009). Konseling dapat membantu dan memotivasi klien untuk lebih
bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dalam mengatasi
masalahnya. Konseling diselenggarakan untuk mencapai pemahaman
dan penerimaan diri, proses belajar dari berperilaku tidak adaptif
menjadi adaptif, dan belajar melakukan pemahaman yang lebih luas
tentang dirinya yang tidak hanya “know about” tetapi juga belajar
“how to” sesuai dengan kualitas dan kuantitas.
c) Terapi Komplementer
Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang
dilakukan sebagai pendukung pengobatan medis konvensional atau
sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis yang
konvensional. Di Indonesia, ada tiga jenis teknik pengobatan
komplementer yaitu akupuntur medik, terapi hiperbarik, dan terapi
herbal medik.
d) Nursing Care Center
Nursing care center adalah lembaga keperawatan yang
memberikan akses langsung pada klien dalam pelayanan keperawatan
profesional yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat sesuai
dengan masalah yang dihadapi masyarakat.
Nursing care center merupakan pengelolaan terpadu dalam
pelayanan, pendidikan dan penelitian keperawatan melalui
pemberdayaan seluruh potensi yang ada secara optimal. Dalam nursing
care center pun selalu diupayakan untuk memandang keperawatan
sebagai suatu kesatuan yang utuh, sehingga nursing care center
memiliki karakteristik tertentu.
e) Pelayanan Fisioterapi
Fisioterapi adalah suatu cara atau bentuk pelayanan kesehatan
untuk mengembalikan fungsi organ tubuh dengan memakai tenaga
alam. Dalam fisioterapi, tenaga alam yang dipakai antara lain listrik,

5
sinar, air, panas, dingin, massage dan latihan yang mana
penggunaannya disesuaikan dengan batas toleransi penderita sehingga
didapatkan efek pengobatan (Krausen, 1985). Perawat yang dibekali
ilmu dan kompetensi terkait fisioterapi memiliki kewenangan untuk
memberikan pelayanan kesehatan tersebut kepada klien yang
membutuhkannya. Salah satu uapaya fisioterapi yang dapat dilakukan
perawata yaitu fisioterapi dada. Fisioterapi dada itu merupakan
prosedur keperawatan atau metode pemenuhan kebutuhan oksigen.
f) Klinik Praktik Bersama
Perawat dapat berkolerasi dengan tenaga kesehatan lain seperti
dokter, apoteker, atau bidan dalam membuka klinik praktik bersama
sebagai kolega. Pada kolaborasi tersebut terjadi proses komplek yang
membutuhkan saling satu sama lain dalam bersama-sama membangun
bisnis di bidang kesehatan. Prinsip yang sama mengenai kebersamaan,
kerja sama, berbagi tugas, kesetaraan, tanggung jawab, dan tanggung
gugat juga menjadi awal terbentuk kolaborasi yang baik untuk menuju
kesuksesan bersama.
2. Bidang Pendidikan
Menurut Soemanto (2006: 87) Pendidikan kewirausahaan adalah
pertolongan untuk membelajarkan manusia Indonesia sehingga mereka
memiliki kekuatan pribadi yang dinamis dan kreatif untuk menjalankan
usahanya sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yang berdasarkan
Pancasila.
Upaya mengubah pola pikir baik mental maupun motivasi
berwirausaha harus dilakukan secara bertahap. Kasmir (2011: 5)
menyebutkan bahwa ada tiga tahap. Pertama mendirikan sekolah yang
berwawasan wirausaha atau paling tidak menerapkan mata kuliah
kewirausahaan seperti yang sekarang ini sedang digalakkan oleh
Perguruan Tinggi. dengan demikian sedikit banyak akan mengubah dan
menciptakan pola pikir (mental dan motivasi) mahasiswa dan orang tua.

6
Kedua, didalam pendidikan kewirausahaan perlu ditekankan
keberanian untuk memulai berwirausaha. biasanya kendala kita untuk
memulai usaha adalah rasa takut akan rugi atau bangkrut. namun sebagian
orang yang telah memiliki jiwa wirausaha akan merasa bingung dari mana
memulai suatu usaha.
Ketiga, tidak sedikit yang merasa berwirausaha sama dengan tidak
memiliki masa depan yang pasti. Sementara itu apabila bekerja di
perusahaan mereka yakin bahwa masa depan sudah pasti, apalagi pegawai
negeri. Padahal dengan berwirausaha, justru masa depan ada di tangan kita
bukan ditangan orang lain. kitalah yang menentukan sehingga motivasi
berkembang semakin lebar.
Menurut Soeharto Prawirokusumo dalam Daryanto (2012:4)
menjelaskan pentingnya kewirausahaan diajarkan sebagai disiplin ilmu
yang independen. Hal tersebut dikarenakan:
a. Kewirausahaan berisi body of knowledge yang utuh dan nyata. Artinya
kewirausahaan memiliki teori, konsep, dan metode ilimah yang
lengkap.
b. Kewirausahaan memiliki dua konsep, yaitu venture start-up dan
venture growth, ini jelas tidak masuk dalam kerangka pendidikan
manajemen umum yang memisahkan antara manajemen dan
kepemililkan.
c. Kewirausahaan adalah disiplin ilmu yang memiliki objek tersendiri,
yaitu kemampuan untuk menciptakan suatu yang berbeda.
d. Kewirausahaan merupakan alat untuk menciptakan pemerataan
berusaha dan pemerataan pendapatan.

3. Bidang Penelitian
Penelitian/riset pada umumnya sering diasosiasikan dengan lembaga
pendidikan karena riset yang bergerak di pendidikan atau kesehatan
banyak dilakukan oleh dunia pendidikan. Padahal, area ini merupakan

7
lahan bisnis yang memanfaatkan inteletualitas, pengelolaan pengetahuan,
serta sumber daya manusia (SDM).
Selain itu, banyaknya permasalahan dalam bidang kesehatan terutama
yang dihadapi oleh lembaga penyelenggara pelayanan kesehatan juga
membuka peluang usaha tersendiri bagi perawat.
Oleh karena itu, perawat yang senang mengembangkan dan memiliki
relasi yang terjun di dunia penelitian, tidak ada salahnya mencoba
menekuni area cakupan bidang usaha ini, seperti membentuk tim riset
profesionalda terkait permasalahan kesehatan pada umumnya dan
keperawatan pada khususnya, atau sebagai jasa pengolah data dan promosi
suatu produk. Berikut ini 3 hal yang harus diperhatikan dalam
mengembangkan lahan bisnis ini antara lain:
a. Pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan :
1) Metodologi riset yang sudah baku
2) Ruang lingkup bidang yang menjadi sasaran riset
3) Program aplikasi pengolahan data riset.
4) Kemampuan untuk berkoordinasi dan bekerjasama dengan ahli di
bidang riset dan lainnya
b. Modal yang diperlukan :
1) Ruangan yang nyaman untuk pertemuan, diskusi kelompok
(metode kualitatif), dan kerja
2) Komputer untuk mengolah data dan pekerjaan administrative
3) Biaya operasional untuk lisrik, telepon, alat tulis kantor, dan
karyawan
c. Kiat menjalankan usaha
1) Rancang bidang riset yang akan ditawarkan. Pemilihan bidang
sebaiknya harus sesuai dengan kemampuan SDM yang kitamiliki,
sebab lahan bisnis ini merupakan pekerjaan inteletual. Misalnya,
perusahaan kita memutuskan bergerak di riset kualitatif atau
kuantitatif atau keduanya.

8
2) Kerja sama dengan ahli riset, baik sebagai karyawan atau joint
venture untuk menjalankan usaha ini.
3) Rekrut orang-orang yang mempunyai kompetensi di bidangnya,
misalnya pengolah data (riset kuantitatif) dan ahli interview (riset
kualitatif).
4) Lengkapi peralatan kantor, misalnya meja bundar untuk diskusi
panel dan komputer dengan program pengolahan data.
5) Pasarkan usaha ke perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki
divisi riset khusus.

4. Bidang Pengabdian Masyarakat (Sosial)


Cukup banyak tulisan yang mengemukakan adanya upaya yang sudah
lumayan lama untuk memahami fenomena kewirausahaan. Siapa dan apa
yang dilakukan secara khusus oleh wirausaha telah mulai dirumuskan
sejak tahun 1730 oleh Richard Cantillon. Namun, hingga saat ini upaya
tersebut masih berlangsung, karena kegiatan yang bercirikan
kewirausahaan tidak hanya terbatas dalam bidang bisnis dengan tujuan
mencari laba. Yang membuat kewirausahaan menjadi menarik banyak
pihak untuk memahaminya ialah kontribusi istimewa yang dihadirkan oleh
mereka yang melakukan tindakan berkewirausahaan. Misalnya, Timmons
dan Spinelliv membuat pengelompokan yang diperlukan untuk tindakan
kewirausahaan dalam enam hal, yakni:
a. Komitmen dan determinasi.
b. Kepemimpinan.
c. Obsesi pada peluang.
d. Toleransi pada risiko, ambiguitas, dan ketidakpastian.
e. Kreativitas, keandalan, dan daya beradaptasi.

Sedangkan Wirausaha social melihat masalah sebagai peluang untuk


membentuk sebuah model bisnis baru yang bermanfaat bagi

9
pemberdayaan masyarakat sekitar. Hasil yang ingin dicapai bukan
keuntungan materi atau kepuasan pelanggan, melainkan bagaimana
gagasan yang diajukan dapat memberikan dampak baik bagi masyarakat.
Mereka seperti seseorang yang sedang menabung dalam jangka panjang
karena usaha mereka memerlukan waktu dan proses yang lama untuk
dapat terlihat hasilnya. Wirausaha sosial menjadi fenomena sangat
menarik saat ini karena perbedaan-perbedaannya dengan wirausaha
tradisional yang hanya focus terhadap keuntungan materi dan kepuasan
pelanggan serta signifikansinya terhadap kehidupan masyarakat.
Kajian mengenai kewirausahaan social melibatkan berbagai ilmu
pengetahuan dalam pengembangan serta praktiknya di lapangan. Lintas
ilmu pengetahuan yang diadopsi kajian kewirausahaan social merupakan
hal penting untuk menjelaskan serta membuat pemikiran-pemikiran baru.
Sebagai bidang yang relatif baru berkembang tersebut, kewirausahaan
sosial terdapat sejumlah pendapatyang tidak seragam tentang apa itu
kewirausahaan sosial dan siapa yang disebutsebagai wirausaha sosial.
Pendapat atau rumusan yang ada cenderung menggambarkan suatu jenis
wirausaha sosial yang unggul beserta karakteristik peran dan kegiatannya.
Terdapat beberapa pembelajaran tentang kewirausahawan sosial
beserta beberapa karakteristik yang dimiliki oleh para pengusaha sosial itu
sendiri. Hal tersebut dapat terlihat dari penelitian mengenai kewirausahaan
sosial terbagi menjadi beberapa grup sosial sesuai dengan karakteristiknya
masing-masing. Hal ini pada dasarnya terdiri dari hal-hal yang tidak
umum untuk dilakukan dalam kegiatan usaha yang biasanya berjalan
secara rutin. Austin Stevenson dan Wei- Skillern berpendapat bahwa
pengusaha lembaga sosial dan tradisional berbeda dengan pengusahanya
sendiri, metode, situasi, dan peluang. Dibandingkan kewirausahaan bisnis,
kewirausahaan sosial relatif lebih baru dalamperkembangannya. Dengan
gencarnya kegiatan pengembangan kewirausahaandi dunia pendidikan
yang semula memfokus pada tingkat peguruan tinggi untukmenyiapkan

10
lulusannya mampu berwirausaha dan tidak menganggur, tetapi kini
bahkan mencakup dunia pendidikan yang lebih dini, citra kewirausahaan
bisnis jauh lebih menonjol alih-alih wirausaha sosial.
Pengembangan kewirausahaan sebagai disiplin ilmu, oleh Philip
Wickhamvii, dianalogikan sebagai tahapan“remaja”. Jika demikian,
cabang kewirausahaan sosial dapat ditempatkan pada fase yang lebih dini,
yakni cabang ilmu ekonomi pada tahapan yang masih “bayi”. Berdasarkan
temuan adanya pelbagai jenis wirausaha bisnis, sangat dimungkinkan pula
adanya sejumlah jenis wirausaha sosial. Pada fase ini akan ditelusuri
sejumlah rumusan kewirausahaan sosial yang telah didefinisikan oleh
organisasi dan ahli yang menggumuli bidang ini. Karakteristik kegiatan
wirausaha social sebagai berikut:
a. Tugas wirausaha sosial ialah mengenali adanya kemacetan atau
kemandegan dalam kehidupan masyarakat dan menyediakan jalan
keluar dari kemacetan atau kemandegan itu. Ia menemukan apa yang
tidak berfungsi, memecahkan masalah dengan mengubah sistemnya,
menyebarluaskan pemecahannya, dan meyakinkan seluruh masyarakat
untuk berani melakukan perubahan.
b. Wirausaha sosial tidak puas hanya memberi “ikan” atau mengajarkan
cara “memancing ikan”. Ia tidak akan diam hingga “industry
perikanan” pun berubah. Sebagai contoh kasus kewirausahaan sosial,
bagaimana Mohammad Yunus mengembangkan bank untuk melayani
kaum miskin merupakan suatu inovasi yang bertentangan dengan
kaidah yang umumnya menjadi target pasar bank, yaitu mereka yang
mampu dan berisiko kecil.Kemacetan akses pada dana yang dihadapi
oleh kaum miskin telah dipecahkan dengan penyediaan system kredit
mikro yang ditujukan kepada mereka dalam pola kelompok.
Pengertian kewirausahaan social yang dirumuskan oleh Yayasan
Schwab, sebuah yayasan yang bergerak dalam upaya mendorong
kegiatan kewirausahaan sosial. Wirausaha social menciptakan

11
organisasi campuran (hybrid) yang menggunakan metode-metode
bisnis, namun hasil akhirnya adalah penciptaan nilai sosial.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Nurse entrepreneur adalah seorang pemilik bisnis yang menawarkan
pelayanan keperawatan meliputi perawatan langsung, pendidikan, penelitian,
administratif atau konsultasi. Kewirausahaan dalam keperawatan akan baik
untuk perawat professional dan perusahaan pelayanan kesehatan, karena akan
menciptakan kemandirian dan termotivasi untuk berpikir, lebih produktif,
kreatif, dan lebih dapat bersaing dalam pemasarannya.
Jenis-jenis kewirausahaan terdapat dalam berbagai bidang seperti
keperawatan, pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat (social).
Dalam bidang keperawatan ada beberapa yaitu home care, konsultan
keperawatan, terapi komplementer, nursing care center, pelayanan fisioterapi,
klinik praktik bersama.
Menurut Soemanto (2006: 87) Pendidikan kewirausahaan adalah
pertolongan untuk membelajarkan manusia Indonesia sehingga mereka
memiliki kekuatan pribadi yang dinamis dan kreatif untuk menjalankan
usahanya sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yang berdasarkan
Pancasila.
Penelitian/riset pada umumnya sering diasosiasikan dengan lembaga
pendidikan karena riset yang bergerak di pendidikan atau kesehatan banyak
dilakukan oleh dunia pendidikan. Padahal, area ini merupakan lahan bisnis
yang memanfaatkan inteletualitas, pengelolaan pengetahuan, serta sumber
daya manusia (SDM).
Wirausaha social melihat masalah sebagai peluang untuk membentuk
sebuah model bisnis baru yang bermanfaat bagi pemberdayaan masyarakat
sekitar. Hasil yang ingin dicapai bukan keuntungan materi atau kepuasan
pelanggan, melainkan bagaimana gagasan yang diajukan dapat memberikan
dampak baik bagi masyarakat.

13
B. Saran
Diharapkan bagi setiap mahasiswa khususnya di jurusan keperawatan
memahami makalah ini untuk menambah ilmu pengetahuan dan menambah
wawasan mengenai kewirausahaan guna untuk meningkatkan mutu kualitas
perawatan kedepannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Febrian, Rio. 2015. Bidang-bidang Cakupan Usaha Nursepreneur.


https://www.kompasiana.com/riodeners/566779f793fdfd65048b456e/bidang-
bidang-cakupan-usaha-nursepreneur-bagian-1?page=all. Diakses pada tanggal
05 Agustus 2019
Sumber Pengertian. 2018. Pengertian Kewirausahaan Menurut Para Ahli.
http://www.sumberpengertian.co/pengertian-kewirausahaan. Diakses pada 05
Agustus 2019
Suparman, Deden. 2012. Kewirausahaan Sosial Berbasis Organisasi Masyarakat
(Ormas). http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/istek/article/download/299/313.
Diakses pada tanggal 06 Agustus 2019
Suryana. 2017. Kewirausahaan : Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta, Salemba
Empat
Wardati, Khusnul. 2013. Pendidikan Kewirausahaan Dan Implementasinya Pada
Mahasiswa Fakultas Ekonomi Univesitas Negeri Surabaya.
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jupe/article/view/3522/6150. Diakses
pada tanggal 06 Agustus 2019
Wida, Musthika, dkk. 2016. Kewirausahaan. https://docuri.com/download/nurse-
preneur_59bf3908f581716e46c3ae51_pdf. Diakses pada 06 Agustus 2019

15

Anda mungkin juga menyukai