Anda di halaman 1dari 15

“Menghitung Keamanan Balok Beton Bertulang Berdasarkan Momen Rencana

(Mr)”

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peraturan dan standar persyaratan struktur bangunan pada hakikatnya ditujukan
untuk kesejahteraan umat manusia, untuk mencegah korban manusia. Oleh karena itu,
peraturan struktur bangunan harus menetapkan syarat minimum yang berhubungan
dengan segi keamanan. Dengan demikian perlu disadari bahwa suatu peraturan
bangunan bukanlah hanya diperlukan sebagai petunjuk praktis yang disarankan untuk
dilaksanakan, bukan hanya merupakan buku pegangan pelaksanaan, bukan pula
dimaksudkan untuk menggantikan pengetahuan, pertimbangan teknik, serta
pengalaman-pengalaman di masa lalu. Suatu peraturan bangunan tidak membebaskan
tanggung jawab pihak perencana untuk menghasilkan struktur bangunan yang
ekonomis dan yang lebih penting, adalah keamanan.
Tujuan utama desain struktur adalah untuk mendapatkan struktur yang aman
terhadap beban atau efek beban yang bekerja selama masa penggunaan bangunan.
Struktur dan unsur-unsurnya harus direncanakan untuk memikul beban cadangan di
atas beban yang diharapkan bekerja dibawah keadaan normal. Kapasitas cadangan
yang demikian disediakan untuk memperhitungkan beberapa faktor yang dapat
digolongkan dalam dua kategori umum; yaitu faktor yang berhubungan dengan
pelampauan beban dan faktor yang berhubungan dengan kekurangan kekuatan (yaitu
kekuatan yang kurang daripada harga yang diperoleh dengan menggunakan prosedur
perhitungan yang dapat diterima). Bila intensitas dan efek beban yang bekerja
diketahui dengan pasti, maka struktur dapat dibuat aman dengan cara memberikan
kapasitas kekuatan yang sedikit lebih besar daripada efek beban.
Akan tetapi, sering kali dirasakan adanya ketidakpastian, baik ketika menentukan
beban-beban yang akan bekerja pada struktur, maupun dalam hal kekuatan struktur
dalam menahan beban tersebut. Ketidakpastian karena adanya variabilitas penampilan
struktur dapat disebabkan oleh variasi kekuatan dan kekakuan beton akibat mutu
material yang tidak seragam, kualitas pelaksanaan yang mempengaruhi kepadatan dan
gradasi kekuatan beton, variasi dimensi elemen-elemen struktur, geometri struktur,
penempatan tulangan dalam setiap elemen, dan efek-efek lain yang merugikan.
Untuk mengatasi hal tersebut diatas digunakanlah faktor keamanan atau angka
keamanan, dengan kekuatan struktur diusahakan sama atau lebih besar dari perkalian
antara angka keamanan dengan beban kerja. Dengan kata lain, angka kemanan ini
dimaksudkan untuk menjamin bahwa kapasitas struktur selalu lebih besar daripada
beban kerja. Angka keamanan juga sering dipandang sebagai perbandingan antara
tegangan leleh terhadap tegangan beban layan, namun pandangan ini tentu saja tidak
berlaku bila efek nonlinear turut diperhitungkan. Sehingga angka keamanan
didefenisikan sebagai rasio beban yang dapat menimbulkan keruntuhan terhadap
beban kerja.

1
Variabilitas di dalam perbandingan dari kekuatan terhadap beban kerja di dalam
metode tegangan kerja merupakan suatu faktor utama di dalam peralihan kepada
pengunaan dari metoda rencana kekuatan.
Peraturan SNI memisahkan provisi keamanan dalam faktor U untuk
pelampauan beban dan faktor ø untuk kekurangan kekuatan. Persamaan dasar untuk
pelampauan beban (SNI 03-2847-2002) untuk struktur pada lokasi dan proporsi yang
sedemikian hingga pengaruh dari angin dan gempa dapat diabaikan, adalah :
U = 1,2D + 1,6L
Di mana :
U = kekuatan yang diperlukan (berdasarkan kemungkinan pelampauan beban)
D = beban mati pada keadaan layan
L = beban hidup

Tujuan dari suatu provisi keamanan adalah untuk membatasi kemungkinan dari
keruntuhan dan juga untuk memberikan struktur yang ekonomis. Jelaslah kiranya bila
biaya tidak menjadi bahan pertimbangan, adalah mudah untuk merencanakan suatu
struktur yang kemungkinan keruntuhannya adalah nol.
Untuk mencapai faktor keamanan yang cocok, maka kepentingan relatif dari
beberapa hal harus ditetapkan. Beberapa diantara hal-hal tersebut adalah :
1. Keseriusan dari keruntuhan, apakah terhadap manusia atau harta benda.
2. Realibilitas dari pengerjaan dan pemeriksaan.
3. Ekspektasi dan besarnya pelampauan beban.
4. Pentingnya suatu unsur di dalam struktur.
5. Kesempatan untuk aba-aba peringatan sebelum keruntuhan.

Dengan menetapkan persentase untuk hal-hal diatas dan dengan mengevaluasi


kondisi lingkungan untuk suatu kondisi, faktor yang memadai untuk keamanan dapat
ditentukan untuk setiap hal.
Penerapan faktor keamanan dalam struktur bangunan di satu pihak bertujuan
untuk mengendalikan kemungkinan terjadinya runtuh yang membahayakan bagi
penghuni, di lain pihak harus juga memperhitungkan faktor ekonomi bangunan.
Sehingga untuk mendapatkan faktor keamanan yang sesuai, perlu ditetapkan
kebutuhan relatif yang ingin dicapai untuk dipakai sebagai dasar konsep faktor
keamanan tersebut (untuk menentukan kuat rencananya). Struktur bangunan dan
komponen-komponennya harus direncanakan untuk mampu memikul beban lebih di
atas beban yang diharapkan bekerja. Kapasitas lebih tersebut disediakan untuk
memperhitungkan dua keadaan, yaitu kemungkinan terdapatnya beban kerja yang
lebih besar dari yang ditetapkan dan kemungkinan terjadinya penyimpangan kekuatan
komponen struktur akibat bahan dasar ataupun pengerjaan yang tidak memenuhi
syarat.
Kriteria dasar kuat rencana dapat diungkapkan sebagai berikut:
Kekuatan yang tersedia ≥ Kekuatan yang dibutuhkan

2
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah berjudul “Menghitung Keamanan Balok Beton
Bertulang Berdasarkan Momen Rencana (Mr)” ini adalah :
1) Untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Pemrograman oleh Bu Ferra Fahriani
S.T.,M.T.
2) Untuk menjelaskan teori-teori secara mendetail tentang program “Menghitung
Keamanan Balok Beton Bertulang Berdasarkan Momen Rencana (Mr)” yang telah
penulis buat di Microsoft Excel.

1.3 Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai literature tentang menghitung keamanan suatu balok beton bertulang yang
bisa digunakan siapa saja.
2. Untuk mengetahui kriteria-kriteria yang bagaimana suatu design struktur bangunan
bisa disebut aman.
3. Untuk mengetahui bagaimana program yang dibuat dalam menghitung keamanan
suatu balok beton bertulang.

3
BAB 2
TEORI

2.1 Teori Tentang Microsoft Excel


Microsoft Excel atau Microsoft Office Excel adalah sebuah program aplikasi
lembar kerja spreadsheet yang dibuat dan didistribusikan oleh Microsoft Corporation
untuk sistem operasi Microsoft Windows dan Mac OS. Aplikasi ini memiliki fitur
kalkulasi dan pembuatan grafik yang baik. Microsoft Excel merupakan perangkat lunak
untuk mengolah data secara otomatis meliputi perhitungan dasar, penggunaan fungsi-
fungsi, pembuatan grafik dan manajemen data. Perangkat lunak ini sangat membantu
untuK menyelesaikan permasalahan administratif
mulai yang paling sedernaha sampai yang lebih kompleks. Permasalahan sederhana
tersebut misalnya membuat rencana kebutuhan barang meliputi nama barang, jumlah
barang dan perkiraan harga barang. Permasalahan ini sebenarnya dapat juga
diselesaikan menggunakan Microsoft Word karena hanya sedikit memerlukan proses
perhitungan, tetapi lebih mudah diselesaikan dengan Microsoft Excel. Penyelesaian
permasalahan yang komplek juga dapat memanfaatkan pemograman macro yang
disediakan oleh Excel agar proses penggunaan lebih mudah.
Macro adalah Sebuah fasilitas yang dimiliki Microsoft Excel yang dapat
digunakan untuk merekam semua tindakan dan perintah yang dilakukan pada program
Excel. Macro juga merupakan kumpulan perintah-perintahMacro adalah kumpulan
perintah – perintah dalam word yang dirangkai menjadi suatu perintah, jadi pekerjaan
yang berulang – ulang dapat dilakukan secara mudah dan otomatis. Tujuan pembuatan
Macro adalah agar semua perintah yang user berikan akan direkam oleh aplikasi Excel
dengan bahasa Visual Basic dan ditampilkan pada program bantu Microsoft Visual
Basic Editor.
Langkah-langkah yang digunakan untuk membuat macro pada Microsoft Excel:
1) Buka Ms. Excel atau pilih data
2) Cara mencari nilai rata-rata menggunakan macro :
3) Klik developer atau view => pilih macro => pilih record macro
4) Pada macro name, isi Judul Macro yang ingin di buat=> shortcut key tulis ctrl+k
atau yang lainnya (sesuka para pembaca) => klik ok
5) Tulis rumus rata-rata pada sheet (Microsoft Excel) atau pada kertas lembar
Microsoft (Microsoft Word)=> klik developer atau view => macro => pilih stop
recording.
Prosedur untuk menghapus perintah Macro adalah :
 Pilih menu Tools – Macro – Macros
 Pilih salah satu nama perintah macrorecorder yang ada pada kotak pilihan
Macro Name
 Tekan tombol delete untuk menghapus salah satu nama dari perintah macro
recorder
 Tekan tombol Yes untuk memastikan penghapusan atau No untuk membatalkan

4
2.2 Teori Tentang Menghitung Keamanan Balok Beton Bertulang
Berdasarkan Momen Rencana (Mr).
2.2.1 Kekuatan Beton Bertulang
Menurut SNI 03-2847-2002, pada perhitungan struktur beton bertulang, ada
beberapa istilah untuk menyatakan kekuatan suatu penampang sebagai berikut :
1. Kuat nominal (Pasal 3.28)
2. Kuat rencana (Pasal 3.30)
3. Kuat Perlu (Pasal 3.29)

Kuat nominal (Rn) diartikan sebagai kekuatan suatu komponen struktur atau
penampang yang dihitung berdasarkan ketentuan dan asumsi metode perencanaan
sebelum dikalikan dengan nilai faktor reduksi kekuatan yang sesuai. Pada penampang
beton bertulang, nilai kuat nominal bergantung pada dimensi penampang, jumlah dan
letak tulangan, serta mutu beton dan baja tulangan. Jadi pada dasarnya kuat nominal
ini adalah hasil hitungan kekuatan yang sebenarnya dari keadaan struktur beton
bertulang pada keadaan normal.
Kuat rencana (Rr) diartikan sebagai kekuatan suatu komponen struktur atau
penampang yang diperoleh dari hasil perkalian antara kuat nominal Rn dan faktor
reduksi kekuatan Ø.
Kuat perlu (Ru) diartikan sebagai kekuatan suatu komponen struktur atau
penampang yang diperlukan untuk menahan beban terfaktor atau momen dan gaya
dalam yang berkaitan dengan beban tersebut dalam suatu kombinasi beban U.
Karena pada dasarnya kuat rencana Rr, merupakan kekuatan gaya dalam
(berada di dalam struktur), sedangkan kuat perlu Ru merupakan kekuatan gaya luar (di
luar struktur) yang bekerja pada struktur, maka agar perencanaan struktur dapat dijamin
keamanannya harus dipenuhi syarat berikut:
Kuat rencana Rr harus >= Kuat perlu Ru

5
2.2.2 Prinsip Hitungan Struktur Beton Bertulang
Hitungan struktur beton bertulang pada dasarnya meliputi 2 buah hitungan,
yaitu hitungan yang berkaitan dengan gaya luar dan hitungan yang berkaitan dengan
gaya dalam. Pada hitungan dari gaya luar, maka harus disertai dengan faktor keamanan
yang disebut faktor beban sehingga diperoleh kuat perlu Ru. Sedangkan pada hitungan
dari gaya dalam, maka disertai dengan faktor aman yang disebut faktor reduksi
kekuatan Ø sehingga diperoleh kuat rencana Rr = Ø*Rn. Selanjutnya, agar struktur
mampu memikul beban dari luar yang bekerja pada struktur tersebut, maka harus
dipenuhi syarat bahwa kuat rencana Rr = Ø*Rn minimal sama dengan kuat perlu Ru.
Prinsip hitungan struktur beton bertulang yang menyangkut gaya luar dan gaya
dalam tersebut secara jelas dapat dilukiskan dalam bentuk skematis, seperti tampak
pada gambar di bawah ini :
Skema Dasar Hitungan Beton Bertulang

Hitungan struktur beton


bertulang

Hitungan gaya luar Hitungan gaya dalam

Momen gaya Beban mati, beban


geser,torsi, dan lainnya hidup, beban gempa,
dan lainnya

Kuat nominal Rn

Kuat rencana Rr = Ø*Rn Kuat perlu Ru

Syarat: Rr atau Ø*Rn >= Ru

Catatan :
1. Pada perencanaan/hitungan beton bertulang harus dipenuhi 2 syarat,yaitu:

6
a) Momen rencana Mr harus >= momen perlu Mu (Kuat rencana Rr harus >=
Kuat perlu Ru)
b) Regangan tekan beton ɛc’ harus <= regangan batas ɛcu’ (0,003)
2. Untuk menghitung tulangan longitudinal balok, dipakai persamaan berikut :
𝑴𝒏 𝑴𝒖
 ( 𝑲 = 𝒃∗𝒅² atau 𝑲 = ф∗𝒃∗𝒅² )
𝟐𝑲
 ( a = (1-√𝟏 − 𝟎.𝟖𝟓∗𝒇𝒄′ )*d)
𝟎,𝟖𝟓∗𝒇𝒄′ ∗𝒂∗𝒃
 ( As = )
𝒇𝒚
3. Untuk menghitung momen rencana Mr dilaksanakan sebagai berikut :
a) Dengan menyamakan antara Ts pada persamaan (Ts = AS*fy) dan Cc pada
persamaan (Cc = 0,85*fc’*a*b), diperoleh tinggi blok tegangan tekan beton
persegi ekivalen a sebagai berikut:
𝑨𝒔∗𝒇𝒚
 a = 𝟎,𝟖𝟓∗𝒇𝒄′ ∗𝒃
b) Dihitung momen nominal Mn dengan persamaan (Mn = Cc*(d-0,5a) atau Mn
= TS*(d-0,5a)) kemudian momen rencana (Mr = Ø* Mn) dengan Ø = 0,8
𝒂∗ɛ𝒚
4. Regangan tekan beton ɛc’ dihitung dengan persamaan (ɛc’ = 𝜷∗𝒅−𝒂)

2.2.3 Perencanaan Kekuatan Struktur Beton Bertulang


Perencanaan komponen struktur beton dilakukan sedemikian rupa sehingga
tidak timbul retak berlebihan pada penampang sewaktu mendukung beban kerja, dan
masih mempunyai cukup keamanan serta cadangan kekuatan untuk menahan beban
dan tegangan lebih lanjut tanpa mengalami runtuh. Timbulnya tegangan-tegangan
lentur akibat terjadinya momen karena beban luar, dan tegangan tersebut merupakan
faktor yang menentukan dalam menetapkan dimensi geometris penampang
komponen struktur. Proses perencanaan atau analisis umumnya dimulai dengan
memenuhi persyaratan terhadap lentur, kemudian baru segi-segi lainnya, seperti
kapasitas geser, defleksi retak, dan panjang penyaluran, dianilisis sehingga
keseluruhannya memenuhi syarat. Anggapan-anggapan yang dipakai sebagai dasar
untuk metode kekuatan (ultimit) pada dasarnya mirip dengan yang digunakan untuk
metode tegangan kerja. Perbedaannya terletak pada kenyataan yang didapat dari
berbagai hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tegangan beton kira-kira
sebanding dengan regangannya hanya sampai pada tingkat pembebanan tertentu.
Pada tingkat pembebanan ini, apabila beban ditambah terus, keadaan sebanding akan
lenyap dan diagram tegangan tekan pada penampang balok beton akan berbentuk
setara dengan kurva tegangan-regangan beton tekan.
Pendekatan dan pengembangan metode perencanaan kekuatan didasarkan atas
anggapan-anggapan sebagai berikut :
1. Bidang penampang rata sebelum terjadi lenturan, tetap rata setelah terjadi lenturan
dan tetapi berkedudukan tegak lurus pada sumbu bujur balok (prinsip Bernoulli).
Oleh karena itu, nilai regangan dalam penampang komponen struktur terdistribusi
linear atau berbanding lurus terhadap jarak ke garis netral (prinsip Navier).
2. Tegangan sebanding dengan regangan hanya sampai pada kira-kira beban sedang,
dimana tegangan beton tekan tidak melampaui ± ½ fc’. Apabila beban meningkat
sampai beban ultimit, tegangan yang timbul tidak sebanding lagi dengan

7
regangannya berarti distribusi tegangan tekan tidak lagi linear. Bentuk blok
tegangan beton tekan pada penampangnya berupa garis lengkung dimulai dari
garis netral dan berakhir pada serat tapi tekan terluar. Tegangan tekan maksimum
sebagai kuat tekan lentur beton pada umumnya tidak terjadi pada serat tepi terluar,
tetapi agak masuk kedalam.
3. Dalam memperhitungkan kapasitas momen ultimit komponen struktur, kuat tarik
beton diabaikan (tidak diperhitungkan) dan seluruh gaya tarik dilimpahkan
kepada tulangan baja tarik.

8
BAB 3
ALOGARITMA

3.1 Kalimat
 INPUT
 π (ketetapan)
 D ( Diameter Tulangan (mm))
 n ( Jumlah Tulangan )
 Fy ( Tegangan Tarik Baja Tulangan pada saat leleh (MPa))
 Fc’ (Tegangan Tekan Beton (MPa))
 b (Lebar Penampang Balok (mm))
 Ø (Ketetapan Faktor Reduksi )
 h ( Tinggi Penampang Balok (mm))
 ds (Jarak Antara Titik Berat Tulangan Tarik dan Tepi Serat Beton Tarik
(mm))
 Mu ( Momen Perlu (Nmm))

 PROSES
𝜋
1. Proses 1 : Luas Tulangan Tarik (As) = 4 ∗ D² ∗ n
2. Proses 2 : Tinggi Blok Tegangan Beton Tekan Persegi Ekivalen
As∗Fy
(a) = 0.85∗Fc′∗b
3. Proses 3 : Tinggi Efektif Penampang Balok (d) = h-ds
4. Proses 4 : Momen Nominal Aktual (Mn) = As*Fy*(d-0,5a)
5. Proses 5 : Momen Rencana (Mr) = Ø*Mn
 Mr >= Mu : AMAN
 Mr <= Mu : TIDAK AMAN

 OUTPUT
 Luas Tulangan Tarik (As)
 Tinggi Blok Tegangan Beton Tekan Persegi (a)
 Tinggi Efektif Penampang Balok (d)
 Momen Nominal Aktual (Mn)
 Momen Rencana (Mr)
 Kondisi Balok (Mr >= Mu : AMAN atau Mr <= Mu : TIDAK AMAN)

9
2.3 Flowchart

MULAI

Mn = As*Fy*(d-0,5a)

22
 π= atau 3,14
7
 Ø = 0,80 Mn

Mr = Ø*Mn
 D
 n
 Fy
Mr
 Fc’
 b
 h
 ds
Mr >= Mu
𝜋
Ya
As = ∗ D² ∗ n
4

Aman
Tidak
As Tidak
Aman
Selesai
As∗Fy
a=
0.85∗Fc′∗b
Selesai

d = h-ds

10
BAB 4
CONTOH PROGRAM

11
 SCRIPT HITUNG

Sub hitung()
'
' hitung Macro
'
'
Range("F4").Select
ActiveCell.FormulaR1C1 = "=(1/4*RC[-3]*R[2]C[-3]*R[2]C[-3]*R[4]C[-3])"
Range("F6").Select
ActiveCell.FormulaR1C1 = "=((R[-2]C*R[4]C[-3])/(0.85*R[6]C[-3]*R[8]C[-3]))"
Range("F8").Select
ActiveCell.FormulaR1C1 = "=(R[12]C[-3]-R[14]C[-3])"
Range("F10").Select
ActiveCell.FormulaR1C1 = "=((R[-6]C*RC[-3](R[-2]C-(0.5*R[-4]C)))/1000000)"
Range("F11").Select
Columns("F:F").ColumnWidth = 12.29
Columns("F:F").ColumnWidth = 13.43
Columns("F:F").ColumnWidth = 14.29
Range("F10").Select
ActiveCell.FormulaR1C1 = "=((R[-6]C*RC[-3](R[-2]C-(0.5*R[-4]C))/1000000))"
Range("F10").Select
ActiveCell.FormulaR1C1 = "=((R[-6]C*RC[-3](R[-2]C-(0.5*R[-4]C)))/1000000)"
Range("F10").Select
ActiveCell.FormulaR1C1 = "=(R[-6]C*RC[-3](R[-2]C-(0.5*R[-4]C)))"
Range("F10").Select
ActiveCell.FormulaR1C1 = "=(R[-6]C*RC[-3](R[-2]C-(0.5*R[-4]C)))"
Range("F10").Select
ActiveCell.FormulaR1C1 = "=((R[-6]C*RC[-3]*(R[-2]C-(0.5*R[-4]C)))/1000000)"
Range("F12").Select
ActiveCell.FormulaR1C1 = "=(R[4]C[-3]*R[-2]C)"
Range("F14:G14").Select
ActiveCell.FormulaR1C1 = "=IF(R[-2]C>=R[4]C[-3],""AMAN"",""TIDAK AMAN"")"

12
Range("F15").Select
End Sub

 SCRIPT HAPUS

Sub HAPUS()
'
' HAPUS Macro
'
'
Range("C4").Select
Selection.ClearContents
Range("C5").Select
Selection.ClearContents
Range("C6").Select
Selection.ClearContents
Range("C8").Select
Selection.ClearContents
Range("C10").Select
Selection.ClearContents
Range("C12").Select
Selection.ClearContents
Selection.ClearContents
Range("C14").Select
Selection.ClearContents
Range("C16").Select
Selection.ClearContents
Range("C18").Select
Selection.ClearContents
Range("C20").Select
Selection.ClearContents
Range("C22").Select

13
Selection.ClearContents
Range("F4").Select
Selection.ClearContents
Range("F6").Select
Selection.ClearContents
Range("F8").Select
Selection.ClearContents
Range("F10").Select
Selection.ClearContents
Range("F12").Select
Selection.ClearContents
Range("F14:G14").Select
Selection.ClearContents
End Sub

14
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
1. Tujuan utama desain struktur adalah untuk mendapatkan struktur yang aman terhadap
beban atau efek beban yang bekerja selama masa penggunaan bangunan. Struktur dan
unsur-unsurnya harus direncanakan untuk memikul beban cadangan di atas beban
yang diharapkan bekerja dibawah keadaan normal.
2. Karena pada dasarnya kuat rencana Rr, merupakan kekuatan gaya dalam (berada di
dalam struktur), sedangkan kuat perlu Ru merupakan kekuatan gaya luar (di luar
struktur) yang bekerja pada struktur, maka agar perencanaan struktur dapat dijamin
keamanannya harus dipenuhi syarat berikut:
Kuat rencana Rr harus >= Kuat perlu Ru
3. Pada perencanaan/hitungan beton bertulang harus dipenuhi 2 syarat,yaitu:
a) Momen rencana Mr harus >= momen perlu Mu (Kuat rencana Rr harus >= Kuat
perlu Ru)
b) Regangan tekan beton ɛc’ harus <= regangan batas ɛcu’ (0,003)

5.2 Saran
1. Untuk mendapatkan faktor keamanan yang sesuai, perlu ditetapkan kebutuhan relatif
yang ingin dicapai untuk dipakai sebagai dasar konsep faktor keamanan tersebut
(untuk menentukan kuat rencananya).
2. Sebaiknya struktur bangunan dan komponen-komponennya harus direncanakan
untuk mampu memikul beban lebih di atas beban yang diharapkan bekerja.
3. Gunakanlah faktor keamanan atau angka keamanan untuk mengatasi adanya
ketidakpastian ketika menentukan beban-beban yang akan bekerja pada struktur,
maupun dalam hal kekuatan struktur dalam menahan beban tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Asroni, Ali.2010.”Balok Dan Pelat Beton Bertulang”.Yogyakarta:Graha Ilmu.

15

Anda mungkin juga menyukai