Anda di halaman 1dari 15

Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukam fungsi ukurannya (Azwar 1986). Selain itu
validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan bahwa variabel yang diukur memang benar-
benar variabel yang hendak diteliti oleh peneliti (Cooper dan Schindler, dalam Zulganef,
2006).

Sedangkan menurut Sugiharto dan Sitinjak (2006), validitas berhubungan dengan suatu
peubah mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas dalam penelitian menyatakan
derajat ketepatan alat ukur penelitian terhadap isi sebenarnya yang diukur. Uji validitas
adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur yang digunakan dalam
suatu mengukur apa yang diukur. Ghozali (2009) menyatakan bahwa uji validitas digunakan
untuk mengukur sah, atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid
jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut.

Suatu tes dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi jika tes tersebut menjalankan fungsi
ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud
dikenakannya tes tersebut. Suatu tes menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan
diadakannya pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah.

Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang
valid dapat menjalankan fungsi ukurnya dengan tepat, juga memiliki kecermatan tinggi. Arti
kecermatan disini adalah dapat mendeteksi perbedaan-perbedaan kecil yang ada pada atribut
yang diukurnya.

Dalam pengujian validitas terhadap kuesioner, dibedakan menjadi 2, yaitu validitas faktor
dan validitas item. Validitas faktor diukur bila item yang disusun menggunakan lebih dari
satu faktor (antara faktor satu dengan yang lain ada kesamaan). Pengukuran validitas faktor
ini dengan cara mengkorelasikan antara skor faktor (penjumlahan item dalam satu faktor)
dengan skor total faktor (total keseluruhan faktor).
Validitas item ditunjukkan dengan adanya korelasi atau dukungan terhadap item total (skor
total), perhitungan dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor total
item. Bila kita menggunakan lebih dari satu faktor berarti pengujian validitas item dengan
cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor faktor, kemudian dilanjutkan
mengkorelasikan antara skor item dengan skor total faktor (penjumlahan dari beberapa
faktor).

Dari hasil perhitungan korelasi akan didapat suatu koefisien korelasi yang digunakan untuk
mengukur tingkat validitas suatu item dan untuk menentukan apakah suatu item layak
digunakan atau tidak. Dalam penentuan layak atau tidaknya suatu item yang akan digunakan,
biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05, artinya
suatu item dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total.

Untuk melakukan uji validitas ini menggunakan program SPSS. Teknik pengujian yang
sering digunakan para peneliti untuk uji validitas adalah menggunakan korelasi Bivariate
Pearson (Produk Momen Pearson). Analisis ini dengan cara mengkorelasikan masing-masing
skor item dengan skor total. Skor total adalah penjumlahan dari keseluruhan item. Item-item
pertanyaan yang berkorelasi signifikan dengan skor total menunjukkan item-item tersebut
mampu memberikan dukungan dalam mengungkap apa yang ingin diungkap à Valid. Jika r
hitung ≥ r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-item pertanyaan
berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid). Langkah-langkah dalam
pengujian validitas ini yaitu :

1. Buat skor total masing-masing variabel (Tabel perhitungan skor)

2. Klik Analyze -> Correlate -> Bivariate (Gambar/Output SPSS)


3. Masukan seluruh item variabel x ke Variabels

4. Cek list Pearson ; Two Tailed ; Flag

5. Klik Ok
Tabel rangkuman hasil uji validitas dari variabel tersebut dapat dilihat sebagai berikut :

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa nilai r hitung > r tabel berdasarkan uji signifikan
0.05, artinya bahwa item-item tersebut diatas valid

Rumus Korelasi Product Moment :

Keterangan :
Uji Reliabilitas

Reliabilitas berasal dari kata reliability. Pengertian dari reliability (rliabilitas) adalah keajegan
pengukuran (Walizer, 1987). Sugiharto dan Situnjak (2006) menyatakan bahwa reliabilitas
menunjuk pada suatu pengertian bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian untuk
memperoleh informasi yang digunakan dapat dipercaya sebagai alat pengumpulan data dan
mampu mengungkap informasi yang sebenarnya dilapangan. Ghozali (2009) menyatakan
bahwa reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari
peubah atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang
terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas suatu test
merujuk pada derajat stabilitas, konsistensi, daya prediksi, dan akurasi. Pengukuran yang
memiliki reliabilitas yang tinggi adalah pengukuran yang dapat menghasilkan data yang
reliabel

Menurut Masri Singarimbun, realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali –
untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relative konsisten,
maka alat pengukur tersebut reliable. Dengan kata lain, realibitas menunjukkan konsistensi
suatu alat pengukur di dalam pengukur gejala yang sama.

Menurut Sumadi Suryabrata (2004: 28) reliabilitas menunjukkan sejauhmana hasil


pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya. Hasil pengukuran harus reliabel dalam
artian harus memiliki tingkat konsistensi dan kemantapan.

Reliabilitas, atau keandalan, adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian
alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama (tes dengan tes
ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau untuk pengukuran yang lebih subjektif,
apakah dua orang penilai memberikan skor yang mirip (reliabilitas antar penilai). Reliabilitas
tidak sama dengan validitas. Artinya pengukuran yang dapat diandalkan akan mengukur
secara konsisten, tapi belum tentu mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian,
reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran dari suatu tes tetap konsisten setelah dilakukan
berulang-ulang terhadap subjek dan dalam kondisi yang sama. Penelitian dianggap dapat
diandalkan bila memberikan hasil yang konsisten untuk pengukuran yang sama. Tidak bisa
diandalkan bila pengukuran yang berulang itu memberikan hasil yang berbeda-beda.

Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empirik ditunjukan oleh suatu angka yang disebut nilai
koefisien reliabilitas. Reliabilitas yang tinggi ditunjukan dengan nilai rxx mendekati angka 1.
Kesepakatan secara umum reliabilitas yang dianggap sudah cukup memuaskan jika ≥ 0.700.
Pengujian reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach karena
instrumen penelitian ini berbentuk angket dan skala bertingkat. Rumus Alpha Cronbach
sevagai berikut :

Keterangan :

Jika nilai alpha > 0.7 artinya reliabilitas mencukupi (sufficient reliability) sementara jika
alpha > 0.80 ini mensugestikan seluruh item reliabel dan seluruh tes secara konsisten
memiliki reliabilitas yang kuat. Atau, ada pula yang memaknakannya sebagai berikut:

Jika alpha > 0.90 maka reliabilitas sempurna. Jika alpha antara 0.70 – 0.90 maka reliabilitas
tinggi. Jika alpha 0.50 – 0.70 maka reliabilitas moderat. Jika alpha < 0.50 maka reliabilitas
rendah. Jika alpha rendah, kemungkinan satu atau beberapa item tidak reliabel.

Langkah pengujian reliabilitas dengan SPSS :

1. Klik Analyze -> Scale -> Reliability Analysis


2. Masukan seluruh item variabel X ke Items

3.Pastikan pada model terpilih Alpha

4. Klik Ok

Nilai Cronbach Alpha sebesar 0.981 yang menunjukan bahwa ke-11 pernyataan cukup
reliabel
Pengertian Surveilans Epidemiologi dan Kesehatan

Terdapat berbagai pengertian surveilans. Menurut WHO (2004), surveilans merupakan proses
pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data secara sistemik dan terus menerus
serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan.
Berdasarkan definisi diatas dapat diketahui bahwa surveilans adalah suatu kegiatan
pengamatan penyakit yang dilakukan secara terus menerus dan sistematis terhadap kejadian
dan distribusi penyakit serta faktor-faktor yang mempengaruhi nya pada masyarakat sehingga
dapat dilakukan penanggulangan untuk dapat mengambil tindakan efektif.

Menurut CDC (Center of


Disease Control), merupakan pengumpulan, analisis dan interpretasi data kesehatan secara
sistematis dan terus menerus, yang diperlukan untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi
upaya kesehatan masyarakat, dipadukan dengan diseminasi data secara tepat waktu kepada
pihak-pihak yang perlu mengetahuinya

Sementara menurut Timmreck (2005), pengertian surveilans kesehatan masyarakat


merupakan proses pengumpulan data kesehatan yang mencakup tidak saja pengumpulan
informasi secara sistematik, tetapi juga melibatkan analisis, interpretasi, penyebaran, dan
penggunaan informasi kesehatan. Hasil surveilans dan pengumpulan serta analisis data
digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang status kesehatan populasi
guna merencanakan, menerapkan, mendeskripsikan, dan mengevaluasi program kesehatan
masyarakat untuk mengendalikan dan mencegah kejadian yang merugikan kesehatan. Dengan
demikian, agar data dapat berguna, data harus akurat, tepat waktu, dan tersedia dalam bentuk
yang dapat digunakan.

Sedangkan menurut DCP2 (2008), surveilans kesehatan masyarakat adalah pengumpulan,


analisis, dan analisis data secara terus-menerus dan sistematis yang kemudian
didiseminasikan (disebarluaskan) kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam
pencegahan penyakit dan masalah kesehatan lainnya.

Tujuan Surveilans menurut Depkes RI (2004a) adalah untuk pencegahan dan pengendalian
penyakit dalam masyarakat, sebagai upaya deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya
kejadian luar biasa (KLB), memperoleh informasi yang diperlukan bagi perencanaan dalam
hal pencegahan, penanggulangan maupun pemberantasannya pada berbagai tingkat
administrasi.

Sedangkan Komponen kegiatan surveilans menurut antara lain sebagai berikut :

1. Pengumpulan data, data yang dikumpulkan adalah data epidemiologi yang jelas, tepat
dan ada hubungannya dengan penyakit yang bersangkutan. Tujuan dari pengumpulan
data epidemiologi adalah: untuk menentukan kelompok populasi yang mempunyai
resiko terbesar terhadap serangan penyakit; untuk menentukan reservoir dari infeksi;
untuk menentukan jenis dari penyebab penyakit dan karakteristiknya; untuk
memastikan keadaan yang dapat menyebabkan berlangsungnya transmisi penyakit;
untuk mencatat penyakit secara keseluruhan; untuk memastikan sifat dasar suatu
wabah, sumbernya, cara penularannya dan seberapa jauh penyebarannya.
2. Kompilasi, analisis dan interpretasi data. Data yang terkumpul selanjutnya
dikompilasi, dianalisis berdasarkan orang, tempat dan Analisa dapat berupa teks tabel,
grafik dan spot map sehingga mudah dibaca dan merupakan informasi yang akurat.
Dari hasil analisis dan interpretasi selanjutnya dibuat saran bagaimana menentukan
tindakan dalam menghadapi masalah yang baru.
3. Penyebaran hasil analisis dan hasil interpretasi data. Hasil analisis dan interpretasi
data digunakan untuk unit-unit kesehatan setempat guna menentukan tindak lanjut dan
disebarluaskan ke unit terkait antara lain berupa laporan kepada atasan atau kepada
lintas sektor yang terkait sebagai informasi lebih lanjut.

Pada bidang kesehatan masyarakat, menurut McNabb et al., (2002), kegiatan surveilans
mempunyai aktifitas inti sebagai berikut:

1. Pendeteksian kasus (case detection), merupakan proses mengidentifikasi peristiwa


atau keadaan kesehatan. Unit sumber data menyediakan data yang diperl ukan dalam
penyelenggaraan surveilans epidemiologi seperti rumah sakit, puskesmas,
laboratorium, unit penelitian, unit program-sektor dan unit statistik.
2. Pencatatan kasus (registration), merupakan proses pencatatan kasus hasil identifikasi
peristiwa atau keadaan kesehatan.
3. Konfirmasi (confirmation), merupakan evaluasi dari ukuran-ukuran epidemiologi
sampai pada hasil percobaan laboratorium.
4. Pelaporan (reporting), berupa data, informasi dan rekomendasi sebagai hasil kegiatan
surveilans epidemiologi yang kemudian disampaikan kepada berbagai pihak yang
dapat melakukan tindakan penanggulangan penyakit atau upaya peningkatan program
kesehatan. Juga disampaikan kepada pusat penelitian dan kajian serta untuk
pertukaran data dalam jejaring surveilans
5. Analisis data (data analysis), merupakan analisis terhadap berbagai data dan angka
sebagai bahan untuk menentukan indikator pada
6. Respon segera/ kesiapsiagaan wabah (epidemic preparedness), merupakan
kesiapsiagaan dalam menghadapi wabah/kejadian luar biasa.
7. Respon terencana (response and control), merupakan sistem pengawasan kesehatan
masyarakat. Respon ini hanya dapat digunakan jika data yang ada bisa digunakan
dalam peringatan dini pada munculnya masalah kesehatan masyarakat.
8. Umpan balik (feedback), berfungsi penting untuk sistem pengawasan, alur pesan dan
informasi kembali ke tingkat yang lebih rendah dari tingkat yang lebih tinggi.
Dalam pelaksanaannya, diperlukan sistem evaluasi pada surveilans ini. Evaluasi Sistem
Surveilans Kesehatan merupakan penilaian periodik dari perubahan dalam hasil yang
ditargetkan (sasaran) yang dapat dihubungkan dengan sistem surveilans dan respon. Evaluasi
dimaksudkan untuk melihat perubahan dalam keluaran, hasil dan pengaruh (negatif atau
positif target atau non target) dari sistem surveilans dan respon.

Kriteria evaluasi tersebut menurut Unicef (1990) dalam Trisnantoro (2005) antara lain:

1. Relevansi, apakah nilai intervensi sesuai dengan kebutuhan utama pemegang


kekuasaan, prioritas nasional, kebijakan nasional dan internasional. Standar global ini
bisa sebagai referensi evaluasi baik proses maupun hasil.
2. Efisiensi, apakah program cukup efisien untuk mencapai tujuan.
3. Efektivitas, apakah kegiatan yang dilaksanakan mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
4. Dampak, yaitu efek yang timbul dari kegiatan baik positif maupun negatif meliputi
sosial, ekonomi, lingkungan individu, komunitas atau institusi.
5. Kelanjutan, yaitu apakah aktivitas dan dampaknya mungkin diteruskan ketika
dukungan dari luar dihentikan dan akankah akan lebih banyak ditiru atau diadaptasi

MANAJEMEN DATA EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF

2.1 Pengertian
Data merupakan bahan mentah yang masih perlu proses transformasi untuk menjadi
informasi. Maka dari itu perlu manajemen data yaitu proses pengolahan dan analisis
untuk merubah data menjadi informasi.
Epidemiologi deskriptif adalah cabang dari epidemiologi yang mempelajari terjadinya
(frekuensi) dan penyebaran (distribusi) suatu penyakit atau masalah kesehatan pada
penduduk menurut faktor orang, tempat dan waktu.
2.2 Variabel Data Epidemiologi Deskriptif
Variabel epidemiologi deskriptif dikelompokan menurut: orang (person), tempat (place)
dan waktu (time).
1. Variabel Orang (person)
Variabel orang disini adalah karakteristik atau ciri khas dari manusia yang menyebabkan
manusia itu memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mendapatkan penyakit. Variabel ini
meliputi umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan, etnik/suku, status perkawinan,
besarnya keluarga, dan paritas.
2. Variabel tempat (place)
Variabel tempat diartikan sebagai keadaan atau faktor lokasi atau wujud yang
menggambarkan lingkungan dimana penyakit timbul. Dalam epidemiologi deskriptif
tempat biasanya dikategorikan dalam sifat dikotomi yaitu perkotaan-pedesaan,
pemukiman-bukan pemukiman, domestik-asing, institusi-nonistitusi, dll. Hubungan
antara penyakit dan tempat menunjukkan adanya faktor-faktor, yang mempunyai arti
penting sebagai penyebab timbulnya penyakit yang ada katanya antara penghuni dan
tempat yang dihuni.
3. Variabel waktu (time)
Data dari penyakit yang sama bisa dikelompokkan dalam kurun waktu yang bermacam-
macam. Variabel ini meliputi meliputi jam, hari, bulan, tahun, tanggal, musim penghujan,
kemarau.
Pengertian Eksperimen Semu (kuasi eksperimen)
Quasi eksperiment didefinisikan sebagai eskperimen yang memiliki perlakuan,
pengukuran dampak, unit eksperimen namun tidak menggunakan penugasan acak untuk
menciptakan perbandingan dalam rangka menyimpulkan perubahan yang disebabkan
perlakuan (Cook & Campbell, 1979). Pada penelitian lapangan biasanya menggunakan
rancangan eksperiment semu (kuasi eksperimen). Desain tidak mempunyai pembatasan yang
ketat terhadap randomisasi, dan pada saat yang sama dapat mengontrol ancaman-ancaman
validitas.
Penelitian eksperimen semu atau eksperimen kuasi pada dasarnya sama dengan
penelitian eksperimen murni. Penelitian eksperimen murni dalam bidang pendidikan, subjek,
atau partisipan penelitian dipilih secara random dimana setiap subjek memperoleh peluang
sama untuk dijadikan subjek penelitian. Peneliti memanipulasi subjek sesuai dengan
rancangannya. Berbeda dengan penelitian kuasi, peneliti tidak mempunyai keleluasaan untuk
memanipulasi subjek, artinya random kelompok biasanya diapakai sebagai dasar untuk
menetapkan sebagai kelompok perlakuan dan control. Misalnya, kita ingin menguji apakah
pebelajar yang dibelajarkan melalui buku teks yang disertai video memperoleh hasilatau
prestasi belajar yang lebih unggul, jika dibandingkan dengan pebelajar yang hanya
dibelajarakan dengan buku teks saja? Untuk maksud tersebut, kita menentukan kelompok
subjek mana yang diberi perlakuan (buku teks dan video) dan control atau kendali (buku teks
saja). Setelah diberi perlakuan dalam kurun waktu tertentu, kedua kelompok subjek diberi
pascates. Hasil pascates ini kita uji dengan teknik statistic tertentu[1].
Adapula yang menyatakan bahwa eksperimen semu adalah penelitian yang mendekati
percobaan sungguhan di mana tidak mungkin mengadakan control/ memanipulasikan semua
variabel yang relevan. Harus ada kompromi dalam menentukan validitas internal sesuai
dengan batasan-batasan yang ada[2]. Adapun contoh metode eksperimen semu diantaranya
yaitu:
1. Penelitian untuk menilai efektivitas 3 cara mengajar konsep-konsep dasar suatu ilmi di SD
apabila guru-guru tertentu dapat secara sukarela tanpa random memilih cara mengajar
tertentu karena guru-guru tersebut tertarik akan bahan ajaran tersebut.
2. Dilakukan penelitian untuk mencari pengaruh perlakuan senam pagi terhadap derajat
kesehatan karyawan. Desain penelitian dipilih satu kelompok karyawan. Selanjutnya dari satu
kelompok tersebut yang setengah diberi perlakuan senam pagi setiap hari dan yang setengah
lagi tidak. O1 dan O3 merupakan derajat kesehatan karyawan sebelum ada perlakuan senam
pagi. O2 adalah derajat kesehatan karyawan setelah senam pagi selama satu tahun. O4 adalah
derajat kesehatan karyawan yang tidak diberi perlakuan senam pagi, pengaruh senam pagi
terhadap derajat kesehatan karyawan adalah (O2 - O1 ) – ( O4 - O3 )[3].
B. Tujuan, Kelemahan, dan Keunggulan Eksperimen Semu,
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara
melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok eksperimen, namun pemilahan kedua
kelompok tersebut tidak dengan teknik random[4].
Adapun beberapa kelemahan/ keterbatasan yang dimiliki oleh desain quasi
eksperimen adalah terlalu fokus terhadap kejadian yang tidak dapat diperkirakan dan tidak
berkelanjutan sehingga dapat mengaburkan tujuan jika terjadi perubahan yang tidak terduga
akibat faktor fenomena ekonomi atau perkembangan politik. Dan juga kurang kuatnya
pengukuran dalam hal asosiasi yang menjadikan beberapa efek yang terjadi pengukurannya
terbatas. Hal tersebut mengakibatkan beberapa efek seringkali “tidak terlihat” pada saat
pengukuran terjadi (Caporaso, 1973:31-38).
Adapun secara terperinci kelemahan dari penelitian Quasi Eksperiment adalah sebagai
berikut:
a. Tidak adanya randomisasi (randoimization), yang berarti pengelompokan anggota sampel
pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dilakukan dengan random atau acak.
b. Kontrol terhadap variabel-variabel yang berpengaruh terhadap eksperimen tidak dilakukan,
karena eksperimenini biasanya dilakukan di masyarakat[5].
Di dalam dunia pendidikan, khususnya di Indonesia, penggunaan quasi eksperimen
sangat disarankan mengingat kondisi objek penelitian yang seringkali tidak memungkinkan
adanya penugasan secara acak. Hal tersebut diakibatkan telah terbentuknya satu kelompok
utuh (naturally formed intactgroup), seperti kelompok siswa dalam satu kelas. Kelompok-
kelompok ini juga sering kali jumlahnya sangat terbatas. Dalam keadaan seperti ini kaidah-
kaidah dalam true eksperimen tidak dapat dipenuhi secara utuh, karena pengendalian variabel
yang terkait subjek penelitian tidak dapat dilakukan sepenuhnya. Sehingga untuk penelitian
yang berhubungan dengan peningkatan kualitas pembelajaran, direkomendasikan penggunaan
teknik quasi experiment di dalam implementasinya (Azam, Sumarno &Rahmat, 2006) [6].
Selain memiliki kelemahan quasi eksperimen juga memiliki keuntungan. Adapun
keuntungannya yaitu pada penelitian ekperimen semu ini tidak mempunyai batasan yang
ketat terhadap randomisasi dan pada saat yang sama dapat mengontrol ancama-ancaman
validitas.
Pengertian Penelitian Eksperimen

Hakekat penelitian eksperimen (experimental research) adalah meneliti pengaruh perlakuan


terhadap perilaku yang timbul sebagai akibat perlakuan (Alsa 2004). Menurut Hadi (1985)
penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat yang
ditimbulkan dari suatu perlakuan yang diberikan secara sengaja oleh peneliti.

Sejalan dengan hal tersebut, Latipun (2002) mengemukakan bahwa penelitian eksperimen
merupakan penelitian yang dilakukan dengan melakukan manipulasi yang bertujuan untuk
mengetahui akibat manipulasi terhadap perilaku individu yang diamati.

Penelitian eksperimen pada prisipnya dapat didefinisikan sebagai metode sistematis guna
membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab akibat (causal-effect relationship)
(Sukardi 2011:179).

Metode eksperimen

Selanjutnya, metode eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan utuk mencari
pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono
2011:72).Berdasarkan definisi dari beberapa ahli tersebut, dapat dipahami bahwa penelitian
eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian suatu
treatment atau perlakuan terhadap subjek penelitian. Jadi penelitian eksperimen dalam
pendidikan adalah kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai pengaruh suatu
perlakuan/tindakan/treatment pendidikan terhadap tingkah laku siswa atau menguji hipotesis
tentang ada-tidaknya pengaruh tindakan itu jika dibandingkan dengan tindakan lain.

Penelitian Eksperimen Dalam Pendidikan

Menurut Sukardi (2011:180), penelitian eksperimen dalam bidang pendidikan dibedakan


menjadi dua yaitu penelitian di dalam laboratorium dan di luar laboratorium. Sehubungan
dengan subjek dalam pendidikan adalah siswa, penelitian yang paling banyak dilakukan
adalah di luar laboratorium. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa keunggulan yang dimiliki
oleh penelitian di luar laboratorium, diantaranya: (a) variabel eksperimen dapat lebih kuat;
(b) lebih mudah dalam memberikan perlakuan; (c) dapat melakukan setting yang mendekati
keadaan sebenarnya; dan (d) hasil eksperimen lebih aktual.

Selain itu, penelitian eksperimen juga lebih cocok dilakukan dalam bidang pendidikan. Hal
ini dikarenakan dua alasan sebagai berikut: (1) metode pengajaran yang lebih tepat disetting
secara alami dan dikomparasikan di dalam keadaan yang tidak bias; (2) penelitian dasar
dengan tujuan menurunkan prinsip umum teoritis ke dalam ilmu terapan yang sesuai dengan
permasalahan yang dihadapi oleh sekolah. 3. Karakteristik Penelitian Eksperimen.

Karakteristik Penelitian Eksperimen

Menurut Ary (1985), ada tiga karakteristik penting dalam penelitian eksperimen, antara lain:
(a) Variabel bebas yang dimanipulasi.

Memanipulasi variabel adalah tindakan yang dilakukan oleh peneliti atas dasar pertimbangan
ilmiah. Perlakuan tersebut dapat dipertanggung-jawabkan secara terbuka untuk memperoleh
perbedaan efek dalam variabel yang terkait.

(b) Variabel lain yang berpengaruh dikontrol agar tetap konstan

Menurut Gay (1982), control is an effort on the part of researcher to remove the influence of
any variable other than the independent variable that ought affect performance on a
dependent variable.
Dengan kata lain, mengontrol merupakan usaha peneliti untuk memindahkan pengaruh
variabel lain yang mungkin dapat mempengaruhi variabel terkait. Dalam pelaksanaan
eksperimen, group eksperimen dan group kontrol sebaiknya diatur secara intensif agar
karakteristik keduanya mendekati sama.

(c) Observasi langsung oleh peneliti

Tujuan dari kegiatan observasi dalam penelitian eksperimen adalah untuk melihat dan
mencatat segala fenomena yang muncul yang menyebabkan adanya perbedaan diantara dua
group.

Tujuan Penelitian Eksperimen

Tujuan umum penelitian eksperimen adalah untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan
tertentu terhadap gejala suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang
menggunakan perlakuan yang berbeda. Misalnya, suatu eksperimen dalam bidang pendidikan
dimaksudkan untuk menilai/membuktikan pengaruh perlakuan pendidikan (pembelajaran
dengan metode problem solving) terhadap prestasi belajar dan kemampuan komunikasi
matematika pada siswa SMP atau untuk menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh
perlakuan tersebut jika dibandingkan dengan metode konvensional.

Selanjutnya, tindakan di dalam eksperimen disebut treatment, dan diartikan sebagai semua
tindakan, semua variasi atau pemberian kondisi yang akan dinilai/diketahui pengaruhnya.
Sedangkan yang dimaksud dengan menilai tidak terbatas pada mengukur atau melakukan
deskripsi atas pengaruh treatment yang dicobakan tetapi juga ingin menguji sampai seberapa
besar tingkat signifikansinya (kebermaknaan atau berarti tidaknya) pengaruh tersebut jika
dibandingkan dengan kelompok yang sama tetapi diberi perlakuan yang berbeda.

Syarat-syarat Penelitian Eksperimen

Sebuah penelitian dapat berjalan baik dan memberikan hasil yang akurat jika dilaksanakan
dengan mengikuti kaidah tertentu. Seperti halnya dengan penelitian eksperimen, akan
memberikan hasil yang valid jika dilaksanakan dengan mengikuti syarat-syarat yang ada.
Berkaitan dengan hal tersebut, Wilhelm Wundt dalam Alsa (2004) mengemukakan syarat-
syarat yang harus dipenuhi oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian eksperimental,
yaitu:(1) peneliti harus dapat menentukan secara sengaja kapan dan di mana ia akan
melakukan penelitian;(2) penelitian terhadap hal yang sama harus dapat diulang dalam
kondisi yang sama;(3) peneliti harus dapat memanipulasi (mengubah, mengontrol) variabel
yang diteliti sesuai dengan yang dikehendakinya;(4) diperlukan kelompok pembanding
(control group) selain kelompok yang diberi perlakukan (experimental group).

Anda mungkin juga menyukai