Pengertian napza
Narkoba /NAPZA merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika dan zat
adiktif lainnya yang disalahgunakan. NAPZA /Penyalahgunaan zat adalah penggunaan
zat secara terus menerus bahkan sampai setelah terjadi masalah (Purba dkk, 2013).
NAPZA merupakan perkembangan dari narkoba yang berubah nama seiring
dengan bertambahnya jumlah bahan yang masuk dalam kriteria narkoba. NAPZA
merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif.
a. NARKOTIKA:
adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman yang dapat menurunkan, zat-zat alamiah
maupun buatan (sintetik) dari bahan candu/kokain atau turunannya dan padanannya –
digunakan secara medis atau disalahgunakan - menghilangkan dan mengurangi rasa
nyeri serta dapat menimbulkan ketergantungan/efek psikoaktif.
b. PSIKOTROPIKA
adalah zat-zat dalam berbagai bentuk pil dan obat yang mempengaruhi kesadaran
karena sasaran obat tersebut adalah pusat-pusat tertentu di sistem syaraf pusat (otak dan
sumsum tulang belakang). Menurut UU no.5/1997 Psikotropik meliputi : Ecxtacy,
shabu shabu, LSD, obat penenang/tidur, obat anti depresi dan anti psikosis. Sementara
PSIKOAKTIVA adalah istilah yang secara umum digunakan untuk menyebut semua zat
yang mempunyai komposisi kimiawi berpengaruh pada otak sehingga menimbulkan
perubahan perilaku,perasaan, pikiran, persepsi, kesadaran.
c. ZAT ADIKTIF
yaitu zat-zat yang mengakibatkan ketergantungan seperti zat-zat solvent termasuk
inhalansia (aseton, thinner cat, lem). Zat-zat tersebut sangat berbahaya
karena bisa mematikan sel-sel otak. Zat adiktif juga termasuk nikotin (tembakau) dan
kafein (kopi).
Penyalahgunaan Napza adalah suatu penyimpangan perilaku yg disebabkan oleh
penggunaan yg terus menerus sampai terjadi masalah. Napza tersebut bekerja didalam
tubuh yg mempengaruhi terjadinya perubahan: perilaku, alam perasaan, memori,proses
pikir,kondisi fisik individu yg menggunakannya.
Penyebab penyalahgunaan Napza
Penyalahgunaan narkoba merupakan suatu pola penggunaan yang bersifat patologik dan
harus menjadi perhatian segenap pihak. Meskipun sudah terdapat banyak informasi yang
menyatakan dampak negatif yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan dalam mengkonsumsi
narkoba, tapi hal ini belum memberi angka yang cukup signifikan dalam mengurangi tingkat
penyalahgunaan narkoba.
Terdapat 3 faktor (alasan) yang dapat dikatakan sebagai “pemicu” seseorang dalam
penyalahgunakan narkoba. Ketiga faktor tersebut adalah faktor diri, faktor lingkungan, dan
faktor kesediaan narkoba itu sendiri.
1.Faktor Diri
a.Keingintahuan yang besar untuk mencoba, tanpa sadar atau brfikir panjang tentang
akibatnya di kemudian hari.
2.Faktor Lingkungan
b.Ayah, ibu atau keduanya atau saudara menjadi pengguna atau penyalahguna atau
bahkan pengedar gelap nrkoba.
c.Lingkungan pergaulan atau komunitas yang salah satu atau beberapa atau bahkan
semua anggotanya menjadi penyalahguna atau pengedar gelap narkoba.
d.Sering berkunjung ke tempat hiburan (café, diskotik, karoeke, dll.).
e.Mempunyai banyak waktu luang, putus sekolah atau menganggur.
f.Lingkungan keluarga yang kurang / tidak harmonis.
g.Lingkungan keluarga di mana tidak ada kasih sayang, komunikasi, keterbukaan,
perhatian, dan saling menghargai di antara anggotanya.
h.Orang tua yang otoriter,.
i.Orang tua/keluarga yang permisif, tidak acuh, serba boleh, kurang/tanpa pengawasan.
j.Orang tua/keluarga yang super sibuk mencari uang/di luar rumah.
k.Lingkungan sosial yang penuh persaingan dan ketidakpastian.
l. Kehidupan perkotaan yang hiruk pikuk, orang tidak dikenal secara pribadi, tidak ada
hubungan primer, ketidakacuan, hilangnya pengawasan sosial dari masyarakat,kemacetan
lalu lintas, kekumuhan, pelayanan public yang buruk, dan tingginya tingkat kriminalitas.
m.Kemiskinan, pengangguran, putus sekolah, dan keterlantaran.
Narkoba itu sendiri menjadi faktor pendorong bagi seseorang untuk memakai narkoba
karena :
a.Narkoba semakin mudah didapat dan dibeli.
b.Harga narkoba semakin murah dan dijangkau oleh daya beli masyarakat.
c.Narkoba semakin beragam dalam jenis, cara pemakaian, dan bentuk kemasan.
d.Modus Operandi Tindak pidana narkoba makin sulit diungkap aparat hukum.
e.Masih banyak laboratorium gelap narkoba yang belum terungkap.
f.Sulit terungkapnya kejahatan computer dan pencucian uang yang bisa membantu bisnis
perdagangan gelap narkoba.
g.Semakin mudahnya akses internet yang memberikan informasi pembuatan narkoba.
h.Bisnis narkoba menjanjikan keuntugan yang besar.
i. Perdagangan narkoba dikendalikan oleh sindikat yagn kuat dan professional. Bahan
dasar narkoba (prekursor) beredar bebas di masyarakat.
A. Pengertian
Manajemen kasus merupakan suatu pendekatan dalam pemberian pelayanan yang ditujukan
untuk menjamin agar klien yang mempunyai masalah ganda dan kompleks dapat memperoleh
semua pelayanan yang dibutuhkannya secara tepat. Kasus di sini adalah orang dalam situasi
meminta atau mencari pertolongan dalam masalah penyalahgunaan NAPZA.
Prinsip individualisasi, pada intinya menganggap setiap individu berbeda satu dengan yang
lainnya, sehingga seorang pekerja sosial haruslah menyesuaikan cara memberi bantuan
dengan setiap kliennya, guna mendapatkan hasil yang diinginkan. Dengan adanya prinsip
individualisasi ini, maka seorang pekerja sosial dibekali dengan pengetahuan bahwa setiap
individu adalah unik, sehingga pendekatan yang diutamakan adalah kasus per kasus dan
bukannya penggeneralisasian
2. Pelayanan yang komprehensif (comprehensiveness of services)
Pelayanan diberikan tidak hanya terfokus pada klien, tetapi juga sistem klien (lingkungan)
yang mempengaruhi keberadaan klien, agar tercita suasana yang kondusip bagi kehidupan
klien.
3. Pelayanan yang teratur (parsimonious services)
4. Kemandirian (fostering autonomy)
Pelayanan yang diberikan bertujuan agar klien mampu hidup normal dan kedepan mampu
mengatasi masalahnya sendiri
5. Keberlanjutan pelayanan (continuity of care)
Pelayanan dilakukansesuai dengan tahapan pelayanan yang dimulai dari pendekatan awal
sampai dengan terminasi yang berakhir dengan kemandirian klien.
6. a. Penerimaan
Prinsip ini mengemukakan bahwa seorang pekerja sosial menerima klien tanpa “menghakimi” klien
tersebutterlebih dahulu. Kemampuan pekerja sosial untuk menerima klien dengan sewajarnya (apa
adanya) akan banyak membantu perkembangan relasi antara pekerja sosial dengan kliennya.Dengan
adanya sikap menerima keadaan klien apa adanya, maka klien akan dapat merasa lebih percaya diri dan
tidak “kaku” dalam berbicara dengan pekerja sosial, sehingga ia dapat mengungkapkan berbagai macam
perasaan dan permasalahan yang mengganjal di hatinya. Dengan cara seperti ini maka relasi antara
pekerja sosial dengan klien dapat dikembangkan dengan baik
7. b. Komunikasi
Prinsip komunikasi ini erat kaitannya dengan kemampuan pekerja sosial untuk menangkap informasi
ataupun pesan yang dikemukakan oleh klien, baik dalam bentuk komunikasi yang verbal, yang
diungkapkan klien ataupun sistem klien, maupun bentuk komunikasi nonverbal, seperti cara duduk klien,
posisi ataupun letak duduk dalam suatu pertemuan dengan anggota keluarga yang lain, cara bicara, cara
berpakaian, dan lain sebagainya.
Bila suatu ketika lawan bicara tidak dapat mengungkapkan apa yang dirasakannya, seorang pekerja
sosial diharapkan dapat membantunya untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan agar dapat menelaah
permasalahannya secara lebih jelas.
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh pekerja sosial adalah menyadari ekspektasi (harapan) dari klien,
sehingga komunikasi antara klien ataupun sistem klien dengan pekerja sosial daapat tetap terjaga. Dalam
kaitannya dengan hal ini, seorang pekerja sosial diharapkan dapat member kesempatan kepada klien
untuk mengemukakan apa yang ia rasakan, misalnya perasaan takut, marah, benci, sedih, gembira, dan
lain sebagainya. Dengan mengemukakan apa yang dirasakan, diharapkan akan sedikit dapat
meringankan beban yang menghimpit klien, sehingga hubungan antara pekerja sosial dengan klien dapat
semakin berkembang.
8. Kerahasiaan.
Apapun data atau pun perihal tentang klien wajib di jaga kerahasiaannya.
9.
2. Perencanaan (Planning); yaitu tahap untuk menyusun dan mengembangkan layanan yang menyeluruh
untuk klien sesuai dengan hasil asesmen.
Hasil-hasil identifikasi masalah yang didapatkan dari tahap asesmen (sesuai keinginan klien, masalah
kebutuhannya, serta sumber daya yang tersedia), kemudian disusun menjadi suatu formulasi masalah,
dan selanjutnya dapat ditetapkan prioritas masalah yg digunakan untuk menyusun perencanaan
Penetapan tujuan harus individual dan harus realistis berdasarkan hasil yang didapat dari asesmen, serta
tujuan yang tercapai.
contoh; klien yang memiliki masalah disabilitas psikososial atau sulit berkomunikasi dengan orang
sekitarnya atau tidak ada keterampilan untuk melakukan pekerjaan, maka perlu direncanakan intervensi
dengan menghubungkan klien pada program day care.
Selanjutnya harus ditentukan tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang akan dicapai oleh klien
● Berdasarkan contoh di atas maka dapat ditetapkan tujuan jangka pendek dan panjang sbb:
- Tujuan jangka pendek yang ditetapkan pada klien ini, adalah : meningkatkan kemampuan
berkomunikasi dan mandiri
- Tujuan jangka panjang : mengurangi stresor yang dapat menyebabkan depresi dan kekambuhan
penyakit, sehingga dapat mengurangi terjadinya penurunan kondisi fisik dan psikis, serta memperbaiki
kualitas hidup.
Dalam upaya penetapan tujuan ini tentunya harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan tim
multidisiplin berkaitan dengan penyusunan;
● Dalam upaya penetapan tujuan ini tentunya harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan tim
multidisiplin berkaitan dengan penyusunan;
- jenis pelayanan yang akan diberikan
- sumber-sumber pelayanan yang mudah didapat klien, dan
- penentuan anggota staf tim yang bertanggung jawab terhadap pelayanan yang diberikan.
●Tahap selanjutnya adalah untuk menentukan keberhasilan program manajamen kasus yang dilakukan
terhadap klien, maka perlu disusun kriteria evaluasi;
● Contoh ;
klien yang sulit berkomunikasi. Adapun kriteria evaluasinya yaitu; mampu memulai, memelihara, dan
mengakhiri pembicaraan, mampu menemukan topik pembicaraan, serta mampu melakukan kontak
mata yang adekuat (penetapan kriteria evaluasi pun harus dikonsultasikan dg tim multidisiplin).
● Tahapan selanjutnya adalah menentukan target waktu bagi pencapaian tujuan.
Selain itu, staf manajamen kasus menyusun rencana utk mengantisipasi keadaan krisis ataupun kejadian
di luar dugaan yg mungkin terjadi pada saat program sedang berlangsung
3. Pelaksanaan (Implementation) ;
Menjamin terpenuhinya kebutuhan klien sesuai perencanaan yang telah dibuat.
Mulai dari perencanaan hingga melakukan pelaksanaan, dilihat sejauh mana manajamen kasus
memberikan pelayanan kepada klien untuk memenuhi kebutuhannya.
● Contoh ; konseling, bimbingan mental dan ketrampilan, dsb. Apakah dukungan ini dapat disediakan
sendiri atau harus bekerja sama dengan agensi lainnya? Bila terjadi keadan krisis yang tidak terduga,
maka harus dijamin tersedianya jasa pelayanan yang sesuai untuk mengatasinya
4. Pengawasan (Monitoring) : mengevaluasi dan memantau jasa pelayanan yang telah diberikan kepada
klien.
Faktor-faktor yang dievaluasi meliputi; kuantitas dan kualitas pelayanan, termasuk efektivitas
penggunaan biaya dan kesesuaian pelaksanaan pelayanan dengan tujuan yang ditetapkan.
Selain itu, harus diketahui ada tidaknya kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi atau adanya
kesenjangan antara kebutuhan dengan sumber daya dan pelayanan yang ada.
5. Pendampingan : mendampingi dan memberikan bimbingan lanjutan kepada klien.
Tahap pendampingan terhadap klien berlangsung terus-menerus selama program manajamen kasus,
bertujuan agar dapat diketahui apakah pelayanan yang diberikan sesuai dengan yang direncanakan
sebelumnya.
Contoh: klien yang telah direncanakan mendapat pelayanan day care, ternyata tidak dilakukan oleh
agen pelayanan, sehingga manajer kasus dapat mempertanyakan hal tersebut atas nama klien
6. Pengakhiran (Termination): mengambil tindakan untuk menyelesaikan atau meneruskan suatu
program manajemen kasus pada seorang klien, dimana klien dipersiapkan utk mengakhiri program,
disiapkan melalui masa transisi, dan kemudian dilepaskan untuk mengikuti program tanpa
pendampingan, setelah itu baru klien benar-benar dapat keluar dari program.
Pada masa transisi, manajer kasus mengajak klien untuk berperan aktif merencanakan kegiatan dan
pemenuhan kebutuhannya secara mandiri.
Manajemen kasus merupakan suatu pendekatan dalam pemberian pelayanan yang ditujukan untuk
menjamin agar klien yang mempunyai masalah ganda dan kompleks dapat memperoleh semua
pelayanan yang dibutuhkannya secara tepat. Kasus di sini adalah orang dalam situasi meminta atau
mencari pertolongan. Dalam masalah penyalahgunaan NAPZA, orang yang mencari pertolongan dapat
pada para penyalahguna NAPZA langsung, keluarga atau orang lain. Dalam manajemen kasus ini, pekerja
sosial melaksanakan peranan sebagai manajer kasus (case manager). Identifikasi dan menyeleksi kepada
individu untuk mendapatkan hasil pelayanan , yang dapat berdampak positif pada kualitas hidup melalui
managemen kasus
Fungsi ini merujuk pada pengumpulan informasi dan memformulasikan suatu asesment kebutuhan
klien, situasi kehidupan dan sumber-sumber yang ada serta penggalian potensi klien.
Pekerja social mengidentifikasi berbagai pelayanan yang dapat diakses untuk memenuhi kebutuhan
klien. Klien dan keluarganya serta orang lain yang berpengaruh secara bersama-sama merumuskan
tujuan dan merancangnya dalam suatu rencana intervensi yang terintegrasi.
Seperti peranannya sebagai broker, manaer kasus harus menghubungkan klien dengan sumber-sumber
yang tepat. Peranan manager kasus dapat berbeda –beda walaupun pekerja social yang utamanya
sebagai partisipan aktif dalam menyampaikan pelayanan kepada individu atau keluarga. Manager kasus
menekankan pada koordinasi dengan sumber sumber yang digunakan klien dengan menjadi saluran dan
berkomunikasi dengan sumber-sumber pelayanan.
Manager kasus secara regular menindaklanjuti hubungan dengan klien dan penyedia pelayanan untuk
menjamin bahwa pelayanan yang dibutuhkan dapat diterima dan dimanfaatkan oleh klien.
b) Rehabilitasi kejiwaan klien yang berperilaku maladaptif berubah menjadi adaptif yang penting
adalah psikoterapi baik secara individual maupun secara kelompok. Yang termasuk rehabilitasi kejiwaan
ini adalah psikoterapi/konsultasi keluarga terutama keluarga broken home.
c) Rehabilitasi komunitas berupa program terstruktur yang diikuti oleh mereka yang tinggal dalam satu
tempat. Dipimpin oleh mantan pemakai yang dinyatakan memenuhi syarat sebagai konselor, setelah
mengikuti pendidikan dan pelatihan. Di sini klien dilatih keterampilan mengelola waktu dan perilakunya
secara efektif dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga dapat mengatasi keinginan mengunakan
narkoba lagi atau nagih (craving) dan mencegah relaps.
http://hsvfhavfhbhv.blogspot.com/2017/03/makalah-penyalahgunaan-napza.html
http://lailatulmamluah2406.blogspot.com/
http://getaliadeaqorisyah.blogspot.com/2018/04/manajemen-kasus-pada-klien-dengan_85.html
http://stefanowidhy123.blogspot.com/2018/04/manajemen-kasus-pada-klien-dengan.html
http://intanhblogspot.blogspot.com/2018/04/manajement-kasus-pada-klien-dengan.html
http://akpersehat-binjai.ac.id/data/1544753780.pdf
http://wwwdayatranggambozo.blogspot.com/2011/03/menejemen-kasus-pejerjaan-sosial.html
http://media.kemsos.go.id/images/350MANAJEMEN_KASUS_DALAM_.pdf
https://sitiativa.wordpress.com/2012/04/07/prinsip-pekerjaan-sosial/