Anda di halaman 1dari 42

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tumbuhan paku merupakan golongan tumbuhan yang menghasilkan spora

namun sudah mempunyai berkas pengangkut (Sofiyanti et al. 2015;2017).

Golongan ini memiliki persebaran sangat luas yang tersebar diseluruh bagian

dunia. Kawasan beriklim tropis memiliki keanekaragam jenis tumbuhan paku

tertinggi. Paku menyukai tempat yang memiliki naungan sehingga paku juga

banyak dijumpai di kawasan hutan pengunungan (Fitrah et al.2014). Paku

merupakan salah satu tumbuhan yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi

dan bermanfaat bagi manusia hingga berperan penting dalam keseimbangan

ekosistem hutan karena berperan melindungi tanah dari erosi serta sebagai

penyusun vegetasi lantai hutan (Purnawati et al. 2014).

Menurut Loveless (1999), tumbuhan paku dapat tumbuh pada habitat yang

berbeda. Paku memiliki daya adaptasi hidup yang tinggi sehingga tidak jarang

dijumpai tumbuhan paku dapat hidup diberbagai tempat. Sekitar 3.000 spesies

tumbuhan paku terdapat di Indonesia.

Inventarisasi tumbuhan paku di Riau telah dilakukan di Taman Hutan

Raya Sultan Syarif Hasyim (Roza 2013, Sofiyanti et al. 2014), keanekaragaman

jenis tumbuhan paku di Bukit Batu Giam Siak Kecil Bengkalis (Haryanti 2013),

Pekanbaru (Sofiyanti 2013, Tamba 2017), Hutan CPI Rumbai (Wulandari, 2016;

Yusna 2016, Marpaung 2016 dan Kumalasari 2016).

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau (UIN SUSKA RIAU)

memiliki luas 80,50 Ha dan sebagian kawasan masih terdiri dari hutan kampus

1
yang merupakan daerah persebaran tumbuhan paku. Namun belum pernah

dilaporkan mengenai keanekaragaman jenis tumbuhan paku. Oleh karena itu,

penting dilakukan penelitian mengenai keanekaragaman jenis tumbuhan paku di

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau agar dapat menjaga,

melestarikan serta memanfaatkan peran tumbuhan paku bagi kelangsungan hidup

dibumi.

1.2. Rumusan Masalah

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau merupakan salah satu

kampus yang ada di provinsi riau. Di lingkungan kampus Universitas Islam

Negeri Sultan Syarif Kasim Riau dijumpai berbagai macam tumbuhan berupa

pohon, semak, termasuk tumbuhan paku. Namun, di Universitas Islam Negeri

Sultan Syarif Kasim Riau belum pernah dilakukan penelitian mengenai

keanekaragaman jenis tumbuhan paku. Sehingga perlu dilakukan penelitian

mengenai keanekaragaman jenis tumbuhan paku di Universitas Islam Negeri

Sultan Syarif Kasim Riau

1.3. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman jenis-

jenis tumbuhan paku yang tumbuh di lingkungan Universitas Islam Negeri Sultan

Syarif Kasim Riau dengan melakukan inventarisasi berdasarkan karakter

morfologi.

2
1.4. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi dasar mengenai

tumbuhan paku yang ada di lingkungan kampus Universitas Islam Negeri Sultan

Syarif Kasim Riau serta dapat dimanfaatkan sebagai referensi belajar tambahan

bagi mahasiswa, peneliti dan lain sebagainya.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku termasuk dalam divisi pteridophyta. Tumbuhan paku

memiliki campuran sifat dan bentuk antara lumut dan tumbuhan tingkat tinggi

karena tumbuhan paku merupakan peralihan antara tumbuhan talus dan tumbuhan

berkormus (Raven et al. 1992).

Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang memiliki kormus dimana

bagian tubuhnya dapat di bedakan dalam tiga bagian pokok yaitu, akar, batang

dan daun. Alat perkembangbiakan utama tumbuhan paku adalah spora

dikarenakan tumbuhan paku tidak menghasilkan biji untuk reproduksi. Tumbuhan

paku dapat tumbuh pada habitat yang berbeda. Paku memiliki daya adaptasi hidup

yang tinggi sehingga tidak jarang dijumpai tumbuhan paku dapat hidup diberbagai

tempat. Paku memiliki persebaran sangat luas yang tersebar diseluruh bagian

dunia mulai daerah tropis hingga dekat kutub utara dan selatan. Persebaran

tersebut mulai dari hutan primer, hutan sekunder, alam terbuka, dataran tinggi

maupun dataran rendah, lingkungan yang basah, lembab, rindang, kebun tanaman,

hingga pinggir jalan paku dapat dijumpai (Tjitrosoepomo 2009).

2.2. Klasifikasi Tumbuhan Paku

Menurut Trjitrosoepomo (1989), Tumbuhan paku digolongkan menjadi satu

divisi yaitu Pterydophyta. Pteridophyta diklasifikasikan dalam beberapa kelas

termasuk yang telah punah yaitu, Psilophytinae (paku purba), Lycopodiinae

(paku kawat atau paku rambat), Equisetinae (paku ekor kuda), dan Filicinae (paku

sejati). Pada perkambangannya, kelas ini menjadi divisi tersendiri yaitu

4
Psilotophyta, Lycophyta, Equisotophyta dan Polypodiophyta (Anonim 2017;

Sofiyanti et al. 2017.) Pembagian kelas dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Divisi Subdivisi Kelas Subkelas Ordo


Psilotophyta Psilotophytina Psilotopsida Psilotidae Psilotales
Marattiidae Marattiales
Ophioglossidae Ophioglossales
Osmundales
Hymenophyllales
Gleicheniales
Schizaeales
Dicksoniales
Polypodiophyta Polypodiophytina Polypodiopsida
Cyatheales
Polypodiidae
Marsiliales
Salviniales
Pteridales
Blechnales
Davalliales
Polypodiales
Lycopodiopsida Lycopodiidae Lycopodiales
Lycopodiophyta Lycopodiophytina Sellaginellopsida Sellaginellidae Selaginellales
Isoetopsida Isoetidae Isoetales
Equisetophyta Equisetophytina Equisetopsida Equisetidae Equisetales

Sumber : Anonim (2017) : Sofiyanti et al. (2017)

1. Lycopodiophyta

Tumbuhan paku ini memiliki ciri sporofit yang sudah memiliki akar, batang

dan daun. Tumbuhan paku pada kelas ini berupa tumbuhan yang menjalar di

permukaan tanah. Memiliki batang kecil dengan percabangan menggarpu

(dikotom). Pada umumnya memiliki daun berukuran kecil tersusun dalam

lingkaran, spiral atau berhadapan (Sudarsono 2005).

5
2. Equisetophyta

Habitat utama paku ekor kuda adalah tempat yang lembab di daerah

subtropis. Paku ekor kuda memiliki batang yang beruas dan pada setiap ruasnya

dikelilingi oleh daun kecil seperti sisik. Equisetophyta disebut sebagai paku ekor

kuda karena bentuk batangnya seperti ekor kuda (Tjitrosoepomo 1989 dalam betty

2018).

3. Psilotophyta

Paku purba meliputi jenis-jenis tumbuhan paku yang sebagian besar telah

punah. Hal ini disebabkan karena tumbuhan paku ini masih tergolong tumbuhan

primitive dan tidak memiliki daun. Psilotophyta juga sering disebut dengan paku

telanjang karena belum terdapat daun-daun seperti pada jenis tumbuhan paku

yang sebenarnya (Tjitrosoepomo 1989 dalam betty 2018).

4. Polypodiophyta

Sebagian besar paku sejati hidup di darat pada daerah tropis dan subtropis.

Paku sejati memiliki batang yang dapat berupa batang dalam (rizom) atau batang

diatas permukaan tanah. Umumnya daun paku sejati berukuran besar dan

memiliki tulang daun yang bercabang. Sedangkan pada daun muda biasanya akan

tumbuh menggulung (Tjitrosoepomo 1989 dalam betty 2018).

2.3. Habitat dan Distribusi Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku tersebar luas dari tropika yang lembab hingga melampaui

lingkaran afrika. Tumbuhan paku merupakan tumbuhan tingkat rendah yang

banyak hidup pada tempat lembap sehingga disebut sebagai tanaman higrofit.

Pada kawasan hutan tropika jenis keanekaragaman tumbuhan paku sangat amat

banyak di jumpai dan tumbuh dengan subur (Tjitrosomo et al, 1983).

6
Menurut Tjitrosoepomo (2005), dari segi hidupnya ada jenis tumbuhan paku

yang hidup terestrial (paku tanah), hidup menempel pada pohon-pohon besar

(paku epifit), dan hidup di air (paku air). Paku epifit tidak bersifat parasit, karena

sumber air yang diperoleh langsung dari lingkungan (Ulum 2015). paku epifit

merupakan tumbuhan yang hidupnya menempel pada tumbuhan lain sebagai

penopang, tidak berakar pada tanah, berukuran lebih kecil dari tumbuhan

penopang atau inang (Suwila, 2015)

Pola penyebaran tumbuhan paku tergantung dari faktor lingkungan. Salah

satu faktor lingkungan seperti suhu, udara, cahaya kelembaban serta udara dan

tanah. Tumbuhan paku dapat hidup pada kawasan yang memiliki kelembaban

yang tinggi serta curah hujan yang tinggi (Katili, 2013).

Menurut Luthfiya et al. (2015), Tumbuhan paku terrestrial merupakan

kelompok tumbuhan paku yang hidup di permukaan tanah. Salah satu jenis

tumbuhan yang dapat dijumpai di hutan adalah tumbuhan paku terestrial di

karenakan telah mempunyai kormus dimana bagian tubuhnya dapat di bedakan

dalam tiga bagian pokok yaitu, akar, batang dan daun. Paku di hutan umumnya

merupakan paku yang menyukai naungan, tumbuhan paku yang berada di

kawasan hutan terlindung dari panas dan angin kencang.

2.4. Karakter Morfologi Tumbuhan Paku

Bentuk tumbuhan paku bermacam-macam (heterogen) baik ditinjau dari

segi habitus maupun cara hidupnya. Tumbuhan paku memiliki keperawakan yang

khas yaitu adanya daun muda yang bergulung dan akan membuka ketika dewasa.

Ciri yang hampir unik ini disebut vernasi bergelung karena lambatnya

pertumbuhan permukaan atas dari pada permukaan bawah pada perkembangan

7
awalnya (Loveless, 1989). Tumbuhan paku memiliki beranekaragam jenis, ada

jenis tumbuhan paku yang berukuran sangat kecil dengan daun yang kecil pula

serta memiliki struktur yang masih sederhana. Namun, ada juga tumbuhan paku

yang besar dengan ukuran daun dapat mencapai 2m atau lebih dengan struktur

yang rumit, misalnya yang berupa pohon (Kinho 2009).

Gambar 2.1 Bagian-bagian dari tumbuhan paku


Sumber : Muller (1969)

Akar adalah organ penting untuk menahan udara di dalam tanah dan

menyerap material anorganik dari dalam tanah. Akar paku berupa akar serabut.

Akar tumbuhan paku bersifat endogen dan tumbuh kesamping dari batang. Akar

yang berasal dari embrio biasanya lenyap dan digantikan dengan akar – akar

seperti rambut, berwarna gelap dan dalam jumlah besar (Tjitrosoepomo, 2005).

Ciri yang paling menonjol dari karakteristik akar tumbuhan paku adalah apakah

merupakan akar lateral (monopodial) atau dikotom (Ranker et al. 2008).

Menurut Loveless (1983), tumbuhan paku yang hidup di tanah batangnya

memiliki cabang dan berkayu, sedangkan pada tumbuhan paku epifit batangnya

8
tidak nyata (semu), yang tampak hanyalah berupa rhizome. Batang tumbuhan

paku bercabang-cabang menggarpu (dikotom) atau jika membentuk cabang-

cabang ke samping, cabang-cabang baru tersebut tidak pernah keluar dari ketiak

daun (Tjitrosoepomo 2005).

Pada umumnya tumbuhan paku dicirikan oleh pertumbuhan pucuknya yang

melingkar atau menggulung. Tumbuhan paku mempunyai tipe-tipe daun seperti

daun tunggal, majemuk dan majemuk ganda. Daun tumbuhan paku terdiri dari dua

bagian yaitu tangkai dan helaian daun. Helaian daun tersebut sering disebut

dengan ental. Setiap jenis tumbuhan paku memiliki ental yang khas (Hariyadi

2000).

2.5. Siklus Hidup Tumbuhan Paku

Reproduksi tumbuhan paku dapat secara aseksual (Vegetatif) yakni dengan

stolon yang menghasilkan gemma (tunas) dan seksual (Generatif) melalui

pembentukan sel kelamin jantan dan betina oleh gametogonium (Loveless 1989).

Daur hidup tumbuhan paku terdiri dari dua fase yaitu gametofit dan sporofit.

Tumbuhan paku yang mudah dilihat merupakan bentuk fase sporofit karena

menghasilkan spora. Gametofit pada tumbuhan paku dinamakan protalium yang

berbentuk berupa lembaran berwarna hijau seperti jantung dan melekat pada

substratnya dengan rizhoid-rizhoid. Protalium tumbuh dari spora yang jatuh di

tempat yang lembab. Dari protalium berkembang anteridium (antheridium, organ

penghasil spermatozoid atau sel kelamin jantan) dan arkegonium (archegonium,

organ penghasil ovum atau sel telur). Pembuahan memerlukan air sebagai media

spermatozoid berpindah menuju archegonium. Ovum yang terbuahi berkembang

menjadi zigot dan tumbuh menjadi tumbuhan paku yang baru (Nanik, 2009).

9
III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada November 2018 sampai Februari 2019.

Pengambilan sampel dilakukan di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

Riau. Pembuatan herbarium, karakterisasi morfologi dan identifikasi dilakukan di

Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Riau.

3.2. Deskripsi Lokasi Penelitian

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau terletak di Jalan

Subrantas Km. 15 Panam, Pekanbaru. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif

Kasim Riau didirikan pada tanggal 4 Januari 2005. Lahan kampus mulanya seluas

60 Ha dan pada tahun 2003 sampai dengan 2006 diperluas menjadi 80,50 Ha.

Pada tahun 1995/1996 telah berhasil membangun gedung seluas 5.760 m2 untuk

70 lokal ruang.

3.3. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Positioning System

(GPS), isolatip, gunting tanaman, tali raffia, sasag, kardus, kertas etiket, kamera,

dan oven. Bahan yang digunakan adalah paku-pakuan yang diambil dari

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, koran, plastik bening dan

alkohol 70%.

10
3.4. Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode eksplorasi atau jelajah dengan

observasi langsung di lapangan. Berikut ini adalah bentuk desain penelitian yang

disajikan pada gambar 3.2.

Survey Lokasi Penelitian

Pengambilan Sampel

Preparasi Sampel

Pembuatan Herbarium

Identifikasi dan Karakterisasi Morfologi

Analisis Data

Gambar 3.2 Skema Rancangan Tahapan Penelitian

3.5. Prosedur Kerja

Pada penelitian ini prosedur kerja yang dilakukan meliputi dua hal yaitu di

lapangan dan di laboratorium.

3.5.1. Di Lapangan

Sebelum penelitian dilakukan, survei lapangan terlebih dahulu dilakukan

untuk mengetahui kondisi lokasi penelitian dan habitat tumbuhan paku.

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode eksplorasi atau jelajah. Pada setiap

11
sampel tumbuhan paku yang ditemukan diambil semua bagiannya (batang, akar

dan daun), diberi etiket gantung yang berisi nomor koleksi, kolektor, tanggal

koleksi, tempat koleksi, habitat, dan karakter lainnya. Sampel dibungkus kedalam

koran, disusun rapi dan berurutan lalu disemprot dengan menggunakan alkohol

70% agar proses pengeringan lebih cepat dan terhindar dari jamur. Selanjutnya

sampel dimasukkan kedalam plastik bening kemudian dibungkus dan direkatkan

dengan isolatip.

3.5.2. Di Laboratorium

3.5.2.1. Pembuatan Herbarium

Sampel yang telah diambil dari lapangan selanjutnya akan dilakukan

pembuatan herbarium, sampel yang akan dibuat herbarium harus lengkap, terdiri

dari akar, batang dan daun. Pembuatan herbarium dilakukan dengan langkah

sebagai berikut (Djarwaningsih et al. 2002) :

1. Pengepresan dan Pengeringan

Sampel yang telah diambil akan dilakukan proses pengepresan dan

pengeringan. Langkah pertama untuk melakukan proses pengepresan

dengan mengeluarkan sampel dari dalam plastik, dirapikan dan disusun

kedalam kardus lalu diletakkan diantara dua sasag kayu dan diikat.

Langkah selanjutnya dengan melalukan pengovenan. Sampel dimasukkan

kedalam oven dengan suhu 40º-50º C dan disusun tegak lurus. Posisi

sampel didalam oven harus dirubah setiap hari sampai sampel kering

merata. Hal ini harus dilakukan setiap hari karena tumbuhan paku yang

kecil dan tipis biasanya lebih cepat kering dan harus dipisahkan.

12
2. Mounting

Sampel yang telah kering diletakkan pada kertas plak (kertas

herbarium) yang memiliki ukuran 28,5 cm x 41 cm. Proses penempalan

dilakukan dengan cara dijahit. Pada proses penempelan posisi sampel harus

teratur guna menunjukkan daun atas dan bawah terutama untuk

menunjukkan morfologi spora yang penting dalam proses identifikasi.

3. Pemberian Label

Setelah melakukan penempelan pada proses mounting, sampel

diberi label yang berisi informasi nomor koleksi, kolektor, lokasi,

habitat, dan karakter spesifik yang dapat menjelaskan mengenai sampel

tersebut.

3.5.2.2. Identifikasi

Proses identifikasi sampel dilakukan di Laboratorium Botani Jurusan

Biologi FMIPA Universitas Riau. Identifikasi dapat dilakukan dengan langkah-

langkah sebagai berikut :

1. Sampel dicocokkan dengan buku identifikasi tumbuhan paku

seperti “Jenis Paku Indonesia” (LIPI 1980), “Ferns of Malaysia in

Colour” (Piggott 1996), “Morfologi Tumbuhan Paku Di Tahura

Sultan Syarif Hasyim Riau” (Sofiyanti et al. 2015)

2. Sampel dicocokkan dengan koleksi yang ada dalam herbarium,

seperti herbarium yang terdapat di Laboratorium Botani Jurusan

Biologi atau herbarium di tempat lain seperti Herbarium

Bogoriense LIPI.

3. Berdiskusi dengan para ahli paku-pakuan

13
4. Untuk memastikan nama latin yang benar dapat di cek

www.theplantlist.org

3.5.2.3. Pembuatan Deskripsi dan Kunci Identifikasi

Langkah selanjutnya dengan pembuatan deskripsi untuk setiap paku

yang dikoleksi spesiesnya dan dilanjutkan dengan pembuatan kunci

identifikasi berdasarkan karakter morfologi. Karakter morfologi kualitatif

dan kuantitatif tumbuhan paku yang diamati yaitu akar, batang, daun dan

sorus.

Tabel 3.2 Karakter Morfologi Tumbuhan Paku (Roza 2013)

I. Akar

1. Warna rhizome
2. Warna rhizome
3. Warna akar
4. Sisik
5. Diameter
II. Batang

1. Bentuk 7. Permukaan
2. Sisik 8. Posisi tumbuh
3. Bulu 9. Tinggi batang
4. Warna 10. Percabangan batang
5. Diameter 11. Posisi cabang
6. Tipe batang 12. Panjang cabang
III. Daun

1. Tipe daun 9. Lebar daun


2. Diamorfik/tidak 10. Permukaan daun
3. Ujung daun 11. Panjang ibu tangkai
4. Pangkal daun daun
5. Anak daun 12. Warna daun muda
6. Warna daun 13. Diameter daun muda
7. Duduk daun 14. Bulu daun muda
8. Panjang daun 15. Ukuran bulu daun
muda
IV. Sorus

14
1. Posisi
2. Bentuk
3. Warna
4. Ukuran
5. Ada tidaknya Indusium

15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

7.1. Jenis-jenis Tumbuhan Paku di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif


Kasim Riau

Hasil eksplorasi tumbuhan paku di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif

Kasim Riau di temukan 14 jenis dari 8 famili (Tabel 4.1). Hasil inventarisasi pada

tabel 4.1 menunjukkan bahwa famili Polypodiaceae memiliki jumlah famili

tertinggi sebanyak 5 jenis. Blechnaceae (2 jenis), Pteridaceae (2 jenis),

Davalliaceae, Gleicheniaceae, Lycopodiaceae, Lygodiaceae, Nephrolepidaceae

masing – masing memiliki 1 jenis.

Tabel 4.1 Jenis-jenis tumbuhan paku yang terdapat di Universitas Islam Negeri

Sultan Syarif Kasim Riau

No Famili Spesies
1 Blechnaceae 1. Blechnum indicum Burm.f.
2. Stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd.
2 Davalliaceae 1. Davallia denticulata (Burm.f.) Mett. Ex Kuhn
3 Gleicheniaceae 1. Dicranopteris linearis (Burm.f.) Underwood
4 Lycopodiaceae 1. Lycopodiella cernua (L.) Pic.Serm.
5 Lygodiaceae 1. Lygodium microphyllum (Cav.) R.Br.
6 Nephrolepidaceae 1. Nephrolepis hirsitula (G..Forst.) C.Presl
7 Polypodiaceae 1. Phymatosorus scolopendria (Burm.f.) Pic.Serm

2. Pyrrosia angustata (Sw.) Ching


3. Pyrrosia lanceolata (L.) Farw.
4. Pyrrosia niphoboloides M.G. Price
5. Pyrrosia piloselloides (L.) M.G. Price
8 Pteridaceae 1. Vittaria ensiformis (Sw.) E.H. Crane
2. Vittaria elongata Sw.
Total 14 Jenis

16
7.2. Habitus dan Morfologi Tumbuhan Paku di Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau

Habitus dan Morfologi dari 14 jenis tumbuhan paku yang ditemukan di

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau sangat beragam. Habitus

tumbuhan paku yang ditemukan pada kajian ini adalah herba (11 jenis), semak ( 2

jenis) dan liana (1 jenis) sedangkan variasi karakter morfologi pada bagian akar,

batang, daun serta sorus. Keterangan mengenai karakter morfologi dari tumbuhan

paku di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau adalah sebagai

berikut:

4.2.1. Akar

Salah satu bagian dari tumbuhan adalah akar. Akar pada tumbuhan memiliki

peranan penting bagi tumbuhan salah satunya sebagai pengokoh tumbuhan pada

tempat tumbuh dan berfungsi dalam proses penyerapan material organik,

penyimpanan makanan dan pembentukan tumbuhan baru. Menurut Andoko

(2006) akar tumbuhan paku berupa akar serabut. Tumbuhan paku pada umumnya

memiliki akar adventif. Akarnya tumbuh secara horizontal di permukaan tanah

atau dibawah tanah.

Hasil pengamatan pada semua jenis tumbuhan paku yang ditemukan di

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau terdapat beberapa variasi

warna akar dari coklat muda hingga coklat tua, coklat muda (5 jenis), coklat (2

jenis) dan coklat tua (7 jenis). Contoh tumbuhan paku yang mempunyai warna

akar coklat muda adalah Davallia denticulata, Lycopodiella cernua, Nephrolepis

hirsutula, Vittaria elongata, Vittaria ensiformis. Akar dengan warna coklat antara

lain ditemukan pada jenis Blechnum indicum, Stenochlaena palustris sedangkan

akar yang berwarna coklat tua dapat ditemukan pada jenis Dicranopteris linearis,

17
Lygodium microphyllum, Phymatosorus scolopendria, Phyrrosia angustata,

Pyrrosia lanceolata, Pyrrosia niphoboloides, Pyrrosia piloselloides. Gambar 4.1

menunjukkan akar tumbuhan paku yang diteliti.

a b

Gambar 4.1 Warna akar tumbuhan paku di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau, a. Coklat (Stenochlaena palustris), b. coklat tua
(Lygodium microphyllum), c. coklat muda (Vittaria elongata)

4.2.2. Batang

Batang tumbuhan paku pada umumnya disebut rimpang atau rhizom karena

tumbuhnya yang menyerupai akar. Menurut Sastrapradja (1980) rhizom atau

rimpang pada tumbuhan paku sering ditutupi oleh bulu halus, daun dan sisik yang

berfungsi sebagai pelindung. Tumbuhan paku yang memiliki batang sejati

menyerupai pohon pinang terdapat pada paku pohon yaitu pada famili

Cyatheaceae. Rimpang pada tumbuhan paku memiliki beberapa pola pertumbuhan

diantaranya tegak, melilit, merayap dan menjalar. Pola pertumbuhan batang pada

tumbuhan paku yang ditemukan di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

Riau terdapat pola pertumbuhan menjalar terdapat pada jenis Phymatosorus

scolopendri dan Pyrrosia piloselloides, (Gambar 4.2 a dan c). Pola pertumbuhan

18
merayap dan melilit diantaranya ditemukan pada jenis Lygodium microphyllum

(Gambar 4.2 b-c) dan pola pertumbuhan tegak yang ditemukan pada jenis

Nephrolepis hirsitula (Gambar 4.2 d).

a b

c d
Gambar 4.2 Pola pertumbuhan batang (rimpang) tumbuhan paku di Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, a. menjalar (Phymatosorus
scolopendria), b. merayap dan melilit (Lygodium microphyllum),
c. menjalar (Pyrrosia piloselloides), d. tegak (Nephrolepis hirsitula).

4.2.3. Daun

Pada umumnya tumbuhan paku memiliki ciri yang khas pada pucuknya

yaitu dengan pertumbuhan pucuk yang melingkar atau menggulung. Tumbuhan

paku yang ditemukan pada penelitian ini memiliki beberapa karakter daun yang

diamati diantaranya tipe daun, bentuk daun, dan ada tidaknya daun steril.

19
Tipe daun yang diamati pada kajian ini digolongkan berdasarkan

pertulangan daun dan ukuruan, jumlah helai daun serta berdasarkan posisi daun

fertil dan steril. Tipe daun berdasarkan pertulangan daun, daun ukuran dibagi

menjadi 2 yaitu mikrofil dan makrofil. Daun mikrofl hanya mempunyai 1

pertulangan daun dan tidak bercabang, dengan ukuran daun yang kecil dan

menyerupai sisik. Sedangkan tipe daun makrofil tulang daun bercabang, dan pada

umumnya daun berukuran besar.

Dalam penelitian ini hanya ditemukan 1 jenis tumbuhan paku yang memiliki

tipe daun mikrofil yaitu Lycopodiella cernua. Menurut Sofiyanti et al (2019)

Lycopodiella cernua atau yang biasa di kenal dengan paku kawat mempunyai

daun menyerupai sisik yang menyelubungi batang dan cabangnya (Gambar 4.3 a),

sedangkan 13 jenis lainnya mempunyai tipe daun makrofil seperti yang dijumpai

pada, Blechnum indicum, Stenochlaena palustris, Davallia denticulata (Gambar

4.3 b), Dicranopteris linearis (Gambar 4.3 c), Lygodium microphyllum,

Nephrolepis hirsutula, Phymatosorus scolopendria (Gambar 4.3 d), Pyrrosia

angustata (Gambar 4.3 f), Pyrrosia lanceolata, Pyrrosia niphoboloides, Pyrrosia

piloselloides (Gambar 4.3 e), Vittaria ensiformis, Vittaria elongata.

20
a b c

d e f

Gambar 4.3 Morfologi tipe daun mikrofil dan makrofil, a. Mikrofil


(Lycopodiella cernua), b-f. Makrofil (b. Davallia denticulata, c. Dicranopteris
linearis, d. Phymatosorus scolopendria, e. Pyrrosia piloselloides, f. Pyrrosia
angustata).
Tipe daun berdasarkan jumlah helai daun pada 1 tangkai terbagi menjadi

daun tunggal, daun majemuk dan mjemuk ganda. Tipe daun tunggal hanya

mempunyai 1 helai daun pada setiap tangkainya. Daun majemuk mempunyai

helai anak daun lebih dari 1 yang disebut pina, sedangkan daun majemuk ganda,

ibu tangkai daun bercabang dan mendukung banyak pinula .

Tumbuhan paku yang ditemukan dilokasi penelitian juga memiliki tipe daun

yang bervariasi diantaranya, tipe daun tunggal yang ditemukan sebanyak 7 jenis

(Gambar 4.4 a-c) (Phymatosorus scolopendria, Pyrrosia angustata, Pyrrosia

lanceolata, Pyrrosia niphoboloides, Pyrrosia piloselloides, Vittaria ensiformis,

Vittaria elongata), daun majemuk sebanyak 4 jenis diantaranya (Blechnum

indicum, Stenochlaena palustris, Lygodium microphyllum, Nephrolepis hirsutula)

(Gambar 4.4 d-e) dan daun majemuk ganda ditemukan sebanyak 2 jenis yaitu

(Davallia denticulata, Dicranopteris linearis) (Gambar 4.4 f).

21
a b c

d e f

Gambar 4.4 Tipe daun tumbuhan paku di Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau, a-c. Tunggal (a. Phymatosorus
scolopendria, b. Pyrrosia lanceolata, c. Pyrrosia
piloselloides), d-e. Majemuk (d. Nephrolepis hirsutula,
e. Stenochlaena palustris), f. Majemuk ganda (Davallia
denticulata).
Karakter morfologi lainnya yang diamati pada penelitian ini adalah tipe

daun monomorfik dan dimorfik. Menurut Sofiyanti et al. (2015), daun

monomorfik adalah daun yang terdiri dari satu jenis daun yang sama, memiliki

bentuk dan ukuran yang sama, daun yang sudah dewasa dapat menghasilkan

spora. Tipe lain adalah tipe daun polimorfik yang ditemukan pada jenis dengan

lebih dari 2 variasi bentuk daun. Penelitian yang dilakukan di Universitas Islam

Negeri Sultan Syarif Kasim Riau ditemukan jenis tumbuhan paku Lycopodiella

cernua, Dicranopteris linearis, Vittaria elongata, Blechnum indicum dengan tipe

daun monomorfik (Gambar 4.5).

22
a b c
Gambar 4.5 Morfologi daun monomorfik, a. Blechnum indicum,
b. Dicranopteris linearis, c. Vittaria elongata.
Daun dimorfik memiliki dua bentukan daun yaitu fertil dan steril. Daun

steril pada tumbuhan paku bersifat mandul karena tidak bisa menghasilkan spora

saat dewasa (Yuliasmara dan Ardiyani 2013) (gambar 4.7). Kajian pada penelitian

ini hanya dijumpai 1 jenis tipe daun polimorfik yaitu Phymatosorus scolopendria

(Gambar 4.6)

Gambar 4.6 Morfologi daun polimorfik (Phymatosorus scolopendriaI).

23
a b
Gambar 4.7 Morfologi daun dimorfik, a. Steril, b. Fertil (Davallia denticulata)
Tumbuhan paku yang memiliki daun steril berbentuk segitiga, lanset dan

lonjong ditemukan pada jenis Davallia denticulata, Lygodium microphyllum,

Pyrrosia piloselloides, Pyrrosia lanceolata, Stechnoclaena palustris

(Gambar 4.8).

a b c

Gambar 4.8 Bentuk daun steril, a. Segitiga (Davallia denticulata), b. Lonjong


(Lygodium microphyllum), c. lanset (Stechnoclaena palutris).
Menurut Yuliasmara (2016); Purnawati et al. (2014) secara umum bentukan

daun fertil yaitu linear yang berfungsi sebagai penghasil spora dan dapat memiliki

ukuran panjang hingga mencapai 12cm. Bentuk daun fertil yang dijumpai pada

penelitian ini segitiga (Davallia denticulata) dan garis (Stechnoclaena palustris)

24
4.2.4. Sorus

Tumbuhan paku memiliki ciri morfologi yang khas pada setiap jenis

tumbuhan paku yang dapat membedakan hingga tingkat genus dan spesies, salah

satu ciri utama dalam pengenalan tumbuhan paku adalah sorus. Sorus merupakan

kumpulan sporangia yang memiliki posisi bervariasi pada setiap jenis tumbuhan

paku, diantaranya terdapat pada bagian tepi daun atau permukaan bawah daun.

Menurut Sofiyanti et al. (2018) di dalam sorus terdapat banyak sporangia, dan

setiap sporangium mengandung spora yang dihasilkan oleh tumbuhan paku

dewasa. Spora pada tumbuhan paku dimorfik, hanya dihasilkan oleh daun fertile

(sporofil) saja, sedangkan pada tumbuhan paku monomorfik pada saat dewasa

akan menghasilkan spora.

Penelitian yang dilakukan di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

Riau ditemukan posisi sorus yang bervariasi, diantaranya permukaan bawah daun

yang terdapat pada Nephrolepis hirsitula, jenis seperti Davallia denticulata

mempunyai sorus di tepi lekukan anak daun, posisi sorus Stechnoclaena palutris

terletak pada sepanjang pertulangan daun, Phymatosorus scolopendria

mempunyai sorus yang terletak diantara petulangan daun, posisi sorus disepanjang

bawah pinggiran permukaan daun terdapat pada jenis Vittaria elongata dan

Vittaria ensiformis, pada jenis Lygodium japonicum posisi sorus terdapat

diseluruh tepi anak daun fertil.

25
a b c

d e f

g h i

Gambar 4.9 Posisi dan bentuk sorus tumbuhan paku di Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau, a. di tepi lekukan anak daun (Davallia denticulata),
b. dibawah permukaan daun (Nephrolepis hirsitula)¸ c. diantara pertulangan
daun (Phymatosorus scolopendria), d. diseluruh tepi anak daun fertil (Lygodium
microphyllum), e. disepanjang tepian daun fertil (Pyrrosia piloselloides),
f. dibagian lipatan sepanjang tepian daun (Vittaria elongat),
g. dibawah permukaan daun (Pyrrosia lanceolata), h. disepanjang pertulangan
daun (Stechnoclaena palutris), i. dibawah permukaan daun (Dicranopteris
linearis).

26
1.1. Deskripsi Jenis – Jenis Tumbuhan Paku yang terdapat di Universitas

Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

A. Famili Blechnaceae

1. Blechnum indicum

a b

Gambar 4.10 Morfologi Blechnum indicum, a. habitus, b. bentuk daun,


c. arah tumbuh batang

Deskripsi : Terestrial. Herba. Akar menyerupai serabut, coklat tua. Batang

terlihat jelas, berbentuk bulat, tegak, coklat ditutupi oleh rambut-rambut halus,

tidak bercabang. Daun monomorfik, daun makrofil, bentuk daun lanset,

permukaan daun licin, tekstur daun keras dan kaku, tepi daun rata, ujung daun

meruncing, pangkal daun tumpul, pertulangan daun menyirip, panjang daun ±93,7

cm, lebar daun ±27cm, bentuk pinna lanset, ujung pinna runcing, pangkal pinna

tumpul, tepi pinna bergerigi, duduk pinna berseling, panjang pinna ±12 cm, lebar

pinna ±1,87 cm, pertulangan pinna menyirip. Sporangium berwarna coklat,

27
Sporangium tersusun membentuk garis yang tebal yang menutupi seluruh ibu

tulang daun.

Kode specimen : Sp 7. Tanggal Koleksi 9 desember 2018. Kolektor Pria


Angjelina Pulungan Lokasi : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

2. Stenochlaena palustris

a b

c d

Gambar 4.11 Morfologi Stenochlaena palustris, a. habitus, b.daun muda,


c. bentuk daun, d. posisi sorus.

Deskripsi : Terestrial. Herba. Akar menyerupai serabut, coklat, dan bersisik.

Batang terlihat jelas, berbentuk bulat, permukaan batang licin, tidak bercabang.

Daun dimorfik, tipe daun majemuk, duduk daun berseling, tepi daun bergerigi,

ujung daun meruncing, pangkal daun tumpul, pertulangan daun menyirip,

permukaan daun licin, tekstur daun kaku, warna daun tua hijau tua, daun steril

berbentuk lanset, panjang daun steril ±43 cm, lebar daun steril ±13cm, daun muda

berwarna merah, bertekstur lembut, tipe daun steril majemuk, panjang pinna steril

±7,8 cm, lebar pinna steril ±2,3 cm. Daun fertil seperti garis, panjang daun fertil

±39 cm, lebar daun fertil ±12 cm, ujung daun dan pangkal daun tumpul,

28
pertulangan daun kasar ditutupi oleh sorus, panjang pinna fertil ±12 cm, lebar

pinna fertil ±0,8 cm. Sorus terletak pada pertulangan daun menutupi seluruh

permukaan daun, berwarna coklat kekuningan, tersusun berkelompok dan mudah

lepas.

Kode specimen : Sp 7. Tanggal Koleksi 9 desember 2018. Kolektor Pria


Angjelina Pulungan Lokasi : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

B. Famili Davalliaceae

1. Davallia denticulata

a b

c d

Gambar 4.12 Morfologi Davallia denticulata, a. habitus, b. letak sorus,


c. daun muda, d. arah tumbuh batang

Deskripsi : Epifit. Herba. Akar menyerupai serabut, berwarna coklat muda,

memiliki rambut akar berwarna coklat kehitaman. Batang berbentuk bulat,

menjalar, berwarna coklat muda, permukaan batang licin , berwarna hijau muda,

batang bercabang. Daun dimorfik, Tipe daun majemuk ganda, berbentuk segitiga,

ujung dan pangkal daun meruncing, tepi daun beringgit, permukaan daun licin dan

29
mengkilat, daun muda berwarna hijau muda, daun tua berwarna hijau tua, duduk

daun berseling, daun steril berbentuk segitiga, ujung dan pangkal daun steril

meruncing, tepi daun steril beringgit, pertulangan daun steril menyirip, panjang

daun steril ±32 cm, lebar daun steril ±7 cm, pinna steril berbentuk segitiga, ujung

pinna steril meruncing, pangkal pinna steril meruncing, duduk pinna steril

berseling, panjang pinna steril ±15 cm, lebar pinna steril ±4 cm. Daun fertil

berbentuk segitiga, ujung daun fertil meruncing, pangkal daun fertil tumpul, tepi

daun fertil bergerigi, pertulangan daun menyirip ganda, panjang daun fertil ±23

cm, lebar daun fertil ±6,5 cm, pinna fertil berbentul bulat membundar, ujung

pinna fertil meruncing, pangkal pinna fertil tumpul, duduk pinna fertil seajar,

panjang pinna fertil ±8,2 cm, lebar pinna fertil ±6 cm. sorus terletak pada setiap

lekukan tepi pinna, berwarna coklat muda, berbentuk seperti cangkir, dan

memiliki indusium.

Kode specimen : Sp 2. Tanggal Koleksi 9 desember 2018. Kolektor Pria


Angjelina Pulungan Lokasi : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

30
C. Famili Gleicheniaceae

1. Dicranopteris linearis

a b

c d

Gambar 4.13 Morfologi Dicranopteris linearis, a. habitus, b.letak sorus,


c. daun muda, d. permukaan bawah daun

Deskripsi : Terestrial. Semak. Akar menyerupai serabut, berwarna coklat tua.

Batang terlihat jelas, berbentuk bulat, menjalar, permukaan batang licin, berwarna

kuning kecoklatan, batang bercabang, arah tumbuh batang tegak. Daun

monomorfik, tipe daun majemuk ganda, daun berbentuk delta, duduk daun saling

berhadapan, ujung daun meruncing, pangkal daun tumpul, tepi daun rata,

permukaan daun licin, berwarna hijau tua, panjang daun ±46 cm, lebar daun ±28

cm, pinna berbentuk lanset, ujung dan pangkal pinna tumpul, tepi pina rata,

pertulangan pinna menyirip, duduk daun pinna berseling, panjang pinna ±18 cm,

lebar pinna ±9 cm. Posisi sorus berada di permukaan bawah daun, berbentuk

bulat, tersusun teratur di sepanjang pertulangan daun, berwarna kuning pucat,

tidak memiliki indisium.

31
Kode specimen : Sp 2. Tanggal Koleksi 9 desember 2018. Kolektor Pria
Angjelina Pulungan Lokasi : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

D. Famili Lycopodiaceae

1. Lycopodiella cernua

a b
Gambar 4.14 Morfologi Lycopodiella cernua, a. habitus, b. posisi
sorus (ujung daun dengan strobilus).

Deskripsi : Terestrial. Herba. Akar berwarna coklat muda. Rimpang merayap,

rimpang bercabang tidak beraturan, arah tumbuh rimpang kesamping, rimpang

berwarna coklat muda. Daun monomorfik, tipe daun mikrofil bersisik menutupi

batang, daun berbentuk spiral, ujung daun runcing, pangkal daun tumpul,

permukaan daun kasar, panjang daun ±5,8 cm, lebar daun ±2 cm, pinna berbentuk

spiral, ujung pinna runcing, pangkal pinna tumpul, panjang pinna ± 1,5 cm, lebar

pinna ±0,04 cm. Strobilus berada di ujung daun, strobilus muda berwarna putih,

strobilus tua berwarna putih kekuningan, tidak memiliki indusium.

Kode specimen : Sp 2. Tanggal Koleksi 9 desember 2018. Kolektor Pria


Angjelina Pulungan Lokasi : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

32
E. Famili Lygodiaceae

1. Lygodium microphyllum

a b

c d

Gambar 4.15 Morfologi Lygodium microphyllum, a. habitus, b. daun


steril, c. daun muda, d. daun fertil.

Deskripsi : Terestrial. Liana. Akar menyerupai serabut, warna coklat tua,

memiliki rambut akar berwarna coklat. Rimpang melilit, batang terlihat jelas

berbentuk bulat, permukaan batang licin, batang berwarna hijau muda, arah

tumbuh batang condong kesamping, Daun dimorfik, tipe daun majemuk, daun

steril berbentuk lonjong, daun steril berwarna hijau muda, ujung daun steril

runcing, pangkal daun steril runcing, tepi daun steril rata, pertulangan daun steril

menyirip, daun steril tersusun berseling, permukaan daun steril kasar, panjang

daun steril ±45 cm, lebar daun steril, lebar daun steril ±8 cm, pinna steril

berbentul bulat seperti telur, ujung pinna steril membulat, pangkal pinna steril

tumpul berbentuk seperti hati, panjang pinna steril ±3,9 cm, lebar pinna steril ±1,8

cm. Daun fertil berbentuk lonjong daun fertil berwarna hijau tua, ujung daun fertil

33
runcing, pangkal daun fertil tumpul, tepi daun steril bergelombang, pertulangan

daun fertil menyirip, duduk daun fertil berseling, permukaan daun fertil licin,

panjang daun fertil ±22 cm, lebar daun fertil ±15 cm, pinna fertil berbentuk lanset,

ujung pinna fertil runcing, pangkal pinna fertil rata, panjang pinna fertil ±9,1 cm,

lebar pinna fertil ±1,6 cm. Sorus terletak pada daun fertil, berwarna coklat

kehitaman, sorus tersusun rapi dua baris dan terdapat indusium.

Kode specimen : Sp 2. Tanggal Koleksi 9 desember 2018. Kolektor Pria


Angjelina Pulungan Lokasi : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

F. Famili Nephrolepidaceae

1. Nephrolepis hirsitula

a b

c d
Gambar 4.16 Morfologi Nephrolepis hirsitula, a. habitus, b. daun muda,
c. arah tumbuh batang, d. posisi sorus

Deskripsi : Terestrial. Herba. Akar menyerupai serabut, berwarna coklat muda,

memiliki rambt akar. Rimpang tegak, berwarna coklat muda, arah tumbuh

rimpang ke atas, tidak bercabang, permukaan rimpang terdapat bulu halus

34
berwarna putih, rimpang muda berwarna muda hijau , rimpang tua berwarna hijau

kecoklatan. Daun monomorfik, tipe daun majemuk, ujung daun runcing, pangkal

daun tumpul, tepi daun bergelombang, pertulangan daun menyirip, permukaan

daun licin, duduk daun berhadapan, daun muda berwarna hijau muda, daun tua

berwarna hijau tua, panjang daun ±35 cm, lebar daun ±15 cm, pinna berbentuk

lanset, ujung dan pangkal pinna meruncing, panjang pinna ±18cm, lebar pinna

±2,8 cm. Sorus terletak disepanjang tepi daun, berbentuk bulat dan tersebar tidak

beraturan, sorus berwarna merah bata dan memiliki indusium

Kode specimen : Sp 2. Tanggal Koleksi 9 desember 2018. Kolektor Pria


Angjelina Pulungan Lokasi : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

G. Famili Polypodiaceae

1. Phymatosorus scolopendria

a b

c d

Gambar 4.17 Morfologi Phymatosorus scolopendria, a. habitus, b. daun


muda, c. posisi sorus, d. rhizome

Deskripsi : Epifit. Herba. Akar serabut, berwarna coklat tua, memiliki rambut

akar dan besisik. Batang menyerupai rhizom, rhizom menjalar, berbentuk bulat,

35
arah tumbuh rhizom condong kesamping, permukaan rhizom bersisik berwarna

coklat tua. Daun polimorfik, bentuk daun lanset, ujung dan pangkal daun

meruncing, tulang daun menyirip, permukaan daun licin, tepi daun bergelombang,

panjang daun ±26 cm, lebar daun ±12 cm. Sorus terdapat di bawah permukaan

daun, berbentuk bulat, berwarna kuning-oranye, tersusun dua baris tidak

beraturan.

Kode specimen : Sp 2. Tanggal Koleksi 9 desember 2018. Kolektor Pria


Angjelina Pulungan Lokasi : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

2. Pyrrosia angustata

a b

c
Gambar 4.18 Morfologi Phyrrosia angustata, a. habitus, b. daun muda
dan rhizome, c. daun steril.

Deskripsi : Epifit. Herba. Akar serabut, berwarna coklat tua, terdapat rambut akar

berwarna putih. Rhizom menjalar, berbentuk bulat, arah tumbuh condong

kesamping, rhizom bercabang, permukaan rhizom bersisik berwarna coklat

kehitaman, rhizom muda berwarna coklat kehijauan, rhizom tua berwarna coklat

36
kehitaman. Daun dimorfik, tipe daun tunggal, daun steril berbentuk lanset, daun

steril berbentuk lanset, ujung daun tumpul, pangkal daun meruncing, tepi daun

rata, permukaan atas daun licin, pertulangan daun menyirip, warna daun muda

hijau muda dan warna daun tua hijau tua, memiliki tangkai daun berwarna hijau

tua, panjang daun steril ±9 cm, lebar daun ±2 cm. Daun fertil berbentuk garis,

ujung dan pangkal daun meruncing, permukaan atas dan bawah daun licin, tepi

daun rata, pertulangan daun menyirip, memiliki tangkai daun berwarna hijau

kecoklatan, panjang daun fertil ±29 cm, lebar daun fertil ±1 cm. Sorus terletak

ditepi daun, berbentuk lonjong, berwarna coklat muda, sorus tersusun rata, tidak

memiliki indusium.

Kode specimen : Sp 2. Tanggal Koleksi 9 desember 2018. Kolektor Pria


Angjelina Pulungan Lokasi : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

3. Pyrrosia lanceolata

a b

c d

Gambar 4.19 Morfologi Phyrrosia lanceolata, a. habitus, b. daun steril,


c. posisi sorus, d. daun muda dan rhizome.

37
Deskripsi : Epifit. Herba, Akar menyerupai serabut, berwarna coklat tua,

memiliki rambut akar berwarna coklat tua. Batang berbentuk bulat, menjalar,

batang bercabang dengan arah tumbuh condong ke samping, permukaan batang

bersisik. Daun dimorfik, tipe daun tunggal, duduk daun berseling, tepi daun rata,

pertulangan daun menyirip, daun steril berbentuk lanset, permukaan atas dan

bawah daun bertrikoma, ujung dan pangkal daun meruncing, panjang daun ±4 cm,

lebar daun ±1 cm. Daun fertil berbentuk lanset, ujung daun steril tumpul, pangkal

daun fertil meruncing, permukaan atas dan bawah daun fertil bertrikoma, panjang

daun fertil ±10 cm, lebar daun fertil ±2 cm. Sorus terletak di ujung daun sampai ¾

bagian pangkal daun, sorus tersebar rapat di bawah daun, berbentuk bulat,

berwarna coklat tua, tidak memiliki indusium.

Kode specimen : Sp 2. Tanggal Koleksi 9 desember 2018. Kolektor Pria


Angjelina Pulungan Lokasi : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

4. Pyrrosia niphoboloides

Gambar 4.20 Morfologi Pyrrosia niphoboloides, a. habitus, b. daun


steril dan rhizome.

Deskripsi : Epifit. Herba. Akar menyerupai serabut, berwarna coklat tua,

memiliki rambut akar berwarna coklat kehitaman. Batang berbentuk bulat,

menjalar, batang bercabang dengan arah tumbuh condong ke samping, batang

38
ditutupi oleh sisik berwarna coklat kekuningan, batang muda berwarna hijau

muda, batang tua berwarna coklat muda. Daun dimorfk tipe daun tunggal, daun

berbentuk jorong, ujung daun membundar, pangkal daun tumpul, tepi daun rata,

permukaan atas dan bawah daun bertrikoma, pertulangan daun menjala, memiliki

tangkai daun berwarna hijau tua, panjang daun ±1,5 cm, lebar daun ±0,78 cm,

warna daun muda dan daun tua hijau muda.

Kode specimen : Sp 2. Tanggal Koleksi 9 desember 2018. Kolektor Pria


Angjelina Pulungan Lokasi : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

5. Pyrrosia piloselloides

Gambar 4.21 Morfologi Pyrrosia piloselloides, a. habitus, b. daun steril


dan rhizome, c. posisi sorus.

Deskripsi : Epifit. Herba. Akar menyerupai serabut, berwarna coklat tua,

memiliki rambut akar berwarna coklat kekuningan. Batang berupa rhizom,

berbentuk bulat, menjalar, batang bercabang dengan arah tumbuh condong

kesamping, permukaan batang bersisik berwarna coklat tua, batang muda

39
berwarna hijau muda, batang tua berwarna coklat kehitaman. Daun dimorfik,

duduk daun berseling, bertipe tunggal, daun steril berbentuk membulat seperti

telur, ujung daun membundar, pangkal daun meruncing, tepi daun rata,

permukaan atas dan bawah daun bertrikoma, pertulangan daun menjala, panjang

daun ±4 cm, lebar daun ±2, 13 cm. Daun fertil berbentuk garis, ujung daun fertil

membundar, pangkal daun meruncing, tepi daun rata, pertulangan daun menjala,

permukaan atas dan bawah daun licin, panjang daun fertil ±9 cm, lebar daun ±0,8

cm. Sorus terletak di tepi daun, berbentuk garis memanjang di sepanjang tepian

daun fertil, berwarna coklat, tidak memiliki indusium.

Kode specimen : Sp 2. Tanggal Koleksi 9 desember 2018. Kolektor Pria


Angjelina Pulungan Lokasi : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

H. Famili Pteridaceae

1. Vittaria elongata

Gambar 4.22 Morfologi Vittaria elongata, a. habitus, b. daun muda,


c. posisi sorus, d. rhizome.

40
Deskripsi : Epifit. Herba. Akar menyerupai serabut, berwarna coklat muda,

memiliki rambut akar berwarna coklat kehitaman. Batang menyerupai rhizom,

menjalar, arah tumbuh batang condong ke samping. Daun makrofil, daun

monomorfik, tipe daun tunggal, daun berbentuk lanset, ujung daun meruncing,

pangkal daun tumpul, pertulangan daun sejajar, permukaan atas dan bawah daun

licin, tepi daun rata, memiliki tangkai daun dengan panjang ±12,5 cm, panjang

daun ±23 cm, lebar daun ± 1,78 cm. Sorus terbenam di bagian lipatan sepanjang

tepi daun, berbentuk garis, berwarna coklat dan tidak memiliki indusium.

Kode specimen : Sp 2. Tanggal Koleksi 9 desember 2018. Kolektor Pria


Angjelina Pulungan Lokasi : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

2. Vittaria ensiformis

Gambar 4.23 Morfologi Vittaria ensiformis, a. habitus, b. rhizome,


c. daun muda, d. daun steril, e. posisi sorus.

41
Deskripsi : Epifit. Herba. Akar menyerupai serabut, berwarna coklat muda,

memiliki rambut akar. Batang menyerupai rhizom, menjalar, arah tumbuh rhizom

ke samping dan keatas, bersisik. Daun monomorfik, tipe daun tunggal, daun

berbentuk garis memanjang, ujung daun membulat, pangkal daun tumpul, duduk

daun berhadapan, permukaan atas dan bawah daun licin, memiliki tangkai daun

±2 cm, panjang daun ±8 cm, lebar daun ±1,5 cm, daun muda dan daun tua

berwarna hijau tua. Sorus terletak di sepanjang tepian daun, tidak memiliki

indusium.

Kode specimen : Sp 2. Tanggal Koleksi 9 desember 2018. Kolektor Pria


Angjelina Pulungan Lokasi : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

42

Anda mungkin juga menyukai