Anda di halaman 1dari 1

Menurut UNICEF, stunting didefinisikan sebagai persentase anak-anak usia 0 sampai 59 bulan, dengan

tinggi di bawah minus (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis) diukur dari standar
pertumbuhan anak keluaran WHO. Selain pertumbuhan terhambat, stunting juga dikaitkan dengan
perkembangan otak yang tidak maksimal, yang menyebabkan kemampuan mental dan belajar yang
kurang, serta prestasi sekolah yang buruk. Stunting dan kondisi lain terkait kurang gizi, juga dianggap
sebagai salah satu faktor risiko diabetes, hipertensi, obesitas dan kematian akibat infeksi. Penyebab
Stunting Situs Adoption Nutrition menyebutkan, stunting berkembang dalam jangka panjang karena
kombinasi dari beberapa atau semua faktor-faktor berikut: 1. Kurang gizi kronis dalam waktu lama 2.
Retardasi pertumbuhan intrauterine 3. Tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori 4.
Perubahan hormon yang dipicu oleh stres 5. Sering menderita infeksi di awal kehidupan seorang anak.
Perkembangan stunting adalah proses yang lambat, kumulatif dan tidak berarti bahwa asupan makanan
saat ini tidak memadai. Kegagalan pertumbuhan mungkin telah terjadi di masa lalu seorang. Gejala
Stunting 1. Anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya 2. Proporsi tubuh cenderung normal
tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk usianya 3. Berat badan rendah untuk anak seusianya 4.
Pertumbuhan tulang tertunda Mencegah Stunting Waktu terbaik untuk mencegah stunting adalah
selama kehamilan dan dua tahun pertama kehidupan. Stunting di awal kehidupan akan berdampak
buruk pada kesehatan, kognitif, dan fungsional ketika dewasa. Untuk mengatasi masalah stunting ini
Kementerian Kesehatan dengan dukungan Millennium Challenge Account-Indonesia (MCA-I), melalui
Program Hibah Compact Millennium Challenge Corporation (MCC) melakukan Kampanye Gizi Nasional
Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM). Salah satu intervensi dalam program PKGM
adalah tentang perubahan prilaku masyarakat, yang dilakukan dalam program Kampanye Gizi Nasional
(KGN). Program KGN di wilayah OKI dilakukan dengan pendekatan yang menyeluruh, seperti melakukan
aktifasi posyandu-posyandu dan pemberian pengetahuan tentang gizi anak, mulai dari makanan apa saja
yang boleh untuk bayi di atas enam bulan, bagaimana tekstur yang baik, berapa banyak yang harus
diberikan, termasuk pengetahuan pentingnya ASI eksklusif. Yang menarik, tim posyandu mengadakan
door prize untuk menarik minat dan perhatian para ibu untuk hadir mendengarkan penyuluhan di
posyandu. “Setelah penyuluhan, kami lempar pertanyaan. Mau enggak mau mereka harus dengerin, biar
bisa jawab. Hadiahnya enggak mahal, kebutuhan rumah tangga sehari-hari saja. Tapi, ini sudah
membuat mereka semangat datang,” jelas Hera Wiyana, seorang fasilitator di posyandu desa Sugih
Waras, Ogan Komering Ilir. Hera menambahkan, para bidan dan fasilitator biasanya punya catatan siapa
saja yang rajin hadir dan bahkan yang tak pernah hadir ke posyandu. Kalau memang ada yang tak
pernah hadir, bidan atau fasilitator tak segan datang langsung ke rumahnya untuk memberikan
penyuluhan. "Ada banyak faktor, misalnya saja jarak yang jauh membuat mereka malas datang ke
posyandu. Tapi, kan tetap tanggungjawab kita memberi penyuluhan kesehatan. Jadi, ya kita datangi."
Selain itu, para ibu hamil tak hanya diwajibkan periksa secara berkala dan diberi tablet penambah darah,
tapi juga diberikan penyuluhan melalui kelas pendukung ibu. Tujuannya, agar ibu mengetahui
perkembangan kehamilannya dan bisa lebih menjaga kondisi kehamilannya. Pasalnya, stunting sangat
dipengaruhi oleh seribu hari pertama kehidupan, dimulai dari dalam kandungan. “Kalau ibunya sehat,
janinnya juga sehat. Jadi, kita kasih tahu apa saja yang harus dilakukan selama kehamilan. Makanan apa
yang baik dikonsumsi. Jangan sampai ibu hamil kurang gizi, kan bisa memengaruhi janinnya juga,” ujar
Hera pada KOMPAS.com

Anda mungkin juga menyukai