Anda di halaman 1dari 2

Nama : Azmi Muzakki

NIM : 170721100119
Kelas : ES 5C

1. Pertanyaan : Bagaimana payung hukum kartu kredit syariah?

Jawaban :

Kartu kredit syariah dikenal juga sebagai bithaqah al-l’timan memiliki fungsi
layaknya kartu kredit pada umumnya, hanya saja dijalankan sesuai prinsip dan kebijakan
Syariah. Di Indonesia sendiri, ketentuan kartu kredit syariah diatur oleh fatwa Dewan
Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) No. 54/DSN-MUI/X/2006,
tentang kartu kredit syariah. Kebijakan ini kemudian menjadikan kartu kredit syariah
berbeda dengan kartu kredit konvensional meski memiliki aturan dan payung hukum
perundang-undangan yang sama.

1. Pertanyaan : Bagaimana prinsip pada kartu kredit syariah?


Jawaban :
Indonesia merupakan negara dengan populasi Islam yang mayoritas, sehingga Dewan
Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia menerbitkan sebuah produk perbankan baru
yang sesuai dengan kaidah Islam. Oleh karena itu, kartu kredit syariah memiliki beberapa
batasan transaksi, contohnya adalah tidak diperbolehkan transaksi di pub atau diskotik
atau transaksi pembelian minuman keras.
Adapun beberapa prinsip syariah dalam kartu kredit syariah yang berlaku melarang
beberapa tindakan sebagai berikut ini:
a. Adanya riba atau pengambilan keuntungan secara tidak sah
b. Terjadi transaksi yang bersifat untung-untungan
c. Adanya transaksi yang objeknya tidak jelas
d. Terjadi transaksi yang objeknya dilarang dalam hukum Islam
e. Terjadi transaksi yang menyebabkan ketidakadilan bagi pihak lain
f. Adanya praktik penimbunan
1. Pertanyaan : Apa saja perbedaan dari kartu kredit konvensional dengan kartu kredit
syariah?
Jawaban :
berikut merupakan perbedaan kartu kredit konvensional dengan kartu kredit syariah:
a. Skema perjanjian, kartu kredit syariah didukung oleh 3 jenis skema perjanjian yang
mendasar kesyariahannya. Sedangkan pada kartu kredit konvensional kredit diberikan
atas akad pinjaman, dan nasabah diharuskan mengembalikan pinjaman bersama
bunga.
b. Penerapan bunga, jika pada umumnya kartu kredit konvensional dikenakan system
bunga untuk transaksi yang dilakukan, sedangkan pada kartu kredit syariah, bunga
tidak diperbolehkan karena dianggap riba. Jadi pembiayaan syariah tidak
menggunakan prinsip akad bunga.
c. Penerapan fee, pada kartu kredit konvensional diterapkan system bunga, nah sebagai
pengganti system bunga pada kartu kredit syariah diterapkan fee. Untuk fasilitas
transaksi dengan merchant, besarnya biaya didasarkan pada nilai transaksi sehingga
bersifat flutuatif.
d. Penerapan denda, denda dikenakan jika nasabah telat membayar. Terdapat 2 jenis
denda yang akan dikenakan yaitu ta’widh sebagai biaya penagihan bank, sebesar 17
ribu perbulan dan yang kedua adalah sebesar 3% dari tagihan. Tetapi denda tersebut
bukanlah bunga seperti di kartu kredit konvensional, itu merupakan qardul hasan
yang akan disumbangkan ke baziz dan bukan hak bank.
e. System tarik tunai ATM, pada kartu kredit konvensional ketika melakukan tarik tunai
akan dikenakan biaya penarikan sebesar 4-10% dari total nominal yag ditarik,
tergantung dari masing-masing bank penerbit kartu tersebut. Sedangkan pada kartu
kredit syariah untuk penarikan tunai ATM hanya dikenakan biaya penarikan sebesar
RP 80 ribu.

Anda mungkin juga menyukai