PENDAHULUAN
Golongan ini memiliki persebaran sangat luas yang tersebar diseluruh bagian
tertinggi. Paku menyukai tempat yang memiliki naungan sehingga paku juga
merupakan salah satu tumbuhan yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi
ekosistem hutan karena berperan melindungi tanah dari erosi serta sebagai
Menurut Loveless (1999), tumbuhan paku dapat tumbuh pada habitat yang
berbeda. Paku memiliki daya adaptasi hidup yang tinggi sehingga tidak jarang
dijumpai tumbuhan paku dapat hidup diberbagai tempat. Sekitar 3.000 spesies
Raya Sultan Syarif Hasyim (Roza 2013, Sofiyanti et al. 2014), keanekaragaman
jenis tumbuhan paku di Bukit Batu Giam Siak Kecil Bengkalis (Haryanti 2013),
Pekanbaru (Sofiyanti 2013, Tamba 2017), Hutan CPI Rumbai (Wulandari, 2016;
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau (UIN SUSKA RIAU)
memiliki luas 80,50 Ha dan sebagian kawasan masih terdiri dari hutan kampus
1
yang merupakan daerah persebaran tumbuhan paku. Namun belum pernah
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau agar dapat menjaga,
dibumi.
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau merupakan salah satu
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau dijumpai berbagai macam tumbuhan berupa
1.3. Tujuan
jenis tumbuhan paku yang tumbuh di lingkungan Universitas Islam Negeri Sultan
morfologi.
2
1.4. Manfaat
tumbuhan paku yang ada di lingkungan kampus Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau serta dapat dimanfaatkan sebagai referensi belajar tambahan
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
memiliki campuran sifat dan bentuk antara lumut dan tumbuhan tingkat tinggi
karena tumbuhan paku merupakan peralihan antara tumbuhan talus dan tumbuhan
bagian tubuhnya dapat di bedakan dalam tiga bagian pokok yaitu, akar, batang
paku dapat tumbuh pada habitat yang berbeda. Paku memiliki daya adaptasi hidup
yang tinggi sehingga tidak jarang dijumpai tumbuhan paku dapat hidup diberbagai
tempat. Paku memiliki persebaran sangat luas yang tersebar diseluruh bagian
dunia mulai daerah tropis hingga dekat kutub utara dan selatan. Persebaran
tersebut mulai dari hutan primer, hutan sekunder, alam terbuka, dataran tinggi
maupun dataran rendah, lingkungan yang basah, lembab, rindang, kebun tanaman,
(paku kawat atau paku rambat), Equisetinae (paku ekor kuda), dan Filicinae (paku
4
Psilotophyta, Lycophyta, Equisotophyta dan Polypodiophyta (Anonim 2017;
Sofiyanti et al. 2017.) Pembagian kelas dapat dilihat pada Tabel 2.1.
1. Lycopodiophyta
Tumbuhan paku ini memiliki ciri sporofit yang sudah memiliki akar, batang
dan daun. Tumbuhan paku pada kelas ini berupa tumbuhan yang menjalar di
5
2. Equisetophyta
Habitat utama paku ekor kuda adalah tempat yang lembab di daerah
subtropis. Paku ekor kuda memiliki batang yang beruas dan pada setiap ruasnya
dikelilingi oleh daun kecil seperti sisik. Equisetophyta disebut sebagai paku ekor
kuda karena bentuk batangnya seperti ekor kuda (Tjitrosoepomo 1989 dalam betty
2018).
3. Psilotophyta
Paku purba meliputi jenis-jenis tumbuhan paku yang sebagian besar telah
punah. Hal ini disebabkan karena tumbuhan paku ini masih tergolong tumbuhan
primitive dan tidak memiliki daun. Psilotophyta juga sering disebut dengan paku
telanjang karena belum terdapat daun-daun seperti pada jenis tumbuhan paku
4. Polypodiophyta
Sebagian besar paku sejati hidup di darat pada daerah tropis dan subtropis.
Paku sejati memiliki batang yang dapat berupa batang dalam (rizom) atau batang
diatas permukaan tanah. Umumnya daun paku sejati berukuran besar dan
memiliki tulang daun yang bercabang. Sedangkan pada daun muda biasanya akan
Tumbuhan paku tersebar luas dari tropika yang lembab hingga melampaui
banyak hidup pada tempat lembap sehingga disebut sebagai tanaman higrofit.
Pada kawasan hutan tropika jenis keanekaragaman tumbuhan paku sangat amat
6
Menurut Tjitrosoepomo (2005), dari segi hidupnya ada jenis tumbuhan paku
yang hidup terestrial (paku tanah), hidup menempel pada pohon-pohon besar
(paku epifit), dan hidup di air (paku air). Paku epifit tidak bersifat parasit, karena
sumber air yang diperoleh langsung dari lingkungan (Ulum 2015). paku epifit
penopang, tidak berakar pada tanah, berukuran lebih kecil dari tumbuhan
satu faktor lingkungan seperti suhu, udara, cahaya kelembaban serta udara dan
tanah. Tumbuhan paku dapat hidup pada kawasan yang memiliki kelembaban
kelompok tumbuhan paku yang hidup di permukaan tanah. Salah satu jenis
dalam tiga bagian pokok yaitu, akar, batang dan daun. Paku di hutan umumnya
segi habitus maupun cara hidupnya. Tumbuhan paku memiliki keperawakan yang
khas yaitu adanya daun muda yang bergulung dan akan membuka ketika dewasa.
Ciri yang hampir unik ini disebut vernasi bergelung karena lambatnya
7
awalnya (Loveless, 1989). Tumbuhan paku memiliki beranekaragam jenis, ada
jenis tumbuhan paku yang berukuran sangat kecil dengan daun yang kecil pula
serta memiliki struktur yang masih sederhana. Namun, ada juga tumbuhan paku
yang besar dengan ukuran daun dapat mencapai 2m atau lebih dengan struktur
Akar adalah organ penting untuk menahan udara di dalam tanah dan
menyerap material anorganik dari dalam tanah. Akar paku berupa akar serabut.
Akar tumbuhan paku bersifat endogen dan tumbuh kesamping dari batang. Akar
yang berasal dari embrio biasanya lenyap dan digantikan dengan akar – akar
seperti rambut, berwarna gelap dan dalam jumlah besar (Tjitrosoepomo, 2005).
Ciri yang paling menonjol dari karakteristik akar tumbuhan paku adalah apakah
memiliki cabang dan berkayu, sedangkan pada tumbuhan paku epifit batangnya
8
tidak nyata (semu), yang tampak hanyalah berupa rhizome. Batang tumbuhan
cabang ke samping, cabang-cabang baru tersebut tidak pernah keluar dari ketiak
daun tunggal, majemuk dan majemuk ganda. Daun tumbuhan paku terdiri dari dua
bagian yaitu tangkai dan helaian daun. Helaian daun tersebut sering disebut
dengan ental. Setiap jenis tumbuhan paku memiliki ental yang khas (Hariyadi
2000).
pembentukan sel kelamin jantan dan betina oleh gametogonium (Loveless 1989).
Daur hidup tumbuhan paku terdiri dari dua fase yaitu gametofit dan sporofit.
Tumbuhan paku yang mudah dilihat merupakan bentuk fase sporofit karena
berbentuk berupa lembaran berwarna hijau seperti jantung dan melekat pada
organ penghasil ovum atau sel telur). Pembuahan memerlukan air sebagai media
menjadi zigot dan tumbuh menjadi tumbuhan paku yang baru (Nanik, 2009).
9
III. METODE PENELITIAN
Kasim Riau didirikan pada tanggal 4 Januari 2005. Lahan kampus mulanya seluas
60 Ha dan pada tahun 2003 sampai dengan 2006 diperluas menjadi 80,50 Ha.
Pada tahun 1995/1996 telah berhasil membangun gedung seluas 5.760 m2 untuk
70 lokal ruang.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Positioning System
(GPS), isolatip, gunting tanaman, tali raffia, sasag, kardus, kertas etiket, kamera,
dan oven. Bahan yang digunakan adalah paku-pakuan yang diambil dari
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, koran, plastik bening dan
alkohol 70%.
10
3.4. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode eksplorasi atau jelajah dengan
observasi langsung di lapangan. Berikut ini adalah bentuk desain penelitian yang
Pengambilan Sampel
Preparasi Sampel
Pembuatan Herbarium
Analisis Data
Pada penelitian ini prosedur kerja yang dilakukan meliputi dua hal yaitu di
3.5.1. Di Lapangan
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode eksplorasi atau jelajah. Pada setiap
11
sampel tumbuhan paku yang ditemukan diambil semua bagiannya (batang, akar
dan daun), diberi etiket gantung yang berisi nomor koleksi, kolektor, tanggal
koleksi, tempat koleksi, habitat, dan karakter lainnya. Sampel dibungkus kedalam
koran, disusun rapi dan berurutan lalu disemprot dengan menggunakan alkohol
70% agar proses pengeringan lebih cepat dan terhindar dari jamur. Selanjutnya
dengan isolatip.
3.5.2. Di Laboratorium
pembuatan herbarium, sampel yang akan dibuat herbarium harus lengkap, terdiri
dari akar, batang dan daun. Pembuatan herbarium dilakukan dengan langkah
kedalam kardus lalu diletakkan diantara dua sasag kayu dan diikat.
kedalam oven dengan suhu 40º-50º C dan disusun tegak lurus. Posisi
sampel didalam oven harus dirubah setiap hari sampai sampel kering
merata. Hal ini harus dilakukan setiap hari karena tumbuhan paku yang
kecil dan tipis biasanya lebih cepat kering dan harus dipisahkan.
12
2. Mounting
dilakukan dengan cara dijahit. Pada proses penempelan posisi sampel harus
3. Pemberian Label
tersebut.
3.5.2.2. Identifikasi
Bogoriense LIPI.
13
4. Untuk memastikan nama latin yang benar dapat di cek
www.theplantlist.org
dan kuantitatif tumbuhan paku yang diamati yaitu akar, batang, daun dan
sorus.
I. Akar
1. Warna rhizome
2. Warna rhizome
3. Warna akar
4. Sisik
5. Diameter
II. Batang
1. Bentuk 7. Permukaan
2. Sisik 8. Posisi tumbuh
3. Bulu 9. Tinggi batang
4. Warna 10. Percabangan batang
5. Diameter 11. Posisi cabang
6. Tipe batang 12. Panjang cabang
III. Daun
14
1. Posisi
2. Bentuk
3. Warna
4. Ukuran
5. Ada tidaknya Indusium
15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kasim Riau di temukan 14 jenis dari 8 famili (Tabel 4.1). Hasil inventarisasi pada
Tabel 4.1 Jenis-jenis tumbuhan paku yang terdapat di Universitas Islam Negeri
No Famili Spesies
1 Blechnaceae 1. Blechnum indicum Burm.f.
2. Stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd.
2 Davalliaceae 1. Davallia denticulata (Burm.f.) Mett. Ex Kuhn
3 Gleicheniaceae 1. Dicranopteris linearis (Burm.f.) Underwood
4 Lycopodiaceae 1. Lycopodiella cernua (L.) Pic.Serm.
5 Lygodiaceae 1. Lygodium microphyllum (Cav.) R.Br.
6 Nephrolepidaceae 1. Nephrolepis hirsitula (G..Forst.) C.Presl
7 Polypodiaceae 1. Phymatosorus scolopendria (Burm.f.) Pic.Serm
16
7.2. Habitus dan Morfologi Tumbuhan Paku di Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau sangat beragam. Habitus
tumbuhan paku yang ditemukan pada kajian ini adalah herba (11 jenis), semak ( 2
jenis) dan liana (1 jenis) sedangkan variasi karakter morfologi pada bagian akar,
batang, daun serta sorus. Keterangan mengenai karakter morfologi dari tumbuhan
paku di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau adalah sebagai
berikut:
4.2.1. Akar
Salah satu bagian dari tumbuhan adalah akar. Akar pada tumbuhan memiliki
peranan penting bagi tumbuhan salah satunya sebagai pengokoh tumbuhan pada
(2006) akar tumbuhan paku berupa akar serabut. Tumbuhan paku pada umumnya
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau terdapat beberapa variasi
warna akar dari coklat muda hingga coklat tua, coklat muda (5 jenis), coklat (2
jenis) dan coklat tua (7 jenis). Contoh tumbuhan paku yang mempunyai warna
hirsutula, Vittaria elongata, Vittaria ensiformis. Akar dengan warna coklat antara
akar yang berwarna coklat tua dapat ditemukan pada jenis Dicranopteris linearis,
17
Lygodium microphyllum, Phymatosorus scolopendria, Phyrrosia angustata,
a b
Gambar 4.1 Warna akar tumbuhan paku di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau, a. Coklat (Stenochlaena palustris), b. coklat tua
(Lygodium microphyllum), c. coklat muda (Vittaria elongata)
4.2.2. Batang
Batang tumbuhan paku pada umumnya disebut rimpang atau rhizom karena
rimpang pada tumbuhan paku sering ditutupi oleh bulu halus, daun dan sisik yang
menyerupai pohon pinang terdapat pada paku pohon yaitu pada famili
diantaranya tegak, melilit, merayap dan menjalar. Pola pertumbuhan batang pada
tumbuhan paku yang ditemukan di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
scolopendri dan Pyrrosia piloselloides, (Gambar 4.2 a dan c). Pola pertumbuhan
18
merayap dan melilit diantaranya ditemukan pada jenis Lygodium microphyllum
(Gambar 4.2 b-c) dan pola pertumbuhan tegak yang ditemukan pada jenis
a b
c d
Gambar 4.2 Pola pertumbuhan batang (rimpang) tumbuhan paku di Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, a. menjalar (Phymatosorus
scolopendria), b. merayap dan melilit (Lygodium microphyllum),
c. menjalar (Pyrrosia piloselloides), d. tegak (Nephrolepis hirsitula).
4.2.3. Daun
Pada umumnya tumbuhan paku memiliki ciri yang khas pada pucuknya
paku yang ditemukan pada penelitian ini memiliki beberapa karakter daun yang
diamati diantaranya tipe daun, bentuk daun, dan ada tidaknya daun steril.
19
Tipe daun yang diamati pada kajian ini digolongkan berdasarkan
pertulangan daun dan ukuruan, jumlah helai daun serta berdasarkan posisi daun
fertil dan steril. Tipe daun berdasarkan pertulangan daun, daun ukuran dibagi
pertulangan daun dan tidak bercabang, dengan ukuran daun yang kecil dan
menyerupai sisik. Sedangkan tipe daun makrofil tulang daun bercabang, dan pada
Dalam penelitian ini hanya ditemukan 1 jenis tumbuhan paku yang memiliki
Lycopodiella cernua atau yang biasa di kenal dengan paku kawat mempunyai
daun menyerupai sisik yang menyelubungi batang dan cabangnya (Gambar 4.3 a),
sedangkan 13 jenis lainnya mempunyai tipe daun makrofil seperti yang dijumpai
20
a b c
d e f
daun tunggal, daun majemuk dan mjemuk ganda. Tipe daun tunggal hanya
helai anak daun lebih dari 1 yang disebut pina, sedangkan daun majemuk ganda,
Tumbuhan paku yang ditemukan dilokasi penelitian juga memiliki tipe daun
yang bervariasi diantaranya, tipe daun tunggal yang ditemukan sebanyak 7 jenis
(Gambar 4.4 d-e) dan daun majemuk ganda ditemukan sebanyak 2 jenis yaitu
21
a b c
d e f
Gambar 4.4 Tipe daun tumbuhan paku di Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau, a-c. Tunggal (a. Phymatosorus
scolopendria, b. Pyrrosia lanceolata, c. Pyrrosia
piloselloides), d-e. Majemuk (d. Nephrolepis hirsutula,
e. Stenochlaena palustris), f. Majemuk ganda (Davallia
denticulata).
Karakter morfologi lainnya yang diamati pada penelitian ini adalah tipe
monomorfik adalah daun yang terdiri dari satu jenis daun yang sama, memiliki
bentuk dan ukuran yang sama, daun yang sudah dewasa dapat menghasilkan
spora. Tipe lain adalah tipe daun polimorfik yang ditemukan pada jenis dengan
lebih dari 2 variasi bentuk daun. Penelitian yang dilakukan di Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau ditemukan jenis tumbuhan paku Lycopodiella
22
a b c
Gambar 4.5 Morfologi daun monomorfik, a. Blechnum indicum,
b. Dicranopteris linearis, c. Vittaria elongata.
Daun dimorfik memiliki dua bentukan daun yaitu fertil dan steril. Daun
steril pada tumbuhan paku bersifat mandul karena tidak bisa menghasilkan spora
saat dewasa (Yuliasmara dan Ardiyani 2013) (gambar 4.7). Kajian pada penelitian
ini hanya dijumpai 1 jenis tipe daun polimorfik yaitu Phymatosorus scolopendria
(Gambar 4.6)
23
a b
Gambar 4.7 Morfologi daun dimorfik, a. Steril, b. Fertil (Davallia denticulata)
Tumbuhan paku yang memiliki daun steril berbentuk segitiga, lanset dan
(Gambar 4.8).
a b c
daun fertil yaitu linear yang berfungsi sebagai penghasil spora dan dapat memiliki
ukuran panjang hingga mencapai 12cm. Bentuk daun fertil yang dijumpai pada
24
4.2.4. Sorus
Tumbuhan paku memiliki ciri morfologi yang khas pada setiap jenis
tumbuhan paku yang dapat membedakan hingga tingkat genus dan spesies, salah
satu ciri utama dalam pengenalan tumbuhan paku adalah sorus. Sorus merupakan
kumpulan sporangia yang memiliki posisi bervariasi pada setiap jenis tumbuhan
paku, diantaranya terdapat pada bagian tepi daun atau permukaan bawah daun.
Menurut Sofiyanti et al. (2018) di dalam sorus terdapat banyak sporangia, dan
dewasa. Spora pada tumbuhan paku dimorfik, hanya dihasilkan oleh daun fertile
(sporofil) saja, sedangkan pada tumbuhan paku monomorfik pada saat dewasa
Riau ditemukan posisi sorus yang bervariasi, diantaranya permukaan bawah daun
mempunyai sorus di tepi lekukan anak daun, posisi sorus Stechnoclaena palutris
mempunyai sorus yang terletak diantara petulangan daun, posisi sorus disepanjang
bawah pinggiran permukaan daun terdapat pada jenis Vittaria elongata dan
25
a b c
d e f
g h i
Gambar 4.9 Posisi dan bentuk sorus tumbuhan paku di Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau, a. di tepi lekukan anak daun (Davallia denticulata),
b. dibawah permukaan daun (Nephrolepis hirsitula)¸ c. diantara pertulangan
daun (Phymatosorus scolopendria), d. diseluruh tepi anak daun fertil (Lygodium
microphyllum), e. disepanjang tepian daun fertil (Pyrrosia piloselloides),
f. dibagian lipatan sepanjang tepian daun (Vittaria elongat),
g. dibawah permukaan daun (Pyrrosia lanceolata), h. disepanjang pertulangan
daun (Stechnoclaena palutris), i. dibawah permukaan daun (Dicranopteris
linearis).
26
1.1. Deskripsi Jenis – Jenis Tumbuhan Paku yang terdapat di Universitas
A. Famili Blechnaceae
1. Blechnum indicum
a b
terlihat jelas, berbentuk bulat, tegak, coklat ditutupi oleh rambut-rambut halus,
permukaan daun licin, tekstur daun keras dan kaku, tepi daun rata, ujung daun
meruncing, pangkal daun tumpul, pertulangan daun menyirip, panjang daun ±93,7
cm, lebar daun ±27cm, bentuk pinna lanset, ujung pinna runcing, pangkal pinna
tumpul, tepi pinna bergerigi, duduk pinna berseling, panjang pinna ±12 cm, lebar
27
Sporangium tersusun membentuk garis yang tebal yang menutupi seluruh ibu
tulang daun.
2. Stenochlaena palustris
a b
c d
Batang terlihat jelas, berbentuk bulat, permukaan batang licin, tidak bercabang.
Daun dimorfik, tipe daun majemuk, duduk daun berseling, tepi daun bergerigi,
permukaan daun licin, tekstur daun kaku, warna daun tua hijau tua, daun steril
berbentuk lanset, panjang daun steril ±43 cm, lebar daun steril ±13cm, daun muda
berwarna merah, bertekstur lembut, tipe daun steril majemuk, panjang pinna steril
±7,8 cm, lebar pinna steril ±2,3 cm. Daun fertil seperti garis, panjang daun fertil
±39 cm, lebar daun fertil ±12 cm, ujung daun dan pangkal daun tumpul,
28
pertulangan daun kasar ditutupi oleh sorus, panjang pinna fertil ±12 cm, lebar
pinna fertil ±0,8 cm. Sorus terletak pada pertulangan daun menutupi seluruh
lepas.
B. Famili Davalliaceae
1. Davallia denticulata
a b
c d
menjalar, berwarna coklat muda, permukaan batang licin , berwarna hijau muda,
batang bercabang. Daun dimorfik, Tipe daun majemuk ganda, berbentuk segitiga,
ujung dan pangkal daun meruncing, tepi daun beringgit, permukaan daun licin dan
29
mengkilat, daun muda berwarna hijau muda, daun tua berwarna hijau tua, duduk
daun berseling, daun steril berbentuk segitiga, ujung dan pangkal daun steril
meruncing, tepi daun steril beringgit, pertulangan daun steril menyirip, panjang
daun steril ±32 cm, lebar daun steril ±7 cm, pinna steril berbentuk segitiga, ujung
pinna steril meruncing, pangkal pinna steril meruncing, duduk pinna steril
berseling, panjang pinna steril ±15 cm, lebar pinna steril ±4 cm. Daun fertil
berbentuk segitiga, ujung daun fertil meruncing, pangkal daun fertil tumpul, tepi
daun fertil bergerigi, pertulangan daun menyirip ganda, panjang daun fertil ±23
cm, lebar daun fertil ±6,5 cm, pinna fertil berbentul bulat membundar, ujung
pinna fertil meruncing, pangkal pinna fertil tumpul, duduk pinna fertil seajar,
panjang pinna fertil ±8,2 cm, lebar pinna fertil ±6 cm. sorus terletak pada setiap
lekukan tepi pinna, berwarna coklat muda, berbentuk seperti cangkir, dan
memiliki indusium.
30
C. Famili Gleicheniaceae
1. Dicranopteris linearis
a b
c d
Batang terlihat jelas, berbentuk bulat, menjalar, permukaan batang licin, berwarna
monomorfik, tipe daun majemuk ganda, daun berbentuk delta, duduk daun saling
berhadapan, ujung daun meruncing, pangkal daun tumpul, tepi daun rata,
permukaan daun licin, berwarna hijau tua, panjang daun ±46 cm, lebar daun ±28
cm, pinna berbentuk lanset, ujung dan pangkal pinna tumpul, tepi pina rata,
pertulangan pinna menyirip, duduk daun pinna berseling, panjang pinna ±18 cm,
lebar pinna ±9 cm. Posisi sorus berada di permukaan bawah daun, berbentuk
31
Kode specimen : Sp 2. Tanggal Koleksi 9 desember 2018. Kolektor Pria
Angjelina Pulungan Lokasi : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
D. Famili Lycopodiaceae
1. Lycopodiella cernua
a b
Gambar 4.14 Morfologi Lycopodiella cernua, a. habitus, b. posisi
sorus (ujung daun dengan strobilus).
berwarna coklat muda. Daun monomorfik, tipe daun mikrofil bersisik menutupi
batang, daun berbentuk spiral, ujung daun runcing, pangkal daun tumpul,
permukaan daun kasar, panjang daun ±5,8 cm, lebar daun ±2 cm, pinna berbentuk
spiral, ujung pinna runcing, pangkal pinna tumpul, panjang pinna ± 1,5 cm, lebar
pinna ±0,04 cm. Strobilus berada di ujung daun, strobilus muda berwarna putih,
32
E. Famili Lygodiaceae
1. Lygodium microphyllum
a b
c d
memiliki rambut akar berwarna coklat. Rimpang melilit, batang terlihat jelas
berbentuk bulat, permukaan batang licin, batang berwarna hijau muda, arah
tumbuh batang condong kesamping, Daun dimorfik, tipe daun majemuk, daun
steril berbentuk lonjong, daun steril berwarna hijau muda, ujung daun steril
runcing, pangkal daun steril runcing, tepi daun steril rata, pertulangan daun steril
menyirip, daun steril tersusun berseling, permukaan daun steril kasar, panjang
daun steril ±45 cm, lebar daun steril, lebar daun steril ±8 cm, pinna steril
berbentul bulat seperti telur, ujung pinna steril membulat, pangkal pinna steril
tumpul berbentuk seperti hati, panjang pinna steril ±3,9 cm, lebar pinna steril ±1,8
cm. Daun fertil berbentuk lonjong daun fertil berwarna hijau tua, ujung daun fertil
33
runcing, pangkal daun fertil tumpul, tepi daun steril bergelombang, pertulangan
daun fertil menyirip, duduk daun fertil berseling, permukaan daun fertil licin,
panjang daun fertil ±22 cm, lebar daun fertil ±15 cm, pinna fertil berbentuk lanset,
ujung pinna fertil runcing, pangkal pinna fertil rata, panjang pinna fertil ±9,1 cm,
lebar pinna fertil ±1,6 cm. Sorus terletak pada daun fertil, berwarna coklat
F. Famili Nephrolepidaceae
1. Nephrolepis hirsitula
a b
c d
Gambar 4.16 Morfologi Nephrolepis hirsitula, a. habitus, b. daun muda,
c. arah tumbuh batang, d. posisi sorus
memiliki rambt akar. Rimpang tegak, berwarna coklat muda, arah tumbuh
34
berwarna putih, rimpang muda berwarna muda hijau , rimpang tua berwarna hijau
kecoklatan. Daun monomorfik, tipe daun majemuk, ujung daun runcing, pangkal
daun licin, duduk daun berhadapan, daun muda berwarna hijau muda, daun tua
berwarna hijau tua, panjang daun ±35 cm, lebar daun ±15 cm, pinna berbentuk
lanset, ujung dan pangkal pinna meruncing, panjang pinna ±18cm, lebar pinna
±2,8 cm. Sorus terletak disepanjang tepi daun, berbentuk bulat dan tersebar tidak
G. Famili Polypodiaceae
1. Phymatosorus scolopendria
a b
c d
Deskripsi : Epifit. Herba. Akar serabut, berwarna coklat tua, memiliki rambut
akar dan besisik. Batang menyerupai rhizom, rhizom menjalar, berbentuk bulat,
35
arah tumbuh rhizom condong kesamping, permukaan rhizom bersisik berwarna
coklat tua. Daun polimorfik, bentuk daun lanset, ujung dan pangkal daun
meruncing, tulang daun menyirip, permukaan daun licin, tepi daun bergelombang,
panjang daun ±26 cm, lebar daun ±12 cm. Sorus terdapat di bawah permukaan
beraturan.
2. Pyrrosia angustata
a b
c
Gambar 4.18 Morfologi Phyrrosia angustata, a. habitus, b. daun muda
dan rhizome, c. daun steril.
Deskripsi : Epifit. Herba. Akar serabut, berwarna coklat tua, terdapat rambut akar
kehitaman, rhizom muda berwarna coklat kehijauan, rhizom tua berwarna coklat
36
kehitaman. Daun dimorfik, tipe daun tunggal, daun steril berbentuk lanset, daun
steril berbentuk lanset, ujung daun tumpul, pangkal daun meruncing, tepi daun
rata, permukaan atas daun licin, pertulangan daun menyirip, warna daun muda
hijau muda dan warna daun tua hijau tua, memiliki tangkai daun berwarna hijau
tua, panjang daun steril ±9 cm, lebar daun ±2 cm. Daun fertil berbentuk garis,
ujung dan pangkal daun meruncing, permukaan atas dan bawah daun licin, tepi
daun rata, pertulangan daun menyirip, memiliki tangkai daun berwarna hijau
kecoklatan, panjang daun fertil ±29 cm, lebar daun fertil ±1 cm. Sorus terletak
ditepi daun, berbentuk lonjong, berwarna coklat muda, sorus tersusun rata, tidak
memiliki indusium.
3. Pyrrosia lanceolata
a b
c d
37
Deskripsi : Epifit. Herba, Akar menyerupai serabut, berwarna coklat tua,
memiliki rambut akar berwarna coklat tua. Batang berbentuk bulat, menjalar,
bersisik. Daun dimorfik, tipe daun tunggal, duduk daun berseling, tepi daun rata,
pertulangan daun menyirip, daun steril berbentuk lanset, permukaan atas dan
bawah daun bertrikoma, ujung dan pangkal daun meruncing, panjang daun ±4 cm,
lebar daun ±1 cm. Daun fertil berbentuk lanset, ujung daun steril tumpul, pangkal
daun fertil meruncing, permukaan atas dan bawah daun fertil bertrikoma, panjang
daun fertil ±10 cm, lebar daun fertil ±2 cm. Sorus terletak di ujung daun sampai ¾
bagian pangkal daun, sorus tersebar rapat di bawah daun, berbentuk bulat,
4. Pyrrosia niphoboloides
38
ditutupi oleh sisik berwarna coklat kekuningan, batang muda berwarna hijau
muda, batang tua berwarna coklat muda. Daun dimorfk tipe daun tunggal, daun
berbentuk jorong, ujung daun membundar, pangkal daun tumpul, tepi daun rata,
permukaan atas dan bawah daun bertrikoma, pertulangan daun menjala, memiliki
tangkai daun berwarna hijau tua, panjang daun ±1,5 cm, lebar daun ±0,78 cm,
5. Pyrrosia piloselloides
39
berwarna hijau muda, batang tua berwarna coklat kehitaman. Daun dimorfik,
duduk daun berseling, bertipe tunggal, daun steril berbentuk membulat seperti
telur, ujung daun membundar, pangkal daun meruncing, tepi daun rata,
permukaan atas dan bawah daun bertrikoma, pertulangan daun menjala, panjang
daun ±4 cm, lebar daun ±2, 13 cm. Daun fertil berbentuk garis, ujung daun fertil
membundar, pangkal daun meruncing, tepi daun rata, pertulangan daun menjala,
permukaan atas dan bawah daun licin, panjang daun fertil ±9 cm, lebar daun ±0,8
cm. Sorus terletak di tepi daun, berbentuk garis memanjang di sepanjang tepian
H. Famili Pteridaceae
1. Vittaria elongata
40
Deskripsi : Epifit. Herba. Akar menyerupai serabut, berwarna coklat muda,
monomorfik, tipe daun tunggal, daun berbentuk lanset, ujung daun meruncing,
pangkal daun tumpul, pertulangan daun sejajar, permukaan atas dan bawah daun
licin, tepi daun rata, memiliki tangkai daun dengan panjang ±12,5 cm, panjang
daun ±23 cm, lebar daun ± 1,78 cm. Sorus terbenam di bagian lipatan sepanjang
tepi daun, berbentuk garis, berwarna coklat dan tidak memiliki indusium.
2. Vittaria ensiformis
41
Deskripsi : Epifit. Herba. Akar menyerupai serabut, berwarna coklat muda,
memiliki rambut akar. Batang menyerupai rhizom, menjalar, arah tumbuh rhizom
ke samping dan keatas, bersisik. Daun monomorfik, tipe daun tunggal, daun
berbentuk garis memanjang, ujung daun membulat, pangkal daun tumpul, duduk
daun berhadapan, permukaan atas dan bawah daun licin, memiliki tangkai daun
±2 cm, panjang daun ±8 cm, lebar daun ±1,5 cm, daun muda dan daun tua
berwarna hijau tua. Sorus terletak di sepanjang tepian daun, tidak memiliki
indusium.
42