Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BARU LAHIR RENDAH


(BBLR)

1. Definisi
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah berat bayi saat lahir kurang dari 2500
gram yang merupakan hasil dari kelahiran prematur (sebelum 37 minggu usia
kehamilan). Bayi dengan berat badan lahir rendah sangat erat kaitannya dengan
mortalitas dan morbiditas, sehingga akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan
kognitif serta penyakit kronis di kemudian hari (WHO dalam Weni, 2009).
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2.500 gram saat lahir. Bayi BBLR sebagian besar dikarenakan retardasi
pertumbuhan intrauterin (IUGR) dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Bayi
BBLR memiliki risiko empat kali lipat lebih tinggi dari kematian neonatal dari pada bayi
yang berat badan lahir 2.500-3.499 gram (Muthayya, 2009).
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang berat badannya kurang dari
2500 gram, tanpa memperhatikan usia gestasi. Bayi BBLR dapat terjadi pada bayi
kurang bulan (kurang dari 37 minggu usia kehamilan) atau pada usia cukup bulan
(intrauterine growth retriction) (Wong dalam Nelson, 2010).
Beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR)
adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram dengan usia
kehamilan kurang dari 37 minggu.

2. Anatomi dan Fisiologi


1. Sistem pernafasan
Pada bayi dengan berat 900 g alveoli cenderung kecil dengan adanya sedikit
pembuluh darah yang mengelilingi stoma seluler. Semakin matur dan bayi lebih
besar berat badannya, maka akan semakin besar alveoli, pada hakekatnya dindingnya
dibentuk oleh kapiler. Otot pernafasan bayi ini lemah dan pusat pernafasan kurang
berkembang. Terdapat juga kekurangan lipoprotein paru-paru,yaitu suatu surfaktan
yang dapat mengurangi tegangan permukaan pada paru-paru.surfaktan diduga
bertindak dengan cara menstabilkan alveoli yang kecil,sehingga mencegah terjadinya
kolaps pada saat terjadi ekspirasi.
Pada bayi preterm yang terkecil relaks batuk tidak ada. Hal ini dapat mengarah
pada timbulnya inhalasi cairan yang dimuntahkan dengan timbulnya konsekuensi
yang serius. Saluran hidung sangat sempit dan cidera terhadap mukosa nasal mudah
terjadi. Hal ini penting untuk diingat ketika memasukkan tabung nasogastrik atau
tabung endotrakeal melalui hidung. Kecepatan pernafasan bervariasi pada semua
neonatus dan bayi preterm. Pada bayi neonates dalam keadaan istirahat, maka
kecepatan pernafasan dapat 60 sampai 80 permenit, berangsur-angsur menurun
mencapai kecepatan yang mendekati biasa yaitu 34 sampai 36 per menit.
2. Sistem Sirkulasi
Jantung secara relatif kecil saat lahir, pada beberapa bayi pre-term kerjanya
lambat dan lemah. Terjadi ekstra sistole dan bising yang dapat didengar pada atau
segera setelah lahir. Sirkulasi perifer seringkali buruk dan dinding pembuluh darah
juga lemah. Hal ini merupakan sebab dari timbulnya
kecenderungan perdarahan intrakanial yang terlihat pada bayi pre-term. Tekanan
darah lebih rendah dbandingkan dengan bayi aterm, tingginya menurun dengan
menurunnnya berat badan. Tekanan sistolik pada bayi aterm sekitar 80 mmhg dan
pada bayi pre-term 45 sampai 60 mmhg. Tekanan diastolik secara proporsional
rendah, bervariasi dari 30 sampai 45 mmhg. Nadi bervariasi antara 100 dan
160/menit.
3. Sistem Pencernaan
Semakin rendah umur gestasi, maka semakin lemah reflek menghisap dan
menelan, bayi yang paling kecil tidak mampu untuk minum secara efektif.
Regurgitasi merupakan hal yang sering terjadi. Hal ini disebabkan oleh karena
mekanisme penutupan spingter jantung yang kurang berkembang dan spingter pilorus
yang secara relatif kuat. Pencernaan tergantung pada perkembangan dari alat
pencernaan. Lambung dari seorang bayi dengan berat 900 gram memperlihatkan
adanya sedikit lipatan mukosa, glandula sekretoris, demikian juga otot, kurang
berkembang.
4. Sistem Urinarius
Pada saat lahir fungsi ginjal perlu menyesuaikan diri dengan perubahan
lingkungan. Fungsi ginjal kurang efesien dengan adanya angka filtrasi glumerolus
yang menurun, dan bahan terlarut yang rendah. Hal ini menyebabkan terjadinya
penurunan kemampuan untuk mengkonsentrasi urin dan urin menjadi sedikit.
Gangguan keseimbangan air dan elektrolit mudah terjadi.
5. Sistem Persarafan
Perkembangan saraf sebagian besar tergantung ada drajat maturitas. Pusat
pengendali fungsi vital, penrafasan, suhu tubuh, dan pusat reflek, kurang berkenbang.
Reflek moro dan reflek leher tonik di temukan pada bayi premature yang
normal,tetapi reflek tandon berfariasi. Karena perkembangan saraf buruk maka bayi
kecil lebih lemah dibangunkan dan mempunyai tangisan yang lemah.

3. Etiologi
Menurut Sarwono (2012), Bayi Berat Lahir Sangat Rendah disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu :
1. Faktor ibu :
a. Penyakit : Toxemia gravidarum (keracunan kehamilan), perdarahan ante partum,
trauma fisik atau psikologis, nefritis akut (peradangan ginjal), diabetes mellitus.
b. Usia ibu : Kurang dari 16 tahun atau lebih dari 35 tahun, multigravida dengan
jarak kehamilan dekat.
2. Keadaan sosial
Keadaan ini sangat berperan sekali terhadap timbulnya BBLSR. Hal ini disebabkan
oleh gizi yang kurang baik dan antenatal care yang kurang.
3. Faktor janin : Hidramnion, gemeli, kelainan kromosom
4. Faktor lingkungan : Radiasi, tinggal di dataran tinggi, zat racun.

4. Tanda dan Gejala


Menurut Proverawati (2010), bayi dengan BBLSR mempunyai tanda-tanda :
1. Berat kurang dari 2500 gram.
2. Panjang kurang dari 45 cm.
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm.
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
5. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.
6. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
7. Kepala lebih besar.
8. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.
9. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya.
10. Otot hipotonik lemah merupakan otot yang tidak ada gerakan aktif pada lengan dan
sikunya.
11. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea.
12. Ekstermitas : paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi-lurus, tumit mengkilap, telapak
kaki halus, kuku jari tangan dan kaki belum mencapai ujung jari.
13. Kepala tidak mampu tegak, fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan
tangisnya lemah.
14. Pernapasan 40 – 50 kali/ menit dan nadi 100 - 140 kali/ menit.
15. Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan
lemak masih kurang.

5. Komplikasi
1. Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distress respirasi,
penyakit ibropla hialin
2. Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu
3. Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak
4. Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan darah.
5. Infeksi, retrolental ibroplasias, necrotizing enterocolitis (NEC)
6. Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal

6. Patofisiologi
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa
kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia
ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat
perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi “Primary gasping”
yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan. Bila terdapat gangguan pertukaran
gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat.
Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan
menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak
tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia.
Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primary apnea) disertai
dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha
bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia
berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu
kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan
darah. Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula gangguan metabolisme dan
pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi.
Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidosis
respiratorik, bila gangguan berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme
anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh ,sehingga glikogen tubuh terutama pada
jantung dan hati akan berkurang.asam organik terjadi akibat metabolisme ini akan
menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi
perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya
sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis
metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehinga
menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat
akan menyebabkan akan tingginya resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi
darah ke paru dan kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan.
Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk
terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi menimbulkan kematian atau gejala
sisa pada kehidupan bayi selanjutnya (Pantiawati, 2010).

7. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan skor ballard
2. Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan
3. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darag
4. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur
kehamilan kurang bulan dimulai dari 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi
sindrom gawat nafas.

8. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Ika Pantiawati, 2010), penatalaksanaan dari BBLR adalah :
a. Medikamentosa
Pemberian vitamin K1 :
1) Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
2) Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10
hari, dan umur 4-6 minggu)
b. Diatetik
Pemberian nutrisi yang adekuat
1) Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit demi sedikit
2) Apabila bayi belum bisa meneteki pemberian ASI diberikan melalui sendok atau
pipet
3) Apabila bayi belum ada reflek mengisap dan menelan harus dipasang siang
penduga/sonde fooding
c. Suportif
1) Membersihkan jalan nafas
2) Memotong tali pusat dan perawatan tali pusat
3) Membersihkan badan bayi dengan kapas minyak bayi/minyak kelapa
4) Memberikan obat mata
5) Membungkus bayi dengan kain hangat
6) Pengkajian keadaan kesehatan pada bayi dengan BBLR
7) Mempertahankan suhu tubuh bayi
8) Membungkus bayi dengan menggunakan selimut
9) Menidurkan bayi di dalam inkubator
10) Suhu lingkungan bayi harus dijaga
11) Badan bayi harus dalam keadaan kering
12) Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi,
seperti kontak kulit ke kulit, metode kanguru, pemancar panas, inkubator atau
ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai
petunjuk
13) Jangan memandikan bayi atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
14) Ukur suhu tubuh dengan berkala
15) Yang harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah
a) Jaga dan pantau patensi jalan nafas
b) Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
16) Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh: hipotermia, kejang,
gangguan nafas, hiperbilirubinemia)
17) Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
18) Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi
d. Pemantauan
1) Pemantauan saat dirawat
a) Terapi
(1) Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
(2) Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu
b) Tumbuh kembang
(1) Pantau berat badan bayi secara periodic
(2) Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10 %
untuk bayi dengan berat lahir ≥ 1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat
lahir <1500)
(3) Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (ada semua kategori berat
lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :
(a) Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kgBB/hari sampai tercapai
jumlah 180ml/kgBB/hari
(b) Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi
agar jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kgBB/hari
(c) Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah
pemberian ASI hingga 200ml/kgBB/hari
(d) Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap
minggu
2) Pemantauan setelah pulang
Diperlukan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan
mencegah/mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang
sebagai berikut :
a) Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan
b) Hitung umur koreksi
c) Pertumbuhan, berat badan, panjang badan dan lingkar kepala
d) Tes perkembangan, denver development screening test (DDST)
e) Awasi kelainan bawaan
f) Mengajarkan ibu atau orangtua cara :
(1) Membersihkan jalan nafas
(2) Mempertahankan suhu tubuh
(3) Mencegah terjadinya infeksi
(4) Perawatan bayi sehari-hari :
(a) Memandikan
(b) Perawatan talipusat
(c) Pemberian ASI
g) Menjelaskan pada ibu (orangtua)
(1) Pemberian ASI
(2) Makanan bergizi bagi ibu
(3) Mengikuti program KB segera mungkin
h) Observasi keadaan umum bayi selama 3 hari, apabila tidak ada perubahan atau
keadaan umum semakin menurun bayi harus dirujuk ke Rumah Sakit. Berikan
penjelasan kepada keluarga bahwa anaknya harus dirujuk ke Rumah Sakit.

9. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Fokus pengkajian menurut Sacharin dalam Pantiawati (2010), yaitu :
a. Pemeriksaan fisik : berat badan bayi, ukur panjang badan dan lingkar kepala,
apakah ada perubahan pada fisik bayi.
b. Pengkajian pernafasan : Bentuk cuping hidung, dada simetris atau tidak,
frekuensi dan keteraturan pernafasan, bunyi nafas ada ronchi atau tidak.
c. Sistem cardiovaskuler : Irama dan frekuensi denyut jantung, observasi warna
kulit, sianosis, pucat.
d. Sistem pencernaan : Tentukan apakah ada distensi abdominal, adakah
e. regurgitasi, warana, bau, konsistensi.
f. Pengkajian neurologis – muskuloskeletal :
1) Observasi gerakan bayi : acak, bertujuan, gelisah, kedutan, spontan,
menonjol, tingkat aktivitas dengan stimulasi, evaliasi berdasarkan usia
gestasi.
2) Observasi posisi atau sikap bayi : fleksi, ekstensi.
3) Periksa reflek yang diamati : moro, menghisap, babinski.
g. Pengkajian kulit :
1) Monitor adanya perubahan warna, area kemerahan, tanda iritasi, lepuh,
kususnya di mana alat pemantau, infus, atau alat lain lontak dengan kulit,
periksa juga dan perhatikan adanya preparat kulit yang digunakan (missal
plester).
2) Tentukan tekstur dan turgor kulit : kering, halus, pecah-pecah, terkelupas.
2. Nursing Care Planning
Diagnosa
No Tujuan/Kriteria Hasil Rencana Tindakan
Keperawatan
1. Pola nafas tidak Tujuan :  Kaji frekuensi dan pola
efektif b/d tidak Pola nafas efektif pernapasan
adekuatnya  Berikan oksigen dengan metode
ekspansi paru Kriteria Hasil : yang sesuai
 RR normal  Observasi irama, kedalaman
 Retraksi dinding dada dan frekuensi pernafasan
berkurang  Lakukan isap lendir (suction)
 Tidak sesak kalau perlu
 Analisa gas darah  Berikan oksigen dengan metode
normal yang sesuai
 Saturasi oksigen  Observasi warna kulit
normal  Ukur saturasi oksigen
 Observasi tanda-tanda
perburukan pernafasan
 Kolaborasi dalam pemeriksaan
analisa gas darah
2 Tidak efektifnya Tujuan :  Observasi tanda-tanda vital
termoregulasi b/d Suhu bayi stabil / normal sesering mungkin
imaturitas fungsi  Rawat bayi dengan suhu
termoregulasi atau Kriteria Hasil : lingkungan sesuai (inkubator)
perubahan suhu  Suhu 36,5 0C -37,50C  Awasi dan atur control
lingkungan  Akral hangat temperatur
 Tidak ada sianosis dalam inkubator sesuai
kebutuhan
 Hindarkan bayi kontak
langsung dengan benda sebagai
sumber dingin / panas
 Observasi adanya tanda-tanda
sianosis
 Ganti popok / sarung bila basah
3. Perubahan nutrisi Tujuan :  Berikan ASI/PASI dengan
dan cairan kurang Nutrisi adekuat / Hidrasi metode yang tepat
dari kebutuhan baik  Observasi adanya muntah
tubuh  Observasi dan catat tanda-tanda
berhubungan Kriteria Hasil : dehidrasi
dengan intake  Berat badan naik 10-  Observasi turgor kulit.
yang kurang 30 gram / hari  Timbang berat badan setiap hari
adekuat.  Refleks hisap /  Catat intake dan output
menelan baik  Kolaborasi dalam pemberian
 Muntah (-) total parenteral nutrition kalau
 Kembung (-) perlu
 BAB lancar
 Tidak ada edema
 Produksi urin 1-2
cc/kgbb/jam
 Tugor kulit elastis
4 Resiko tinggi Tujuan :  Hindari bayi dari orang-orang
infeksi b/d Selama perawatan tidak yang terinfeksi kalau perlu
imaturitas fungsi terjadi komplikasi rawat dalam inkubator
imunologik (infeksi)  Observasi adanya tanda-tanda
infeksi
Kriteria Hasil :  Cuci tangan sebelum dan
 Tidak ada tanda-tanda sesudah kontak dengan bayi
infeksi  Lakukan tehnik aseptik dan
 Tidak ada gangguan antiseptik bila melakukan
infeksi prosedur invasif
 Lakukan perawatan tali pusar
 Kolaborasi dalam pemberian
obat antibiotik
5. Resiko tinggi Tujuan :  Kaji kulit bayi dari tanda-tanda
gangguan Integritas kulit baik kemerahan, iritasi, rash, lesi dan
integritas kulit b/d lecet pada daerah yang tertekan
imaturitas struktur Kriteria Hasil :  Ubah posisi bayi dan
kulit  Tidak ada rash pemasangan elektrode atau
 Tidak ada iritasi sensor
 Tidak plebitis  Jaga kebersihan (badan /
pakaian dan lingkungan) bayi
 Anjurkan menjaga personal
hyegiene setiap melakukan
tindakan
 Hindari penggunaan tissu basah
yang mengandung alkohol pada
kulit yang iritasi.
6. Kecemasan orang Tujuan :  Kaji tingkat pengetahuan orang
tua b.d kurang Cemas berkurang tua
pengetahuan  Beri penjelasan tentang keadaan
orang tua dan Kriteria Hasil : bayinya.
kondisi krisis  Orang tua tampak  Beri penjelasan tentang keadaan
tenang bayinya.
 Orang tua tidak  Berikan support dan
bertanya-tanya lagi reinforcement atas apa yang
 Orang tua dapat dicapai oleh orang tua.
berpartisipasi dalam  Latih orang tua tentang cara-
proses perawatan. cara perawatan bayi dirumah
sebelum bayi pulang
10. Pathway

Faktor janin: Faktor Plasenta : Faktor Ibu : Faktor Lingkungan :


 Kelainan kromosom  Hidramnion  Penyakit, usia ibu  Tempat tinggal di
 Infeksi janin kronik  Plasenta previa  Keadaan gizi ibu dataran tinggi
(inklusi sitomegali,  Solutio plasenta  Kondisi ibu saat  Terkena radiasi, serta
rubella bawaan) hamil terpapar zat beracun
 Gawat janin  Keadaan sosial
dan ekonomi

Komplikasi BBLR Manifestasi Klinis BBLR


 Sindrom aspirasi mekonium  Berat badan kurang dari 2500 gram
 Asfiksia neomatum  Masa gestasi kurang dari 37 minggu
 Penyakit membrane hialin  Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak
 hiperbiliruninemia subkutan amat sedikit
 Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernafasan
belum teratur dan sering mendapatkan serangan apnea

Organ pencernaan Pertumbuhan dinding Sedikitnya lemak Sistem imun yang


imatur dada belum sempurna dibawah jaringan kulit belum matang

Peristaltik belum Vaskuler paru Kehilangan panas Penurunan


melalui kulit daya tahan
sempurna imatur
tubuh

Peningkatan
kebutuhan kalori
Kurangnya Peningkatan kerja Resiko
kemampuan untuk nafas Infeksi
mencerna makanan
Sistem termoregulasi
yang imatur

Tidak efektifnya
Reflek menghisap dan pola pernafasan
menelan belum
Termoregulasi
berkembang dengan baik
tubuh tidak efektif

Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
11. Daftar Pustaka
Nelson. 2010. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC.
Pantiawati, Ika. 2010. Bayi dengan BBLR. Jogjakarta : Nuha Medika.
Proverawati. 2010. BBLR. Jogjakarta : Nuha Medika.
Sarwono. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Rukiyah, Ai Yeyen & Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan).
Jakarta : Trans Info Media.
Weni. 2009. Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai